Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Pendidikan Agama islam

AKHLAK KEPADA ALLAH SWT

Disusun oleh :

Mutiah Nasution 18036090

Dosen Pembimbing : Yulizar Bila, M. Ed.

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Akhlak Kepada Allah SWT”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas akhir yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen penulis yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Padang, 24 Desember 2018

Penulis

Mutiah Nasution
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tugas utama dari Nabi Muhammad Saw. Adalah menyempurnakan akhlak mulia
di bumi ini. Mencakup semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji di kalangan orang-
orang (masyarakat)yang bertaqwa. Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan
berlangsung di atas jalur al-qur’an dan pembuatan Nabi Muhammad Saw.
Dan Allah swt menetapkan akhlak mulia bagi Nabi Muhammad Saw. dalam
sikap dan perbuatan. Seperti di dalam Al-qur’an surat Al-Qalam ayat 4: ”Dan
sesungguhnya engkau muhammad mempunyai akhlak yang mulia”. Kesadaran akhlak
adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau
merasakan baik atau buruknya suatu sikap yang ia perbuat. Disitulah membedakan halal
dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa
melakukan.
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,
sebagai individu maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu
masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik, maka
sejahteralah lahir batinnya, apabila rusak, maka rusaklah lahir batinnya.
Kewajiban seseorang terletak pada akhlaknya yang baik, akhlak yang baik selalu
membuat orang menjadi aman, tenang, dan tidak adanya perbuatan yang tercela.
Seseorang yang berakhlak mulia selalu melaksanakan kewajiban- kewajibannya.
Dia melakukan kewajiban terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya, terhadap
Tuhan yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan terhadap sesama
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akhlak kepada Allah?
2. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah?
3. Bagaimana seharusnya Akhlak seorang muslim kepada Allah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak kepada Allah SWT


Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab (‫ )اخالق‬jamak dari

kata ‫ خلق‬yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah;
akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan
tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap
yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat melakuakannnya tanpa berfikir
(spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal
dari bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan
ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat
masyarakat menjadi standar dalam menentukan baik dan buruknya.
Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau
perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang
seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT.

Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada


Allah SWT. Pertama, karena Allah SWT –lah yang menciptakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang dikeluarkan dari tulang punggung dan tulang rusuk,
hal ini sebagaimana di firmankan Allah SWT dalam surat At-Thariq ayat 5-7, sebagai
berikut:
۷( ‫ب‬ ِ ‫ص ْل‬
ِ ِ‫ب َوالتَّ َرآئ‬ ُ ‫) يَ ْخ ُر‬۶( ‫ق‬
ًّ ‫ج ِم ْن بَي ِْن ال‬ ٍ ِ‫) ُخلِقَ ِم ْن َمآءٍ دَاف‬۵( ‫ق‬ َ ‫اْل ْن‬
َ ‫سانُ ِم َّم ُخ ِل‬ ُ ‫)فَا ْلــيَ ْن‬
ِ ْ ‫ظ ِر‬
Artinya : (5). Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (6).
Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar, (7). Yang terpancar dari tulang sulbi
(punggung) dan tulang dada”.
Kedua, karena Allah SWT –lah yang telah member perlengkapan panca indera,
berupa pendengaran, penglihatan, akal fikiran dan hati sanubari, disamping anggota
badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Firman Allah SWT dalam syrat An-
Nahl ayat 78:

َ‫َار َو ْاْلَ ْفئِ َدة‬


َ ‫س ْم َع َو ْاْلَ ْبص‬
َّ ‫ َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال‬, ‫ش ْيئ ًا‬
َ ُ ُ‫ َوهللاُ أَخـْ َر َج ُك ْم ِم ْن ب‬,
َ‫ط ْو ِن أ ُ َّمهَاتِ ُك ْم الَ ت َ ْعلَ ُم ْون‬
۷۸( َ‫شك ُُر ْون‬ْ َ‫ت‬ ‫)لَـ َع َّل ُك ْم‬
Artinya : “(78). Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun dan DIa memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan
hati agar kamu bersyukur”.
Ketiga, karena Allah SWT –lah yang menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT dalam
surat Al-Jasiyah ayat 12-13 :

