Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KOGNITIF

( DEMENSIA )

OLEH
JAJANG JAMALUDIN
J.0105.13.03

PROGRAM PROFESI NERS NON REGULER RSUD AL IHSAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDILUHUR
CIMAHI 2014
DEMENSIA

A. KONSEP DEMENSIA
1. Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-
hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian
(behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley,
A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian
dan tingkah laku.
Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang
biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas social dan okupasi yang normal juga aktivitas kehidupan
sehari-hari (AKS). (Mickey Stanley, 2006)
Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi pertama-tama pada sel yang terletak pada
dasar otak depan yang mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang terpengaruh pertama kali
kehilangan kemampuannya untuk mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini mulai
berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu
terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran,
tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai
latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia, namun
rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana
terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi
kemunduran kepribadian.
Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun
(misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan
dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal.
Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan
(terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak
mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer
stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin parah.
Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan
keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Epidemiologi
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah 7,2 % (populasi
usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya
harapan hidup suatu populasi . Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali
lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus demensia 0.5 –1.0 %
dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.
Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia yang berumur diatas 60 tahun dan sampai saat ini
diperkirakan kurang lebih 500.000 penduduk indonesia mengalami demensia dengan berbagai penyebab, yang salah
satu diantaranya adalah alzeimer.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler. Demensia Alzheimer
merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler
penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia
vaskuler 50 – 60 % dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
3. Etiologi Demensia
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia ada
sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat
disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh darah), demensia Lewy body,
demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah
kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana
mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan
dan juga penurunan proses berpikir
Untuk demensia tipe Alzheimer ada beberapa penyebab yang telah dihipotesa adalah intoksikasi logam,
gangguan fungsi imunitas, infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit formasi sel-sel filament
predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari degenerasi neuronal, kematian daerah
spesifik jaringan otak yang mengakibatkan gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan
sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan
metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-
genetika (lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian selektif neuron.
Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler,
kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non
spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran
faktor genetika, tetapi beberapa penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut
terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :
 Faktor genetic
 Faktor infeksi
 Faktor lingkungan
 Faktor imunologis
 Faktor trauma
 Faktor neurotransmitter
4. Klasifikasi

a. Demensia Tipe Alzheimer

Dari semua pasien dengan demensia, 50 – 60 % memiliki demensia tipe ini. Orang yang pertama kali
mendefinisikan penyakit ini adalah Alois Alzheimer sekitar tahun 1910. Demensia ini ditandai dengan gejala :

 Penurunan fungsi kognitif dengan onset bertahap dan progresif,

 Daya ingat terganggu, ditemukan adanya : afasia, apraksia, agnosia, gangguan fungsi eksekutif,

 Tidak mampu mempelajari / mengingat informasi baru,

 Perubahan kepribadian (depresi, obsesitive, kecurigaan),

 Kehilangan inisiatif.

Demensia pada penyakit Alzheimer belum diketahui secara pasti penyebabnya, walaupun pemeriksaan
neuropatologi dan biokimiawi post mortem telah ditemukan lose selective neuron kolinergik yang strukturnya dan
bentuk fungsinya juga terjadi perubahan.

b. Demensia Vaskuler

Penyakit ini disebabkan adanya defisit kognitif yang sama dengan Alzheimer tetapi terdapat gejala-gejala /
tanda-tanda neurologis fokal seperti :

 Peningkatan reflek tendon dalam,


 Respontar eksensor,

 Palsi pseudobulbar,

 Kelainan gaya berjalan,

 Kelemahan anggota gerak.

Demensia vaskuler merupakan demensia kedua yang paling sering pada lansia, sehingga perlu dibedakan
dengan demensi Alzheimer.

Pencegahan pada demensia ini dapat dilakukan dengan menurunkan faktor resiko misalnya ; hipertensi, DM,
merokok, aritmia. Demensia dapat ditegakkan juga dengan MRI dan aliran darah sentral.

Pedoman diagnostik penyakit demensia vaskuler :

 Terdapat gejala demensia

 Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata

 Onset mendadak dengan adanya gejala neurologis fokal

 Menurut Umur:

1. Demensia senilis (>65th)


2. Demensia prasenilis (<65th)

 Menurut perjalanan penyakit:

1. Reversibel
2. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi
Pb.

 Menurut kerusakan struktur otak

1. Tipe Alzheimer
2. Tipe non-Alzheimer
3. Demensia vaskular
4. Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
5. Demensia Lobus frontal-temporal
6. Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
7. Morbus Parkinson
8. Morbus Huntington
9. Morbus Pick
10. Morbus Jakob-Creutzfeldt
11. Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
12. Prion disease
13. Palsi Supranuklear progresif
14. Multiple sklerosis
15. Neurosifilis
16. Menurut sifat klinis:

