PEMBAHASAN
1. Tahap Perencanaan UU
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 16 s.d Pasal 23UU No. 12 tahun 2011.
Perencanaan penyusunan UU dilakukan dalam Porlegnas, karena dalam rangka
Pembentukan UU Porlegnas merupakan prioritas program dengan tujuan untuk
mewujudkan sistem Hukum Nasional (Pasal 17 UU no. 12 tahun 2011).
Perencanaan penyusunan UU dalam Prolegnas merupakan skala
prioritas program pembentukan undang-undang dalam rangka mewujudkan sistem
hukum nasional yang integralistik, baik dalam konteks pembentukan UU maupun
peraturan di bawah UU. Penyusunan daftar RUU yang masuk dalam Prolegnas
didasarkan atas:2
a. Perintah UUD NKRI Tahun 1945
b. Perintah Ketetapan MPR
c. Perintah UU lainya
d. Sistem perencanaan pembangunan nasional
e. Rencana pembangunan jangka panjang nasional
1
Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal. 49
2
Ahmad Yani, Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Responsif, (Jakarta: Konstitusi Press,
2013), hal. 245
2
3
2. Tahap Penyusunan UU
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 43 s.d Pasal 51 UU No. 12 tahun 2011, Pasal
43 (1) s.d (5) UU No. 12 tahun 2011 menggarisbawahi beberapa ketentuan sebagai
berikut:
RUU dapat berasal dari DPD RI atau Presiden
RUU yang berasal dari DPR RI dapat berasal dari DPD
RUU yang berasal dari DPR RI, Presiden atau DPD harus disertai Naskah
Akademik
Untuk RUU APBN, RUU penetapan Perpu menjadi UU dan RUU pencabutan
UU atau pencabutan Perpu tidak harus disertai Naskah Akademik, namun
harus disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi
muatan yang diatur.
3
Ahmad Yani, Ibid.,
4
5. Tahap Pengundangan UU
UU yang baru disahkan harus diundangkan dengan menempatkanya dalam
lembaran-lembaran resmi negara, yaitu:
a. Lembaran Negara RI
b. Tambahan Lembaran Negara RI (Pasal 81 UU No. 12 tahun 2011)
Pengundangan UU dengan penempatanya dalam Lembaran Negara RI oleh
Sekretaris Negara, adalah prlaksanaan pertama dan utama UU yang dilaksanakn
asalah perintah pengundangan oleh undnag-undang tersebut yang dirumuskan
dalam bagian penutup UU.4Dengan diundangkanya UU dalam lembaran resmi
tersebut, maka setiap orang dianggap telah mengetahuinya. Selain UU, Peraturan
Perundang-undangan lainya diundankan dalam Lembaran Negara RI , meliputi:
a. Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang
b. Peraturan Pemerintah
4
Soehino, Hukum Tata Negara, (Yogyakarta: BPFE, 2006), hal. 21
5
c. Peraturan Presiden
d. Peraturan Perundang-undangan lain yang menurut Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku harus diundangakan dalam Lembaran Negara RI.5
Pengundangan UU dengan penempatanya dalam Lembaran Negara RI dalam
sistem Legislasi di Indonesia mempunyai dua macam aspek, yakni:
a. Aspek Yuridis, yang merupakan salah satu syarat agar produk yang merupakan
hasil karya badan pembentuk UU secara formal sah berbentuk UU. Dua syarat
lainya adalah
Tata cara pembentukanya harus melalui tata cara yang telah ditentukan,
sejak mempersiapkan rancangan UU sampai dengan pengesahan
rancangan UU menjadi UU
Dituangkan dalam bentuk formal yang telah ditentukan.
b. Aspek penyebarluasan UU kepada seluruh masyarakat dengan penerbitan
sebanyak mungkin, Lembaran Negara RI atau aspek publikasi yaitu
pengmuman yang bersifat memperluas, mempercepat, memperlancar
penyebarluasan UU yang dikeluarkan.
Untuk dapat membentuk peraturan perundang-undangan, khusunya UU yang
baik harus diperhatikan, difahami serta berdasarkan asas-asas peraturan perundang-
undangan, baik asas-asas peraturan perundang-undangan formal maupun materi.
5
Aziz Syamsuddin, Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, 65
6
Pasal 96 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 12 Tahun 2011 mengatur :
1. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/ atau tertulis dalam
Pembentukan Peraturan Perundang undangan.
2. Masukan secara lisan dan/ atau tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan melalui :
a. Rapat dengar pendapat umum ;
b. Kunjungan kerja;
c. Sosialisasi ; dan/ atau
d. Seminar, lokakarya, dan/ atau diskusi.