Disusun Oleh
Nama :
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
Juni, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian dengan judul Abnormal Return Dan Trading Volume Activity
Sebelum Dan Setelah Pemilihan Umum 17 April 2019 (Event Study Sebelum
dan sesudah dilakasanakan Pemilihan Umum 2019) dengan baik. Kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Fransiskus E. Daromes, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pengasuh
mata kuliah Metodologi Penelitian Akuntansiyang membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan para
pembaca pada umumnya. Semoga materi yang disampaikan dalam makalah ini
dapat menjadi sumbangan pemikiran dan tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................... 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang.Kegiatan perdagangan efek terutama kegiatan di bursa saham, sebagai
bagian dariaktivitas ekonomi tak luput dari pengaruh gejolak politik. Peristiwa
politik memangtidak mengintervensi bursa saham secara langsung, namun
peristiwa ini merupakan salah satu informasi yang diserap oleh pelaku pasar
modal dan digunakan untukmemperoleh keuntungan yang diharapkan di masa
yang akan datang. Informasitersebut mempengaruhi pengambilan keputusan para
investor dan pada akhirnyapasar akan bereaksi terhadap informasi tersebut untuk
mencapai suatu keseimbangan.
Peristiwa-peristiwa politik merupakan salah satu dari faktor non ekonomi
yang dapat memicu fluktuasi harga saham di pasar modal. Ada empat belas
variabel yang mempengaruhi harga saham menurut Mohamad Samsul (2006)
dalam Trisnawati (2011) yakni 1) pengumuman pembagian deviden tunai, 2)
pengumuman split, 3) pengumuman right issue, 4) pengumuman saham bonus
atau saham deviden, 5) pengumuman waran, 6) rencana merger dan akuisisi, 7)
rencana transaksi benturan kepentingan, 8) perubahan variabel makro dan mikro
ekonomi, 9) peristiwa politik internasional, 10) pergerakan indeks saham DJIA,
Nikkei 225, Hang Seng, 11) peristiwa politik nasional, 12) January effect, 13)
Insider information, dan 14) perubahan siklus ekonomi melalui leading indicator.
Investor mengenal dua model analisis sebagai dasar untuk mengambil
keputusan investasi, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis
teknikal memperhatikan pergerakan harga saham atau return saham dalam pasar
mdoal, yang antara lain disebekan oleh informasi di seputar masalah kebijakan
ekonomi, politik, sosial, lingkungan dan hak asasi manusia (HAM). Sebagai salah
satu instrument eknomi, maka pasar modal tidak dapat dipisahkan dari berbagai
4
hal yang terjadi disekelilingnya. Semakin penting peranan pasar modal didalam
perekonomian dari suatu negara, maka semakin sensitif pasar modal terhadap hal-
hal yang mempengaruhinya. (Sotartagam, 2015).
Pasar modal merupakan salah satu indikator kemajuan perekonomian suatu
negara. Perusahaan yang membutuhkan alternatif pembiayaan jangka panjang
dapat menjual sahamnya di pasar modal, sehingga dapat mengurangi
ketergantungan perusahaan tersebut kepada bank. Aktivitas dan volume transaksi
di pasar modal yang semakin tinggi memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis
berbagai perusahaan berjalan dengan baik.
Keberadaan pasar modal merupakan fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah untuk memindahkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada
pihak yang membutuhkan. Investor melakukan investasi berharap akan
mendapatkan imbalan atas dana yang di tanamkan, sedangkan emiten
membutuhkan dana untuk melakukan kegiatan yang dapat memberikan nilai
tambah. Hal ini menunjukkan adanya pola saling menguntungkan antara emiten
dengan investor.
Sebagai suatu instrumen ekonomi, aktivitas pasar modal tidak terlepas dari
pengaruh peristiwa yang berasal dari lingkungan ekonomi maupun lingkungan
non ekonomi. Secara umum peristiwa yang mempengaruhi aktivitas pasar modal,
baik yang berasal dari lingkungan ekonomi maupun lingkungan non ekonomi,
memiliki kandungan informasi. Informasi inilah yang dijadikan pertimbangan
oleh investor dalam mengambil keputusan investasi, sehingga dapat mengubah
harga saham dan volume perdagangan saham.
Beberapa faktor tersebut merupakan indikator yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dari pasar modal. Untuk melihat berhasil atau tidaknya pasar modal,
maka biasanya hal tersebut dapat dilihat langsung pada jumlah saham yang
diperdagangkan di BEI. Akibat adanya sebuah peristiwa politik maupun ekonomi
akan menyebabkan harga saham yang ada di BEI mengalami fluktuasi, sehingga
hal tersebut akan menyebabkan ketidakpastian Capital gain atau disebut return
saham.
