Anda di halaman 1dari 9

MODUL 01

DASAR PENGUKURAN
Alfina Rahmawati
10218063
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung
Alfinarahmawati1@gmail.com

Tanggal Praktikum: (17-09-2019)


Asisten: Elis Agustina / 10217107

1. TUJUAN
a. Mengukur besar resistansi, kapasitansi, induktansi, dan diode dari suatu resistor, kapasitor, induktor, dan
diode dengan multimeter.
b. Mengukur tegangan dan arus suatu rangkaian listrik.
c. Menentukan nilai tegangan DC yang dikeluarkan power supply menggunakan multimeter dan osiloskop.
d. Menentukan nilai tegangan AC dari signal generator menggunakan multimeter dan osiloskop.
e. Menentukan tegangan Thevenin (VTH) dan hambatan Thevenin (RTH) berdasarkan perhitungan matematis
dan pengukuran osiloskop.
f. Menentukan nilai hambatan dalam baterai (Ro)

2. DASAR TEORI
Breadboard adalah papan khusus yang digunakan untuk membuat prototype atau rangkaian elektronik yang
bersifat percobaan. Breadboard merupakan suatu papan kumpulan dari lempengan besi yang digunakan untuk
menggantikan penggunaan kabel yang kurang praktis. Pada bagian atas dan bawah breadboard, terdapat garis
merah dan biru. Garis merah menandakan jalur positif untuk catudaya, sedangkan garis biru menandakan jalur
negatif untuk catudaya
Dalam rangkaian listrik tentunya terdapat beberapa besaran seperti tegangan, arus, hambatan.
Untuk dapat menghitung besaran-besaran tersebut diperlukan alat ukur. Dalam percobaan ini digunakan
multimeter digital dan osiloskop.
Multimeter adalah alat yang berfungsi untuk mengukur Voltage (Tegangan), Ampere (Arus
Listrik), dan Ohm (Hambatan/resistansi) dalam satu unit. Multimeter sering disebut juga dengan istilah
Multitester atau AVOMeter (singkatan dari Ampere Volt Ohm Meter). [1] Cara kerja multimeter:
pertama, nyalakan multimeter dan putar mode pengukuran pada besaran yang diinginkan. Sebagian
multimeter ada yang menampilkan batas pengukuran maka prediksikan berapa batas pengukuran untuk
besaran yang diukur; kedua, pasang probe multimeter pada rangkaian yang ingin diukur besarannya
(perhatikan posisi pemasangan multimeter dalam pengukuran seri/parallel sesuai besaran yang diukur);
ketiga, catat hasil pengukuran.
Selanjutnya adalah osiloskop. Osiloskop adalah alat ukur Elektronik yang dapat memetakan atau
memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi gambar grafik agar dapat dibaca dan mudah
dipelajari. Osiloskop juga dilengkapi dengan alat pengukuran yang dapat mengukur frekuensi,
amplitudo dan karakteristik gelombang sinyal listrik. Secara umum, osiloskop dapat mengukur
karakteristik yang berbasis waktu (time) dan juga karakteristik yang berbasis tegangan (voltage).[1]

Gambar 1. Tampilan layer osiloskop[1]


Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan
melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode
ray tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron dari bagian senapan elektron (electron gun) yang
membentur atau menumbuk dinding dalam tabung tersebut mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor
pada layar tabung sehingga terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan bentuk dasar
gelombang. Dalam perjalanannya dari senapan elektron menuju layar yang berfosfor tadi, elektron-
elektron dipengaruhi oleh medan listrik dalam arah vertikal (ke atas maupun ke bawah) oleh sepasang
pelat pembelok (defleksi) vertikal dan dalam arah horisontal oleh sepasang pelat defleksi horisontal.[2]
Dalam pemakaian alat ukut listrik perlu diperhatikan pemasangannya pada rangkaian sesuai
besaran yang diukur. Jika ingin mengukur tegangan maka multimeter harus dirangkai parallel terhadap
rangkaian sedangkan untuk pengukuran arus, alat ukur harus dirangkai seri.