17. Demensia proprius


18. Pseudo-demensia
5. Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai pada penyakit Alzheimer,
antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit
protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut
terjadi secara primer pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus,
serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat perubahan morfologik
(structural) dan biokimia pada neuron – neuron. Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya
berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit. Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam
SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan
mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal
dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus
secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing –
masing terluka. Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali tidak
berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak
menyebabkan Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan
jaringan di sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang
pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron.
APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang
menjadi gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya
membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang
utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga menggagu hubungan intraseluler dan
menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap stressor.
Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak

6. Gejala Klinis
Demensia yang paling banyak ditemukan yaitu tipe Alzheimer
Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif
(penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel
otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya
ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar,
berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang
termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga,
sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah,
mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

 Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :


Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas
spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami

Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain: Disorientasi,
gangguan bahasa (afasia), Penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak
dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu
tindakan sehingga mengulanginya lagi, dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di
lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”

Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala klinisnya antara lain: Penderita menjadi
vegetatif, tidak bergerak dan membisu, daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya
sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain,
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku
sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan
usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada
tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan dan degeneratif. Kejanggalan
awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu
barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang biasa
pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka
merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa
mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai adanya sebuah masalah besar
di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak
dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya
akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai
berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit di mana demensia bukanlah
menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga kesehatan
memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia
bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif menderita
demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang
individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga
tes laboratorium.
Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga
perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita
demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat
dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku
(Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi,
depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal
(Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:


 Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang
tidak bisa lepas.
 Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita
demensia berada
 Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak
tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali
 Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar
pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
 Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
7. Diagnosis
Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:
 Pembedaan antara delirium dan demensia
 Bagian otak yang terkena
 Penyebab yang potensial reversibel
 Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)
 Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut
 Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah
 Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC
 Pencitraan otak amat penting CT atau MRI
 Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di
rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik
secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan
dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur. Ini sangat
membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung
diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia
agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan
aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat mengurangi depresi
yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama
hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat siapa kita,
bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah
tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa penderita
demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun berusaha dengan keras untuk melawan
gejala yang muncul akibat demensia.
Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat
dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota
keluarga yang merawat Lansia dengan demensia.

8. Penatalaksanaan
Beberapa kasus demensia dianggap dapat diobati karena jaringan otak yang disfungsional dapat
menahan kemampuan untuk pemulihan jika pengobatan dilakukan tepat pada waktunya. Riwayat medis yang
lengkap, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium, termasuk pencitraan otak yang tepat, harus dilakukan segera
setelah diagnosis dicurigai. Jika pasien menderita akibat suatu penyebab demensia yang dapat diobati, terapi
diarahkan untuk mengobati gangguan dasar.
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk memberikan perawatan medis
suportif, bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik,
termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan fisik pasien, lingkungan yang mendukung,
dan pengobatan farmakologis simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis demensia.
Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas,
perhatian terhadap masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang menyertai, seperti infeksi
saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi kardiopulmonal. Perhatian khusus karena diberikan pada pengasuh
atau anggota keluarga yang menghadapi frustasi, kesedihan, dan masalah psikologis saat mereka merawat pasien
selama periode waktu yang lama.
Jika diagnosis demensia vaskular dibuat, faktor risiko yang berperan pada penyakit kardiovaskular harus
diidentifikasi dan ditanggulangi secara terapetik. Faktor-faktor tersebut adalah hipertensi, hiperlipidemia, obesitas,
penyakit jantung, diabetes dan ketergantungan alkohol. Pasien dengan merokok harus diminta untuk berhenti,
karena penghentian merokok disertai dengan perbaikan perfusi serebral dan fungsi kognitif.

 Obat untuk demensia


a. Cholinergic-enhancing agents
Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan penelitian. Pemberian cholinergic-
enhancing agents menunjukkan hasil yang lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara
keseluruhan tidak menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa demensia
alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi
neurotransmitter lainnya. Sementara itu, kombinasi kolinergik dan noradrenergic ternyata bersifat kompleks;
pemberian obat kombinasi ini harus hati-hati karena dapat terjadi interaksi yang mengganggu sistem
kardiovaskular.
b. Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan hipotesis tentang sebab dan
hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter.
Pemberian prekursor, cholinedan lecithin merupakan salah satu pilihan dan memberi hasil lumayan, namun
demikian tidak memperlihatkan hal yang istimewa. Dengancholine ada sedikit perbaikan terutama dalam fungsi
verbal dan visual. Denganlecith in hasilnya cenderung negatif, walaupun dengan dosis yang berlebih sehingga
kadar dalam serum mencapai 120 persen dan dalam cairan serebrospinal naik sampai 58 persen.
c. Neuropeptide, vasopressin dan ACTH
Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian. Neuropeptida dapat
memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan
psiko-organik, pemberian ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
d. Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan dalam terapi demensia,
ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate. Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine
mesylate memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan meningkatkan konsumsi
oksigen otak. Obat ini memperbaiki perilaku, aktivitas, dan mengurangi bingung, serta memperbaiki kognisi. Disisi
lain,nicergoline tampak bermanfaat untuk memperbaiki perasaan hati dan perilaku.
e. Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium channels menunjukkan
pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada
lansia. Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun pada lansia dan demensia jenis
Alzheimer. Nimodipin memelihara sel-sel endothelial/kondisi mikrovaskular tanpa dampak hipotensif; dengan
demikian sangat dianjurkan sebagai terapi alternatif untuk lansia terutama yang mengidap hipertensi esensial
9. Pencegahan demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia ataupun menunda terjadinya
demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti :
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan
2. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
 Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
 Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat
atau hobi

4. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat
membuat otak kita tetap sehat.
5. Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental dapat meningkatkan kemampuan anda
untuk menangani dan mengkompensasi perubahan yang berhubungan dengan demensia. Ini mencakup teka
teki dan permainan kata,belajar bahasa,bermain alat music,membaca,menulis,atau menggambar. Tidak hanya
kegiatan ini yang membantu menunda terjadinya demensia,tetapi juga membantu menurunkan efek. Semakin
sering melakukan aktivitas maka semakin menguntungkan.
6. Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa tiga dosis tinggi vitamin B-asam folat-B6
dan B12 membantu menurunkan kadar homosistein dan berguna untuk memperlambat perkembangan
penyakit Alzheimer.
7. Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-orang dengan kolesterol tinggi
merupakan salah satu penyebab demesia vaskuler.
8. Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena menurut penelitian bahwa makanan
seperti buah-buahan,sayuran dan omega 3 dan asam lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-
kacangan tertentu dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan resiko terkena demensia.
9. Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya
secara signifikan mengurangi resiko demensia karena memiliki efek perlindungan terhadap berkembangnya
demensia.
10. Prognosis
Pada sebagian besar demensia stadium lanjut terjadi penurunan fungsi otak yang hampir menyeluruh. Penderita lebih
menarik dirinya dan tidak mampu mengendalikan perilakunya. Suasana hatinya sering berubah-ubah dan senang
berjalan-jalan (berkelana). Pada akhirnya penderita tidak mampu mengikuti suatu percakapan dan bisa kehilangan
kemampuan berbicara.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA


1. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan secara umum pada penyakit demensia antara lain:
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi: penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan
kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang dilakukannya,
gerakan yang sangat bermanfaat.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli (merupakan factor predisposisi).
c. Integritas ego
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap lingkungan, kesalahan
identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek : meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah
dicuri. kehilangan multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda : Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban, mungkin
juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan menonton yang lain, aktivitas pertama
mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan emosi stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat
kembali kain ), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan diare.
e. Makanan/cairan
Gejala: Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan dalam pengecapan, nafsu
makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan (mungkin mencoba untuk
menyembunyikan keterampilan). dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
f. Hiygene
Gejala : Perlu bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan
buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk buang air, tidak dapat menemukan kamar
mandi dan kurang berminat pada atau lupa pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak
makanan dan menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.
g. Neurosensori
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala.
adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah
laku ( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam
ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung
secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan
otak ).
Tanda : Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata- kata yang benar ( terutama
kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-
penggal, atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis bertahap
( kehilangan keterampilan motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi atau factor
akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan sebagainya).
Tanda : Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang muncul
mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda : Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
Demensia terjadi akibat kerusakan yang terjadi di dalam susunan saraf pusat terkait dengan proses penuaan.
Pada pengkajian Lansia dengan masalah demensia bisa digolongkan dalam pengkajian sistem saraf secara
umum.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel) ditandai
dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai
realitas dengan akurat.
2) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi atau integrasi sensori
(penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah,
halusinasi.
3) Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari ditandai
dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan
mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
4) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai dengan keluhan verbal tentang
kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5) Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi atas kehilangan kemandiriannya
ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan perawatan diri.
6) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah tidak adekuat ditandai dengan cepat
marah, curiga, mudah tersinggung.
7) Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi ditandai dengan disorientasi tempat,
orang dan waktu.
8) Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mudah lupa,
kemunduran hobi, perubahan sensori.
9) Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak terkoordinasi,
aktivitas kejang.

3. Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Perubahan proses pikir Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri


berhubungan dengan perubahan keperawatan diharapkan klien mampu
fisiologis (degenerasi neuron mengenali perubahan dalam berpikir a. Kembangkan lingkungan yang a. Mengurangi kecemasan dan

ireversibel) ditandai dengan dengan KH: mendukung dan hubungan klien- emosional, seperti
- Mampu memperlihatkan perawat yang terapeutik kemarahan, meningkatkan
hilang ingatan atau memori,
kemampuan kognitifuntuk pengembangan evaluasi diri
hilang konsentrsi, tidak mampu
menjalani konsekuensi kejadian yang positif dan mengurangi
menginterpretasikan stimulasi
yang menegangkan terhadap konflik psikologis
dan menilai realitas dengan
emosi dan pikiran tentang diri
akurat.
- Mampu mengembangkan strategi b. Memberikan dasar
untuk mengatasi anggapan diri b. Kaji derajat gangguan kognitif, perbandingan yang akan
yang negative seperti perubahan orientasi, datang dan memengaruhi
- Mampu mengenali perubahan
rentang perhatian, kemampuan rencan intervensi. Catatan:
dalam berpikir atau tingkah laku
berpikir. Bicarakan dengan evaluasi orientasi secara
dan factor penyebab
- Mampu memperlihatkan keluarga mengenai perubahan berulang dapat meningkatkan

