Anda di halaman 1dari 2

1.

Metabolisme pada pediatri

Neonatus memiliki kemampuan lebih rendah untuk metabolisme obat yang rentan
dibandingkan dengan bayi dan anak-anak. Secara umum metabolisme obat oleh enzim hati
belum sempurna pada neonatus. Setelah lahir, kapasitas metabolisme akan naik secara
dramatis dari sekitar seperlima hingga sepertiga tingkat orang dewasa selama minggu
pertama kehidupan.

metabolisme obat dibagi menjadi fase reaksi 1 dan fase reaksi 2. Fase 1 melibatkan
reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis, dan hidrasi. Jalur paling utama adalah reaksi oksidasi yang
melibatkan enzim sitokrom P450 (CYP). Enzim-enzim CYP utama dibagi menjadi CYP1A2,
CYP2B6, CYP2C8 - 10, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1 dan CYP3A4 dan 5. Jalur untuk fase
2 melibatkan glukuronidasi, sulfasi, metilasi, asetilasi dan konjugasi glutation.

Jumlah kandungan sitokrom P450 di hati janin adalah antara 30% dan 60% dari nilai
dewasa dan mendekati nilai-nilai orang pada usia 10 tahun. Tempat utama metabolisme obat
adalah dalam hati, selain saluran pencernaan, sel darah, dan organ lain juga terlibat dalam
metabolisme obat. Tujuan biologis metabolisme obat adalah untuk mengkonversi senyawa
lipofilik (larut dalam lemak) menjadi lebih polar dan lebih larut dalam air dengan demikian
lebih mudah diekskresikan ke dalam empedu atau urin. Obat-obat yang nonpolar, dan larut
dalam lipid (misalnya diazepam, teofilin dan parasetamol) akan dimetabolisme dalam hati
sehingga menjadi lebih polar. Sedangkan obat yang larut dalam air, biasanya diekskresikan
dalam bentuk tidak berubah oleh filtrasi glomerulus dan / atau sekresi tubular pada ginjal
(misalnya aminoglikosida, penisilin, dan diuretik).

Bayi baru lahir memiliki kemampuan memetabolisme obat yang rendah dibandingkan
dengan bayi dan anak terutama pada neonatus prematur. Perubahan metabolisme dapat
mempengaruhi neonatus yaitu terjadinya resiko toksisitas obat lebih besar. Neonatus biasanya
membutuhkan dosis obat yang lebih kecil dan diberikan lebih jarang dari pada bayi dan anak-
anak.

Tingkat metabolik pada bayi dan anak-anak usia dua sampai tiga tahun secara umum
lebih tinggi dari orang dewasa. Dosis terapeutik obat relatif terhadap berat badan, mungkin
lebih besar untuk anak-anak dibandingkan orang dewasa, contohnya teofilin. Dosis harus
individual untuk setiap anak berdasarkan berat, dan harus disesuaikan dosis tersebut dengan
adanya variasi metabolisme secara individu.

Artinya, dosis harus individual untuk setiap anak berdasarkan berat badan. Enzim
hepatik dapat berubah sedemikian rupa pada anak yang sudah mature sehingga kliren teofilin
akan berkurang, dan penyesuaian dosis lebih lanjut mungkin dibutuhkan. Biotransformasi
metronidazol lebih lambat oleh sistem enzim P450 pada bayi yang mengalami malnutrisi
berat dibandingkan pada bayi yang tidak mengalami malnutrisi.
2. Interaksi Obat secara Metabolisme

Interaksi pada Level Metabolisme terjadi karena metabolisme obat objek


dirangsang atau dihambat oleh obat presipitasi. Terikat dengan metabolisme ini ada
dua hal penting.
Pertama, diantara obat yang berinteraksi ada yang menginduksi enzim dan
yang kedua ada yang menghambat aktivitas enzim.
 Induksi Enzim Induksi enzim adalah perangsangan atau induksi enzim
yang terjadi dalam retikulum endoplasik sel hati dan sitokrom P 450
(CYP) oleh obat tertentu, sehingga aktivitas metabolik bertambah.
Akibatnya metabolisme obat menjadi lebih aktif dan konsentrasi obat
objek dalam plasma berkurang, sehingga efektivitasnya pun menurun.
 Inhibisi Enzim Inhibisi enzim adalah apabila suatu obat menghambat
metabolisme obat lain, sehingga memperpanjang atau meningkatkan
aksi obat. Sebagai contoh, allopurinol mengurangi produksi asam urat
akibat hambatannya terhadap enzim santin oksidase, pada waktu yang
sama metabolisme beberapa obat yang berpotensial toksis seperti
merkaptopurin dan azatioprin juga dihambat. Penghambatan santin
oksidase secara bermakna meningkatkan efek obat-obat tsb. Sehingga
jika diberikan bersama allopurinol, dosis merkaptopurin atau
azatioprin harus diturunkan sampai 1/3 atau ¼ dosis biasanya.

Referensi :
 Jurnal van Ganzewinkel CJJLM, Mohns T, van Lingen RA, Derijks LJJ,
Andriessen P. Paracetamol serum concentration in preterm infants treated
with paracetamol intravenously,
 Jurnal Palmer GM, Atkins M, Anderson BJ, Smith KR, Culnane TJ, McNally
CM, et al. IV acetaminophen pharmacokinetics in neonates after multiple
doses. BJA. 2008;101(4):523-30.

Anda mungkin juga menyukai