Anda di halaman 1dari 5

Persamaan Kuadratik, Kubik, dan Kuartik

Aleams Barra

Sering dipercayai bahwa kaum Babylon (sekitar 400 SM) merupakan yang pertama
memecahkan persamaan kuadrat. Hal ini terlalu berlebihan, karena kaum Babylon tidak
mempunyai notasi untuk ’persamaan’. Apa yang mereka kembangkan adalah suatu pen-
dekatan algoritmis untuk memecahkan masalah yang, dalam terminologi kita, dapat
memunculkan persamaan kuadrat. Metoda tersebut pada dasarnya adalah melengkap-
kan kuadrat. Akan tetapi semua masalah kaum Babylon mempunyai jawaban kuantitas
positif (lebih tepat takbertanda) karena biasanya jawaban tersebut menyatakan panjang
benda.
Pada sekitar 300 SM Euclid mengembangkan pendekatan geometris yang, meski
matematikawan setelahnya menggunakannya untuk memecahkan persamaan kuadrat,
dipergunakan untuk mencari panjang yang dalam notasi kita merupakan akar dari su-
atu persamaan kuadrat. Euclid tidak mempunya notasi untuk persamaan, koefisien dan
sebagainya tapi bekerja murni hanya dengan kuantitas geometris.
Matematikawan Hindu mengambil alih metoda kaum Babylon lebih jauh sehingga
Brahmagupta (598-665) memberikan, hampir modern, metoda yang mengakomodasi
kuantitas negatif. Ia juga menggunakan singkatan untuk variabel yang tidak diketahui,
biasanya huruf awal dari suatu warna digunakan, dan kadang kadang beberapa variabel
yang tidak diketahyi muncul dalam satu persamaan.
Orang Arab tidak mengetahui perkembangan yang dibuat matematikawan Hindu,
mereka tidak mengetahui kuantitas negatif ataupun penggunaan singkatan untuk hal
yang tidak diketahui. Akan tetapi Al-Khwarizmi(800) memberikan klasifikasi untuk be-
berapa tipe berbeda dari persamaan kuadrat (meski hanya dalam bentuk contoh nu-
merik). Tipe-tipe yang berbeda ini muncul karena al-Khwarizmi tidak mempunyai nol
atau bilangan negatif. Ia menulis enam bab masing-masing diperuntukan untuk per-
samaan dengan tipe yang berbeda, persamaan dibentuk dalam tiga tipe kuantitas, yakni
akar, kuadrat dari akar dan bilangan, yakni x, x2 dan bilangan.

• Kuadrat sama dengan akar.


• Kuadrat sama dengan bilangan.
• Akar sama denga bilangan.
• Kuadrat dan akar sama dengan bilangan, misalnya x2 + 10x = 39.
• Kuadrat dan bilangan sama dengan akar, misalnya x2 + 21 = 10x.
• Akar dan bilangan sama dengan kuadrat, misalnya 3x + 4 = x2 .

1
Al-Khwarizmi memberikan aturan untuk memecahkan masing-masint tipe persamaan
di atas, pada dasarnya serupa dengan rumus persamaan kuadrat untuk contoh numerik
dalam masing-masing kasus, dan kemudian bukti untuk masing-masing contoh dengan
methoda geometris melengkapkan kuadrat. Abraham bar Hiyya Ha-Nasi, lebih dikenal
dengan nama latin Savasorda, dikenal luas dengan bukunya Liber embadorum yang terbit
tahun 1145 yang merupakan buku pertama yang terbit di Eropa yang memberikan solusi
lengkap atas persamaan kuadrat.
Suatu fase baru matematika dimulai di Itali sekitar tahun 1500. Pada tahun 1494 edisi
pertama dari Summa de arithmetica, geometrica, proportioni et proportionalita, yang
sekarang dikenal sebagai Suma, muncul. Buku ini ditulis oleh Luca Pacioli meskipun
sangat sulit untuk menemukan nama pengarangnya pada buku, Fra Luca muncul dalam
cetakan kecil tapi tida pada halaman judul. Dalam banyak hal buku tersebut lebih
tepat disebut sebagai rangkuman dari pengetahuan pada zaman tersebut dan tidak mem-
berikan kontribusi yang signifikan untuk kemajuan matematika. Notasi dan seting per-
hitungan hampir modern dalam bentuk

6.p.R.10
18.m.R.90
108.m.R.3240.p.R.3240.m.R.90
hoc est 78

Dalam notasi kita



(6 + 10)

