Disusun oleh :
Kelompok 5 :
Krisdiyanti 17.1335.S
Luluk Erni S.W 17.1342.S
PEKAJANGAN PEKALONGAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
napas mendadak yang timbul pada klien tanpa kelainan paru yang mendasari
sebelumnya. Sindrom gawat napas akut juga dikenal dengan edema paru
cidera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi dari
tekanan jalan napas normal. Terdapat kisaran yang luas dari faktor yang berkaitan
denganterjadinya ARDS termasuk cidera langsung pada paru (seperti inhalasi asap)
ARDS (juga disebut syok paru) merupakan akibat kerusakan /cedera paru
dimana sebelumnya paru sehatt. Sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000
sampai 200.000 pasien setiap tahun, dengan laju mortalitas untuk semua pasien yang
mengalami ARDS. Faktor lain termasuk trauma mayor,KID, tranfusi darah, aspirasi,
eklampsia, dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara khusus menangani
B. Tujuan
1. Menjelaskan tentang ARDS
2. Menjelaskan tentang penyebab dari ARDS
3. Menjelaskan tentang patofisiologi dari ARDS
4. Menjelaskan tentang penatalaksanaan ARDS.
5. Menjelaskan tentang Rencana Asuhan Keperawatan pada klien dengan kasus
ARDS.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
berat dengan onset akut, infiltrat bilateral yang difus pada foto toraks dan penurunan
compliance atau daya regang paru. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh
menyatakan pengertian ARDS sebagai sekumpulan gejala dan tanda yang terdiri dari
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti. Banyak faktor penyebab yang
dapat berperan pada gangguan ini sehingga ARDS tidak disebut sebagai penyakit,
naum sebagai sindrom. Sepsis merupakan faktor risiko yang paling tinggi,
parenkim paru dan merupakan faktor risiko terbesar kejadian ARDS. Insiden sepsis
tempat kedua sebagai faktor risiko ARDS (30%). Aspirasi cairan lambung dengan
pH<2,5 menyebabkan penderita mengalami chemical burn pada parenkim paru dan
Faktor risiko dikelompokkan atas faktor risiko yang berasal dari paru dan luar
paru. Faktor risiko yang berasal dari paru diantaranya pneumonia, aspirasi, kontusio
(transplantasi paru). Sedangkan faktor risiko yang berasal dari paru diantaranya
C. Patofisiologi
Trombosit mengadakan agregasi dan melepaskan Histamin (H), serotonin (S), serta
brdikinin (B).
edema paru.
Pada fase 4, penurunan aliran darah dan cairan dalam alveoli akan merusak
surfaktan dan merusak kemampuan sel untuk memproduksi lebih banyak surfaktan
dengan mudah melewati membran alveoli dan dibuang keluar melalui ekspirasi.
D. Etiologi
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari,
penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
mendasar.
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung
yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru
E. Tanda Gejala
Onset akut umumnya berlangsung 3-5 hari sejak diagnosis kondisi yang
menjadi faktor risiko ARDS. Tandanya adalah takipnea, retraksi intercostal, adanya
ronkhi kasar yang jelas dan adanya gambaran hipoksia atau sianosis yang tidak
respons dengan pemberian oksigen. Bisa juga dijumpai hipotensi dan febris. Sebagian
besar kasus disertai dengan mutiple organ dysfunction syndrome (MODS) yang
umumnya melibatkan ginjal, hati, otak, sistem kardiovaskuler dan saluran cerna
F. Penatalaksanaan
bantuan ventilator dan terapi farmakologis. Prinsip umum perawatan suportif bagi
pasien ARDS dengan atau tanpa multiple organ disfungsi syndrome (MODS)
meliputi:
5. Dukungan nutrisi
fungsional (KRF) yaitu adalah volume udara yang tetap berada di dalam paru
pada akhir ekspirasi tidal normal karena tidak ada otot pernapasan yang
berkontraksi pada saat ekspirasi. 14,15 Kapasitas residu fungsional berisi 1/3
(4-6 mL/kgBB) dan PEEP yang adekuat, kedua pengaturan ini dimaksudkan
untuk memberikan oksigenasi adekuat (PaO2 > 60 mmHg) dengan tingkat FiO2
titik refleksi dari kurva pressure-volume) dan menyesuaikan (I:E) rasio inspirasi:
ekspirasi (lebih tinggi atau kebalikan rasio waktu inspirasi terhadap ekspirasi dan
Selain pengaturan ventilasi dengan cara diatas, masih ada lagi teknik
mencegah kolaps alveoli melalui frekuensi tinggi (300 x/menit) dan volume tidal
rendah (3-5 ml/kg). Teknik ini berhasil diaplikasikan pada neonatus dengan
penyakit membran hialin, tetapi manfaat HFV pada ARDS dewasa masih belum
dipastikan.
memperbaiki oksigenasi. Rasio I:E normal adalah 1:2 dan IRV dapat
memperpanjang fase inspirasi menjadi rasio I:E melebihi 1:1. Manfaat IRV pada
ARDS masih kontroversial dan ketidaknyamanan yang berkaitan dengan cara ini
sering kali memerlukan sedasi dan paralisis otot yang kuat bagi pasien.
ARDS.