5
Komitmen pemerintah Indonesia terhadap peran pasar modal tercermin di
dalam UU Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, dimana
dinyatakan bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha
dan wahana investasi bagi masyarakat. Selain pihak yang memiliki kelebihan dan
kekurangan dana, beberapa faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pasar
modal antara lain ketersediaan sekuritas, permintaan akan sekuritas, masalah
hukum dan peraturan, keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi
kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan
transaksi secara efisien, dan kondisi politik dan ekonomi suatu negara. Kondisi
politik yang kondusif dan sesuai dengan harapan investor memberikan rasa aman
dan keyakinan kepada investor akan perekonomian yang lebih baik sehingga akan
meningkatkan investasi mereka di pasar modal. Sebaliknya, kondisi politik yang
tidak kondusif dan tidak sesuai dengan harapan investor akan memungkinkan
investor menurunkan investasi mereka di pasar modal (Mukuan, Murni, & Tasik,
2019).
Peranan pemerintah dalam suatu pasar modal sangat dominan. Keadaan
politik secara langsung maupun tidaklangsung akan mempengaruhi keadaan
perekonomian suatu negara. Jika keadaan politik kondusif maka keadaan
perekonomian akan cenderung lebih stabil bahkan kemungkinan bisa
berkembang. Sebaliknya, jika keadaan politik negara tidak kondusif, maka
perekonomian kemungkinan akan terganggu, karena investor tidak berani untuk
berspekulan tinggi.
Selain itu, informasi juga memiliki peranan yang sangat penting dalam
pasar modal, sebagaimana kita ketahui, bahwa harga merupakan refleksi semua
informasi yang relevan (Eficient Market Hypotesis). Informasi yang relevan akan
memberi gambaran kepada investor mengenai risiko dan expected return dari
suatu sekuritas dalam rangka menentukan keputusan serta strategi investasi untuk
memperoleh tingkat pengembalian yang maksimal.
6
Menurut Wibowo (2004) dalam Astuty (2014), Peristiwa politik yang paling
besar dalam sebuah negara adalah pemilihan presiden dan wakil presiden yang
akan berdampak pada perekonomian, seperti fluktuasi harga saham.
Pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilu Presiden, adalah peristiwa
yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan perubahan susunan pada lembaga
eksekutif maupun lembaga legislatif akan menentukan arah kebijakan ekonomi
suatu negara. Perubahan susunan pada lembaga-lembaga tersebut dapat
mempengaruhi stabilitas politik dan stabilitas ekonomi. Stabilitas politik dan
stabilitas ekonomi yang terganggu akan membuat investor merasa tidak aman
untuk menginvestasikan dananya di pasar modal, begitu pula sebaliknya.
Jogiyanto (2010:351) dalam Pratama, Sinarwati, & Dharmawan (2015)
mengemukakan para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman
yang diterbitkan oleh emiten ataupun kebijakan pemerintah, sehingga hal tersebut
akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham,
misalnya dengan adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan
pada harga saham, bid/ask spread, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan
informasi, sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Suatu pengumuman
memiliki kandungan informasi jika pada saat transaksi perdagangan terjadi,
terdapat perubahan terutama perubahan harga saham.
Pengujian kandungan informasi yang terdapat dalam pengumuman hasil
Pemilu 2019 merupakan pengujian untuk melihat reaksi pasar dan efisiensi pasar.
Pasar yang efisien secara informasi dapat diukur menggunakan abnormal return
dan trading volume activity.
Studi peristiwa (event study) pada penelitian ini dilakukan dengan
mengamati pergerakan harga saham dan volume perdagangan saham di pasar
modal. Jika pengumuman hasil Pemilu 2019 mengandung informasi, maka
diharapkan pasar akan bereaksi yang ditunjukkan dengan adanya perubahan harga
saham dan volume perdagangan saham. Perubahan harga saham akan
mengakibatkan perbedaan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah
pengumuman hasil Pemilu 2019, sedangkan perubahan volume perdagangan
7
saham akan mengakibatkan perbedaan rata-rata trading volume activity sebelum
dan sesudah pengumuman hasil Pemilu 2014.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh peristiwa
politik terhadap kinerja pasar modal di Indonesia. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul,
“Abnormal Return Dan Trading Volume Activity Sebelum Dan Setelah
Pemilihan Umum 17 April 2019 (Event Study Sebelum dan sesudah
dilakasanakan Pemilihan Umum 2019)”.
Dengan melihat latar belakang pemilihan topik diatas, penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
8
1.4 Manfaat Penelitian
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio
4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif
5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.
PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 8 macam indeks harga saham yang
secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik,
sebagai salah satu pedoman bagi investor untuk berinvestasi di pasar modal. Ke
delapan macam indeks tersebut adalah :
11
menggunakan 45 saham untuk perhitungan indeks sedangkan Jakarta Islamic
Index (JII) menggunakan 30 saham untuk perhitungan indeks.
Konsep pasar modal yang efisien telah menjadi suatu topik yang menarik
untuk diteliti karena merupakan konsep dasar yang dapat membantu dalam
memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar. Untuk
bidang keuangan, konsep pasar yang efisien lebih ditekankan pada aspek
informasi. Hubungan antara harga sekuritas dengan informasi adalah kunci utama
untuk mengukur pasar yang efisien.
12
Kondisi pasar yang efisien memberikan kondisi harga yang tidak bias, dan kondisi
pasar yang tidak efisien memungkinkan timbulnya harga yang bias. Investor
menginginkan berbagai informasi berlangsung secara baik dan terbuka tanpa ada
yang ditutupi, dengan kondisi begitu reaksi investor adalah jelas dalam
mengambil berbagai keputusan. Beberapa reaksi investor dalam menanggapi good
news and bad news sebagai berikut:
a. Harga akan terbentuk dengan kondisi yang sesuai pada saat investor sudah
benar-benar memahami informasi tersebut dengan baik.
b. Investor akan bereaksi sesuai dengan informasi yang diterimanya.
c. Kebenaran dan keakuratan informasi akan mempengaruhi pengambilan
keputusan investasi.
d. Sebelum informasi tersebut menemukan garis yang sesuai maka disana
terjadi lag sebagai cerminan proses berjalan.
e. Investor selalu bereaksi secara rasional dalam menanggapi berbagai
informasi.
13
Event study merupakan salah satu cara yang digunakan untuk melakukan
penelitian terhadap reaksi dari suatu variabel atas adanya pengaruh dari variabel
yang lain. Secara umum, tujuan event study adalah untuk mengetahui adanya
abnormal return yang diperoleh pemegang saham (investor) sebagai akibat dari
peristiwa tertentu (Peterson, 1989).
Hartono (2010) dalam Mukuan et al.(2019) mengemukakan Tujuan dari
metode event study adalah untuk menguji kandungan informasi dari suatu
pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar
akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada event
study, digunakan beberapa periode yaitu periode estimasi, periode jendela, dan
periode saat terjadinya peristiwa. Panjang dari periode event study didesain untuk
mengukur reaksi pasar dan kelebihan return disekitar informasi tersebut.
Ketika suatu informasi yang relevan masuk ke pasar modal, maka
informasi ini akan mengakibatkan pergeseran harga saham menuju harga
ekuilibrium yang baru. Harga tersebut akan tetap hingga informasi lainnya
mengubahnya kembali menuju harga ekuilibrium yang baru. Jika pasar bereaksi
dsecara cepat terhadap harga ekuilibrium yang baru, maka pasar tersebut
merupakan pasar yang efisien. Sebaliknya jika pasar bereaksi dengan lambat,
maka hal ini menunjukkan adanya asimetri informasi pada pasar. Pasar yang
demikian merupakan pasar yang tidak efisien.
Periode penelitian dalam event study umumnya terbagi dalam tiga periode,
yaitu periode sebelum, saat, dan sesudah. Periode sebelum merupakan periode
yang digunakan untuk mengamati adanya antisipasi terhadap informasi yang
terkandung dalam suatu pengumuman. Periode saat merupakan periode yang
digunakan untuk mengamati reaksi pasar atas/pada saat pengumuman tersebut
terjadi. Periode sesudah merupakan periode yang digunakan untuk mengamati
seberapa cepat reaksi pasar atas pengumuman tersebut.
14
memandang prospek perusahaan. Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan
yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan signal pada pasar dengan
demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik
dan buruk Brigham dan Houston(2001) dalam Sotartagam(2015)
Signalling theory dalam penelitian ini terkait dengan adanya informasi
yang menjadi sinyal atau indikasi dari abnormal return dan trading volume
activity dari saham suatu perusahaan terhadap investor dan pelaku pasar lainnya.
Dengan adanya indikasi ini, maka investor dan pelaku pasar akan dapat
menentukan sikapnya sebelum dan setelah adanya pengumuman terhadap suatu
event.
Signaling theory berakar dalam gagasan informasi asimetris, yang
mengatakan bahwa dalam beberapa transaksi ekonomi, ketidaksetaraan dalam
akses ke informasi pasar normal untuk pertukaran barang dan jasa
Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung
informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric
information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih
banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal.
Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah
Pramastuti(2007) dalam Hutami & Ardiyanto(2015). Oleh sebab itu, faktor
keadaan dan posisi perusahaan harus dimasukkan ke dalam tahapan berupa siklus
hidup perusahaan, sehingga dengan lebih memahami posisi tahap siklus hidup
perusahaan, pengguna laporan keuangan dapat menentukan informasi akuntansi
yang selayaknya dipakai.
Jogiyanto (2009) dalam Sotartagam(2015) menyatakan bahwa informasi
yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi
investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan
adanya perubahan volume perdagangan saham.
15
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal
buruk (bad news).
Hasil dari interpretasi informasi inilah nantinya yang akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran dari investor. Jika banyak investor berpandangan
pesimis akibat bad news dari informasi yang diterima, maka ia akan mengurangi
jumlah pembelian yang terjadi dan akan menambah penawaran di pasar sehingga
harga akan terdorong turun. Sebaliknya jika investor memandang optimis akibat
good news dari informasi yang diterima, maka ia akan menambah jumlah
pembelian yang terjadi dan akan menurunkan penawaran di pasar sehingga harga
akan terdorong naik Sharpe, Alexander dan Bailey(2000) dalam
Sotartagam(2015).
16
pula return yang mungkin akan diperoleh dari suatu aset, hal ini juga terjadi
sebaliknya. Dalam karakteristik suatu investasi terdapat suatu aset investasi
tertentu dimana terdapat return yang tetap (biasanya cenderung kecil) namun
bebas risiko, titik ini disebut titik risk free.
Sumber-sumber return dari investasi terdiri dari dua komponen utama,
yaitu yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return yang
mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh suatu investasi secara
periodik. Dalam instrumen saham kita mengenalnya sebagai deviden yang hanya
akan berupa angka nol atau positif. Sedangkan capital gain/loss merupakan
kenaikan atau penurunan nilai dari suatu surat berharga dapat berupa minus,
angka nol dan positif. Return dapat berupa realized return (return
realisasi/sesungguhnya) yaitu return yang sudah terjadi dan expected return yaitu
return yang belum terjadi tetapi diharapkan terjadi di masa mendatang. Return
realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data
historis dan dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan,
dan sebagai dasar penentu return ekspektasi serta risiko di masa mendatang
Jogiyanto(2008) dalam Hutami & Ardiyanto(2015).
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return
saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham harian sekuritas i pada
periode t (Pi,t) dikurangi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1),
dibagi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), lebih jelasnya
dapat diformulasikan, sebagai berikut Jogiyanto(2008) dalam Hutami &
Ardiyanto(2015):
𝑷𝐢,𝐭 − 𝑷𝐢,𝐭−𝟏
𝑹𝐢,𝐭 =
𝑷𝐢,𝐭−𝟏
Keterangan:
Ri,t = return saham harian sekuritas i pada periode t
Pi, t = Harga saham harian sekuritas i pada periode t
Pi,t-1 = harga saham harian sekuritas i pada periode t-1
17
2.1.8 Abnormal Return
Menurut Jogiyanto (2008) dalam Hutami & Ardiyanto(2015), abnormal
return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap
normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh investor (expected
return). Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari
return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif
jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung (Rachmawati, 2005) dalam Hutami & Ardiyanto(2015).
Menurut Jogiyanto (2008) dalam Hutami & Ardiyanto(2015), studi
peristiwa menganalisis return tidak normal dari sekuritas yang mungkin terjadi
disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau excess return
merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
normal. Sehingga dapat disimpulkan,bahwa abnormal return terjadi karena dipicu
oleh adanya kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana
politik, kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan
lain-lain.
Keterangan:
18
historis karena Expected Return merupakan return yang diharapkan dari investasi
yang akan dilakukan (Jogiyanto, 2008) dalam (Hutami & Ardiyanto, 2015).
Dengan kata lain, Expected Return adalah return yang diharapkan investor yang
akan diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum terjadi.
𝒕=𝟐
∑ 𝑹𝒊,𝒋
𝒋=𝒕𝒊
𝑬[𝑹𝒊, 𝒕] =
𝑻
Keterangan:
19
OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan Jogiyanto(2008) dalam Hutami
& Ardiyanto(2015):
𝑹𝒊,𝒋 = ∝ + 𝜷𝒊 . 𝑹𝒎𝒋 + 𝒆𝒊,𝒋
Keterangan:
𝑬[𝑹𝒊, 𝒕] = 𝑹𝑴𝒊,𝒕
Keterangan:
𝑅𝑀𝑖,𝑡 = return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
20
semakin kuat akan kondisi yang bullish Neni dan Mahendra(2004) dalam Hutami
& Ardiyanto(2015).
Volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat
apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham yang aktif diperdagangkan
di pasar (Neni dan Mahendra, 2004 dalam Hutami & Ardiyanto, 2015). Saham
yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar
dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang
tinggi.
Menurut Husnan (2006) dalam Hutami & Ardiyanto (2015) mengukur
kegiatan perdagangan saham yang dilihat melalui indikator TVA digunakan untuk
melihat apakah investor individual menilai laporan keuangan informatif dalam arti
apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas keputusan
perdagangan normal.
Ditinjau dari fungsinya Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu
variasi dari event study. Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan
antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar
dalam suatu periode tertentu.Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut :
21
pengaruh peristiwa Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Putaran II 2012 terhadap
Abnormal return dan Trading volume activity dengan hasil tidak ada perbedaan
abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah event.
Penelitian Suryo Luhur (2010) yang berjudul Reaksi Pasar Modal Indonesia
Seputar Pemilihan Umum 8 Juli 2009 Pada Saham LQ-45 meneliti tentang
pengaruh peristiwa Pemilihan Umum terhadap Abnormal return dan Trading
volume activity dengan hasil tidak ada perbedaan abnormal return dan trading
volume activity sebelum dan sesudah event.
Penelitian Muhammad Sudrajat (2010) yang berjudul Pengaruh Pemilu
Legislatif 9 April 2009 dan Pemilu Presiden 8 Juli 2009 Terhadap Harga Saham
dan Volume Perdagangan Saham pada Kelompok Perusahaan di Daftar Efek
Syariah (DES) dengan hasil Terdapat abnormal return dan trading volume activity
yang signifikan.
Variabel
Peneliti dan dan
No. Judul Peristiwa Hasil
Tahun Metode
Penelitian
1. Pratama, Reaksi Pasar Pelantikan Abnormal Abnormal
Sinarwati Modal Indonesia Joko Return return sebelum
dan Terhadap Widodo dan sesudah
Dharmawan Peristiwa Politik Metode peristiwa
(2015) Penelitian pelantikan
event Joko Widodo
study. bervariasi
namun tidak
signifikan
secara statistik.
2. Laksmi Reaksi Pasar Pemilihan Abnormal Tidak ada
Swastika Modal Indonesia Gubernur return perbedaan
Wardhani Terhadap DKI Trading abnormal
(2013) peristiwa Jakarta volume return dan
Pemilihan Putaran activity trading volume
Gubernur DKI II activity
Jakarta Putaran 2012 Metode sebelum
II 2012 (Event Penelitian dan sesudah
Study pada Event Event
Saham Anggota Study
Indeks Kompas
100)
22
3. Suryo Luhur Reaksi Pasar Pemilihan Abnormal Tidak
(2010) Modal Indonesia Umum return ada
Seputar Trading perbedaan
Pemilihan volume abnormal
Umum 8 Juli activity return dan
2009 Pada trading volume
Saham LQ-45 Metode activity
Penelitian sebelum
Event dan sesudah
Study event
4. Muhammad Pengaruh Pemilihan Abnormal Terdapat
Sudrajat Pemilu Umum return abnormal
(2010) Legislatif 9 Trading return dan
April 2009 dan volume trading volume
Pemilu Presiden activity activity yang
8 Juli 2009 signifikan.
Terhadap Harga Metode
Saham dan Penelitian
Volume Event
Perdagangan Study
Saham pada
Kelompok
Perusahaan di
Daftar Efek
Syariah
23
Pemilihan Umum
Bursa Efek
Indonesia
H1 H2
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran pada gambar 2.1, maka hipotesis yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis 1 (H1) : Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return pada BEI
sebelum dan setelah pemilihan umum.
2. Hipotesis 2 (H2) : Terdapat perbedaan rata-rata trading volume activity
(TVA) pada BEI sebelum dan setelah pemilihan umum.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Universitas Pendidikan Ganesh, Volume:3 No.1,
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/4754.
Luhur, Suryo. (2010, Mei). Reaksi Pasar Modal Indonesia Seputar Pemilihan
Umum 8 Juli 2009 Pada Saham LQ-45. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
14(2) : 249-262. Dalam http://jurkubank.files.wordpress.com/2012/01/
06suryoluhur_encrypted.pdf.
Hartono, Prof. Dr. Jogiyanto, M.B.A., Ak. 2013. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi. Edisi Kedelapan. BPFE : Yogyakarta.
26