۱۲( َ‫شك ُُر ْون‬ ْ َ‫ي ا ْلفُ ْلكُ فِ ْي ِه ِبأ َ ْم ِر ِه َو ِلت َ ْبتَغُ ْوا ِم ْن ف‬
ْ َ ‫ض ِل ِه َولَعَلَّ ُك ْم ت‬ َ ‫س َّخ َر لَ ُك ُم ا ْلبَحْ َر ِلتَجْ ِر‬ ْ ‫)هللاُ الَّذ‬
َ ‫ِي‬
۱۳( َ‫ ِإنَّ فِى ذَا ِلكَ ِِليَات ِل َق ْو ٍم يَت َ َفك َُّر ْون‬, ُ‫ج ِم ْيعًا ِم ْنه‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ت َو َما فِى ْاْل َ ْر‬ ِ ‫اوا‬
َ ‫س َم‬ َّ ‫س َّخ َر لَ ُك ْم َما فِى ال‬
َ ‫) َو‬
Artinya : “(12). Allah -lah yang menundukkan laut untuk mu agar kapal-kapal dapat
berlayar di atasnya dengan perintah-NYa, dan agar kamu bersyukur, (13). Dan Dia
menundukan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya
(sebagai rahmat) dari -Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir.

Keempat, Allah SWT –lah yang memuliakan manusia dengan diberikannya


kemampuan daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surat Al-Israa’ ayat 70 :

َّ َ‫ت َوف‬
َ ‫ض ْلنَا ُه ْم‬
‫علَى َكثِب ٍْر ِم َّم ْن‬ ِ ‫طيِِّبَا‬َّ ‫َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِ ْي أ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِى ا ْلبَ ِ ِّر َوا ْلبَحْ ِر َو َر َز ْقنَا ُه ْم ِمنَ ال‬
۷٠( ً‫ت َ ْف ِض ْيال‬ ‫َخلَ ْقنَا‬ )
Artinya : “(70). Dan sungguh, Kami telah muliakan anak-anak cucu Adam dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka di ats banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan
yang sempurna”.
Dari sedikit uraian diatas, kita memang benar perlu untuk berakhlak kepada Allah
SWT. Karena alasan-alasan di atas adalah tolak ukur yang tepat dan terdapat perintah
Allah SWT di dalamnya bahwa kita sebagai seorang muslim memang diharuskan untuk
berakhlak kepada Sang Pencipta.

