1. Definisi
Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara
sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan
ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim
dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care)
serta di rumah perawatan (nursing homes).
2. Pelayanan Rawat Jalan di Klinik Rumah Sakit
Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada
kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan di
rumah sakit secara umum dapat dibedakan atas 4 macam yaitu :
a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh
pertolongan segera dan mendadak.
b. Pelayanan rawat jalan paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang
memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Pelayanan rujukan (referral services) yakni hanya melayani pasien-pasien rujukan oleh sarana
kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap
ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.
d. Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery services) yakni memberikan pelayanan bedah yang
dipulangkan pada hari yang sama.
RAWAT JALAN
A. Definisi
Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara
sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization). Pelayanan rawat jalan
ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim
dikenal rumah sakit atau klinik, tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien (home care)
Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang
ada kaitannya dengan rumah sakit (hospital based ambulatory care). Jenis pelayanan rawat jalan
a. Pelayanan gawat darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang butuh
kesehatan lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap
Demikianlah sesuai dengan perkembangan yang dialami, maka pada saat ini berbagai
bentuk pelayanan rawat jalan banyak diselenggarakan, berbagai bentuk terebut dapat di bedakan
atas dua macam ( Feste, 1989) :
1. Pelayanan rawat jalan oleh klinik Rumah Sakit
Bentuk pertama dari pelayanana rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada
kaitannya dengan Rumah Sakit. Pada saat ini berbagai jenis pelayanan rawat jalan banyak
diselenggarakan oleh klinik Rumah Sakit, yang secara umum dapat dibedakan atas empat
macam:
a. Pelayanan gawat darurat yakni untuk menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera
dan mendadak.
b. Pelayanan rawat jalan paripurna yakni untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai
dengan kebutuhan.
c. Pelayanan rujukan yakni yang hanya melayani pasien-pasien yang dirujuk oleh sarana kesehatan
lain. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh
sarana kesehatan yang merujuk.
d. Pelayanan bedah jalan yakni yang memberikan pelayanan edah yang dipulangkan pada hari yang
sama.
Dapat ditambahkan bahwa yang termasuk dalam kategori pelayanana awat jalan bentuk pertama
ini, tidak hanya diselenggarakan di Rumah Sakit saja, tetapi jga yang diselenggrakan oleh klinik
lain di luar Rumah Sakit. Dengan catatan bahwa kliik lain harus mempunyai hubungan
organisatoris dengan Rumah Sakit, dalam arti merupakan perpanjangan tangan dari Rumah Sakit
yang bersangkutan.
Oleh :
Dede Lesmana
10.20.1348
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CAHAYA BANGSA
BANJARMASIN
TAHUN2001414
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Pemerintah sebagai instansi tertinggi yang bertanggungjawab atas pemeliharaan harus pula
investasi, hak, dan kewajiban setiap manusia. Kutipan tersebut juga tertuang dalam Pasal 28 ayat
(3) Undang-undang Dasar 1945 selanjutnya disingkat dengan (UUD NRI) dan Undang-undang
nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan selanjutnya disingkat dengan (UUK), menetapkan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu,
keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu. Oleh karena itu pemerintah mengambil kebijakan strategis
untuk menggratiskan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Sejak januari 2005 program
ini menjadi Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (PJPKM) Yang populer
dengan nama Askeskin. Pada tahun 2008 program askeskin ini di ubah namanya menjadi
data kementrian kesehatan tahun 2010 menunjukan bahwa penduduk Indonesia yang telah
memiliki jaminan kesehatan adalah 60,24℅ atau sejumlah 14.179.507 jiwa, dan 39,76℅ atau
yang berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bgi seluruh masyarakat Indonesia
termasuk warga asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta BPJS terdiri dari
peserta bantuan iur (PBI) yang terdiri dari fakir miskin serta orang tidak mampu, dan golongan
non PBI atau peserta dari peralihan ASKES (UU BPJS, 2011).
Pengalihan program ini meliputi 6 hal yaitu pelaksanaan koordinasi dan simulasi dalam
diperlukan BPJS kesehatan sesuai kualifikasi, pemanfaatan teknologi aplikasi verifikasi klaim
dan sistem pelaporan pelaksanaan jamkesmas ke dalam BPJS kesehatan dan, pengalihan data
kepesertaan penerima jamkesmas tahun 2013 ke dalam BPJS kesehatan sebagai peserta penerima
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat indonesia.
