Bronkitis akut:
Adalah penyakit pernapasan obstruktif yang sering dijumpai yang disebabkan
inflamasi pada bronkus.Penyakit ini biasanya berkaitan dengan infeksi virus atau baktei atau
inhalasi iritan seperti rokok dan zat-zat kimia yang da di dalam polusi udara. Penyakit ini
memliki karakteristik produksi mukus yang berlebihan.
Bronkitis Kronis
Adalah gangguan paru obstruktif yang ditandai dengan produksi mukus yang
berlebihan di saluran napas bawah yang menyebabkan batuk kronis.
1. Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN:
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
Pada kasus
Nama : Anak K
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Bahasa yang dipakai : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Ds. Wonogiri RT.01 RW.02 Semanding
Tanggal /Jam MPS : 17 Oktober 2011 / 08.16 WIB
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum gambaran umum klien:
i. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji
ii. Bagaimana penampilan pasien secara umum
iii. Ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa
iv. Sikap dan perilaku pasien terhadap petugas
v. Bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan
pasien.
vi. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan pasien.
vii. Pada kasus: Wajah klien tampak pucat dan terdapat pernapasan cuping hidung
(PCH), BB badan menurun karena sulit makan, terdapat suara ronkhi saat bernapas
b. TTV :
i. TD = 120/70 mmHg (usia 6-8 tahun normal sistol 100-105 diastol 56-57)
ii. N = 120 x/menit (normal 70-110 x/menit)
iii. S = 38°C (normal 36,5-37,5°C)
iv. R = 23 x/menit (normal 16-22 x/menit)
B1 (breathing)
Inspeksi : Pada pasien bronkitis terlihat burrel chest, pernapsan cuping hidung. RR cenderung
meningkat dan Px biasanya dyspneu.
Palpasi : Fremitus fokal menurun
Perkusi : Hyperresonance (peningkatan suara resonance)
Auskultasi : Suara nafas terdengar ronkhi (grok-grok)
B2 (blood)
Inspeksi : diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri
selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
jantung,cor pulmonar.
Palpasi : untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan
teratur tidaknya denyut jantung (papitasi), didapatkan takikardi (peningkatan denyut
jantung).
Perkusi : suara jantung perkusi normal dullness, tetapi pada bronkithis perkusi jantung pekak. Hal ini
bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
Auskultasi : adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang
menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah. Tekanan darah pasien
menunjukkan hypertensi.
B3 (brain)
Inspeksi : inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan GCS.
Adakah composmentis atau somnolen atau comma.
Palpasi : Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran, penglihatan,
penciuman, perabaan dan pengecapan.
Perkusi : Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.
B4 (bladder)
pengukuran volume output urine dilakukan untk memonitor adanya oliguria (sekresi urin yg
berkurang dlm hub. Dg asupan cairan.
B5 (bowel)
Inspeksi : apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol
atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.
Palpasi : adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk
mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba.
Perkusi : Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan
suara pekak (hepar, asites, vesika urinarta, tumor).
Auskultasi : untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35 kali permenit.
B6 (bone)
Inspeksi : adakah edema peritibial
Palpasi : pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan
pemerikasaan capillary refil time.
Perkusi : Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot kemudian dibandingkan
antara kiri dan kanan.
C. PEMERIKSAAN JASMANI
Terdiri dari: Anamnesis, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
1. Anamnesis.
Keluhan utama penyakit yang diderita, alat-alat tubuh lain, rohani, penyakit yang pernah
diderita, keturunan, sosek, nutrisi, lingkungan, obat-obat yang digunakan.
2. Gejala Lokal
Batuk : Kering
Basah
Spastik (tdk mudah berhenti).
- Sesak nafas
Karena penyakit lain
Tersumbat
Kelainan paru
Gangguan lambung, ascites
- Pengeluaran Dahak
Sifat – sifat : cair kental, lekat, berbusa, berwarna, bau, jumlah dan darah
- Nyeri Dada
- Karena kelainan dinding thoraks, mediastinum, Dalam perut.
Dalam jaringan paru tidak menyebabkan nyeri – pleura perietalis terangsang.
- Bersumber dari otot, subcutis, tulang iga, saraf I. C.
3. Gejala Umum
Suhu , pusing nafsu makan ?, lemah, keringat dingin.
Pemeriksaan Paru
a. Inspeksi
Posisi : duduk, baring
Arah : depan, belakang, atas
Bentuk :
- Ptisis ( panjang dan gepeng )
- Thoraks : dada burung
- Barel chest ( seperti tong )
- Cekung kedalam
Kesimetrisan
Gerakan pernapasan
Frekkuensi N pada orang dewasa 18 – 22 x / menit sifatnya
abdominal / thorakoabdominalis
Frekuansi normal pada anak 30 – 40 x / menit sifatnya
abdominalis / thorakoabdominalis.
Jenis pernapasan :
- Tachipnea :
Paru / jantung ada gangguan
- Bradipnea:
keracunan balbiturat, uremia, koma diabetis, proses dalam otak
- Cheyne stokes:
keracunan obat bius penyakit jantung, paru, ginjal, perdrahan SSP.