penurunan tingkah laku yang perilaku respon yang negative/tingkat

tidak diinginkan, ancaman, dan frustasi

kebingungan
c. Pertahankan lingkungan yang c. Kebisingan merupakan
menyenangkan dan tenang sensori berlebihan yang
meningkatkan gangguan
neuron

d. Lakukan pendekatan dengan cara d. Pendekatan terburu-buru


perlahan dan tenang menyebabkan klien bingung,
kesalahan persepsi/perasaan,
terancam
e. Tatap wajah ketika berbicara
dengan klien e. Menimbulkan perhatian,
terutama pada klien dengan
gangguan perceptual

f. Nama adalah bentuk identitas

f. Panggil klien dengan namanya diri dan menimbulkan


pengenalan terhadap realita
dan klien

g. Meningkatkan pemahaman.
Ucapan tinggi dank eras
menimbulkan stress/marah

g. Gunakan suara yang agak rendah yang mencetuskan konfrontasi

dan berbicara dengan perlahan dan respons marah

pada klien
h. Seiring perkembangan
penyakit, pusat komunikasi
dalam otak terganggu
sehingga menghilangkan
kemampuan klien dalam

h. Gunakan kata-kata pendek, respons penerimaan pesan

kalimat dan Ulangi instruksi dan percakapan secara

tersebut sesuai kebutuhan keseluruhan

i. Menimbulkan respons verbal,


meningkatkan pemahaman.
Isyarat menstimulasi
komunikasi, memberi
pengalaman positif

j. Mengarahkan perhatian dan


penghargaan. Membantu klien
dengan alat bantu proses kata
i. Berhenti sejenak di antara
dalam menurunkan frustasi
kalimat/pertanyaan. Beri isyarat
tertentu, gunakan kalimat terbuka k. Provokasi menurunkan harga
diri dan merupakan ancaman
yang mencetuskan agitasi
yang tidak sesuai

j. Dengarkan dengan penuh l. Lamunan membantu dalam


perhatian pembicaraan klien. meningkatkan disorientasi.
Interpretasikan pertanyaan, arti, Orientasi pada realita
dan kata. Beri kata yang benar meningkatkan perasaan
realita klien, penghargaan diri
dan kemuliaan (kebahagiaan)
personal
k. Hindari kritikan, argumentasi, dan
konfrontasi negative m. Keterpaksaan menurunkan
keikutsertaan dan
meningkatkan kecurigaan,
delusi

n. Tertawa membantu dalam


komunikasi dan meningkatkan

l. Gunakan distraksi. Bicarakan kestabilan emosi

tentang kejadian yang sebenarnya


saat klien mengungkapkan ide
yang salah, jika tidak
Kolaborasi
meningkatkan kecemasan a. Dapat digunakan untuk
mengontrol agitasi,
m. Hindari klien dari aktivitas dan
halusinasi. Mallril jarang
komunikasi yang dipaksakan
digunakan karena
adanya beberapa efek
n. Gunakan hal yang humoris saat
samping yang bersifat
berinteraksi pada klien
ekstrapiramidal,
Kolaborasi meningkatkan
a. Antisiklotik, seperti haloperidol kekacauan mental;
(haldol); tioridazin (Mallril masalah penglihatan dan
b. Vasodilator, seperti siklandelat terutama gangguan
(Cyclospasmol) berdiri dan berjalan.
c. Titamin b. Dapat meningkatkan
kesadaran mental tetapi
memerlukan penelitian
lebih lanjut.
c. Dalam penelitian
merupakan cara yang
dilakukan terus menerus
untuk menyelidiki
kemanfaatan dari tiamin
dosis tinggi selama fase
awal penyakit untuk
memperlambat
berkembangnya
gangguan/meningkatan
keadaan kognisi secara
sederhana

2 Perubahan persepsi sensori Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri


berhubungan dengan perubahan keperawatan diharapkan perubahan
persepsi, transmisi atau integrasi persepsi sensori klien dapat berkurang a. kembangkan lingkungan yang a. Meningkatkan kenyamanan dan

sensori (penyakit neurologis, atau terkontrol dengan KH: suportif dan hubungan perawat – menurunkan kecemasan pada

