BAB 1
PENDAHULUAN
ditangani secara cepat dan tepat. Definisi stroke menurut World Health
gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab
cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya
ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi
otak.2
tahun terakhir. Stroke adalah peringkat ketiga penyebab kematian. Terdapat kira-
kira 2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan.
Dari angka ini, 40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
jantung, kanker, serta stroke berada diurutan ketiga. Rata-rata satu kejadian stroke
terjadi setiap 40 detik dan setiap 4 menit seseorang meninggal karena stroke.1
1
2
Berdasarkan data terbaru dan hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 (Riskesdas
stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil
dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.
Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan.3
3
BAB II
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PRIBADI
Nama :
Umur : Tahun
Agama : Islam
Alamat :
Status : Menikah
Tanggal Masuk :
2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Nyeri Kepala
Telaah : Pasien datang ke RS Haji Medan dengan keluhan nyeri
kepala sudah dirasakan 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit. Keluhan ini timbul mendadak disertai rasa oyong
yang berlebihan, sehingga apabila berjalan badan terasa
agak jatuh kesebelah kanan, disertai juga penglihatan
ganda (+), mata juling (+) sejak keluhan timbul dan terasa
sakit saat menguyah di daerah pipi sebelah kanan. Os
selama ini memiliki riwayat hipertensi dan Diabetes
Melitus. Bak (+) Normal, BAB (+) Normal.
3
4
3. ANAMNESIS TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius : Hipertensi (+)
Traktus Respiratorius : Sesak nafas (-) Batuk (-)
Traktus Digestivus : Mual (-) Muntah (+) Mencret (-)
Traktus Urogenitaslis : BAK (+) Normal BAB (+) Normal
Penyakit Terdahulu & Kecelakaan : Hipertensi (+), DM (+),
Asam Urat (-), Trauma (-)
4. ANAMNESIS KELUARGA
Intoksikasi & Obat-obatan : Tidak ada
Faktor Herediter : Tidak ada
Faktor Familier : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. ANAMNESIS SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan : Normal
Imunisasi : Lengkap
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Perkawinan dan Anak : Menikah
6. PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 100 x/menit
- Frekuensi Nafas : 20 x/menit
- Temperatur : 35,3˚C
- Kulit dan Selaput Lendir : Dalam batas normal
- Kelenjar dan Getah Bening : Dalam batas normal
THORAX ABDOMEN
GENITALIA
- Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM : Compos mentis
KRANIUM
- Bentuk : Normochepali
- Fontanella : Tertutup, Keras
- Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Transiluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
RANGSANGAN MENINGEAL
- Kaku Kuduk : Tidak ada
- Kernig Sign : Tidak ada
- Tanda Burdzinski I : Tidak ada
- Tanda Burdzinski II : Tidak ada
Pupil
- Lebar 3 mm 3 mm
- Bentuk Bulat Bulat
- R.C Langsung Dalam batas normal Dalam batas normal
- R.C tidak langsung Dalam batas normal Dalam batas normal
- Strabismus (+) (-)
7
N. V Kanan Kiri
Motorik
- Membuka & Menutup Dalam batas normal Dalam batas normal
mulut
- Palpasi M. Maseter Dalam batas normal Dalam batas normal
dan M. Temporalis
- Kekuatan Gigitan Dalam Batas normal Dalam Batas normal
Sensorik
- Kulit Dalam batas normal Dalam batas normal
- Selaput Lendir Dalam batas normal Dalam batas normal
Motorik
- Mimik Tampak Sakit Tampak Sakit
- Kerut Kening - +
- Menutup mata Melemah Normal
- Memperlihatkan gigi Sudut mulut tertarik Normal
ke kiri
Sensorik
- Pengecapan 2/3 Depan Tidak dilakukan
Lidah pemeriksaan
- Produksi Kelenjar (+)
Ludah
- Hiperakusis (-)
- Refleks Stapedial TDP
8
Auditorius
- Pendengaran DBN DBN
- Test Rinne Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- Test Weber Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
- Tes Schwabach Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan
Vestibularis
- Nistagmus (-)
- Vertigo (+)
- Tinitus (-)
N. IX, X
Pallatum Mole Medial
Uvula Medial
Disfagia (-)
Disatria (-)
Disfonia (-)
Refleks Muntah Tidak Dilakukan
Pengecapan 1/3 Belakang Tidak Dilakukan
Lidah Pemeriksaan
N.XI
Mengangkat Bahu DBN
Fungsi M. Sternocleidomastoideus DBN
N. XII
Lidah
- Tremor (-)
- Atrofi (-)
- Fasikulasi (-)
9
SISTEM MOTORIK
55555 55555
EID : 55555 EIS 55555
TEST SENSIBILITAS
- Eksteroseptif : Nyeri (Dalam batas normal), Raba (Dalam batas
normal), Suhu (Dalam batas normal).
