“Demartophytosis”
Oleh :
Kelompok 4/ 2016 B
Thiara Ayu Pangesti 1609511049
Made Santi Purwitasari 1609511051
Tisa Tetrania 1609511053
Irene Cristina Br Sembiring 1609511061
Kartika Dewi Kusumawardhani 1609511063
Patogenesis
Ringworm bisa sangat tahan lama di lingkungan dan dapat terbawa ke
benda-benda furnitur, karpet, debu, kipas angin,dll, dan dapat mengontaminasi
hewan peliharaan selama beberapa bulan bahkan tahun. Ringworm juga dapat
tersebar pada alat-alat grooming, mainan, dan selimut, atau bahkan pada pakaian
dan tangan manusia. Ringworm juga dapat ditemukan pada bulu hewan dari
lingkungan yang terkontaminasi tanpa menimbulkan gejala apapun. Secara alami
periode inkubasi untuk kasus ringworm antara 4 hari–4 minggu. Timbulnya
kelainan-kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor seperti faktor virulensi
dari dermatofita, faktor trauma, kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, faktor suhu
dan kelembaban, kurangnya kebersihan dan faktor umur dan jenis kelamin.
Ringworm hanya dapat tumbuh pada jaringan yang mengandung keratin
seperti kulit, rambut dan kuku. Hal ini disebabkan karena ringworm menggunakan
keratin sebagai sumber makanan (keratinophilic/keratinofilik). Ringworm
menghasilkan enzim seperti asamproteinase, elastase, keratinase dan proteinase
lain yang merupakan penyebab keratinolisis/keratinolytic. Ringworm pada sapi
lebih banyak diderita oleh hewan muda dari pada yang dewasa. Hal ini disebabkan
karena pada hewan dewasa telah terbentuk kekebalan. Perubahan klinis dimulai
dengan eritema, kemudian diikuti dengan eksudasi, panas setempat, dan terjadinya
alopesia. Karena jamur tidak tahan dalam suasana radang, jamur berusaha meluas
ke pinggir lesi, hingga akhirnya terbentuk lesi yang berupa lesi yang bulat atau
sirkuler berwarna coklat kekuningan, dengan bagian tengahnya mengalami
kesembuhan (Chermette et al, 2008).
Tanda Klinis
Perubahan klinis ringworm bervariasi pada berbagai jenis hewan dan
gambaran yang dihasilkan oleh satu spesies jamur mungkin bervariasi untuk
spesies ternak yang sama, hal tersebut mungkin disebabkan oleh kemampuan
hewan bereaksi secara imunologi (Subronto, 2003).
Gejala yang muncul adalah gatal, merah, potongan bersisik yang mungkin
melepuh dan mengeluarkan darah. Potongan sering terlihat dengan tepi yang
tegas dan menyolok. Ringworm berwarna merah yang mengelilingi bagian luar
dengan kulit yang normal di pusat, penampilannya seperti cincin. Kulit juga
mungkin muncul kehitam-hitaman (gelap) atau agak terang, alopecia, dan jika
kuku terinfeksi menjadi kehilangan warna, tebal, dan bahkan hancur luluh.
Tanda-tanda yang sering dijumpai pada anjing dan kucing yang terserang
ringworm atau dermatofitosis adalah kehilangan rambut di daerah sekitar infeksi/
kebotakan(alopesia), di daerah infeksi akan terlihat seperti kerak-kerak yang
berbentuk melingkar, akan terasa kasar jika diraba dengan tangan dan jika disinari
dengan sinar ultraviolet akan berpendar di daerah infeksi. Lokasi lesi yang paling
umum terdapat di muka, telinga, kaki dan ekor.
Pada sapi di bagian permukaan kulit dan bulu yang terinfeksi akan
ditemukan adanya lesi berbentuk bulatan-bulatan seperti cincin dalam berbagai
ukuran dan berwarna keputih-putihan, yang dalam keadaan intensif dapat disertai
dengan adanya kerak-kerak peradangan dan kerontokan bulu. Lesi ini dapat
ditemukan pula di daerah kepala, leher dan bahu. Pada sapi tidak dijumpai tanda-
tanda kegatalan, hewan yang parah tubuhnya sangat kurus dan tidak ada nafsu
makan (Al-Ani et al, 2002).
Bahan ini diperiksa di bawah mikroskop dan spora kurap, yang ditemukan di
poros rambut yang rusak, dapat diidentifikasi dengan penampilan khas mereka.
Diagnosis
Wood’s Lamp
Banyak organisme mikroba yang mampu memproduksi fosforpada
kulit yang mereka infeksi, dan inilah yang menjadi cara deteksi dan
konfirmasi infeksi. Hal ini dikecualikan pada T. Schoenleinii.
Dermatophytes yang menghasilkan flurosense merupakan dari genus
Microsporum, dan spesies yang penting dalam dunia veterinere dari genus
tersebut adalah Mikrosporum canis. (Muller et all, 2011)
Direct Microscopic
Pemeriksaan langsung menggunakan mikroskop biasa dilakukan
pada kerokan kulit dari lesi yang tercurigai infeksi jamur. Hal ini
dilakukan untuk melihat hypa ataupun spora dari jamur. Rambut dan kulit
kepala dapat dijernihkan dengan minyak mineral, kombinasi
chlorphenolac, atau KOH. (Robert,2008). Sparkes et all, juga menjelaskan
bahwa penggunaan calcofluor white dapat digunakan sebagai alernatif dari
KOH, karena dapat mengikat dindingsel spesifik dari jamur dan berpendar
dengan kuat dibawah mikroskop flurosen. (Haldane et Robart, 1990)
Dermoscopy
Dermoscopy adalah alat diagnostik perawatan noninvasif yang
memungkinkan pembesaran kulit. Alat ini banyak digunakan dalam
pengobatan manusia dalam diagnosis klinis sejumlah penyakit kulit, tetapi
khususnya kelainan rambut dan folikel. Deskripsi dermoscopy kucing
normal kulit telah diterbitkan dan penulis menyimpulkan itu berguna
untuk pemeriksaan folikel rambut.(Zanna et all, 2015)
Serologis
Uji serologis pada kass dermatofitosis cukup jarang dilakukan,
tetapi uji serologis dapat dilakukan untuk menudiagnosa agen pada lesi
nodular. Keakuratan uji serologis cukup tinggi, namun uji ini kurang
praktis dan ekonomis.