tidak mampu berkomunikasi, klien terapeutik klien

gangguan tidur, nyeri) ditandai - Mengalami penurunan halusinasi


b. Bantu klien untuk memahami b. Meningkatkan koping dan
dengan cemas, apatis, gelisah,
- Mengembangkan strategi halusinasi menurunkan halusinasi
halusinasi.
psikososial untuk mengurangi
c. beri informasi tentang sifat c. Untuk membantu klien dalam
stress atau mengatur prilaku.
halusinasi ,hubungannya dengan memahami halusinasi
- Mendemonstrasikan respon yang stresor/pengalaman emosional
sesuai stimulasi yang traumatic,pengobatan dan
cara mengatasi d. Keterlibatan otak
- Perawat mampu mengidentifikasi memperlihatkan masalah yang
factor eksternal yang berperan d. kaji derajat sensori atau gangguan bersifat asimetris menyebabkan
terhadap perubahan persepsi dan bagaimana hal klien kehilangan kemampuan
tersebut mempengaruhi klien pada salah satu sisi tubuh
- kemampuan persepsi sensori termasuk penurunan penglihatan (gangguan unilateral). Klien
atau pendengaran tidak dapat mengenali rasa
lapar
e. ajarkan strategi untuk mengurangi
stress e. Untuk menurunkan kebutuahan
akan halusinasi
f. anjurkan untuk menggunakan kaca
mata atau alat bantu pendengaran f. Meningkatkan masukan
sesuai keperluan sensori,membatasi
/menurunkan kesalahan
interpretasi stimulasi

3 Sindrom stress relokasi Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri


berhubungan dengan perubahan keperawatan diharapkan klien dapat
dalam aktivitas kehidupan sehari- beradaptasi dengan perubahan a. Jalin hubungan saling mendukung a. Untuk membangun

hari ditandai dengan aktivitas sehari- hari dan lingkungan dengan klien kepercayaan dan rasa aman

kebingungan, keprihatinan, dengan KH :


- Mengidentifikasi perubahan b. Orientasikan pada lingkungan dan b. Menurunkan kecemasan dan
gelisah, tampak cemas, mudah
- Mampu beradaptasi pada rutinitas baru perasaan terganggu
tersinggung, tingkah laku
perubahan lingkungan dan
defensive, kekacauan mental, c. Untuk menentukan persepsi
aktivitas kehidupan sehari- hari
tingkah laku curiga, dan tingkah - Mempertahankan rasa berharga c. Kaji tingkat stressor (seperti klien tentang kejadian dan
laku agresif. pada diri dan identitas pribadi penyesuaian diri, krisis tingkat serangan.
yang positif perkembangan, peran keluarga,
- Membuat pernyataan positif d. Perawatan di rumah sakit
akibat perubahan status
tentang lingkungan yang baru mengubah aktivitas klien dan
- Memperlihatkan penerimaan kesehatan)
meningkatkan masalah
terhadap perubahan lingkungan
d. Tempatkan pada ruangan pribadi tingkah laku. Memberi
dan penyesuaian kehidupan
- Mampu menunjukan tentang jika mungkin dan bergabung kesempatan mengontrol
perasaan yang sesuai/tidak dengan orang terdekat dalam lingkungan dan melindungi
cemas dan rasa takut berkurang aktivitas perawatan, waktu makan, dari kelainan tingkah laku
- Tidak menyimpan pengalaman dan sebaginya
menyakitkan e. Konsistensi mengurangi
- Menggunakan bantuan dari e. Tentukan jadwal aktivitas yang kebingungan dan
sumber yang tepat selama waktu wajar dan masukkan dalam meningkatkan rasa
pengaturan pada lingkungan kegiatan rutin kebersamaan
baru
f. Identifikasi kekuatan klien yang f. Memfasilitasi bantuan
dimiliki sebelumnya dengan komunikasi dan
manajemen dari kekurangan
g. Berikan penjelasan dan informasi sekarang serta selanjutnya
yang menyenangkan mengenai
kegiatan/peristiwa g. Menurunkan ketegangan,
mempertahankan rasa saling
h. Catat tingkah laku, munculnya percaya dan orientasi. Saat
perasaan curiga/paranoid, mudah klien mengetahui secara
tersinggung, defensive perlahan tentang apa yang
terjadi, koping klien akan
meningkat

h. Stress meningkat, rasa tidak


i. Pertahankan keadaan tenang. nyaman/nyeri fisik dan
Tempatkan dalam lingkungan kelelahan mencetuskan
tenang yang memberikan penurunan tingkah laku dan
kesempatan untuk “beristirahat” gangguan komunikasi.
Perilaku katastropik ini
menimbulkan panic dan rasa
j. Atasi tingkah laku agresif dengan bermusuhan
pendekatan yang tenang
i. Menenangkan situasi dan
k. Gunakan sentuhan jika tidak member klien waktu untuk
mengalami paranoid/sedang memperoleh kendali
mengalami agitasi sesaat terhadap perilaku dan
emosinya

j. Rasa diterima menurunkan


rasa takut, dan respons
agresif

k. Memberikan keyakinan,
menuunkan stress, dan
meningkatkan kualitas hidup

4 Perubahan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri


berhubungan dengan perubahan keperawatan diharapkan tidak terjadi
lingkungan ditandai dengan gangguan pola tidur pada klien dengan a. Jangan menganjurkan klien tidur a. Irama sirkadian (siklus tidur-