- Propioseptif : Rasa gerak (Dalam batas normal), Rasa sikap
(Dalam batas normal), Rasa getar (Dalam batas
normal), Rasa tekan (Dalam batas normal ), Nyeri
dalam (Dalam batas normal).
10
REFLEKS FISIOLOGIS
- Biceps : (++/++)
- Triceps : (++/++)
- Patella : (++/++)
- Tendon Achiless : (++/++)
REFLEKS PATOLOGIS
- Babinski : (-/-)
- Oppenheim : (-/-)
- Chaddock : (-/-)
- Gordon : (-/-)
- Schaeffer : (-/-)
- Hoffman – Trommer : (-/-)
- Klonus Lutut : (-/-)
- Klonus Kaki : (-/-)
KOORDINASI
Lenggang : Dalam batas normal
Bicara : Pelo
Menulis : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Mimik : Tampak Sakit
Test Telunjuk-Telunjuk : Dalam Batas normal
Test Telunjuk-Hidung : Dalam Batas normal
Disdiadokokinesis : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Test Tumit-Lutut : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Test Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
11
VEGETATIF
Vasomotorik : (+) Normal
Sudomotorik : (+) Normal
Pilo-Erektor : Dalam batas normal
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensi dan Libido : Tidak ditanyakan
VERTEBRAE
Bentuk
- Normal : (+)
- Scoliosis : (-)
- Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
- Leher : Dalam batas normal
- Pinggang : Dalam batas normal
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : Compos Mentis
Ingatan Baru : Dalam batas normal
Ingatan Lama : Dalam batas normal
12
Orientasi
- Diri : Dalam batas normal
- Tempat : Dalam batas normal
- Waktu : Dalam batas normal
- Situasi : Dalam batas normal
Intelegensia : Tidak diperiksa
Daya Pertimbangan : Normal
Reaksi Emosi : Normal
Afasia
- Ekspresif : (-)
- Represif : (-)
- Apraksia : (-)
Agnosia
- Agnosia visual : (-)
- Agnosia Jari-jari : (-)
- Akalkulia : (-)
- Disorientasi kanan-kiri : (-)
13
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Niai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Rutin
Haemoglobin 13.8 g/dL 12 - 16
Hitung Eritrosit 5.2 10^6/µL 3.9 - 5.6
Hitung Leukosit 8,100 /µL 4,000 – 11,000
Hematokrit 43.3 % 36 – 47
Hitung Trombosit 274,000 /µL 150,000 – 450,000
Index Eritrosit
MCV 84.0 fl 80 – 96
MCH *26.7 pg 27 – 31
MCHC 31.8 % 30 – 34
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 1 % 1–3
Basofil 0 % 0–1
N. Stab *0 % 2–6
N. Seg *81 % 53 – 75
Limfosit *15 % 20 – 45
Monosit *3 % 4–8
Laju Endap Darah *36 mm/jam 0-20
Tanggal 25-04-2017
9. DIAGNOSA
stroke iskemik
10. PENATALAKSANAAN
Diet : MB
Terapi :
- Vastigo 2x1
- Aspilet 1x1
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
vaskuler.1
oleh iskemia atau perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi fokal
pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke
bagian otak yang mengalami oklusi. Munculnya tanda dan gejala fokal atau global
pada stroke disebabkan oleh penurunan aliran darah otak. Oklusi dapat berupa
pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Stroke
3.2. Epidemiologi
mencapai 12,1 per 1000 orang. Data pada 2010 di Amerika Serikat, stroke berada
di urutan ketiga teratas sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan
kanker. Kasus penderita stroke di negara tersebut mencapai 700 ribu orang per
tahun. Stroke infark trombotik 80% dari semua jenis stroke, sedangkan stroke
15
16
sebesar 5%.3
mengganggu atau memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF).
