Laporan Pendahulian CHF
Laporan Pendahulian CHF
OLEH :
1. DIAH PUJI RAHAYU (17.010)
2. FARIS AKMAL BACHTIAR (17.012)
3. GITA PRADANA (17.014)
4. SHILVIA DIKA SARI (17.027)
5. YOGHA DHIESTIO ANOVIO (17.036)
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
sebagai media atau sarana belajar bagi pembaca untuk mengetahui tentang laporan
pendahuluan tentang penyakit CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE ).
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang laporan pendahuluan tentang
penyakit CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE) ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................. 1
1.3 TUJUAN..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat
insiden dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5
– 10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjad 30 –
40% pada gagal jantung berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit yang paling
sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun
pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
A. Apa yang dimaksud
1.3 TUJUAN
1
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 DEFINISI
Gagal Jantung / Gagal Jantung Kongestif (GJK )
Adalah suatu kondisi ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adaekuat
untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat
mengakibatkan peregangan ruang jantung guna menampung darah lebih banyak untuk di
pompa keseluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal.
2.2 ETIOLOGI
Kelainan otot jantung. Gagal jantung paling sering terjadi pada kelainan otot jantung,
menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencangkup aterosklerosos koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
otot degeneratif dan inflamasi.
Ateosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung.
Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan bebankerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofi otot
jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
Penyakit jantung lain. Gagaljantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme yang biasanya
terlibat mencangkup gangguan aliran darah melalui jantung. (mis., stenosis katup
semiluner) ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah(mis., tamponade perikardium,
perikarditas konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung abnormal(mis.,
insufiensi katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah
1
sistemik (hipertensi “Maligna” ) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun tidak ada
hipertrofi miokardial.
Faktor sistemik. Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Menuingkatnya laju metabolisme. (mis., demam, tirotoksikosis)
hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untukmemenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksiaatau anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke Jantung.
Asidosis (respiratorik atau metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung. Disritma jantung yang dapat terjadi dengan sendirinya atau secara
sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
2.3 KLASIFIKASI
Ada empat kategori utama yang diklasifikasikan, yaitu:
1. Backward versus Forward Failure
Backward failure dikatakan sebagai akibat ventrikel tidak mampu memompa
volume darah keluar, menyebabkan darah terakumulasi dan meningkatkan tekanan
dalam ventrikel, atrium, dan sistem vena baik untuk jantung sisi kanan maupun jantung
sisi kiri.
Forward failure adalah akibat ketidakmampuan jantung mempertahankan curah
jantung, yang kemudian menurunkan perfusi jaringan. Karena jantung merupakan
sistem tertutup, maka backward failure dan forward failure selalu berhubungan satu
sama lain.
Efek Backward Failure
Kegagalan Ventrikel Kiri Kegagalan Ventrikel Kanan
1. peningkatan volume dan tekanan dalam 1. peningkatan voplume dalam vena
ventrikel kiri dan atrium kiri (preload). sirkulasi.
2. edema paru 2. peningkatan tekanan atrium kanan
(preload).
3. hepatomegaly dan splenomegaliu
4. edema perifer dependen
1
Efek Forward Failure
Low output syndrome terjadi bilamana jantung gagal sebagai pompa, yang
mengakibatkan gangguan sirkulasi perifer dan vasokontriksi perifer. Bila curah jantung
tetap normal atau diatas normal namun kebutuhan metabolic tubuh tidak mencukupi, maka
high-output syndrome terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan kebutuhan
metabolic, seperti tampak pada hipertiroidisme, demam dan kehamilan, atau mungkin
dipicu oleh kondisi hiperkinetik seperti fistula arteriovenous, beri-beri, atau penyakit
paget’s.
Kegagalan Akut Versus Kronik
Manifestasi klinis dari kegagalan jantung akut dan kronis tergantung pada seberapa
cepat sindrom berkembang. Gagal jantung akut merupakan hasil dari kegagalan ventrikel
kiri mungkin karena infark miokard, disfusi katup, atau krisis hipertensi. Kejadiannya
berlangsung demikian cepat dimana mekanisme kompensasi menjadi tidak efektif,
kemudian berkembang menjadi edema paru dan kolaps sirkulasi (syok Kardiogenik).
Gagal jantung kronis berkembang dalam waktu yang relative cukup lama dan biasanya
merupakan hasil akhir dari suatu peningkatan ketidakmampuan mekanisme kompensasi
yang efektif, biasanya gagal jantung kronis dapat disebabkan oleh hipertensi, penyakit
katup, atau penyakit paru obstruksi kronis/menahun.
Kegagalan ventrikel kanan versus ventrikel kiri
Kegagalan ventrikel kiri merupakan frenkuensi tersering dari dua contoh kegagalan
tersering dari dua contoh kegagalan jantung dimana hanya satu sisi jantung yang
dipengaruhi. Secara tipikaldisebabkan oleh penyakit hipertensi, conorary artery Disease
1
(CAD), dan penyakit katup jantung sisi kiri (mitral dan aorta). Kongesti pulmoner dan
edema paru biasanya merupakan gejala segera (onset) dari gagal jantung kiri.