Saat fase pelepasan tekanan akan menurun dalam ventilasi semenit secara
selama siklus ventilator sehingga membuat ventilasi yang lebih baik pada daerah
pola vena ke arteri (V-A ECMO) maupun vena ke vena (V-V ECMO). Pola VA-
venovenosa dan CO2 darah dapat dihilangkan oleh suatu mesin ekstrakorporeal.
oleh cairan yang dapat melarutkan lebih banyak oksigen dan mengkonsumsi lebih
tekanan permukaan yang lebih rendah dan mengurangi respons inflamasi. Metode
ini digunakan sebagai terapi alternatif baru yang menjanjikan bagi pasien ARDS.
hipoksemia refrakter pada pasien ARDS dan mencegah kerusakan paru akibat
mencegah kolaps paru saat akhir ekspirasi. Positive end expiratory pressure
National Heart, Lung and Blood Institute ARDS Network (2004) melakukan
suatu penelitian secara acak yang disebut ALVEOLI (Assessment of Low tidal
Volume and Elevated End Expiratory Pressure To Obviate Lung Injury) dengan
tujuan untuk mengetahui bahwa pada pemakaian PEEP tinggi pada pasien ARDS
yang mendukung hal ini. Namun pada 70% pasien ARDS, posisi prone dapat
membutuhkan PEEP >12 cm H2O dan FiO2 >0,60 dan paling baik dilakukan
pada ARDS dengan onset kurang dari 36 jam. Mekanisme yang terjadi pada
A. Pengkajian Teoritis
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa.
berlebihan
Apakah diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dengan
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
(darah,udara,lemak) Tanda:
1) TD: dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut jadi hipoksia);
(tahap lanjut
c. Integritas ego
d. Makanan/cairan
e. Neurosensori
f. Pernapasan
Timbul tiba-tiba/bertahap
Tanda: Pernapasan:
3) Bunyi napas: pada awal normal. AKrekels, ronki, dan dapat terjadi
palpitasi)
g. Keamanan
anafilaktik.
h. Seksualitas
i. Penyuluhan/pembelajaran
C. Intervensi Keperawatan
- Pemeliharaan
jalan nafas
bagian nafas
dengan paten.
- Catat
karateristik
dari batuk
- Penimbunan
sekret
menggangu
ventilasi dan
predisposisi
perkembangan
atelektasi dan
infeksi paru.
- Pertahankanp - Peningkatan
osisi cairan per
tubuh/kepala oraldapat
dan gunakan mengencerkan
jalan nafas sputum
tambahan bila
perlu
Kolaboratif
- Kaji
kemampuan - Mengeluarkan
batuk, latihan sekret dan
nafas dalam, meningkatkan
perubahan transport
posisi dan oksigen.
lakukan
suction bila
ada indikasi - Dapat berfungsi
sebagai
bronchodilatasi
- Peningkatan dan
oral intake mengeluarkan
jika secret
memungkinka
n
Kolaboratif
- Berikan
O2 cairan IV :
tempatkan di
kamar
humidifier
sesuai indikasi
- Berikan terapi
aerosol,
ultrasonic
nabulisasi.
- Berikan - Meningkatkan
fisioterapi dada drainase sekret
misalnya : paru,
postural peningkatan
drainase, efisien
perkusi penggunaan
dada/vibrasi otot-otot
jika ada pernafasan
indikasi
- Berikan - Diberikan untuk
bronchodilator mengurangi
misalnya; bronchospasme,
aminofilin, menurunkan
albuteal dan viskositas sekret
mukolitik dan
meningkatkan
ventilasi
2 Gangguan Setelah - Pasien dapat Mandiri: Mandiri:
pertukaran dilakukan meperlihatkan
gas intervensi ke ventilasi dan - Kaji kasus - Takipneu adalah
berhubunga perawatan oksigenasi yang pernapasan, mekanisme
n dengan selama3X24 adekuat dengan catat kompensasi
alveolar diharapakan nilai AGD peningkatan untuk
hipoventilas klien menga normal respirasi atau hipoksemia dan
i, lami perubahan pola peningkatan
penumpuka penurunan - Bebas dari gejala napas. usaha nafas
n cairan di penumpukan distress
pernapasan
permukaan cairan di - Catat ada - Suara nafas
alveoli, alveoli tidaknya suara mungkin tidak
hilangnya nafas dan sama atau tidak
surfaktan adanya bunyi ditemukan.
pada nafas tambahan
permukaan sperti crakles,
alveoli dan wheezing.
- Membantu - Menerima
menerima stress yang
situasi dan hal sedang dialami
tersebut harus tanpa denial,
ditanggulangin bahwa segala
ya. akan menjadi
baik.
- Sediakan - Menolong
informasi pasien untuk
tentang menerima apa
keadaan yang yang sedang
sedang terjadi dan
dialaminya dapat
mengurangi
kecemasan/keta
kutan apa yang
tidak diketahui.
Penentraman
hati yang palsu
tidak menolong.
Sebab tidak ada
perawat maupun
pasien tahu
hasil akhir dari
permasalahan
itu.
- Indentifikasi - Kemampuan
tehnik pasien yang dimiliki
yang digunakan pasien akan
sebelumnya meningkatkan
untuk system
menanggulangi pengontrolan
rasa cemas terhadap
kecemasannya
Kolaboratif: Kolaboratif:
- Memberikan - Mungkin
sedatif sesuai dibutuhkan
indikasi dan untuk menolong
monitor efek dalam
yang mengontrol
merugikan. kecemasan dan
meningkatkan
istirahat.
Bagaimanapun
juga efek
samping seperti
depresi
pernafasan
mungkin batas
atau
kontraindikasi
penggunaan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.
gagal napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru
B. Saran
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat
Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII.