Referat Dakriosistitis
Referat Dakriosistitis
DAKRIOSISTITIS
NIM: 1308012054
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar lakrimal menerima persarafan dari saraf kranial V dan VII, serta dari
simpatetik ganglion servikal superior. Cabang lakrimal dari divisi opthalmikus
dari saraf trigeminal membawa rangsangan sensorik dari kelenjar lakrimal.
Kelenjar lakrimal menerima suplai arteri dari arteri lakrimal, dengan kontribusi
dari arteri meningeal berulang dan cabang dari arteri infraorbital. Drainase vena
mengikuti jalur intraorbital arteri yang kira-kira sama dan mengalir ke vena
ophthalmic superior(5).
Punkta lakrimal mengairi air mata dari meniscus lakrimal menuju ampula
dan kanalikuli. Mekanisme ini terjadi karena adanya mekanisme pompa lakrimal
yang secara aktif memompa air mata menuju sakum setiap kali kedipan mata.
Terdapat 2 teori tentang pompa lakrimal yaitu Jones dan Doane(5).
Pompa mulanya berawal dari posisi kelopak mata terbuka, di mana aksi
dari kapiler yang menyedot air mata menuju ampula kanalikuli. Sakum lakrimal
akan kolaps saat kelopak mata terbuka. Tertutupnya kelopak mata akan
menginisiasi kompresi dari ampula lakrimal, disertai dengan memendeknya
kanalikul oleh kontraksi dari muskulus Horner. Kontraksi dari muskulus tersebut
mendorong air mata menuju sakum. Muskulus Jones menstimulasi kerja dari
diafragma lakrimal, membuat tekanan negative di dalam sakum. Ketika kelopak
mata terbuka lagi, sakum kolaps dan air mata akan menuju duktus nasolakrimal(5).
Dakriosistitis dapat diklasifikasikan menjadi akut atau kronis dan didapat atau
bawaan. Keadaan infeksi akut biasanya menyebabkan dakriosistitis akut. Di
Amerika Serikat, organisme yang paling umum adalah spesies Staphylococcus
dan Streptococcus, diikuti oleh Haemophilus influenza dan Pseudomonas
aeruginosa(2).
Ada distribusi bimodal dengan sebagian besar kasus terjadi tepat setelah
kelahiran pada kasus bawaan atau pada orang dewasa yang berusia lebih dari 40
tahun. Dakriosistitis kongenital terjadi pada kira-kira 1 dari 3884 kelahiran hidup.
Pada orang dewasa, kulit putih cenderung lebih terpengaruh. Wanita membentuk
hampir 75% dari semua kasus(3).
Tahap obstruksi
Pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus lakrimalis, sehingga
yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan.
Tahap Infeksi
Pada tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus,
mukopurulen, atau purulent tergantung pada organisme penyebabnya.
Tahap Sikatrik
Pada tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun pus lagi. Hal
ini dikarenakan sekret yang terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga
membentuk suatu kista.
2.6 Gejala Klinis Dakriosistitis
Keadaaan akut terdapat epifora, sakit yang hebat di daerah kantung air mata
dan demam. Terlihat pembengkakan kantung air mata dan merah di daerah sakus
lakrimal dan nyeri tekan di daerah sakus, disertai secret mukopurulen yang akan
memancar bila kantung air mata ditekan. Daerah kantung air matah berwarna
merah meradang(3).
Pada kasus kronis, pengujian serologis yang tepat dapat dilakukan jika
penyakit sistemik diduga sebagai penyebab yang mendasarinya. Pengujian
antibodi sitoplasmik antineutrofilik dapat dilakukan jika dicurigai granulomatosis
Wegener. Demikian juga, pengujian antibodi antinuklear (ANA) dapat dilakukan
jika dicurigai lupus erythematosus sistemik(3).
Adapun komplikasi yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik yaitu selulitis
orbital, abses intrakonal. Agar dapat menghindari terjadinya dakriosistitis, maka
pemahaman tentang penyakit dan cara mencegah rekurensi dakriosistitis menjadi
dasar yang sangat penting. Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi
pada pasien sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit ini(10).
KESIMPULAN
Adapun komplikasi yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik yaitu selulitis
orbital, abses intrakonal. Agar dapat menghindari terjadinya dakriosistitis, maka
pemahaman tentang penyakit dan cara mencegah rekurensi dakriosistitis menjadi
dasar yang sangat penting. Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi
pada pasien sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
2. Ilyas, Sp.M P dr. HS. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2010.