Nilai normal CBF adalah 50–60 ml/100 mg/menit. Iskemik terjadi jika CBF < 30
aktivitas protease, yakni suatu cascade atau proses berantai eksitotoksik dan pada
dikendalikan Dikendalikan
Infark jantung
Merokok
Transient Ischemic
Attack (TIA)
Stenosis karotis
asimtomatik
3.5. Klasifikasi
a. Stroke Trombosis
biasanya terjadi saat tidur, saat pasien relatif mengalami dehidrasi dan
karotis interna atau, yang lebih jarang di pangkal arteria serebri media atau
18
di taut ateria vertebralis dan basilaris. Stroke trombotik dapat dari sudut
perfusi yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau
b. Stroke Emboli
rongga jantung atau katup mitralis. Karena biasanya adalah bekuan kecil,
fragmen– fragmen dari jantung mencapai otak melalui arteria karotis atau
tergantung pada bagian mana sirkulasi yang tersumbat dan seberapa dalam
gejala–gejala mereda.
yang mengalami infark beberapa jam atau mungkin hari setelah emboli
19
sebelah distal dari okulasi embolus melemah atau rapuh karena perfusi.
Perjalanan klinis pasien dengan stroke infark akan sebanding dengan tingkat
penurunan aliran darah ke jaringan otak. Perjalanan klinis ini akan dapat
Adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya
Seperti juga pada TIA gejala neurologis dari RIND juga akan menghilang,
hanya saja waktu berlangsung lebih lama, yaitu lebih dari 24 jam, bahkan
sampai 21 hari. Jika pada TIA dokter jarang melihat sendiri peristiwanya,
saja, maka pada RIND ini ada kemungkinan dokter dapat mengamati atau
Pada bentuk ini gejala/ tanda neurologis fokal terus memburuk setelah 48
infark.
3.6. Patofisiologi
umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti (core) dengan
tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah ini akan menjadi nekrotik
dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di luar daerah core iskemik terdapat
daerah penumbra iskemik. Sel-sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati
iskemik, di luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hyperemic akibat adanya
aliran darah kolateral (luxury perfusion area). Daerah penumbra iskemik inilah
21
yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat di reperfusi dan sel-
sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor waktu dan jika
kematian.4
Dipandang dari segi biologi molekuler, ada dua mekanisme kematian sel
otak. Pertama proses nekrosis, suatu kematian berupa ledakan sel akut akibat
proses fagositosis debris nekrotik. Proses kematian kedua adalah proses apoptosis
atau silent death, sitoskeleton sel neuron mengalami penciutan atau shrinkage
tanpa adanya reaksi inflamasi seluler. Nekrosis seluler dipicu oleh exitotoxic
injury dan free radical injury akibat bocornya neurotransmitter glutamate dan
aspartat yang sangat toksik terhadap struktur sitoskeleton otak. Demikian pula
lepasnya radikal bebas membakar membran lipid sel dengan segala akibatnya.