keluhan verbal tentang kesulitan KH : siang apabila berakibat efek bangun)yang tersinkronisasi
- Memahami factor penyebab negative terhadap tidur pada disebabkan oleh tidur siang
tidur, terus-menerus terjaga, tidak
gangguan pola tidur malam hari yang singkat
mampu menentukan kebutuhan/
- Mampu menentukan penyebab
waktu tidur.
tidur inadekuat b. Evaluasi efek obat klien (steroid b. Derangement psikis terjadi bila
- Mampu memahami rencana
,diuretik) yang mengganggu tidur terdapat penggunaan
khusus untuk
kortikosteroid, termasuk
menangani/mengoreksi
perubahan mood, insomnia
penyebab tidur tidak adekuat c. Tentukan kebiasaan dan rutinitas
- Mampu menciptakan pola tidur
waktu tidur malam dengan c. Mengubah pola yang sudah
yang adekuat dengan penurunan
kebiasaan klien (memberi susu terbiasa dari asupan makan
terhadap pikiran yang melayang-
hangat) klien pada malam hari terbukti
layang (melamun)
- Tampak atau melaporkan dapat mengganggu tidur

beristirahat yang cukup


d. Memberika lingkungan yang d. Hambatan kortikal pada formasi
nyaman untuk meningkatkan tidur reticular akan berkurang
(mematikan lampu, ventilasi ruang selama tidur, emningkatkan
adekuat, suhu yang sesuai, respons otomatik, karenanya
menghindari kebisingan) respons kardiovaskular
terhadap suara meningkat
selama tidur
e. Buat jadwal intervensi untuk
memungkinkan waktu tidur lebih e. Gangguan tidur terjadi dengan
lama(memeriksa tanda vital, seringnya tidur dan
mengubah posisi) mengganggu pemulihan
sehubungan dengan gangguan
psikologis dan fisiologis,
sehingga irama sirkadian
terganggu
f. Berikan kesempatan untuk tidur
sejenak, anjurkan latihan saat f. Aktivitas fisik dan mental yang
siang hari, turunkan aktivitas lama mengakibatkan kelelahan
mental/fisik pada sore hari yang dapat meningkatkan
kebingungan, aktivitas yang
terprogram tanpa stimulasi
berlebihan meningkatkan waktu
tidur

g. Risiko gangguan sensori,


g. Hindari penggunaan “pengikatan” meningkatkan agitasi dan
secara terus menerus menghambat waktu istirahat

h. Peningkatan kebingungan,
disorientasi, tingkah laku tidak
h. Evaluasi tingkat stress/orientasi kooperatif (sindrom sundower)
sesuai perkembangan hari demi dapat mengurangi tidur
hari
i. Penguatan bahwa saatnya tidur
i. Buat jadwal tidur secara teratur. dan mempertahankan
Katakan pada klien bahwa saat ini kestabilan lingkungan.
adalah waktu untuk tidur Catatan : penundaan waktu
tidur diindikasikan agar klien
membuang kelebihan energy
dan memfasilitasi tidur

j. Meningkatkan relaksasi dengan


perasaan mengantuk
j. Berikan makanan kecil sore hari,
susu hangat, mandi, dan masase k. Menurunkan kebutuhan akan

punggung bangun untuk berkemih selama


malam hari
k. Turunkan jumlah minuman sore.
Lakukan berkemih sebelum tidur l. Menurunkan stimulasi sensori
dengan menghambat suara lain
l. Putarkan musik yang lembut atau dari lingkungan sekitar yang
“suara yang jernih” akan menghambat tidur
5 Kurang perawatan diri Setelah diberikan tindakan Mandiri Mandiri
a. Identifikasi kesulitan dalam a. Memahami penyebab
berhubungan dengan intoleransi keperawatan diharapkan klien dapat
berpakaian/ perawatan diri, seperti: yang mempengaruhi intervensi.
aktivitas, menurunnya daya merawat dirinya sesuai dengan
keterbatasan gerak fisik, apatis/ Masalah dapat diminimalkan
tahan dan kekuatan ditandai kemampuannya dengan KH :
dengan penurunan kemampuan  Mampu melakukan depresi, penurunan kognitif seperti dengan menyesuaikan atau
apraksia. memerlukan konsultasi dari ahli
melakukan aktivitas sehari-hari. aktivitas perawatan diri sesuai
lain.
dengan tingkat kemampuan.
 Mampu mengidentifikasi b. Identifikasi kebutuhan
kebersihan diri dan berikan bantuan
dan menggunakan sumber pribadi/
sesuai kebutuhan dengan
komunitas yang dapat memberikan
perawatan rambut/kuku/ kulit,
bantuan. b. Seiring perkembangan
bersihkan kaca mata, dan gosok
penyakit, kebutuhan kebersihan
gigi.
c. Perhatikan adanya tanda- dasar mungkin dilupakan.

tanda nonverbal yang fisiologis.

c. Kehilangan sensori dan


penurunan fungsi bahasa
menyebabkan klien
d. Beri banyak waktu untuk
mengungkapkan kebutuhan
melakukan tugas.
perawatan diri dengan cara
nonverbal, seperti terengah-

e. Bantu mengenakan pakaian engah, ingin berkemih dengan

yang rapi dan indah. memegang dirinya.


d. Pekerjaan yang tadinya
mudah sekarang menjadi
terhambat karena penurunan
motorik dan perubahan kognitif.

e. Meningkatkan
kepercayaan untuk hidup.