B. Akhlak Manusia sebagai Hamba Allah


Manusia sebagai hamba Allah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik kepada
Allah. Hanya Allah–lah yang patut disembah. Selama hidup, apa saja yang diterima dari
Allah sungguh tidak dapat dihitung. Sebagaimana telah Allah firmankan dalam Qur’an
surat An-nahl : 18, yang artinya “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah,
niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar- benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.
Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya,
yakni menjadikan Tuhan sebagai satu- satunya yang menguasai dirinya. Oleh sebab itu,
manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri.
Caranya adalah sebagai berikut:
1. Mentauhidkan Allah
Yaitu dengan tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun. Seperti yang
digambarkan dalam Qur’an Surat Al-Ikhlas : 1-4.
2. Bertaqwa kepada Allah
Maksudya adalah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk dapat
melaksanakan apa-apa yang telah Allah perintahkan dan meninggalkan apa-
apa yang dilarang- Nya.
a. Hakekat taqwa dan kriteria orang bertaqwa
Bila ajaran Islam dibagi menjadi Iman, Islam, dan Ihsan, maka pada
hakikatnya taqwa adalah integralisasi ketiga dimensi tersebut. Lihat ayat
dalam Surah Al- Baqoroh: 2-4, Ali Imron: 133-135.
Dalam surah Al- Baqoroh ayat 2-4 disebutkan empat kriteria orang- orang
yang bertaqwa, yaitu: 1). Beriman kepada yang ghoib, 2). Mendirikan
sholat, 3). Menafkahkan sebagian rizki yang diterima dari Allah, 4).
Beriman dengan kitab suci Al- Qur’an dan kitab- kitab sebelumnya dan
5). Beriman dengan hari akhir. Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan
iman ( no. 1,4 dan 5 ), Islam (no. 2 ), dan ihsan ( no. 3).
Sementara itu dalam surah Ali Imron 134-135 disebutkan empat diantara
ciri- ciri orang yang bertaqwa, yakni: 1). Dermawan ( menafkahkan
hartanya baik waktu lapang maupun sempit), 2). Mampu menahan marah,
3). Pemaaf dan 4). Istighfar dan taubat dari kesalahan- kesalahannya.
Dalam dua ayat ini taqwa dicirikan dengan aspek ihsan.
b. Buah dari taqwa
1. Mendapatkan sikap furqan yaitu tegas membedakan antara hak dan
batil (Al- anfal : 29)
2. Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan (At-thalaq : 2)
3. Mendapat rezeki yang tidak diduga- duga (At-thalaq : 3)
4. Mendapat limpahan berkah dari langit dan bumi (Al- A’raf : 96)
5. Mendapatkan kemudahan dalam urusannya (At-thalaq : 4)
6. Menerima penghapusan dosa dan pengampunan dosa serta mendapat
pahala besar (Al- anfal : 29 & Al- anfal : 5)
3. Beribadah kepada Allah
Allah berfirman dalam Surah Al- An’am : 162 yang artinya :”Sesungguhnya
sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.” Dapat juga dilihat dalam Surah Al- Mu’min : 11 & 65 dan Al-
Bayyinah : 7-8.
4. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, kita juga tidak akan pernah luput dari sifat
lalai dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena
itu, ketika kita sedang terjerumus dalam kelupaan sehingga berbuat
kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat kepada-Nya. Hal ini dijelaskan
dalam Surah Ali-Imron : 135.
5. Membaca Al-Qur’an
Seseorang yang mencintai sesuatu, tentulah ia akan banyak dan sering
menyebutnya. Demikian juga dengan mukmin yang mencintai Allah, tentulah
ia akan selalu menyebut asma-Nya dan juga senantiasa akan membaca firman-
firman-Nya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW berkata yang artinya :
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an itu dapat memberikan
syafaat dihari kiamat kepada para pembacanya.”
6. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah beramal semata-
mata mengharapkan ridha Allah SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas
adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata karena Allah SWT.
a. Tiga unsur keikhlasan:\
1. Niat yang ikhlas (semata-semata hanya mencari ridho Allah)
2. Beramal dengan tulus dan sebaik-baiknya. Setelah memiliki niat yang
ikhlas, seorang muslim yang mengaku ikhlas melakukan sesuatu harus
membuktikannya dengan melakukan perbuatan itu dengan sebaik-
baiknya.
3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat.
b. Keutamaan Ikhlas
Hanya dengan ikhlas, semua amal ibadah kita akan diterima oleh Allah
SWT. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :”Selamatlah para
mukhlisin. Yaitu orang- orang yang bila hadir tidak dikenal, bila tidak
hadir tidak dicari- cari. Mereka pelita hidayah, mereka selalu selamat dari
fitnah kegelapan…”( HR. Baihaqi).
7. Khauf dan Raja’
Khauf dan Raja’ atau takut dan harap adalah sepasang sikap batin yang harus
dimiliki secara seimbang oleh setiap muslim. Khauf didahulukan dari raja’
karena khauf dari bab takhalliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat
jelek), sedangkan raja’ dari bab tahalliyah (menghias hati dengan sifat-sifat
yang baik). Takhalliyyah menuntut tarku al-mukhalafah (meninggalkan
segala pelanggaran), dan tahalliyyah mendorong seseorang untuk beramal.
8. Tawakal
Adalah membebaskan diri dari segala kebergantungan kepada selain Allah
dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepadanya. Allah berfirman
dalam surah Hud: 123, yang arinya :”Dan kepunyaan Allah lah apa yang
ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya lah dikembalikan urusan- urusan
semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya. Dan sekali-
kali Tuhanmu tidah lalai dari apa yang kamu kerjakan.”
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal ( ikhtiar ).
Tidaklah dinamai tawakal kalau hanya pasrah menunggu nasib sambil
berpangku tangan tanpa melakukan apa- apa.
C. Akhlak Seorang Muslim Kepada Allah
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah
karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna.
Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk.
Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu
menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik
terhadap Allahta’ala dan sesamanya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
‫وجب ع ُْذ ًرا‬ِ ُ‫ َو ُه َو أ َ ْن َي ْعلَم أَنه ُك ّل َما يَكُون ِم ْنك ي‬، ‫َّللا ع هَز َو َج هل‬ ‫ان أ َ َحده َما َم َع ه‬ ْ ‫سن ا ْل ُخلُق ِق‬
ِ ‫س َم‬ ْ ‫ُح‬
‫ش ُهود‬ َ ‫ فَ ََل ت َ َزال شَا ِك ًرا لَهُ ُم ْعتَذ ًِرا ِإلَ ْي ِه‬، ‫شك ًْرا‬
ُ ‫سائِ ًرا ِإلَ ْي ِه بَيْن ُم َطالَعَة َو‬ ُ ‫وجب‬ ‫ َو ُك ّل َما يَأْتِي ِم ْن ه‬،
ِ ُ‫َّللا ي‬
. ‫ع ْيب نَ ْفسك َوأ َ ْع َمالك‬
َ
ّ ‫ َوك‬، ‫ بَ ْذل ا ْل َم ْع ُروف قَ ْو ًًل َوفِ ْع ًَل‬: ‫ان‬
‫َف‬ ِ ‫ َو َج َماعَة أ َ ْم َر‬. ‫سن ا ْل ُخلُق َم َع النهاس‬
ْ ‫ ُح‬: ‫سم الثهانِي‬
ْ ‫َوا ْل ِق‬
‫ْاْلَذَى قَ ْو ًًل َوفِ ْع ًَل‬

