Masuknya zat toksin atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Penyakit karena pangan
( foodborne diseases ), keracunan makanan, disebabkan adanya patogen (virus,
bakteri, protozoa, cacing) maupun bahan kimia (residu pestisida, logam berat, bahan
tambahan ilegal, mikotoksin) dalam makanan yang dikonsumsi.
Racun khusus/spesifik
Senyawa Korosif
Contoh: sodium hydroxide (NaOH), potassium hydroxide (KOH), larutan
asam (misalnya: pemutih, desinfektan)
- Jangan rangsang anak untuk muntah atau memberikan arang aktif ketika
zat korosif telah masuk dalam tubuh karena bisa menyebabkan
kerusakan lebih lanjut pada mulut, kerongkongan, jalan napas, esofagus
dan lambung
- Berikan air atau susu sesegera mungkin untuk mengencerkan bahan
korosif
- Jika keracunan dengan gejala klinis berat, jangan berikan apapun
melalui mulut dan siapkan evaluasi bedah untuk memeriksa kerusakan
esofagus (ruptur).
Senyawa Hidrokarbon
Contoh: minyak tanah, terpentin, premium
- Jangan rangsang anak untuk muntah atau memberikan arang aktif.
Tindakan perangsangan muntah dapat menyebabkan aspirasi
pneumonia (edema paru dan pneumonia lipoid) yang dapat
mengakibatkan sesak napas dan hipoksia.
- Gejala klinis lain adalah ensefalopati
Senyawa Organofosfat dan Karbamat
Contoh: Organofosfat: malathion, parathion, TEPP, mevinphos
(Phosdrin); Karbamat: metiokarbamat, karbaril.
Bahan tersebut diserap melalui kulit, tertelan atau terhirup. Anak
mungkin akan mengalami muntah, diare, penglihatan kabur, atau lemah.
Gejala yang timbul akibat dari aktivasi parasimpatik: hipersalivasi,
berkeringat, lakrimasi, bradikardi, miosis, kejang, lemah otot, twitching,
hingga paralisis dan inkontinensia urin, edema paru, depresi napas.
Pengobatannya meliputi:
Singkirkan racun dengan irigasi mata atau mencuci kulit (jika
ada pada mata atau kulit)
Berikan arang aktif jika tertelan sebelum 1 jam
Jangan rangsang muntah karena kebanyakan pestisida bahan
pelarutnya berasal dari hidrokarbon
Pada keracunan berat yang arang aktif tidak dapat diberikan,
pertimbangkan dengan seksama aspirasi lambung dengan
menggunakan pipa nasogastrik (catatan: jalan napas anak harus
dilindungi)
Jika anak menunjukkan gejala hiperaktivasi parasimpatik,
berikan atropin 15–50 mikrogram/kg IM (i.e. 0.015 –
0.05mg/kgBB) atau melalui infus selama 15 menit. Tujuan
pemberian atropin mengurangi sekresi bronkial dengan
menghindari toksisitas atropin. Auskultasi dada untuk
mendengarkan adanya tanda sekresi pada saluran napas dan
pantau frekuensi napas, denyut jantung dan skala koma (jika
diperlukan). Ulangi dosis atropin setiap 15 menit sampai tidak
ada tanda sekresi pada saluran napas, denyut nadi dan frekuensi
napas kembali normal
Periksa hipoksemia dengan pulse oximetry (jika tersedia),
karena pemberian atropin dapat menyebabkan gangguan irama
jantung (aritmia ventrikular), pada anak dengan hipoksemia.
Berikan oksigen jika saturasi oksigen kurang dari 90%.
Jika otot melemah, berikan pralidoksim (cholinesterase
reactivator) 25 – 50 mg/kg dilarutkan dengan 15 ml air
diberikan melalui infus selama lebih 30 menit, diulangi sekali
atau dua kali, atau diikuti dengan infus 10 - 20 mg/kgBB/jam,
sesuai kebutuhan.
Parasetamol
Jika masih dalam waktu 1 jam setelah tertelan, berikan arang aktif
(jika tersedia), atau rangsang muntah KECUALI bila obat antidot
oral dibutuhkan
Tentukan kapan obat antidot diperlukan untuk mencegah kerusakan
hati: yaitu jika tertelan parasetamol 150 mg/kgBB atau lebih.
Antidot lebih sering dibutuhkan pada anak yang lebih besar yang
dengan sengaja menelan parasetamol, atau ketika orang tua berbuat
kesalahan dengan memberikan dosis berlebih pada anak.
Pada 8 jam pertama setelah tertelan berikan metionin oral atau
asetilsistein IV. Metionin dapat digunakan jika anak sadar dan
tidak muntah (umur < 6 tahun: 1 g setiap 4 jam untuk 4 dosis; umur
6 tahun atau lebih: 2.5 g setiap 4 jam untuk 4 dosis)
Bila lebih dari 8 jam setelah tertelan atau tidak dapat diberikan
pengobatan oral, maka berikan asetilsistein IV. Perhatikan bahwa
volume cairan yang digunakan dalam rejimen standar terlalu
banyak untuk anak kecil.
Aspirin dan Salisilat lainnya
Keracunan aspirin dan salisilat sangat berat bila terjadi pada anak
kecil, karena akan mengalami asidosis dengan cepat dan
mengakibatkan gejala toksisitas berat pada SSP, sehingga tatalaksana
menjadi lebih rumit.
Hal-hal tersebut menyebabkan pernapasan Kussmaul, muntah dan
tinitus
Zat Besi
Periksa tanda klinis keracunan zat besi: mual, muntah, nyeri perut dan
diare. Muntahan dan feses berwarna abu-abu atau hitam. Pada
keracunan berat bisa terjadi perdarahan saluran pencernaan, hipotensi,
mengantuk, kejang dan asidosis metabolik. Tanda klinis gangguan
saluran pencernaan biasanya timbul dalam 6 jam pertama dan bila anak
tidak menunjukkan tanda klinis keracunan sampai 6 jam, biasanya
tidak memerlukan antidot.
Keracunan Karbon Monoksida
Berikan oksigen 100% sampai tanda hipoksia hilang. (catatan:
pasien bisa terlihat tidak sianosis walaupun sebenarnya masih
hipoksia).
Pantau saturasi oksigen dengan pulse oximeter (kaliberasi alat
untuk ketepatan penilaian). Jika ragu, lihat apakah ada tanda klinis
hipoksia.
Tatalaksana
Pertolongan pertama