Gambar 2. Susunan alat ukur sesuai besaran yang diukur[3]

Kemudian untuk mengukur besar resistansi dapat dilakukan dengan cara membaca pita warna yang
terdapat pada hambatan tersebut. Untuk resistor 4 pita warna cara membacanya adalah: pita pertama
adalah digit nilai pertama; pita kedua adalah digit nilai kedua; pita ketiga adalah besar pengali; dan pita
keempat adalah nilai toleransi. Untuk yang menggunakan 5 dan 6 warna. Pita satu, dua, dan tiga
menyatakan nilai eksaknya; pita keempat adalah pegali; pita kelima toleransi dan pita keenam adalah
koefisien suhu. Pita warna pengali dengan toleransi terdapat jarak pemisah. Untuk mengetahui nilai dari
warna pita dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 3. Daftar nilai pita warna pada resistor[4]


Gambar 4. Pita warna pada resistor[4]
Rentang toleransi pembacaan pita warna resistor dapat dihitung dengan cara:
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 = 𝑅 ± (𝑇 𝑥 𝑅) (1)
Keterangan:
𝑅 : Nilai hambatan yang diukur
T : Besar toleransi pada resistor
Secara teoritis perhitungan tegangan dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum Kirchoff. Menurut hokum kirchoff I menyata
arus yang masuk ke satu titik, sama dengan arus yang keluar di titik tersebut.[5]
∑ 𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = ∑ 𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (2)
Keterangan:
𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 : arus yang masuk pada node
𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 : arus yang keluar dari node
Kemudian, hokum kirchoff II mengatakan bahwa total tegangan dalam suatu system tertutup adalah nol.[5]
∑ 𝑉 = ∑ 𝐼𝑅 (3)
∑ 𝑉 − ∑ 𝐼𝑅 = 0 (4)
Keterangan:
𝑉 : Sumber tegangan (V)
𝐼 : Arus yang melalui hambatan (A)
𝑅 : Resistansi (Ω)
Untuk menghitung perioda dari suatu gelombang. Maka dapat dihitung dengan cara :
1
𝑇= (5)
𝑓
Keterangan:
𝑇 : Perioda (s)
𝑓 : frekuensi (Hz)
Atau dapat dihitung pula dengan cara menghitung waktu yang dalam satu gelombang.
Selain itu, kita dapat mencari nilai tegangan dua titik dengan menggunakan Teorema Thevenin.
Teorema Thevenin adalah suatu rangkaian listrik kompleks dapat disederhanakan dengan hanya terdiri
dari satu buah sumber tegangan bebas (VTH) yang dihubungserikan dengan sebuah tahanan ekivalen
(RTH) pada dua titik yang diamati. Aturan saat menghitung RTH:
1. Jika melalui sumber tegangan ideal maka hilangkan tegangan tersebut dan ganti dengan arus
singkat.
2. Jika melalui sumber arus ideal maka ganti dengan membiarkan rangkaian tersebut terputus. Jika
melalui sumber arus atau tegangan tak ideal maka ganti rangkaian tersebut dengan hanya memasang
hambatan dalam sumber arus/sumber tegangan tak ideal. [6]
Gambar 5. Rangkaian Setara Thevenin[5]

3. RANCANGAN PERCOBAAN
Percobaan kedua dilakukan dengan menyusun rangkaian pada breadboard. Lalu rangkaian tersebut
dihubungkan dengan catu daya. Setelah semua rangkaian terhubung dilakukan pengukuran tengangan dan arus
pada masing masing resistor yang disusun secara parallel dan seri. Hasil yang telah diperoleh dicatat dan dilakukan
perbandingan dengan nilai matematisnya.

Gambar 6. Rangkaian rancagan percobaan 2


Percobaan kelima didahului dengan menyusun rangkaian Thevenin sesuai dengan ketentuan modul. Lalu
dilakukan pengukuran tegangan Thevenin dan hambatan Thevenin. Kemudian dibuat rangkaian setara Thevenin
yang sesuai dengan perhitungan matematis dari rangkaian Thevenin sebelumnya. Rangkaian yang baru ini diukur
tegangan dan hambatannya.

