Anda di halaman 1dari 17

1. Bagaimana anatomi dari sistem pernafasan ?

(Paulsen & Waschke, 2012 )


Terdiri dari dua saluran, yaitu (Paulsen & Waschke, 2012):
a. Saluran pernapasan atas, yang dibagi menjadi:
1) Nasal/hidung
 Hidung luar
Ciri khas:
 Hidung luar mempunyai dua lubang berbentuk lonjong
yang disebut nares.
 Nares dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh septum
nasi.
 Cavum nasi
Ciri khas:
 Terbentang dari nares di depan sampai ke apertura nasalis
posterior atau choanae di belakang, yang mana hidung
bermuara pada nasopharynx.
 Dibagi menjadi dua bagian, yaitu kiri dan kanan oleh septum
nasi. Septum nasi dibentuk oleh cartilago septi nasi, lamina
vertivalis osis ethmoidalis, dan vomer.
 Dinding cavum nasi bagian lateral memiliki tiga tonjolan
tulang yang disebut concha nasalis superior, media, dan
inferior. Area di bawah setiap chonca disebut meatus.
 Recessus sphenoethmoidalis yang merupakan daerah kecil
yang terletak di atas concha nasalis superior.
 Meatus nasi superior terletak di bawah concha nasalis
superior.
 Meatus nasi media terletak di bawah concha nasalis media,
memiliki tonjolan bulat yang disebut sebagai bulla
ethmoidalis. Di bawah bulla terdapat sebuah celah yang
melengkung yang disebut hiatus semilunaris. Bagian anterior
hiatus yang menuju ke dalam sebuah saluran berbentuk
corong disebut infundibulum.
 Dinding medial dari cavum nasi dibentuk oleh septum nasi.
 Area di atas concha nasalis superior dilapisi oleh membrana
mucosa olfactorius.
 Bagian bawah cavum nasi dilapisi oleh membrana mucosa
respiratorius, yang mana pada membrana tersebut terdapat
sebuah anyaman vena yang besar di dalam submucosa
jaringan ikat.
2) Sinus paranasales
 Merupakan rongga-rongga yang terdapat di dalam os
maxilla, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale.
3) Faring
Otot-otot dinding faring, yaitu musculus constrictor pharyngis
superior, medius, dan inferior.
- Nasofaring
Ciri khas:
 Terdapat kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsilla
pharyngea
Persarafan:
 Dipersarafi oleh nervus maxillaris (V2)
- Orofaring
 Terdapat batas antara rongga mulut dan pharynx yaitu
isthmus faucicum.
Persarafan:
 Dipersarafi oleh nervus glossopharyngeus.
- Laringofaring
Ciri khas:
 Dinding lateralnya dibentuk oleh cartilago thyroidea dan
membrana thyrohyoidea.
Persarafan:
 Dipersarafi oleh ramus laryngeus internus dari nervus vagus.
b. Saluran pernapasan bawah, dibagi menjadi:
1) Laring
Organ yang berperan sebagai pelindung pada pintu masuk jalan
napas dan berperan dalam pembentukan suara (kotak suara).
Kerangka laring dibentuk oleh beberapa cartilago, yaitu:
- Cartilago thyroidea.
- Cartilago cricoidea.
- Cartilago arytenoidea.Cartilago corniculata.
- Cartilago cuneiforme.
- Epiglotis.
Membrana pada laring
- Membrana thyrohyoidea
Menebal pada garis tengah membrana ini yang
membentuk ligamentum thyrohyoideum medianum.
- Membrana quadrangularis
Terbentang antara epiglotis dan cartilago arytenoidea.
Ligamentum pada laring
- Ligamentum cricotracheale
Menghubungkan cartilago cricoidea dengan cincin trakea
pertama.
- Ligamentum cricothyroideum
Melekat pada bagian pinggir atas cartilago cricoidea.
Terdapat aditus laringis yang merupakan pintu masuk laring ke
arah laringofaring.
Otot-otot laring
- Ekstrinsik
Menarik laring ke atas dan ke bawah selama proses
menelan.
 Otot-otot elevator : musculus stylohyoideus, musculus
mylohyoideus,musculus geniohyoideus, dll.
 Otot-otot depresor : musculus sternothyroideus,
musculus sternohyoideus, dan musculus omohyoideus.
- Intrinsik
Yang mengubah bentuk aditus laringis.
 Mempersempit aditus : musculus arytenoideus
obliquus.
 Memperlebar aditus : musculus thyroepiglottica.
2) Trakea
Panjang trakea 10-13 cm dan memanjang dari kartilago
krikoid pada laring hingga pembagiannya (Bifurcatio trachea)/ carina
menjadi dua bronkus utama (bronci principales). Trachea terletak
di bagian cervical (pars cervicalis) dan thorakal (pars thoracica).
Bronkus utama kemudian terbagi menjadi tiga dan dua bronkus
(broncus lobares), masing-masing di sisi kanan dan kiri.
Kemudia brocus lobares mencabangkan broncus
segmentalis. Paru kanan Memiliki 10 segmen sehingga terdapat 10
brochus segmentalis. Namun, pada paru kiri, tidak terdapat segmen 7
jadi hanya terdapat 9 brochus segmentalis.

Bronkus kemudian bercabang enam hingga dua belas kali


sebelum berlanjut sebagai bronchioles. Brochiolus memiliki
diameter lebih kecil dari 1 mm dan tidak memiliki kartilago dan
kelenjar pada dindingnya. Setiap bronkiolus terkait dengan lobus
pulmonal. Dan kemudian bronkiolus bercabang tiga hingga empat
kali sebelum berlanjut sebagai bronchioles terminalis. Bronkiolus ini
merupakan bagian/ segmen terakhir dari bagian konduksi.

Setiap bronkiolus terminalis membuka ke dalam asinus


pulmonal yang membentuk 10 pembentukan bronkiolus respiratorii
tambahan dengan ductus dan sacus alveolares. Semua bagian asinus
berisi alveoli sehingga asinus termasuk dalam bagian pertukaran gas
pada sistem respiratorik.
3) Paru-paru
- Paru kanan
Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu superior, medium, dan
inferior, dimana lobus tersebut dipisahkan oleh fissure obliqua dan
fissure Horizontal.
Paru kanan memiliki volume 2-3 L bahkan mencapai 5-8 L saat
inspirasi maksimal. Volume ini setara dengan area pertukaran gas
70-140 m2.
- Paru Kiri
Paru kiri hanya memiliki dua lobus yaitu superior dan inferior, dan
dipisahkan oleh fissure Obliqua.
Akibat posisi jantung yang bergeser ke kiri, volume paru kiri lebih
kecil 10-20%.
- Pleura
 Paru-paru masing-masing diliputi oleh sebuah kantong pleura
yang terdiri dari dua selaput serosa yang disebut pleura, yakni:
pleura parietalis melapisi dinding thorax, dan pleura visceralis
meliputi paru-paru, termasuk permukaannya dalam fisura.
 Diantara lapisan tersebut terdapat cavum pleura yang merupakan
ruang potensial antara kedua lembar pleura dan berisi selapis
kapiler cairan pleura serosa yang melumasi permukaan pleura,
sehingga memungkinkan terjadinya pergeseran lembar-lembar
pleura pada saat pernapasan.
 Pleura parietalis melekat pada dinding thorax, mediastinum dan
diaphragma. Pleura parietalis mencangkup bagian-bagian seperti
pleura kostal, pleura mediastinal, pleura diafragmatik, pleura
servikal/cupula pleurae (menjulang sekitar 3cm ke dalam leher,
dan puncaknya membentuk kubah seperti mangkuk di atas apex
pulmonis).
 Pleura parietalis beralih menjadi pleura visceralis dengan
membentuk sudut tajam menurut garis yang disebut garis refleksi
pleural. Ini terjadi pada peralihan pleura kostal menjadi pleura
mediastinal di sebelah ventral dan dorsal, pada peralihan pleura
kostal menjadi pleura diafragmatik di sebelah kaudal. Pada radix
pulmonis (hilum) terjadi peralihan pula antara lembar pleura
visceralis dan pleura parietalis, sebuah duplikatur pleura
parietalis yang dikenal sebagai ligamentum pulmonale . Pleura
diafragmatik bersentuhan dengan pleura kostal, dan cavitas
pleularis potensial disebut recessus costodiaphragmaticus.
Radix pulmonis (hilum)
 Hillum pulmonalis adalah tempat masuk yang terletak di
medial untuk bronkus utama dan struktur neurovaskuler ke
paru, yang juga disebut sebagai akar paru (Radix Pulmonalis)
 Dibentuk oleh bronkus, arteri pulmonalis, vena pulmonalis,