iskemik yang berlangsung lebih lambat melalui proses kelumpuhan pompa ion
Natrium dan Kalium, yang diikuti proses depolarisasi membran sel yang berakibat
kerusakan pada endotel pembuluh darah, dapat terjadi baik di pembuluh darah
besar (large vessel thrombosis), maupun di pembuluh darah lakunar (small vessel
turbulen sepanjang area stenosis. Hal ini dapat menyebabkan disrupsi intima atau
trombus atau emboli yang menutupi arteri akan menurunkan aliran darah di
serebral dan bila ini berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan iskemik
Gejala stroke iskemik yang timbul akibat gangguan darah di otak bergantung
pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat peredaran
darah.2
menonjol
Gangguan mental
ringan
sumbatan
Koma
Hemiparesis kontralateral
Kelumpuhan NIII
e. Sistem Vertebrobasiler
Gangguan pendengaran
a. Penemuan Klinis5
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
Skor Siriraj
b. Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium
1. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Semua pasien yang diduga stroke harus menjalani pemeriksaan MRI atau
dan MRI adalah instrumen diagnose yang sangat penting karena dapat
scan dibedakan menjadi dua yaitu, CT scan non kontras yang digunakan
aneurisme.9
2. Pemeriksaan lain-lain
3.9. Penatalaksanaan
darurat medis pada stroke akut, mencegah stroke berulang, terapi rehabilitatif
untuk stroke kronis, dan mengatasi gejala sisa akibat stroke. Terapi stroke secara
medis antara lain dengan pemberian obat-obatan, fisioterapi, dan latihan fisik
merupakan perubahan gaya hidup terapeutik yang penting untuk semua pasien
yang berisiko aterotrombosis. Pada pasien yang membutuhkan terapi obat untuk
oleh modifikasi diet dan perubahan gaya hidup. Diet tinggi buah-buahan sitrus
iskemik pada studi Framingham dan studi Nurses Health , setiap peningkatan
konsumsi per kali per hari mengurangi risiko stroke iskemik sebesar 6%. Diet
rendah lemak trans dan jenuh serta tinggi lemak omega-3 juga direkomendasikan.
Konsumsi alkohol ringan-sedang (1 kali per minggu hingga 1 kali per hari) dapat
mengurangi risiko stroke iskemik pada laki-laki hingga 20% dalam 12 tahun,
namun konsumsi alkohol berat (> 5 kali/ hari) meningkatkan risiko stroke.10
b. Aktivitas fisik
28
Inaktivasi fisik meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke setara dengan
merokok, dan lebih dari 70% orang dewasa hanya melakukan sedikit latihan fisik
atau bahkan tidak sama sekali, semua pasien harus diberitahu untuk melakukan
aktivitas aerobik sekitar 30-45 menit setiap hari. Latihan fisik rutin seperti
pola makan lebih efektif dalam menurunkan berat badan dan pengendalian
metabolism.5,10
adalah :8
dalam 48 jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan jika tes fungsi menelan
sesuai dengan kondisi klinis pasien. Setelah keluar dari rumah sakit
stabil, kontrol buang air besar dan kecil, pemeriksaan penunjang kainnya,
Terapi umum
a. Posisi kepala 30o, dengan kepala dan dada pada satu bidang. Posisi lateral
dekubitus kiri bila disertai muntah. Ubah posisi tidur setiap 2 jam dan
b. Bebaskan jalan nafas bila perlu dapat diberikan oksigen 1-2 liter/menit
intermitten.
batas gula sewaktu 150 mg% dengan insulin atau intravena secara drip
kontinyu sempai 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (<60 mg% atau <80
Terapi Khusus
koagulan).
nimodipin.