6. Koping individu tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Mandiri Mandiri
a. Kaji perubahan dari a. Menentukan bantuan
berhubungan dengan diharapkan koping individu menjadi
gangguan persepsi dan hubungan individual dalam menyusun
pemecahan masalah tidak efektif dengan kriteria hasil :
dengan derajat ketidakmampuan rencana perawatan atau
adekuat ditandai dengan cepat - Mampu menyatakan atau
pemilihan intervensi.
marah, curiga, mudah mengkomunikasikan dengan b. Dukung kemampuan koping
tersinggung. orang terdekat tentang situasi dan b. Kepatuhan terhadap
perubahan yang sedang terjadi program latihan dan berjalan
- Mampu menyatakan membantu memperlambat
penerimaan diri terhadap situasi kemajuan penyakit. Dukungan
- Mengakui dan
dan sumber bantuan dapat
menggabungkan perubahan ke
diberikan melalui ketekunan
dalam konsep diri dengan cara
berdoa dan penekanan keluar
yang akurat tanpa haraga diri c. Pernyataan pengakuan
terhadap aktivitas dengan
yang negatif terhadap penolakan tubuh,
mepertahankan patisipasi aktif
mengingatkan kembali fakta kejadian
c. Membantu klien untuk
tentang realitas bahwa masih dapat
melihat bahwa perawat menerima
menggunakan sisi yang sakit dan
belajar mengontrol sisi yang sehat kedua bagian sebagai bagian dari
d. Beri dukungan psikologis
seluruh tubuh. Mengizinkan klien
secara menyeluruh
untuk merasakan adanya
harapan dan mulai menerima
situasi baru.
d. Klien Demensia sering
merasa malu, apatis, tidak
adekuat, bosan dan merasa
sendiri. Perasaan ini dapat
disebabkan akibat keadaan fisik
e. Bentuk program aktivitas yang lambat dan upaya yang
pada keseluruhan hari besar dibutuhkan terhadap tugas-
tugas kecil. Klien dibantu dan
f. Anjurkan orang yang
didukung untuk mencapai tujuan
terdekat untuk mengizinkan klien
yang ditetapkan (seperti
melakukan hal-hal untuk dirinya
meningkatnya mobilitas)
semaksimal mungkin
e. Bentuk program aktivitas
g. Dukung perilaku atau usaha pada keseluruhan hari untuk
seperti peningkatan minat atau mencegha waktu tidur yang
partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi terlalu banyak yang dapat
mengarah padda tidak adanya
h. Monitor gangguan tidur
keinginan dari apatis. Setiap
peningkatan konsentrasi, letargi, dan
upaya dibuat untuk mendukung
withdrawal
klien keluar darii tugas-tugas
yang termasuk koping dengan
Kolaborasi
a. Rujuk pada ahli kebutuhan mereka setiap hari dan
neuropsikologi dan konseling untuk membentuk klien mandiri.
bila ada indikasi Apapun yang dilakukan hanya
untuk keamanan sewaktu
mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan
koping.
f. Menghidupkan kembali
perasaan kemandirian dan
membantu perkembangan harga
diri serta mempengaruhi proses
rehabilitasi.
g. Klien dapat beradaptasi
terhadap perubahan dan
pengertian tentang peran individu
masa mendatang.

h. Dapat mengindikasikan
terjadinya depresi dimana
memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut

Kolaborasi
a. Dapat memfasilitasi
perubahan peran yang penting
untuk perkembangan
perasaan. Kerjasama
fisioterapi, psikoterapi, terapi
obat-obatan, dan dukungan
partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi
yang juga sering muncul pada
kejadian ini.

7. Hambatan komunikasi verbal Setelah diberikan asuhan Mandiri Mandiri


a. Kaji kemampuan klien untuk a. Untuk menentukan
berhubungan dengan perubahan keperawatan, diharapkan klien tidak
berkomunikasi. tingkat kemampuan klien
persepsi ditandai dengan mengalami hambatan komunikasi
dalam berkomunikasi.
disorientasi tempat, orang dan verbal dengan kriteria hasil :
b. Untuk membantu proses
waktu.  Membuat teknik/metode b. Menentukan cara-cara berkomunikasi dengan klien,
komunikasi yang dapat berkomunikasi seperti dan agar tidak terjadi
dimengerti sesuai kebutuhan mempertahankan kontak mata, miskomunikasi.
dan meningkatkan kemampuan pertanyaan dengan jawaban ya c. Untuk memudahkan
berkomunikasi atau tidak, menggunakan kertas klien dalam memanggil
dan pensil/bolpoint, gambar, atau perawat saat membutuhkan
papan tulis; bahasa isyarat, bantuan.
penjelas arti dari komunikasi yang
disampaikan.
c. Letakkan bel/lampu
panggilan di tempat mudah
dijangkau dan berikan penjelasan
cara menggunakannya. Jawab
panggilan tersebut dengan segera. Kolaborasi
Penuhi kebutuhan klien. Katakan a. Memberikan terapi
kepada klien bahwa perawat siap bicara pada klien.
membantu jika dibutuhkan.
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli
wicara bahasa.