Gambar 7. Rangkaian rancagan percobaan 5


Percobaan keenam didahului dengan menyusun skema rangkaian dan diukur tegangan dan arus
menggunakan multimeter sesuai dengan ketentuan modul. Dan dibuat kurva pembebanan dan disertakan
persamaan yang diperlukan untuk menentukan hambatan dalam. Dapat diperoleh grafik tegangan terhadap arus
dan nilai hambatan dalam baterai (Ro) dari kurva pembebanan yang dibuat.
Gambar 8. Rangkaian rancagan percobaan 6

4. DATA HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan 1
Data hasil pengukuran nilai resistansi
No. Multimeter Warna Pita (manual)
Resistansi (Ω) Resistansi/R (Ω) Toleransi/T (%) Rentang (R ± (T*R)) (Ω)
1 2,607 2,607 5 2,607 ± 0,13035
2 2,14 2,14 1 2,14 ± 0,0214
3 0,499 0,499 5 0,499 ± 0,02495

Data hasil pengukuran nilai kapasitansi


No. Kapasitansi (F)
Multimeter Nilai tertera pada kapasitor
1 116,7 nF 100 nF
2 41,75 μF 33μF
3 41,73 μF 33 μF
Besar kapasistansi yang dihasilkan multimeter berbeda dengan nilai kapasitansi yang tertera pada kapasitor
karena dalam pengukuran menggunakan multimeter dipengaruhi oleh akurasi alat.

Data hasil pengukuran nilai induktansi


No. Induktansi (μH)
Multimeter Nilai tertera pada induktor
1 96,9 100

Data hasil pengukuran diode


No. Tegangan (V)
Multimeter saat probe hitam di bagian anoda Multimeter saat probe hitam di bagian katoda
1 0,462 0
Besar diode yang dihasilkan multimeter berbeda dengan nilai kapasitansi yang tertera pada kapasitor karena
dalam pengukuran menggunakan multimeter dipengaruhi oleh akurasi alat.

Percobaan 2
Data hasil pengukuran tegangan dan arus pada rangkaian seri dan parallel

Rangkaian Seri
V1 (V) V1 (V) 2,985
V2 (V) V2 (V) 1,676
V3 (V) V3 (V) 0,3168
Teori
(Matematis) I1 (mA) Eksperimen I1 (mA) 0,54
I2 (mA) I2 (mA) 0,55
I3 (mA) I3 (mA) 0,55

Rangkaian Parallel
V1 (V) V1 (V) 4,94
V2 (V) V2 (V) 4,94

Teori V3 (V) V3 (V) 4,94


(Matematis) Eksperimen
I1 (mA) I1 (mA) 0,96

I2 (mA) I2 (mA) 1,78


I3 (mA) I3 (mA) 9,78

Percobaan 3
Data hasil pengukuran tegangan searah / DC
No. Volt/div Time/div Tegangan (V) Grafik osiloskop
Multimer Osiloskop (Gambar)
1 0,5 V 9,5 ms 2,5 2,5

2 0,5 V 9,5 ms 4,96 5

3 0,5 V 9,5 ms 7,46 7

Pada percobaan tiga diperoleh perbedaan nilai tegangan yang ditampilkan oleh multimeter dan osiloskop
namun perbedaan yang dihasilkan tidak terlalu besar. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena disebabkan ketelitian
alat kurang baik. Grafik osiloskop yang dihasilkan berupa garis lurus karena merupakan arus DC.
Percobaan 4
Data hasil pengukuran tegangan bolak-balik / AC
No. Volt/div Time/div Frekuensi (Hz) Tegangan (V) Grafik osiloskop
(Gambar)
1 0,2 0,5 SG 100 MM 0,28
OS 97,512 OS 0,2

2 0,2 0,5 SG 120 MM 0,278


OS 118,39 OS 0,2

3 0,2 0,5 SG 1000 MM 0,275


OS 1000,21 OS 0,2

4 0,2 0,5 SG 1500 MM 0,271


OS 1510 OS 0,2

Keterangan :
SG : Signal Generator; OS : Osiloskop; MM : Multimeter
Pada percobaan tiga diperoleh perbedaan nilai tegangan yang ditampilkan oleh multimeter dan osiloskop
namun perbedaan yang dihasilkan tidak terlalu besar. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena disebabkan ketelitian
alat kurang baik. Grafik osiloskop yang dihasilkan gelombanng karena merupakan arus AC.
Percobaan 5
Data hasil pengukuran nilai tegangan Thevenin dan hambatan Thevenin
Tegangan Thevenin/VTH (V) Hambatan Thevenin/RTH ( kΩ)
Teoritis (Matematis) Eksperimen Teoritis (Matematis) Eksperimen
8 7,96 3 2,665
Percobaan 6
Rdalam = … Ω Vsumber = … V