Peran strategis ini di peroleh karena Rumah Sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat tehnologi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan Rumah Sakit juga banyak disorot oleh masyarakat
mengenai kinerja tenaga- tenaga kesehatan selain masyarakat juga mengkritisi berbagai aspek
yang terdapat dalam pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan. Di Rumah Sakit,
sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah
perawat, sehingga kualitas pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai
kurang puas dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya. Mereka menganggap bahwa pasien
yang menjadi peserta jamkesmas mendapat pelayanan dan perlakuan yang berbeda dengan
pasien lain di beberapa Rumah Sakit, baik yang di rawat maupun yang hanya berobat.
Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai pelayanan kesehatan bagi masyarakat
miskin melalui program jamkemas belum optimal. Lembaga Swadaya Masyarakat itu
menyatakan, meski hasil survey menunjukkan sebagian peserta jamkesmas (83,2%) menyatakan
puas dengan pelayanan kesehatan yang di berikan, namun masih ada peserta yang tidak puas
denga pelayanan Dokter (5%), perawat (4,7%,) dan petugas kesehatan (4,7%). Hasil observasi
ICW menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta jamkesmas belum baik jika
di lihat berdasarkan panjangnya antrian berobat, sempitnya ruang tunggu dan lamanya peserta
dalam menunggu waktu operasi. Beberapa peserta jamkesmas mengeluhkan kekecewaan yang
berkaitan dengan rumitnya proses administrasi untuk mengurus persyaratan jamkesmas, sikap
perawat dan dokter yang tak ramah, lamanya waktu menunggu tindakan-tindakan medis atau
operasi dan fasilitas ruang rawat yang terbatas, bahkan berita penolakan terhadap pasien
terhadap 989 pasien miskin pemegang kartu jamkesmas, jamkesda, gakin dan SKTM pada 19
Rumah Sakit pemerintah dan swasta di Jabotabek, sebagian pasien miskin pemegang kartu
jamkesmas, jamkesda, gakin dan SKTM (70%) masih mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit.
Keluhan tersebut antara lain terkait dengan pelayanan administrasi, perawat, sarana dan
prasarana, uang muka, obat, biaya dan layanan Rumah Sakit lainnya.
RSUD Muara Teweh sebagai salah satu dari rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada pasien miskin pengguna BPJS. Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah pasien
miskin yang menggunakan di rawat inap pada tahun 2011 menggunakan JAMKESMAS
sebanyak 373 orang, pada tahun 2012 sebanyak 509 dan pada tahun 2013 sebanyak 624 pasien.
Adapun paket pelayanan yang disediakan bagi pasien miskin yang mengguanakan BPJS antara
lain seperti jaminan rawat jalan maupun rawat inap di kelas III atau bangsal, mendapatkan obat-
obatan yang telah disediakan oleh BPJS dan mendapatkan jaminan untuk pemeriksaan penunjang
observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada beberapa pasien miskin pengguna layanan
BPJS, sebagian besar menyampaikan berbagai keluhan mengenai layanan kesehatan BPJS, 6 dari
10 orang pasien miskin pengguna BPJS mengatakan bahwa pelayanan yang diterima tidak sama
dengan pelayanan yang di berikan ke pasien lain yang bukan pengguna layanan kesehatan BPJS,
pasien miskin pengguna BPJS mendapat tempat yang terbatas, alur administrasi yang terkesa
berbelit-belit.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien miskin pengguna BPJS dapat
dilakukan berbagai upaya seperti mempermudah alur pengurusan persyaratan pasien BPJS,
pembagian tugas perawat dalam perawatan kepada pasien, melengkapi sarana dan prasarana
rawat inap BPJS. Akan tetapi upaya tersebut belum dapat mengurangi persepsi pasien terhadap
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang gambaran kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien miskin pengguna BPJS di RSUD
Muara Teweh.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan
masalah sebagai berikut yaitu bagaimana gambaran kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas pelayanan dimensi kehandalan terhadap pasien miskin pengguna BPJS di
Muara Teweh.