Keluhuran akhlak itu terbagi dua. Yang Pertama, akhlak yang baik kepada Allah,
yaitu meyakini bahwa segala amalan yang anda kerjakan mesti (mengandung
kekurangan/ketidaksempurnaan) sehingga membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala
sesuatu yang berasal dari-Nya harus disyukuri. Dengan demikian, anda senantiasa
bersyukur kepada-Nya dan meminta maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya
sembari memperhatikan dan mengakui kekurangan diri dan amalan anda. Kedua, akhlak
yang baik terhadap sesama. kuncinya terdapat dalam dua perkara, yaitu berbuat baik
dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan dan perbuatan. 2

Adapun contoh Akhlak kepada Allah itu antara lain:


1. Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
Perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
2. Cinta kepada Allah SWT.
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh
semangat dan rasa kasih sayang. 3

3. Ikhlas
Definisinya yaitu semata-mata mengharap ridlo Allah. Jadi segala apa yang kita
lakukan itu semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT.
4. Khauf dan raja’
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukaiyang akan
menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. 5

Raja’ yaitu memautkan hati pada sesuatu yang disukai.


5. Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Syukurny seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul
maka tidaklah dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin,
membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
6. Muraqobah
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan
Allah SWT. 6

7. Taubat
Taubat berarti kembali, yaitu kembali dari sesuatu yang buruk ke sesuatu yang baik.
8. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
Maksudnya kita sebagai umat yang diciptakan oleh Allah, hendaknya khusnudzon,
jangan suudzon, karena apa yangakan diberikan oleh Allah itu pasti bak bagi kita.
9. Bertawakal kepada Allah SWT.
Bertawakal yaitu kita berserah diri kepada Allah. Setelah kita memohon kepada Allah
hendaknya kita berrusaha, bukan hanya diam diri untuk memenuhi do’a kita. Itu yang
dimaksud dengan tawakal.
10. Senantiasa mengingat Allah SWT.
Salah satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam
keadaan apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
11. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
Yaitu kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang
bagaimana kita diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang
lain, supaya kita dapat merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat
berakhlak yang baik kepada Allah.
12. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita melakukan Amar ma’ruf,
13. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Sebagai hamba Allah yang baik hendaknya kita Nahi Munkar.
BAB III
KESIMPULAN

Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia
yang di ciptakan oleh Allah dan untuk menyembah kepada Allah, sesuai dengan firman Allah
SWT yang artinya dan tidaklah Kami (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT, manusia
seharusnya selalu mengabdikan diri hanya kepada-Nya semata dengan penuh keikhlasan dan
bersyukur kepada-Nya, sehingga ibadah yang dilakukan ditujukan untuk memperoleh keridhaan-
Nya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, terutama melaksanakan
ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan
pakaian, lahir dan batin dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-
Qur'an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat Islam.
Adapun akhlak kepada Allah SWT, yaitu:

1. Taqwa kepada Allah SWT.


2. Cinta kepada Allah SWT.
3. Ikhlas kepada Allah SWT.
4. Khauf dan raja’ terhadap Allah SWT.
5. Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT.
6. Muraqobah
7. Taubat kepada Allah SWT.
8. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
9. Bertawakal kepada Allah SWT.
10. Senantiasa mengingat Allah SWT.
11. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
12. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
13. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Yatimin, 2007, Study Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta : Amzah

Djatmika rachmat, 1996, Sistem etika Islam ( Akhlak Mulia ). Jakarta : Pustaka Panjimas.

Ilyas,Yunahar, Dr.H,Lc,MA. 2007. Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan


Pengamalan Islam.

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan


Penyelenggara Penterjemah Al-Qur;An, 1983

Mashyur, Kahar. 2010. Membina Moral Dan Akhlak. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai