PEMBAHASAN
sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,
sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi.
Tahap yang lebih lanjut dari infeksi HIV adalah acquired immunodeficiency syndrome
(AIDS). Hal ini dapat memakan waktu 10-15tahun untuk orang yang terinfeksi HIV hingga
berkembang menjadi AIDS, obat antiretroviral dapat memperlambat proses lebih jauh. HIV
ditularkan melalui hubungan seksual (anal atau vaginal), transfusi darah yang terkontaminasi,
berbagi jarum yang terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinya selama kehamilan, melahirkan
dan menyusui.
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang
berkaitan dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan
Brenda G.Bare).
epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi
sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu, termasuk pria
penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan
malignitas yang jarang terjadi. (Menurut Center for Disease Control and Prevention).
Wanita hamil lebih berisiko tertular Human Immunodeficien Virus
(HIV) dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif, wanita hamil lebih
sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang tidak terinfeksi daripada wanita yang tidak
hamil.
Menurut laporan CDR (Center for Disease Control) Amerika mengemukakan bahwa
jumlah wanita penderita AIDS di dunia terus bertambah, khususnya pada usia reproduksi.
Sekitar 80% penderita AIDS anak-anak mengalami infeksi prenatal dari ibunya.
Seroprevalensi HIV pada ibu prenatal adalah 0,0-1,7%, saat persalinan 0,4-0,3% dan 9,4-
Wanita usia produktif merupakan usia yang berisiko tertular infeksi HIV. Dilihat dari
profil umur, ada kecendrungan bahwa infeksi HIV pada wanita mengarah ke umur yang
lebih muda, dalam arti bahwa usia muda lebih banyak terdapat wanita yang terinfeksi,
sedangkan pada usia di atas 45 tahun infeksi pada wanita lebih sedikit. Dilain pihak menurut
para ahli kebidanan bahwa usia reproduktif merupakan usia wanita yang lebih tepat untuk
hamil dan melahirkan. Hasil survey di Uganda pada tahun 2003 mengemukakan bahwa
prevalensi HIV di klinik bersalin adalah 6,2%, dan satu dari sepuluh orang Uganda usia antara
30-39 tahun positif HIV-AIDS perlu diwaspadai karena cenderung terjadi pada usia
reproduksi.
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh Montagnier dan kawan-
kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama Lymphadenopathy Associated Virus (LAV),
sedangkan Gallo di Amerika Serikat pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas
kesepakatan internasional pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.
Muman Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya
yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia
masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai
reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat
berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan
keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap
infeksius yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut..
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian
selubung (envelop). Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA
(Ribonucleic Acid). Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis prosein. Bagian selubung
terdiri atas lipid dan glikoprotein. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan panas, bahan
kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan seperti air mendidih,
sinar matahari dan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol,
jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet.
Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh.
HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap
orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang
terkontaminasi.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
e. Berkeringat.
a. Batuk kronis
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
D. Patofisiologi
pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi
HIV. Pada negara berkembang istri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar
rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri
sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu
untuk dibicarakan.
Virus HIV tergolong retrovirus, yang merupakan standar RNA, tunggal terbungkus.
Bila memasuki tubuh, virus akan melekat pada reseptor CD4 sel terinfeksi. Kemudian virus
DNA ganda ini mampu masuk sirkulasi sel menuju intinya dan bersatu dengan DNA inti sel
yang asli. DNA virus dapat membentuk RNA yang terinfeksi dan RNA yang akan membawa
pembentuk sum-sum tulang tertentu. Secara intraseluler, virus dapat memecah diri sehingga
setelah selnya hancur dapat dikeluarkan virus HIV baru yang akan menyerang sel lainnya.
Bentuk virus HIV selalu berubah-ubah, sesuai dengan sel yang diserangnya sehingga sulit
untuk membuat antibody atau antigen agar mampu membuat vaksinnya. Oleh karena itu,
Cara penularan virus HIV-AIDS pada wanita hamil dapat melalui hubungan seksual.
Salah seorang peneliti mengemukakan bahwa penularan dari suami yang terinfeksi HIV ke
isterinya sejumlah 22% dan istri yang terinfeksi HIV ke suaminya sejumlah 8%. Namun
positif) dalam 1-3 tahun dimana didapatkan 42% dari suami dan 38% dari isteri ke suami
dianggap sama.
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi
pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau
pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena
terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan,
antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta
justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama
kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama
proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya,
episiotomi.
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data
penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai
resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi
payudara lainnya.
1. Transmisi Seksual
penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen
dan cairan vagina atau serik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan pasangan seks, jumlah
pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada penelitian Darrow (1985) ditemukan resiko
seropositive untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang
dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti
pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV.
a. Homoseksual
Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat promiskuitas homoseksual menderita AIDS,
berumur antara 20-40 tahun dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal
merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra
seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini
sehubungan dengan mukosa rektum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran
b. Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui hubungan heteroseksual pada
promiskuitas dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah
terkontaminasi, misalnya pada penyalah gunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum
suntik yang tercemar secara bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik
yang dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko tertular cara
1) Darah/Produk Darah
Transmisi melalui transfusi atau produk darah terjadi di negara-negara barat sebelum tahun
1985. Sesudah tahun 1985 transmisi melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karena
darah donor telah diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat trasfusi
b. Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai resiko sebesar 50%.
Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui
F. Faktor Resiko
Semula diperkirakan factor risiko infeksi HIV hanya homoseksual, dan pengguna
narkoba yang menggunakan suntikan terinfeksi, tetapi jumlahnya semakin besar. Infeksi HIV
terutama menyerang sel T limfosit dan system saraf pusat. Cara masuknya ke dalam sel mulai
dengan ikatan reseptornya pada sel lomfosit dan diikuti rusaknya inti kemudian memecahkan
dirinya menjadi beberapa virus HIV. Secara berabtai, virus HIV kembali akan menyerang sel
lomfosit CD4 sehingga akhirnya terjadi penurunan daya tahan tubuh secara menyeluruh dan
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :
2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
3. Pekerja seks komersial
G. Pemeriksaan Penunjang
Tes-tes saat ini tidak membedakan antara antibody ibu/bayi, dan bayi dapat
menunjukkan tes negatif pada usia 9 sampai 15 bulan. Penelitian mencoba mengembangkan
prosedur siap pakai yang tidak mahal untuk membedakan respons antibody bayi dan ibu.
1. Pemeriksaan histologis, sitologis urin , hitung darah lengkap, feces, cairan spina, luka,
3. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCV tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal untuk deteksi awal pneumonia
4. Tes Antibodi
b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan
memastikan seropositifitas.
e. Pendeteksian HIV.
rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk
mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus
(viral burden).
Antibody yang ditimbulkan oleh infeksi HIV terjadi sejak infeksi berusia 2-3 bulan.
Antibody ini akan masuk melalui plasenta menuju janin.Infeksi langsung pada janin mulai
sejak usia 13 minggu dengan mekanisme yang tidak diketahui. Infeksi ini disebut sebagai
infeksi vertical karena berlangsung semasih intrauterin. Cara infeksi lainnya pada bayi adalah
saat pertolongan persalinan karena melalui jalan lahir dengan cairannya yang penuh dengan
virus HIV.
H. Penatalaksanaan
Pengalaman program yang signifikan dan bukti riset tentang HIV dan pemberian
makanan untuk bayi telah dikumpulkan sejak rekomendasi WHO untuk pemberian makanan
bayi dalam konteks HIV terakhir kali direvisi pada tahun 2006. Secara khusus, telah
dilaporkan bahwa antiretroviral (ARV) intervensi baik ibu yang terinfeksi HIV atau janin
yang terpapar HIVsecara signifikan dapat mengurangi risiko penularan HIV pasca kelahiran
melalui menyusui. Bukti ini memiliki implikasi besar untuk bagaimana perempuan yang hidup
dengan HIV mungkin dapat memberi makan bayi mereka, dan bagaimana para pekerja
kesehatan harus nasihati ibu-ibu ini. Bersama-sama, intervensi ASI dan ARV memiliki potensi
secara signifikan untuk meningkatkan peluang bayi bertahan hidup sambil tetap tidak
terinfeksi HIV.
digunakan kecuali jika dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman (AFASS).
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load rendah sehingga jumlah virus yang
ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Obat yang bisa
dipilih untuk negara berkembang adalahNevirapine, pada saat ibu saat persalinan diberikan
200mg dosis tunggal, sedangka bayi bisa diberikan 2mg/kgBB/72 jam pertama setelah lahir
dosis tunggal. Obat lain yang bisa dipilih adalah AZT yang diberikan mulai kehamilan 36
Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi pasien di
2. Terapi AZT (Azidotimidin). Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
3. Terapi antiviral baru. Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada proses nya. Obat- obat ini adalah
5. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat
replikasi HIV.
perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara
7. Pendidikan. Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga
bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut
yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru
dilahirkan.
Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus
yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV. Satu tablet
nevirapine pada waktu mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3
hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi
Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena metode ini
terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan
ini disertai dengan penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai
87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga mempunyai resiko karena kondisi imunitas
ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu, persalinan per
vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor
lain.
positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kehamilan merupakan peristiwa alami yang terjadi pada wanita, namun kehamilan
dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu dan janin terutama pada kehamilan trimester
pertama. Wanita hamil trimester pertama pada umumnya mengalami mua, muntah, nafsu
makan berkurang dan kelelahan. Menurunnya kondisi wanita hamil cenderung memperberat
kondisi klinis wanita dengan penyakit infeksi antara lain infeksi HIV-AIDS.
HIV/AIDS adalah topic yang sangat sensitive dan lebih banyak sehingga banyak
penelitian melibatka anak-anak yang rentan untuk terjangkit HIV. Setiap usaha dilakukan
tubuh sehingga member kesempatan berkembangnya berbegai bentuk infeksi dan keganasan,
kekebalan tubuh manusia pada AIDS, tubuh seolah-olah menjadi tempat pembenihan bakteri,
B. SARAN
Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran
Nursalam dan dwi, Ninuk. 2008. Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
Salemba medika.