Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara


perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang
mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik
adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah
ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi
terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang
cukup dan memahami tentang dirinya.
Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki
karakteristik sebagai berikut (Hamid,1998):
a. Kesadaran diri.
b. Klarifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistik.
f. Rasa tanggung jawab dan etik.
C. Fungsi komunikasi terapetik

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan


mengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:
· Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi
· Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
· Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik
· Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
· Kerahasiaan klien harus dijaga
· Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
· Implementasi intervensi berdasarkan teori
· Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat
penilaian tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
· Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali
pengalamannya secara rasional
· Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan
hindari perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak
merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
Komponen Komunikasi Terapeutik
Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen
fungsional berikut (Hamid, 1998):
a.Pengirim : yang menjadi asal dari pesan.
b.Pesan :suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirimkepada
penerima.
c.Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi
oleh pesan.
d.Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
e.Konteks : tatanan di mana komunikasi terjadi.
Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan
menggunakan lima elemen struktur ini maka masalah-masalah yang
spesifik atau kesalahan yang potensial dapat diidentifikasi.
Menurur Roger, terdapat beberapa karakteristik dari seorang
perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang
terapeutik.Karakteristik tersebut antara lain:
a. Kejujuran (trustworthy); Kejujuran merupakan modal utama agar
dapat melakukan komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran
mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya akan
terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya
bila yakin bahwa perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif; Dalam berkomunikasi
hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh
klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang
disampaikan. Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi
bingung.
c.Bersikap positif; Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Roger
menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah kehangatan, ketulusan,
pemahaman yang empati dan sikap positif.
d.Empati bukan simpati; Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan
keperawatan, karena dengan sikap ini perawat akan mampu merasakan
dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat
memberikan alternatif pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun
dia turut merasakan permasalahan yang dirasakan kliennya, tetapi tidak
larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat memikirkan
masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat
perawat tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia
terlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien; Dalam
memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien,
(Taylor, dkk ,1997). Untuk itu agar dapat membantu memecahkan
masalah klien perawat harus memandang permasalahan tersebut dari
sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus menggunakan terkhnik
active listening dan kesabaran dalam mendengarkan ungkapan klien.
Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak
secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat
saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah
klien dan akibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu
bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya; Jika seseorang diterima dengan tulus,
seseorang akan merasa nyaman dan aman dalam menjalin hubungan
intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa
perawat tidak menerima klien apa adanya.
g. Sensitif terhadap perasaan klien; Tanpa kemampuan ini hubungan
yang terapeutik sulit terjalin dengan baik, karena jika tidak sensitif
perawat dapat saja melakukan pelanggaran batas, privasi dan
menyinggung perasaan klien.
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat
sendiri; Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi
pada masa lalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini.
Sangat sulit bagi perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki
segudang masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya.
Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik.
(1) fase preinteraksi
(2) fase perkenalan atau orientasi
(3) fase kerja
(4) fase terminasi.

Tugas Perawat pada Setiap Fase Hubungan


FASE PRA INTERAKSI
Fase pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien.
Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga
kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan
klien dapat dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri
serta nilai tambah pengalamannya berguna agar lebih efektif dalam
memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri
yang stabil dan harga diri yang adekuat, mempunyai hubungan yang
konstruktif dengan orang lain dan berpegang pada kenyataan dalam
menolong klien (Stuart dan Sundeen, 1987; 105).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan
pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

· Prainteraksi
• Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
• Analisa kekuatan-kelemahan profesional
• Dapatkan data tentang klien jika mungkin
• Rencanakan pertemuan pertama
Orientasi
• Tentukan alasan klien minta pertolongan
• Bina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka
• Rumuskan kontrak pertama
• Eksplorasi pikiran, perasaan dan perilaku klien
• Identifikasi masalah klien
• Rumuskan tujuan dengan klien
FASE ORIENTASI
Fase ini dimulai pada saat pertemuan pertama dengan klien. Hal
utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.
Dalam memulai hubungan, tugas utama perawat adalah membina
rasa percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan
perumusan kontrak dengan klien. Elemen-elemen kontrak (lihat Tabel 3)
perlu diuraikan dengan jelas kepada klien sehingga kerjasama dapat
dilakukan secara optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh
dalam kontrak, tetapi pada kondisi tertentu misalnya pada klien dengan
gangguan realitas, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu
mengulang kontrak jika kontak relitas klien meningkat.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan
klien dan mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuan bersama
klien.
Elemen Kontrak Perawat-Klien Pada tahap Orientasi
• Nama individu (perawat dan klien)
• Peran perawat dan klien
• Tanggung jawab perawat dan klien
• Tujuan hubungan
• Tempat pertemuan
• Waktu pertemuan
• Situasi terminasi
• Kerahasiaan
FASE KERJA
Pada fase kerja perawat dan klien mengeksplorasi stressor yang
tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien.
Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan
kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri serta mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaptif
menjadi adaptif merupakan fokus fase ini.
FASE TERMINASI
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari
hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik
sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Keduanya (perawat dan
klien) akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah
menghadapi realitas perpisahan yang tidak dapat diingkari. Klien dan
perawat bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah
dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih, penolakan perlu
dieksplorasi dan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses
kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberi pengalaman
positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk
perpisahan. Reaksi klien dalam menghadapi terminasi dapat bermacam
cara. Klien mungkin mengingkari perpisahan atau mengingkari manfaat
hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan
bermusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara yang
dangkal. Terminasi mendadak dan tanpa persiapan mungkin
dipersepsikan klien sebagai penolakan atau perilaku klien kembali pada
perilaku sebelumnya dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri
hubungan kerena klien masih memerlukan bantuan.

Kesimpulan
· Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan
latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi
terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan
ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat
melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi
perawat.
· Tujuan komunikasi terapeutik adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
· Tugas prwt dlm tiap-tiap fase
Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri
sendiri.
Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien
Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan
Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien
Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien
Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.
· Hambatan Komunikasi Terapeutik.
1. Resisten.
2. Transferens.
3. Kontertransferens.

Anda mungkin juga menyukai