- Biot: meningitis
- Kusmaul:
Keracunan alkohol, obat bius, koma diabetes, uremia
- Asimetri :
Pneumonia, tbc paru, efusi pleura, tumor
- Dangkal : empisema, tumor paru, cairan dipleura, konsolidasi paru
- Hiperpnea:
lebih dalam, kecepatan normal
- Apneustik:
lesi pusat pernafasan.
- denyut jantung apeks:
jantung membesar, tumor
- Pelebaran vena dada:
tumor mediastinum
- Denyut nadi didada / punggung : koarktasio aorta, anastomosis.
- Penonjolan dada setempat yang berdenyut : aneurysma
2. Palpasi
a. Pemeriksaan kelainan dinding thoraks
- Nyeri tekan.
- Bengkak
- Menonjol
b. Pemeriksaan tanda – tanda penyakit paru
- Gerakan dinding thoraks waktu inspirasi dan ekspirasi
- Kesimetrisan
- Getaran suara ( fremitus vocal ) :
- Mengkonsolidasi paru, pnemonia lobaris, tbc, infark paru, atelektasis dll.
- Me : pleura terisi air, darah, nanah, bronchus tersumbat, emfisema.
c. Memeriksa tanda – tanda penyakit jantung dan aorta
3. Perkusi
a. Perkusi adalah untuk menentukan keadaan paru
Normal : suara perkusi resonan – dug – dug.
Sangat resonan : timpanik dang-dang udara (pneumothoraks).
Agak menggendang: sub timpanik – dung ( rongga pleura mengandung udara )
lebih resonan: belum subtimpanik = hiperresonan deng-deng ( emfisema,
pnemonthoraks ringan )
kurang resonan: deg – deg ( fibrosa )
Redup : bleg-bleg ( paru-paru padat )
Pekak : seperti suara perkusi pada paha ( rongga pleura penuh nanah, tumor, fibrosis )
b. Batas Paru
Atas : fossa supraklavikularis ka – ki
Bawah : iga 6 midklavikularis, iga 8 mid aksilaris, iga 10 skapularis. Paru kiri lebih tinggi dari pada
kanan.
Pada anak, fibrosis, konsolidasi, efusi pleura.
Pada orang tua, emfisema, pneumothoraks.
4. Auskultasi
a. Suara nafas
Trakheo bronkhial : Normal pada trachea, seperti meniup pipa pada thoraks penderita
pneumonia
Bronkhovesikuler : Normal pada bronkhi, sternum atas (3 – 4) inspirasi
vesikuler,ekpirasi tracheo bron khus
Vesikuler : Normal Suara jaringan paru, inspirasi dan ekspirasi, tidak
terputus, tidakterdengar pada penebalan.
b. Resonan Vocal
Suara pada auskultasi waktu penderita mengucap kata.
- pada pneumonia lobarts.
- pada efusi pleura, pleura tebal, pneumothoraks.
5. Suara Tambahan
a. Ronchi : Suara dalam bronchi oleh karena penyempitan lumen bronchi, penyempitan oleh karena
selaput lendir bengkak, tumor menekan bronkhus, pada asthma ada wheezing.
c. Krepitasi : Seperti hujan rintik – rintik
Berasal dari bronkhus, alveolus, kavitas paru berisi cairan :
- Halus : Oleh karena alveoli yang tertutup mulai terbuka yang digesekan dengan jari
- Kasar : Seperti suara bila kita meniup air
B. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
DO : TTV : Infeksi, Alergi, rangsangan gg pertukaran gas
TD:125/95 mmHg
N:130 x/menit
S: 39°C mucocilliary defence
RR: 40x/menit
- batuk berdahak
- ronki
-ada PCL Infeksi
- kenaikan diamer antero
posterior
-hiperinflasi paru Inflamasi
DS :
-Tampak pucat
-Batuk selama 14 hari
Peningkatan produksi sputum
kntal
Kolaps
Bronkitis
Hipoksia
Kolaps
Devisiensi o2 jaringan
Hipoksia
Kelemahan fisik
Kolaps
Bronkitis
Devisiensi o2 jaringan
Hipoksia
Efek hiperfentilasi
Produksi HCL meningkat
Mual/muntah
2. Evaluasi
Evaluasi SOAP
Gg pertukaran gas berhubungan dengan S : kx mampu menunjukkan perbaikan
obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme oksigenasi
bronchus. O: TTV
TD:105/65 mmHg
N: 80x/mnt
Suhu:37 C
RR: 25X/mnt
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Evaluasi SOAP
Intoleran aktifitas berhubungan dengan S : kx mampu menunjukkan perbaikan dg
insufisiensi ventilasi dan oksigenasi. aktivitas intoleren
O: TTV
TD:105/65 mmHg
N: 80x/mnt
Suhu:37 C
RR: 25X/mnt
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
Evaluasi SOAP
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
S : kx mampu menunjukkan perbaikan dg
berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, aktivitas intoleren
mual muntah. O: TTV
TD:105/65 mmHg
N: 80x/mnt
Suhu:37 C
RR: 25X/mnt
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
http://nisastikesnu.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-pada-pasien.html