Gambar 10. Kurva Pembebanan

5. ANALISIS
a. Pada percobaan kedua, terdapat perbedaan hasil tegangan dan kuat arus yang didapatkan secara
teoritis dan eksperimen. Hal ini disebabkan karena beberapa factor. Faktor pertama adalah adanya
hambatan dalam didalam multimeter dan breadboard yang menyebabkan ketidakakuratan
pengukuran data. Faktor kedua adalah nilai yang diukur oleh multimeter digital sering berubah
seiring dengan waktu sehingga nilai yang diambil tidak sepenuhnya akurat. Faktor ketiga adalah
karena resistansi dari resistor yang tidak tepat berada pada suatu nilai sesuai dengan bacaan pita
melainkan pada suatu rentang nilai. Hal ini mempengaruhi perbedaan arus dan tegangan pada tiap
resistor jika dibandingkan dengan teori.
b. Pada pengukuran tegangan DC, terdapat perbedaan antara hasil pengukuran multimeter dengan
osiloskop. Hal ini disebabkan karena hasil dari multimeter yang terus berubah sepanjang waktu
sehingga pengambilan data tidak dapat dilakukan dengan akurat. Selain itu, hambatan dalam dari
kabel osiloskop dan osiloskop berbeda dengan kabel multimeter dan multimeter. Hal ini juga
menyebabkan adanya perbedaan hasil pengukuran.
c. Tegangan yang diperoleh pada pengukuran arus AC oleh multimeter berbeda dengan osiloskop.
Hal ini diseabkan karena data yang diambil dari osiloskop adalah Vpeak yang berupa amplitudo
dari gelombang sedangkan multimeter menunjukan Vrms dari tegangan. Berdasarkan data,
frekuensi dari SG dan osiloskop berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan nilai
tegangan yang semakin berkurang karena hambatan dalam multimeter, osiloskop, dan kabel.
Perubahan nilai tegangan berpengaruh pada frekuensi tegangan
d. Teorema Thevenin terbukti bekerja pada percobaan.karena semua perbandingan kesalahan berada
dibawah 1.4%
e. Untuk dapat mengetahui amplitude dan frekuensi dari suara, mikrofon disambungkan dengan
osiloskop. Gelombang suara akan berubah menjadi gelombang listrik melalui mikrofon. Lalu,
gelombang listrik akan dibaca oleh osiloskop. Dari grafik gelombang osiloskop dapat diketahui
frekuensi suara Jika frekuensi dari osiloskop kecil berarti nada suara tinggi dan sebaliknya.
Apabila amplitudo gelombang dari osiloskop tinggi maka suara kencang dan sebaliknya.

6. KESIMPULAN

7. REFERENSI
[1] Kho, Dickson. 2015. Pengertian Osiloskop dan Spesifikasi penentu kinerjanya. (URL:
http://teknikelektronika.com/pengertian-osiloskop-spesifikasi-penentu-kinerjanya/) Diakses 16
September 2019.
[2] Elektronika Indonesia. 1997. Osiloskop Analog vs Digital. (URL:
http://www.elektroindonesia.com/elektro/instrum8.html) Diakses 16 September 2019.
[3] Onfisika. 2013. Potensial Listrik dan Cara Mengukurnya. (URL:
http://www.onfisika.com/2013/01/po tensial-listrik-dan-cara-mengukurnya.html. Diakses 16
September 2019.
[4] Rahmat, Ajang. 2015. Cara Membaca Nilai Resistor. (URL:
http://www.kelasrobot.com/2015/09/car a-untuk-membaca-nilai-resistor.html.) Diakses 16
September 2019
[5] Eggleston, Dennis L. 2011. Basic Electronics for Scientist and Engineers. New York: Cambridge
University Press.
[6] Supriyadi, Didi. 2015. Teori Rangkaian 2. (URL: http://didi.dosen.st3telkom.ac.id/wp-
content/uploads/sites/3/2015/08/Week- 4-Teori-Rangkaian-2-Thevenin-dan- Norton.pdf) Diakses
21 September 2016.
[7] Nave, R. TT. Thevenin’s Theorem. (URL: http://hyperphysics.phy-
astr.gsu.edu/hbase/electric/thevenin.html ) Diakses 16 September 2019

Anda mungkin juga menyukai