Kultur
Tes kultur jamur adalah metode mengidentifikasi jamur tertentu
yang menginfeksi hewan. Infeksi jamur relatif umum pada kucing dan
anjing dan termasuk kondisi seperti kurap. Kurap dapat menyebabkan
rambut rontok, gatal, dan ruam kulit, tetapi dalam kebanyakan kasus itu
dapat diobati dan tidak mengancam jiwa. Namun, ada infeksi jamur lain
yang dapat menyebabkan penyakit serius (seperti pneumonia) dan
kematian pada kucing dan anjing. Melakukan tes kultur jamur melibatkan
menempatkan sebagai sampel organisme jamur ke dalam zat khusus
(disebut media kultur) dan membiarkannya tumbuh untuk jangka waktu
tertentu sehingga spesies jamur dapat diidentifikasi.
Diagnosis Banding
Tinea Versicolor
Tinea versikolor adalah suatu kondisi yang ditandai oleh erupsi
kulit pada batang dan ekstremitas proksimal. (Rapini et all, 2007)
Mayoritas tinea versikolor disebabkan oleh jamur Malassezia globosa,
meskipun Malassezia furfur bertanggung jawab atas sejumlah kecil kasus.
Ragi ini biasanya ditemukan pada kulit manusia dan menjadi bermasalah
hanya dalam keadaan tertentu, seperti lingkungan yang hangat dan lembab,
meskipun kondisi yang tepat yang menyebabkan inisiasi proses penyakit
kurang dipahami. (Morishita,2006)
Psoariasis
Psoriasis adalah kondisi autoimun jangka panjang yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh seseorang bereaksi berlebihan.
Psoriasis menyebabkan sel-sel kulit berkembang biak terlalu cepat,
menghasilkan bercak kulit merah, meradang, bersisik. Psoriasis dapat
memengaruhi area tubuh mana pun dan gejalanya datang dan pergi seiring
waktu, disebut flare. Ada beberapa jenis psoriasis, termasuk psoriasis
guttate. Ini adalah jenis psoriasis yang kemungkinan besar orang bingung
dengan tinea versikolor karena menyebabkan titik-titik merah kecil
terbentuk pada kulit seseorang.
Pityriasis Rosea
Pityriasis rosea adalah jenis ruam kulit. Secara klasik, ini dimulai
dengan satu area merah dan bersisik yang dikenal sebagai "herald patch".
Ini kemudian diikuti, berhari-hari hingga berminggu-minggu kemudian,
dengan ruam merah muda seluruh tubuh. Ini biasanya berlangsung kurang
dari tiga bulan dan hilang tanpa perawatan. Kadang demam dapat terjadi
sebelum ruam atau gatal-gatal muncul, tetapi seringkali ada beberapa
gejala lainnya. (Eisman et Sinclair, 2015)
Dermatitis
Dermatitis, juga dikenal sebagai eksim, adalah sekelompok
penyakit yang menyebabkan peradangan pada kulit. Penyakit-penyakit ini
ditandai dengan gatal, kulit merah dan ruam. Dalam kasus dengan durasi
pendek, mungkin ada lepuh kecil, sementara dalam kasus jangka panjang
kulit bisa menjadi menebal. Area kulit yang terlibat dapat bervariasi dari
kecil hingga seluruh tubuh.
Al-Ani, F.K., F.A. Younes and O.F. Al-Rawashdeh. 2002. Ringworm Infection in
Cattle and Horses in Jordan. Acta Vet. Brno :71 : 55-60. http: //vfu
www.vfu.cz/acta-vet/vol71/pdf/71_055.pdf.
Eisman, S; Sinclair. 2015. "Pityriasis rosea". BMJ (Clinical Research Ed.). 351:
h5233.
El Ashmawy WR., Mohamed EA. 2016. Identification of Different
Dermatophytosis Isolated From Cattle, Cats and Horses Suffered
From Skin Lessions. Faculty of Veterinary Medicine. Cairo University.
Egypt. Diakses pada 28 April 2019.
Carmette. R., L. Ferreiro., and J. G. 2008. Dermatophytoses in Animals.
Mycopathologia. Springer Science and Business Media B.V. http
://www.springerlink.com/content/y43610543658764u/fulltext.pdf.
Carson, et al. 2010. Ringworm in Horses. https://vcahospitals.com/know-your
pet/ringworm-in-horses. Diakses pada 28 April 2019.
Haldane DJ, Robart E. A comparison of calcofluor white, potassium hydroxide,
and culture for the laboratory diagnosis of superficial fungal infection.
Diagn Microbiol Infect Dis 1990; 13: 337–339.
Jawetz, E., J.L. Melnick and E.A. Adelberg. 1996. Medical Microbiology.
Appleton & Lange, A Simon & Schuster Company. 753 p.