pembuluh limfe, arteri bronkialis, vena bronkialis, dan saraf.
 Dikelilingi oleh selubung pleura, yang menghubungkan pleura
parietalis pars mediastinalis dengan pleura visceralis.
Permukaan paru-paru
 Facies costali
Pada sternum, cartilago costalis, dan costa.
 Facies mediastinalis
Ke arah medial berhubungan dengan mediastinum, dan ke
arah dorsal dengan sisi vertebra.
 Facies diaphragmatica (alas)
Bertumpu pada bagian diaphragma yang cembung dengan
cekungan terdalam terdapat pada paru-paru dextra.
4) Bronkus
a) Bronkus principalis/primer
 Bronkus principalis/primer dextra
Lebih lebar, lebih pendek, dan lebih vertikal dibandingkan
dengan bronkus principalis/primer sinistra. Serta beralih
langsung menjadi radix pulmonis.
 Bronkus principalis/primer sinistra
Melintas ke laterokaudal untuk mencapai radix pulmonis.
b) Bronkus lobaris/sekunder
Merupakan percabangan dari bronkus principalis/primer.
c) Bronkus segmentalis/tersier
Merupakan percabangan dari bronkus lobaris/sekunder. Bronkus ini
yang mengurusi segmentum bronkopulmonalia, yang terdiri dari:
Bronkus segmentalis/tersier dextra
 Lobus superior: apicalis, posterior, dan anterior.
 Lobus media: lateralis, medialis.
 Lobus inferior: superior (apical), basalis medialis, basalis
anterior, basalis lateralis, dan basalis posterior.
Bronkus segmentalis/tersier sinistra
 Lobus superior: apicalis, posterior, anterior, lingularis
superior, dan lingularis inferior.
 Lobus inferior: superior (apicalis), basalis medialis, basalis
anterior, basalis lateralis, dan basalis posterior.
5) Bronkiolus Terminalis
Merupakan cabang dari bronkus tersier yang banyak mengandung otot
polos. Selain itu, bronkiolus ini merupakan saluran terakhir pada sistem
konduksi.
6) Bronkiolus Respiratorius
Merupakan percabangan dari bronkiolus terminalis yang mengawali
sistem respirasi.
7) Alveolus
a) Duktus alveolaris
Merupakan cabang dari bronkiolus respiratorius, yang pada bagian
ujungnya memiliki atria yang memiliki diameter lebih besar. Atria
merupakan ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris.
b) Sakus alveolaris
Merupakan kantong yang dibentuk oleh dua atau lebih alveoli.
c) Alveoli
Merupakan gelembung-gelembung udara berupa kantong-kantong
kecil yang menyusun dinding duktus alveolaris dan sakus
alveolaris. Pada dinding alveoli terjadi pertukaran gas O2 dan CO2
antara udara dan darah. Pada alveoli, terdapat septum interalveolaris
yang menghubungkan alveoli yang satu dengan yang lainnya.
2. Histologi

 Otot yang mengangkat rangka dada (otot inspirasi).


Otot yang membantu mengangkat rangka iga adalah:
 Paling utama: otot Intercostae Space (ICS) eksterna.
 Bantuan:
 Otot sternokleidomastoideus (mengangkat sternum ke atas)
 Otot serratus anterior (mengangkat sebagian besar iga)
 Otot skalenus (mengangkut dua iga pertama)
 Otot yang menurunkan rangka dada (otot respirasi)
Selama ekspirasi (yang menarik ke bawah)
 Rektus abdominis: menarik iga bagian bawah dengan kuat.
 Intercostalis internus.

 Jaringan yang melapisi paru-paru adalah jaringan epitel


squamosa berlapis. Jaringan epitel squamosa berlapis adalah
sel epitel pipih yang berlapis banyak. Jaringan ini membentuk
pleura.
 Jaringan lainnya yang terdapat pada paru-paru adalah jaringan
epitel skuamosa sederhana yang merupakan sel epitel pipih
selapis. Jaringan ini terdapat pada alveoli paru-paru.
1) Rongga hidung
 Terdapat vestibulum yang merupakan bagian paling anterior
dari cavum nasi.
 Kelenjar sebasea, kelenjar keringat, vibrisae.
 Epitelnya : epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk (kulit)
 epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk  epitel
respirasi sebelum masuk fossa nasal.
 Fossa nasal terdiri dari dinding lateral menonjol 3 tonjolan
tulang/konka.
2) Faring
Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
 Nasofaring
Terletak di bawah dasar tengkorak di atas palatum molle,
diliputi oleh epitel bertingkat torak bersilia dan bersel goblet.
 Orofaring
Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang
lidah, diliputi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
 Laringofaring
Terletak di belakang laring, diliputi epitel yang bervariasi,
sebagian besar oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk.
3) Laring
 Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring
dengan trakea. Dalam lamina propia terdapat sejumlah rawan
laring, struktur yang paling rumit pada jalan pernapasan.
Rawan-rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian
besar aritenoid) adalah rawan hialin, dan pada orang tua
sebagian dapat mengalami kalsifikasi. Rawan yang lebih kecil
(epiglottis, cuneiformis, kornikulatum, dan ujung aritenoid)
adalah rawan elastin.
 Ligamentum-ligamentum menghubungkan rawan-rawan
tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan
otot-otot intrinsic larynx, di mana mereka sendiri tidak
bersambungan karena mereka adalah otot lurik. Selain
berperanan sebagai penyokong (mempertahankan agar jalan
udara tetap terbuka) rawan-rawan ini berperanan sebagai katup
untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan masuk
trakea. Mereka juga berperanan dalam pembentukan irama
fonasi.
 Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring
dan karena itu mempunyai permukaan yang menghadap ke
lidah dan laring. Seluruh permukaan yang menghadap ke lidah
dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring
diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglottis
pada permukaan yang menghadap laring, epitel mengalami
perubahan menjadi epitel bertingkat toraks bersilia. Kelenjar
campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel
toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak
pada rawan elastin yang berdekatan. Di bawah epiglottis,
mukosa membentuk dua pasang lipatan yang meluas ke dalam
lumen larynx. Pasangan yang di atas merupakan pita suara
palsu (atau lipatan vestibular), dan mereka mempunyai epitel
respirasi yang di bawahnya terletak sejumlah kelenjar
seromukosa dalam lamina proprianya. Pasangan yang bawah
merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli.
 Di dalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng,
terdapat berkas-berkas besar sejajar dari selaput elastin yang
merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan ligamentum
terdpat berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur
regangan pita dan ligamentum dan akibatnya, waktu udara
didorong melalui pita-pita menimbulkan suatu suara dengan
tonus yang tidak sama.
4) Trakea

 Trakea merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari


basis larynx (rawan krikoid) ke tempat di mana trakea
bercabang menjadi 2 bronkus primer.
 Trakea dibatasi oleh mukosa respirasi. Di dalam lamina
propria terdapat 16-20 rawan hialin berbentuk seperti huruf C
yang berperanan mempertahankan lumen trake agar tetap
terbuka.
 Ligamentum fibroelastindan berkas-berkas otot polos (m.
trachealis) melekat pada perikondrium dan menghubungkan
ujung-ujung bebas rawan yang berbentuk huruf C tersebut.
Ligamentum mencegah peregangan lumen yang berlebihan,
sementara itu otot memungkinkan rawan saling berdekatan.
 Kontraksi otot disertai dengan penyempitan lumen trakea dan
digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi, akibat
penyempitan lumen trakea akan menambah kecepatan udara
ekspirasi, yang membantu membersihkan jalan udara.