(18 − 90) =
√ √
(108 − 3240 + 3240 − 900)
yakni 78

Suku terakhir dalam jawaban adalah 90 yang merupakan kesalahan cetak awal yang
mestinya tertulis 900 dikarenakan marginnya terlalu sempit sehinggal alat cetak tert-
inggal angka 0 terakhir. Pacioli tidak membahas mengenai persamaan kubik tapi ia
membahas persamaan kuartik. Dia mengatakan bahwa, dalam notasi kita, x4 = a + bx2
dapat dipecahkan dengan metoda penyelesaian persamaan kuadrat tapi x4 + ax2 = b
dan x4 + a = bx2 mustahil dipecahkan dengan perkembangan sains saat itu.
Scipione dal Ferro (1465-1526) memegang jabatan ketua program Aritmetika dan
Geometri pada Universitas Bologna dan tentunya pernah bertemu dengan Pacioli yang
pernah mengajar di Bologna pada tahun 1501-1502. Dal Ferro berjasa karena memec-
ahkan persamaan kubik secara aljabar tapi secara rumit. Masalahnya adalah mencari
akar dengan menambahkan, mengurangi, mengali, membagi dan mengambil akar dari
yang muncul sebagai koefisien. Kita mempercayai bahwa dal Ferro hanya mampu memec-
ahkan persamaan kubik yang berbentuk x3 + mx = n. Kenyataannya ini semua yang
diperlukan. Karena untuk persamaan kubik umum

y 3 − by 2 + cy 2 − d = 0,

2
dengan memisalkan y = x+b/3 kita mendapatkan x3 +mx = n dimana m = c−b2 /3, n =
d − bc/3 + 2b3 /27.
Akan tetapi, tanpa pengetahuan matematikawan Hindu tentang bilangan negatif,
dal Ferro tidak akan mampu untuk menggunakan solusi hanya pada satu kasus untuk
memecahkan semua persamaan kubik. Luar biasanya, dal Ferro memecahkan persamaan
kubik ini sekitar tahun 1515 tapi merahasiakan hasilnya sampai sebelum kematiannya,
pada tahun 1526, ketika dia mengajarkan metoda tersebut kepada muridnya Antonio
Fior.
Fior hanyalah matematikawan pertengahan dan tidak sebaik dal Ferro dalam men-
jaga rahasia. Dengan cepat rumor tersebar di Bologna bahwa persamaan kubik telah
dipecahkan. Nicolo dari Brescia, dikenal sebagai Tartaglia dipicu oleh rumor berhasil
memecahkan persamaan berbentuk x3 + mx2 = n dan tidak merahasiakan hasil pene-
muannya.
Fior menantang Tartaglia dalam suatu kontes terbuka: aturannya adalah satu sama
lain memberikan 30 masalah untuk dipecahkan dalam 40 sampai 50 hari, pemenangnya
adalah yang dapat memecahkan hampir semua masalah tapi juga hadiah kecil diberikan
untuk setiap masalah. Tartaglia memecahkan semua masalah dari Fior dalam 2 jam,
yang mana semua masalah yang diberikan oleh Fior diatur berbentuk x3 + mx = n se-
bagaimana dia percaya bahwa Tartaglia tidak akan mampu untuk memecahkan masalah
untuk tipe ini. Akan tetapi hanya sekitar 8 jam sebelum jawaban dikumpulkan, Tartaglia
menemukan metoda umum untuk semua tipe persamaan kubik.
Berita kemenangan Tartaglia sampai ditelinga Girolamo Cardan di Milan yang mana
waktu itu menyiapkan untuk menerbitkan Practica Arithmeticae (1539). Cardan men-
gundang Tartaglia untuk mengunjunginya dan, setelah dengan banyak bujukan mem-
buat Tartaglia membocorkan rahasianya untuk memecahkan persamaan kubik. Tartaglia
telah membuat Cardan berjanji akan menjaga rahasia sampai Tartaglia menerbitkannya
sendiri. Cardan tidak menepati janji. Pada tahun 1545 ia menerbitkan Ars Magna karya
latin pertama dalam aljabar.
Berikut, dalam notasi modern, solusi Cardan atas persamaan x3 + mx = n . Per-
hatikan bahwa
(a − b)3 + 3ab(a − b) = a3 − b3
jadi jika a dan b memenuhi 3ab = m dan a3 − b3 = n maka a − b merupakan solusi dari
x3 + mx = n. Tapi sekarang b = m/3a sehingga a3 − m3 /27a3 = n, yakni

a6 − na3 − m3 /27 = 0.

Persamaan terakhir merupakan persamaan kuadrat dalam a3 , jadi cari solusi untuk
a3 dengan menggunakan rumus persamaan kuadrat. Sekarang a didapatkan dengan
mengambil akar pangkat tiga dan b didapatkan dengan cara serupa (atau dengan meng-
gunakan b = m/3a). Kemudian x = a − b merupakan solusi dari persamaan kubik.
Cardan menengarai sesuatu yang aneh ketika dia menerapkan rumusnya pada per-
samaan kubik tertentu. Manakala memecahkan x3 = 15x + 4 dia mendapatkan suatu
ekspresi yang melibatkan -121. Cardan tahu bahwa ia tidak mungkin menarik akar
kuadrat dari suatu bilangan negatif dilain pihak dia juga tahu bahwa x = 4 merupakan
solusi dari persamaan. Dia menulis kepada Tartaglia pada tanggal 4 Agustus 1539 dalam
usahanya menjernihkan kesulitan ini. Tartaglia juga tidak mengerti. Dalam Ars Magna