Gagal jantung kanan sering disebabkan oleh gagal jantung kiri, gangguan katup
trikuspidalis, atau pulmonal. Hipertensi pulmoner juga mendukungber
1
2.4 PATOFISIOLOGI
Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari ketiga faktor tersebut terganggu, hasilnya
curah jantung berkurang. Kemudahan dalam menentukan pengukuran hemodinamika
melalui prosedur pemantauan invasif telah mempermudah diagnosa gagal jantung
kongestif dan mempermudah penerapan terapi farmakologis yang efektif.
1
2.5 MANIFESTASI KLINIK
1
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
3 Meliputi evaluasi manifestasi klinis dan pemantauan hemodinamik.
Pengukuran tekanan preload,
4 afterload dan curah jantung dapat diperoleh melalui lubang-lubang yang
terletak pada berbagai
5 interfal sepanjang kateter. Pengukuran CVP (N 15 – 20 mmHg) dapat
menghasilkan pengukuran
6 preload yang akurat. PAWP atau Pulmonary Aretry Wedge Pressure
adalah tekanan penyempitan
7 aretri pulmonal dimana yang diukur adalah tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri. Curah jantung
8 diukur dengan suatu lumen termodelusi yang dihubungkan dengan
komputer.
1
8.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
1
Frekuensi dan irama harus dicatat frekuensi yang terlalu cepat menunjukkan
bahwa ventrikel memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pengisian
serta terdapat stagnasi darah yang terjadi di atria dan di paru.
Evaluasi status jantung : berat badan, tinggi badan, kelemahan, toleransi
aktivitas,nadi perifer, iktus kordis , tekanan darah, bunyi jantung, denyut
jantung, pulsus alternans, gallops, murmur, obstruktif idiopathic
hypertrophic sub aorta stenosis (IHSS)
3. Pengindraan / tingkat kesadaran .
Bila volume darah dan cairan dalam pembuluh darah meningkat maka darah yang
beredar menjadi lebih encer dan kapasitas transport oksigen menjadi berkurang.
Otak tidak dapat berorientasi terhadap kekurangan oksigen dan pasien mengalami
konfusi.
4. Hati
Untuk mengetahui adanya hepatojugular refluks (HJR). Pasien diminta bernafas
secara normal pada saat dilakukan penekanan pada hati 30 sampai 60 detik. Bila
distensi vena leher meningkat lebih lebih dari 1 cm maka tes ini positif
menunjukkan adanya peningkatan tekanan vena
5. Haluaran Urine
Pasien bias mengalami oliguria atau anuria . maka pengeluaran penting untuk di
ukur untuk membuat dasar pengukuran efektivitas diuretic. Masukan dan
pengeluaran di cek setiap hari, pada saat yang sam dan pada timbangan yang sama.
6. Palpasi abdomen : hepatomegali , splenomegali, asites
7. Capilary refill Time (CRT)>2 detik, suhu akral, diaphoresis, warna kulit, pitting
edema.
1
DIAGNOSA
a. Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan curah
jantung,hipoksemia jaringan.
b. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan dengan perubahan
membran alveolar – kapiler , dan penurunan perfusi perifer.
c. Peubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri , sesak nafas
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan dispneu akibat penurunan
curah jantung
e. Ansietas berhubungan dengan oksigenasi yang tidak adekuat
INTERVENSI KEPERAWATAN
Bertambahnya Istirahat
Posisi
Penghilangan kecemasan
1
Menghindari stress
Memperbaiki perfusi jaringan normal
Penyuluhan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
1
no intervensi rasional
1
2. Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan dengan perubahan membran
alveolar – kapiler , dan penurunan perfusi perifer.
Data Subjektif : sesak nafas, nyeri dada, batuk, letargi, keletihan.
Data Objektif :agitasi / bingung, pernafan cuping hidung, nilai ABG
abnormal, takipnea/ orthopnea, kulit kuning pucat.
Intervensi :
Kaji pernafasan pasien (frekuensi , irama, bunyi dan kedalaman) setiap
2 jam
Rasional : mengetahui adanya tanda hypoxia yang dapat menyebabkan
pernafasan menjadi dangkal dan menentukan tindakan lanjutan.
Beri oksigen sesuai kebutuhan.
Rasional : memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
Berikan tirah baring
Rasional : memaksimalkan ekspansi paru dalam pernafasan.
Beri posisi head up
Rasional : memberikan rasa nyaman dan memudahkan pertukaran gas
Ajarkan batuk efektif
Rasional : sebagai usaha memudahkan pengeluaran secret.
1
no intervensi rasional
Kolaborasi tim medis untuk pemberian Obat ampu menurunkan kecemasan dan
5 membantu tidur
tranquilizer sesuai kebutuhan
1
BAB III
PENUTUP
1
DAFTAR PUSTAKA
C. Smeltzer, Suzanne dan Brenda G.Bare.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:Buku Kedokteran EGC