Anda di halaman 1dari 14

BAHASA INDONESIA

ETIKA PENULISAN DAN


PENGUTIPAN
Etika yang Berlaku dalam Penulisan Ilmiah :

 Penulis dilarang mengakui tulisan ahli atau


orang lain sebagai tulisan sendiri
(plagiarisme)
 Penulis dilarang “menukangi” (memanipulasi)
data.
 Penulis dilarang menutupi kebenaran dengan
sengaja, namun tidak berarti boleh menuliskan
nama sebenarnya informan tanpa adanya
kesepakatan.
 Penulis dilarang menyulitkan pembaca.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)
 Penulis dituntut untuk  Penulis dengan penuh
menjunjung tinggi kesungguhan
posisi terhormatnya mengupayakan tulisan
sebagai orang terpelajar yang disajikannya tidak
dengan jalan menjaga merupakan bahan yang
kebenaran hakiki, menyusahkan untuk
manfaat dan makna dibaca karena telah
informasi yang akan ditulisnya secara tepat,
disebarluaskannya singkat dan jelas.
sehingga tidak
menyesatkan orang
lain.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)
 Penulis harus  Penulis berkepentingan
memerhatikan bahwa naskah yang
kepentingan penerbit dipersiapkannya
yang mendanai diterbitkan dan
penerbitan, sehingga disebarluaskan, dan
keringkasan dan untuk itu menyadari
kepadatan tulisan sepenuhnya keperluan
mendasari penyiapan adanya bantuan
naskah, sebab hal itu penyunting sebagai
berarti penekanan jembatan penghubung
terhadap biaya dengan pembacanya.
percetakan.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)
 Penulis hanya akan  Penulis berkewajiban
mengajukan naskah yang tanggap terhadap usul
dipersiapkan seteliti- dan saran penyunting
telitinya sesuai dengan sehingga segera
format yang dibakukan, mengembalikan naskah
dan dengan cermat akan yang harus diperbaiki dan
mengikuti petunjuk direvisinya agar tujuan
kepada pengarang yang memajukan ilmu dan
digariskan penyunting teknologi dapat tercapai
yang menjaga secepatnya.
ketaatasasan penampilan
media komunikasi yang
diasuhnya.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)
 Penulis mutlak selalu  Penulis berkewajiban
bersikap jujur kepada menjunjung tinggi hak,
dirinya dan jujur pendapat, atau temuan
kepada umum sehingga orang lain sehingga
ia tidak akan menutupi selalu menjauhi
kelemahan atau perbuatan tercela
memperbesar kelebihan seperti mengambil ide
hasil yang dicapainya. dan gagasan orang lain
yang belum
diumumkan serta diakui
sebagai gagasannya
sendiri.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)

 Sehubungan dengan  Penulis mengetahui


adanya hak cipta sepenuhnya bahwa
kepengarangan dan hak mengutip pernyataan
kepemilikan intelektual, atau pendapat orang
penulis senantiasa lain dengan secara jelas
bertekad tidak akan menyebutkan
melakukan plagiat, baik sumbernya tidaklah
plagiat atas tulisannya merupakan perbuatan
sendiri maupun plagiat yang tercela.
berdasarkan tulisan
orang lain.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)
 Penulis menyadari bahwa  Penulis bertanggung
dengan mengirimkan jawab terhadap semua
naskah untuk diterbitkan, kesalahan isi terbitan dan
ia memberikan kepada menanggung segala
penerbit hak tunggal bentuk hukuman jika
untuk menerbitkan, secara hukum terbukti
menyebarluaskan dan bahwa isi terbitan
memperdagangkan melanggar peraturan
hasilnya, sehingga ia perundang - undangan
tidak akan mengirimkan yang berlaku.
naskah serupa kepada
penerbit lain untuk
maksud yang sama.
Kode Etik Penulis Menurut Rifai (1997: 5-7)

 Untuk kepentingan  Penulis mempunyai


umum, penulis tugas mulia untuk
berkewajiban merevisi membantu penerbit
atau mempersiapkan mencari penyandang
edisi baru karyanya jika dana tambahan, dan
diminta oleh penerbit. menggalakkan promosi
terbitan hasil karya.
Etika Pengutipan Menurut Rifai (1997: 48-49)

 Untuk menjelaskan  Untuk pembuktian


landasan berpikir, argumennya, penulis
penulis dapat mengacu boleh mengutip
(mengutip secara tidak langsung kata-kata ahli
langsung) pada gagasan lain yang dimuat di
ahli lain asalkan dalam karya tulisnya
disebutkan dengan jelas asalkan disebutkan
sumbernya. dengan jelas
sumbernya.
Etika Pengutipan Menurut Rifai (1997: 48-49)
 Penulis harus menandai  Penulis harus mengutip
dengan jelas apabila ia secara tepat penggal yang
mengutip lebih dari diperlukannya.
empat kata dari karya Pengubahan ejaan masih
pengarang yang diacu. diperbolehkan jika hal itu
dimaksudkan untuk
mempermudah pembaca
(kasus teks kuno,
naskah). Kesalahan dan
kejanggalan yang
dibiarkan sebagaimana
adanya ditandai dengan
sic (yang berarti
“demikian adanya”) di
dalam tanda kurung.
Etika Pengutipan Menurut Rifai (1997: 48-49)
 Penulis harus  Jika kutipan tidak lebih
menyebutkan sumber dari tiga baris, penulis
yang dikutip dengan lebih menyisipkannya di dalam
cermat daripada ketika ia paragraf dan mengapit
mengacu (kutipan tidak blok kutipan dengan
langsung). Caranya tanda kutip, untuk
adalah dengan membedakannya dari
menuliskan nomor kalimatnya sendiri. Jika
halaman setelah angka kutipan lebih dari tiga
tahun karya yang diacu. baris, penulis wajib
menuliskannya sebagai
blok tersendiri yang
biasanya ditakikkan dan
dicetak dengan huruf
lebih kecil, spasi tunggal.
Etika Pengutipan Menurut Rifai (1997: 48-49)
 Dalam hal pengutipan  Penulis tetap wajib
hasil wawancara dengan menyebutkan sumber
narasumber, penulis harus kutipan hasil wawancara.
mengutip kata-kata Jika narasumber tidak
narasumber sebagaimana bersedia disebutkan
adanya meskipun ia namanya –kasus
menggunakan interjeksi penelitian yang bertopik
yang khas bahasa lisan sangat peka- penulis
(ehm, eh, lho, … dan wajib menyamarkannya.
sebagainya). Kesejatian sumber tetap
akan terlihat dari tanggal
wawancara.
LANGKAH-LANGKAH PENULISAN
Perbaikan Draf
 Menyunting bahasa, isi,
model pengungkapan, dan
format artikel ilmiah,
 Merombak kalimat-kalimat
dan paragraf-paragraf yang
naif dan pedant menjadi
kalimat dan paragraf yang
enak,
 Memperbaiki daya tarik
model pengungkapan,
 Menyegarkan tulisan
dengan ilustrasi yang
menarik. Perbaikan draf ini
dapat dilakukan oleh penulis
atau orang lain yang
memang mumpuni di bidang
penyuntingan.

Anda mungkin juga menyukai