3
Cardan memberikan perhitungan dengan ’bilangan kompleks’ untuk memecahkan per-
masalahan serupa tapi ia sendiri tidak mengerti perhitungannya sendiri yang dia katakan
rumit dan tak berguna.
Setelah Tartaglia menunjukan kepada Cardan bagaimana memecahkan persamaan
kubik, Cardan mendorong muridnya sendiri, Lodovico Ferrari, untuk meneliti persamaan
kuartik. Ferrari berhasil memecahkan persamaan kuartik dengan metoda yang mungkin
paling elegan dari semua metoda untuk memecahkan persoalan tipe serupa. Cardan
menerbitkan semua 20 kasus persamaan kuartik dalam Ars Magna. Berikut, dalam
notasi modern, solusi dari Ferrari atas kasus: x4 + px2 + qx + r = 0. Pertama lengkapkan
kuadrat untuk mendapatkan
x4 + 2px2 + p2 = px2 − qx − r + p2
yang kemudian dapat ditulis dalam bentuk
(x2 + p)2 = px2 − qx − r + p2
Sekarang suatu langkah cerdas. Untuk setiap y kita mempunyai
(x2 + p + y)2 = px2 − qx − r + p2 + 2y(x2 + p) + y 2
= (p + 2y)x2 − qx + (p2 − r + 2py + y 2 ) (∗)
Sekarang ruas kanan merupakan persamaan kuadratik dalam x dan kita dapat memilih
y sehingga ia merupakan bilangan kuadrat sempurna. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuat diskriminan menjadi nol, dalam kasus ini
(−q)2 − 4(p + 2y)(p2 − r + 2py + y 2 ) = 0.
Tulis ulang persamaan di atas sebagai
(q 2 − 4p3 + 4pr) + (−16p2 + 8r)y − 20py 2 − 8y 3 = 0
untuk melihat bahwa ia persamaan kubik dalam y.
Kita telah tahu bagaimana memecahkan persamaan kubik, jadi dapatkan solusinya
untuk y. Dengan nilai y ini ruas kanan persamaan (*) merupakan kuadrat sempurna
pula, ambil akar kuadrat dari kedua sisi, kita dapatkan persamaan kuadrat dalam x.
Pecahkan persamaan kuadrat ini dan hasilnya merupakan solusi dari persamaan kuartik
awal kita. Kasus yang taktereduksikan, yakni kasus dimana formula Cardan memberikan
akar kuadrat dari bilangan negatif, dipelajari dengan detil oleh Rafael Bombelli pada
tahun 1572 dalam karyanya Algebra.
Setahun setelah penerbitan Ars Magna oleh Cartan banyak matematikawan mem-
berikan kontribusi kepada solusi dari persamaan kubik dan kuartik. Viete, Harriot,
Tschirnhaus, Euler, Bezout dan Descartes semuanya menciptakan metoda pemecahan.
Metoda Tschirnhaus diperluas oleh matematikawan Swedia E S Bring di akhir abad
ke-18. Thomas Harriot memberikan beberapa kontribusi. Salah satu hal yang paling
sederhana bagi kita, tapi ketika itu menandakan perbaikan dalam pemahaman masalah,
adalah pengamatan bahwa jika x = b, x = c, x = d merupakan sollusi dari suatu per-
samaan kubik maka persamaan kubik tersebut adalah
(x − b)(x − c)(x − d) = 0.

4
Harriot juga menemukan metoda yang cantik untuk memecahkan persamaan kubik.
Pandang persamaan kubik
x3 + 3b2 x = 2c3
Simpan x = (e2 − b2 )/e. Maka e6 − 2c3 e3 = b6 yang merupakan persamaan kuadrat
dalam e3 , dan dengan demikian dapat dipecahkan untuk e3 untuk mendapatkan

e3 = c3 + (b6 + c6 ).

Akan tetapi e3 (e3 − 2c3 ) = b6 dengan demikian b6 /e3 = −c3 + (b6 + c6 ).


Sekarang x = e − b2 /2 dan e serta b2 /e merupakan akar persamaan kubik awal di
atas.
Leibniz menulis surat kepada Huygens pada bulan Maret 1673. Di dalamnya ia mem-
berikan kontribusi untuk memahami persamaan kubik. Mungkin yang paling menge-
jutkan adalah verifikasi dari rumus Cardan-Tartaglia. Leibniz melakukannya dengan
merekayasa ulang persamaan kubik dari ketiga akarnya (sebagaimana rumus mendap-
atkannya) sebagaimana yang di klaim secara umum oleh Harriot. Tak ada seorangpun
sebelum Leibniz tampaknya pernah berpikir untuk memverifikasi langsung seperti ini.
Hal tersebut merupakan bukti aljabar yang pertama dari rumus persamaan kubik, di-
mana semua bukti sebelumya sedikit banyak bersifat geometris.

diterjemahkan dari
Article by: J J O’Connor and E F Robertson
http://www-history.mcs.st-andrews.ac.uk/HistTopics/Quadratic etc equations.html

Anda mungkin juga menyukai