5) Bronkus

 Pada bronkus terdapat tiga jaringan. Yang pertama jaringan


epitelium bersilia yang terdapat pada lapisan terdalam
bronkus. Jaringan ini menghasilkan banyak lendir yang
berfungsi menangkap debu dan mikroorganisme yang masuk
saat menghirup udara. Debu dan mikroorganisme akan
dikeluarkan dengan cara batuk. Sedangkan yang kedua adalah
cincin tulang rawan yang berbentuk huruf C.
 Tulang rawan termasuk jaringan ikat. Bagian belakang cincin
tulang rawan tidak tersambung dan menempel pada esofagus.
Fungsinya adalah untuk mempertahankan trakea agar tetap
terbuka. Yang terakhir adalah otot polos yang termasuk
jaringan otot. Otot polos memungkinkan paru-paru bekerja
dibawah kesadaran kita.
 Saluran ekstrapulmonal yang mencangkup trakea dan bronkus
dengan berbagai ukuran dilaisi oleh epitel berlapis semu
bersilia yang mengandung banyak sel goblet.
 Bronkus yang lebih besar di lapisi dengan epitel berlapis semu
tinggi bersilia. Epitel bronkiolus yang lebih besar juga banyak
mengandung sel goblet. Namun, jumlah sel ini berkurang
secara bertahap seiring mengecilnya ukuran tubulus, sel goblet
tidak ditemukan di epitel bronkiolus terminalis. (Eroschenko,
2015)
6) Alveolus
 Alveoli merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari
bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus
alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal cabang-cabang
bronkus dan bertanggungjawab akan struktur paru-paru yang
menyerupai busa. Secara struktural alveoli menyerupai
kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya, mirip
sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini,
oksigen dan CO2 mengadakan pertukaran antara udara dan
darah. Dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan
difusi antar lingkungan eksterna dan interna. Umumnya, tiap-
tiap dinding dari 2 alveoli yang berdekatan bersatu dan
dinamakan septum atau dinding interalveolaris. Septum
Alveolaris terdiri atas dua lapisan epitel pipih tipis yang
diantaranya terdapat kapiler-kapiler, jaringan penyambung
merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa alveolaris
paling kaya akan jaringan kapiler dalam tubuh.
 Di alveolus tidak terdapat sel goblet dan epitel pelapisnya
adalah epitel skuamosa selapis yang tipis. Alveolus
mengandung 2 jenis sel. Sel yang paling banyak di alveolus
adalah sel alveolus skuamosa tipe I, sel ini sangat gepeng
yang melapisi permukaan alveolus. Sel alveolus tipe II dapat
ditemukan tersebar di antara sel-sel jenis lain diparu.
7) Pleura
 Pleura adalah membran serosa yang meliputi paru-paru.
Pleura terdiri atas dua lapisan, yaitu parietal dan viseral, yang
bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi
oleh sel-sel mesotel yang terletak pada lapisan jaringan
penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan
elastin. Diantara lapisan tersebut terdapat cavum pleura yang
merupakan ruang potensial antara kedua lembar pleura dan
berisi selapis kapiler cairan pleura serosa yang melumasi
permukaan pleura, sehingga memungkinkan terjadinya
pergeseran lembar-lembar pleura pada saat pernapasan.
 Serabut-serabut elastin pleura viseralis bersambungan dengan
serabut-serabut yang terdapat pada parenkim paru-paru. Oleh
karena itu, kedua lapisan tersebut membatasai rongga yang
semata-mata dibatasai oleh sel gepeng mesotel.
 Dalam keadaan normal, rongga pleura ini hanya mengandung
selaput cairan yang bekerja sebagai agen pelumas,
memungkinkan pergeseran halus permukaan satu dengan yang
lainnya selama pergerakan respirasai. Pada keadaan patologis
tertentu, rongga pleura dapat berubah menjadi rongga
sebenarnya, mengandung cairan atau udara pada bagian
dalamnya. Dinding rongga pleura, seperti semua rongga
serosa (periotenum dan perikardium), sangat permeabel
terhadap air dan zat lain (Eroschenko, 2015).

Anda mungkin juga menyukai