pengurangan stroke iskemik secara umum ada dua terapi farmakologi yang
direkomendasikan dengan grade A yaitu t-PA dengan onset 3 jam dan aspirin
Obat ini dapat melarutkan gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah,
melalui enzim plasmin yang mencerna fibrin (komponen pembekuan darah). Akan
31
tetapi, obat ini mempunyai risiko, yaitu perdarahan. Hal ini disebabkan kandungan
terlarut tidak hanya fibrin yang menyumbat pembuluh darah, tetapi juga fibrin
cadangan yang ada dalam pembuluh darah. Selain itu, tPA hanya bermanfaat jika
diberikan sebelum 3 jam dimulainya gejala stroke. Pasien juga harus menjalani
pemeriksaan lain, seperti CT scan, MRI, jumlah trombosit, dan tidak sedang
b. Antiplatelet
mencegah stroke iskemik. Agen ini umumnya bekerja baik dengan mencegah
ini dapat membangun kembali keseimbangan yang tepat antara dua zat, sehingga
c. Pemberian Neuroprotektan
Pada stroke iskemik akut, dalam batas–batas waktu tertentu sebagian besar
dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif. Cara kerja metode ini adalah
neuron. Dengan demikian neuron terlindungi dari kerusakan lebih lanjut akibat
glutamat yang biasanya timbul setelahcedera sel neuron. Suatu obat neuroprotektif
d. Pemberian Antikoagulan
pada pasien dengan fibrilasi atrial. Pada pasien dengan fibrilasi atrial dan sejarah
stroke atau TIA, resiko kekambuhan pasien merupakan salah satu resiko tertinggi
yang diketahui. Secara umum pemberian heparin, LMWH atau Heparinoid setelah
primer maupun sekunder pada pasien dengan atrial fibrilasi. Penggunaan warfarin
antikoagulan rutin terhadap pasien stroke iskemik akut dengan tujuan untuk
3.10. Komplikasi
c. Emboli paru
3.11. Prognosis
penyulit yang terjadi selama perjalanan penyakit dan perawatan pasien, antara lain
perawatan khusus
stroke dengan defisit neurologis seperti defisit motorik, sensorik, visual atau
perawatan diri sendiri dan mobilitas yang dapat terjadi sebagai konsikuensi dari
3.12. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
stroke bagi individu yang mempunyai faktor resiko dengan cara melaksanakan
dalam makanan
sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, olahraga teratur
2. Pencegahan Sekunder
35
stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar
stroke tidak berlajut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah :10,11
trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra
3. Pencegahan Tersier
a. Rehabilitasi fisik
baju, makan dan buang air. Terapi ketiga adalah terapi wicara dan bahasa,
b. Rehabilitasi mental
mental seperti reaksi sedih, mudah tersinggung, murung, tidak bahagia dan
depresi.
c. Rehabilitasi sosial
BAB IV
KESIMPULAN
fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24
jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain
mengganggu atau memutuskan aliran darah otak atau cerebral blood flow (CBF).
Individu yang paling berisiko mengalami stroke yaitu lansia yang menderita
jantung.
dapat digunakan skor Siriraj atau algoritme Gadjah Mada untuk dapat
darurat medis pada stroke akut, mencegah stroke berulang, terapi rehabilitatif
untuk stroke kronis, dan mengatasi gejala sisa akibat stroke. Prognosis stroke
37
38
sangat dipengaruhi oleh berat ringannya penyakit dan penyulit yang terjadi selama
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). The atlas of heart disease and stroke. WHO;
2016.
Indonesia ; 2007.
Juni 2011.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Ed 6. Vol
7. Jauch EC. Ischemic stroke. Medscape Medical Reference. Desember 07; 2016.
Available at http://www.emedicine.medscape.com/article1916852-overview.
9. Bruno A,Kaelin DL EY. The subacute stroke patient: hourd 6 to 72 after stroke
87.
10. Cohen SN. The subacute stroke patient: Preventing recurrent stroke. In Cohen SN.
11. Hacke W,dkk. Ischemic stroke prophylaxis and treatment – European stroke
12. Wirawan RP. Rehabilitasi stroke pada pelayanan kesehatan primer. Majalah