8. Risiko terhadap perubahan Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri


a. Kaji pengetahuan a. Identifikasi kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan keperawatan diharapkan klien
klien/keluarga mengenai kebutuhan untuk membantu perencanaan
tubuh berhubungan dengan mendapat nutrisi yang seimbang
makan pendidikan
mudah lupa, kemunduran hobi, dengan KH:
perubahn sensori.  Mengubah pola asupan b. Usahakan/ berikan bantuan
yang benar. dalam memilih menu b. Klien tidak mampu
 Mendapat diet nutrisi yang c. Berikan makanan kecil
menentukan pilihan kebutuhan
setiap jam sesuai kebutuhan
seimbang. nutrisi
 Mempertahankan/ d. Hindari makanan yang c. Makan makanan kecil

mendapat kembali berat badan terlalu panas meningkatkan masukan yang

yang sesuai. sesuai


d. Makan panas
 Ikut serta dalam aktifitas Kolaborasi : mengakibatkan mulut terbakar
a. Rujuk atau konsultasikan atau menolak untuk makan
yang mempermudah koping
dengan ahli gizi
adaptif.
Kolaborasi:

a. Bantuan
diperlukan untuk
mengembangkan
keseimbangan diet dan
b. Pemberian suppositoria
menemukan kebutuhan /
dan pelumas faeces /
makan yang disukai
pencahar. b. Pertolongan utama
terhadap fungsi bowell
atau BAB

9. Risiko terhadap cedera Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri


berhubungan dengan kesulitan keperawatan diharapkan Risiko cedera
keseimbangan, kelemahan, otot tidak terjadi dengan KH : a. Kaji derajat gngguan a. Mengidentifikasi risiko di
- Meningkatkan tingkat kemampuan,tingkah laku impulsive lingkungan dan mempertinggi
tidak terkoordinasi, aktivitas
aktivitas dan penurunan persepsi visual. kesadaran perawat akan
kejang.
- Dapat beradaptasi dengan
Bantu keluarga mengidentifikasi bahaya. Klien dengan tingkah
lingkungan untuk mengurangi
risiko terjadinya bahaya yang laku impulsif berisiko trauma
risiko trauma/cedera
- Tidak mengalami mungkin timbul karena kurang mampu

trauma/cedera memgendalikan perilaku.


- Keluarga mengenali Penurunan persepsi visual
potensial di lingkungan dan berisiko terjatuh
mengidentifikasi tahap-tahap
untuk memperbaikinya b. Klien dengan gangguan
b. Hilangkan sumber bahaya kognitif, gangguan persepsi
lingkungan adalah awal terjadi trauma
akibat tidak bertanggung
jawab terhadap kebutuhan
keamanan dasar

c. Mempertahankan
keamanan dengan
menghindari konfrontasi yang
c. Alihkan perhatian saat meningkatkan risiko terjadinya
perilaku teragitasi trauma

d. Perlambatan proses
metabolisme mengakibatkan
hipotermia. Hipotalamus
d. Gunakan pakaian sesuai dipengaruhi proses penyakit
dengan lingkungan fisik/kebutuhan yang menyebabkan rasa
klien kedinginan

e. Klien yang tidak dapat


melaporkan tanda/gejala obat
dapat menimbulkan kadar
toksisitas pada lansia. Ukuran
dosis/penggantian obat
e. Kaji efek samping obat, diperlukan untuk mengurangi
tanda keracunan (tanda gangguan
ekstrapiramidal,hipotensi
ortostatik,gangguan penglihatan, f. Membahayakan klien,

gangguan gastrointestinal) meningkatkan agitasi dan


timbul risiko fraktur pada klien
f. Hindari penggunaan restrain lansia (berhubungan dengan
terus-menerus. Berikan penurunan kalsium tulang)
kesempatan keluarga tinggal
bersama klien selama periode
agitasi akut

4. Evaluasi

No.
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Dx
1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
perubahan fisiologis (degenerasi neuron  Mampu memperlihatkan kemampuan kognitifuntuk
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan
memori, hilang konsentrsi, tidak mampu terhadap emosi dan pikiran tentang diri
menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas
 Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi
anggapan diri yang negative
dengan akurat.
 Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau
tingkah laku dan factor penyebab
 Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku
yang tidak diinginkan, ancaman, dan kebingungan

9. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan


kesulitan keseimbangan, kelemahan, otot tidak  Meningkatkan tingkat aktivitas
terkoordinasi, aktivitas kejang.
 Dapat beradaptasi dengan lingkungan
untuk mengurangi risiko trauma/cedera
 Tidak mengalami trauma/cedera
 Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan
mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002

Anda mungkin juga menyukai