D. Manfaat Penelitiaan
E. Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, ruang
Hal-hal yang termasuk dalam bab ini adalah desain penelitian, kerangka konsep
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian,
definisi operasional, cara pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, keterbatasan dalam
Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan hasil pengukuran serta
penelitian, serta saran yang berisikan solusi masalah atau rekomendasi untuk melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas pelayanan sangatlah sulit didefinisikan dengan tepat, akan tetapi umumnya
kualitas dapat dirinci. Konsep kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu
produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Nilai yang diberikan
pelanggan sangat kuat didasari oleh faktor kualitas jasa, dimana kualitas jasa adalah sejauh mana
Kualitas jasa menurut ISO 9000 adalah :”Degree to which a set of inherent characteristic
fulfils requirement” artinya derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inherent dalam
memenuhi persyaratan. Jadi kualitas sebagaimana yang diinterprestasikan ISO 9000 merupakan
perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi
persyaratan kebutuhan pelanggan. Pelanggan yang menentukan dan menilai sampai seberapa
Menurut Goest dan Davis dalam Sugiarto (2002) kualitas adalah kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan. Kualitas dan mutu dalam industri pelayanan adalah suatu penyajian produk
atau jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku ditempat produk tersebut diadakan dan
penyampaiannya setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh konsumen.
Menurut Wyckof dan Lovelock dalam Sugiarto (2002) kualitas adalah tingkat keunggulan
yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memmenuhi
keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu
expected service dan perceived service. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service)
sesuai dengan yang diharapkan, kualitas tersebut akan dianggap baik dan memuaskan. Jika jasa
yang diterima melampaui harapan, kualitas pelayanan tersebut dipandang ideal. Sebaliknya jika
jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan kualitas pelayanan tersebut dianggap
buruk. Jadi baik buruknya kualitas pelayanan tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam
Konsep kualitas pada dasarnya bersifat relatif, tergantung dari perspektif yang digunakan
untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang
seharusnya konsisten satu sama lain : (1) persepsi konsumen, (2) produk atau jasa dan (3)
proses.Untuk yang berwujud barang ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan dengan
jelas, tetapi tidak untuk jasa. Untuk jasa produk dan proses tidak dapat dibedakan dengan jelas,
2. Pengertian Pelayanan
Menurut Ratminto dan Winarsi (2005), Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat
mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan. Ini
adalah definisi yang simpel sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos dalam
Ratminto dan Winarsi (2005) pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dan
karyawan atau hal-hal lain yang disebabkan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
Berdasarkan dua definisi diatas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayanan adalah tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia atau peralatan lain yang
Nomor 63 tahun 2003 mendefinisikan pelayanan sebagai segala bentuk pelayanan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik
negara dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
Definisi pelayanan menurut Kotler (1994) adalah: “Berbagai tindakan atau kinerja yang
ditawarkan suatu pihak kepada yang lain yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak
menghasilkan hak milik terhadap sesuatu. Produksinya dapat berkenaan dengan sebuah produk
or less intangible nature that normally, take place in interaction between the customer and
service employess and or physical resources or good and or systems of the service provider,
Dalam menghadapi persaingan antar rumah sakit (perusahaan) yang semakin ketat, maka
rumah sakit bersaing untuk memikat agar para pelanggannya tetap loyal dalam memanfaatkan
pelayanan kesehatan rumah sakit yang diberikannya. Salah satu aspek yang perlu mendapatkan
perhatian penting adalah kualitas layanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kualitas layanan
berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaiannya
untuk mengimbangi harapan pelanggan. Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu
expected service dan perceived service. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan
berpikir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan
sudut pandang atau persepsi penyedia jasa melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi
pelanggan.
Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi pelanggan
(Kotler, 2005). Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut
pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau presepsi
pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas
Menurut Lupioadi (2006) menyatakan ada lima dimensi kualitas pelayanan. Kelima
a. Keandalan (reliability), kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan sesuai dengan yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang
berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan, sikap yang
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien ,dengan penyampaian informasi yang jelas.
Membiarkan konsumen menunggu tanpa ada alasan yang jelas menyebabkan persepsi negatif
rumah sakit menumbuhkan rasa percaya para pasien. Hal ini meliputi beberapa komponen antara
pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik rumah sakit yang dapat
diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan
oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik Contoh gedung, gudang, perlengkapan dan
yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pasien. Dimana
suatu perusahaan maupun rumah sakit diharapkan memiliki pengetahuan dan pengertian tentang
pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien.
Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu
dilakukan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peran yang cukup penting ialah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Blum 1974 dikutip oleh Azwar, 2000). Pelayanan adalah
suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang
dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus
besar bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain
(Adunair, 2007).
Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan
namun untuk dapat disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, keduanya harus mempunyai
Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan
masyarakat.
Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian
untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana
Pengertian keterjangkauan yang dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat
mewujudkan keadaan yang seperti ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai
e. Bermutu (quality)
Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai
jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan
1. Pengertian BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum public yang
bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak di berikan kepada setiap orang yang membayar iur atau iurannya dibayar oleh
Kedua badan tersebut pada dasarnya mengemban misi negara untuk memenuhi hak
setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan
untuk memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas
dan wewenang yang jelas kepada BPJS. Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-
batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua
2. Dasar Hukum
b. Peraturan Pemerintah
1) PP No. 90 Tahun 2013 tentang pencabutan PP 28/2003 tentang subsidi dan iuran pemerintah
2) PP No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
3) PP No. 86 Tahun 2013 tentang tata cara pengenaan sanksi administratif kepada pemberi kerja
selain penyelenggara Negara dan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja dan penerima
4) PP No. 87 Tahun 2013 tentang tatacara pengelolaan aset jaminan sosial kesehatan.
5) Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang perubahan atas perpres no. 12 Tahun 2013 tentang jaminan
kesehatan.
6) Perpres No. 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan program jaminan sosial.
7) Perpres No. 108 Tahun 2013 tentang bentuk dan isi laporan pengelolaan program jaminan sosial.
8) Perpres No. 107 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan
3. Fungsi BPJS
Dalam pasal 5 ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 disebutkan fungsi BPJS adalah :
h. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.
Dengan kata lain tugas BPJS meliputi pendaftaran kepesertaan dan pengelolaan data
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi dalam rangka sosialisasi program
Tugas pendaftaran kepesertaan dapat dilakukan secara pasif dalam arti menerima
5. Wewenang
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang
memadai.
c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam
nasional.
d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan
f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya.
g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam
membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran Iuran dalam arti meminta pembayaran dalam hal
pengawasan dan kewenangan mengenakan sanksi administratif yang diberikan kepada BPJS
prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan
6. Prinsip BPJS
Prinsip dasar BPJS adalah sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh UU SJSN Pasal 19
ayat 1 yaitu jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
a. Kegotongroyongan antara si kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, serta
d. Bersifat nirlaba.
dengan kebutuhan medis yang terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Kesamaan
merupakan bagian dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan masuk dalam program
pemerintah pada
tahun 2014.
a. Memberi kemudahan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan
8. Kepesertaan
Peserta BPJS (UU SJSN 2004) adalah sebagai berikut :
a. Peserta PBI jaminan kesehatan terdiri atas orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang
terdiri atas :
c) Pejabat Negara
e) Pegawai Swasta
f) Pegawai yang tidak termasuk salah satu di atas yang menerima upah.
b) Pekerja yang tidak termasuk point pertama yang bukan penerima upah
c) Warga Negara Asing yang bekerja dan tinggal di Indonesia paling singkat 6 bulan.
a) Investor
b) Pemberi kerja
c) Penerima pension
d) Veteran
e) Perintis kemerdekaan
f) Bukan pekerja yang tidak termasuk salah satu diatas yang mampu membayar iuran.
Penerima pensiun terdiri atas :
5) Janda, duda atau yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada point di atas
2) Anak kandung, anak tiri dan / atau anak angkat yang sah dari peserta dengan kriteria :
a) Anak yang tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri.
b) Belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun bagi yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
9. Pelayanan BPJS
a. Jenis Pelayanan
Ada dua jenis pelayanan yang diperoleh peserta BPJS, yaitu berupa pelayanan kesehatan
atau medis serta akomodasi dan ambulan ( non medis). Ambulan diberikan pada pasien rujukan
dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis.
sehat.
4) Skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakit
b. Prosedur Pelayanan
kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Bila peserta memerlukan pelayanan
kesehatan tingkat lanjut, maka harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat
1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non speasialistik mencakup :
a) Administrasi pelayanan
(2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis
7) Penyakit yang timbul akibat kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri atau bunuh diri atau
narkoba.
a) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
b) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
c) Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
d) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I
e) Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena
pajak dengan status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya.
f) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk Manfaat
b) Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil Golongan III dan Golongan IV
c) Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil Golongan
d) Anggota POLRI dan penerima pensiun Anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri Sipil
g) Peserta pekerja penerima upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali PTKP dengan status kawin dengan
h) Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja dengan iuran untuk manfaat
b. pemberi kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai Peserta
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai Peserta
kesehatan.
1) Membayar iuran
2) Melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS kesehatan dengan menunjukkan identitas peserta
a. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang bersangkutan membayar Iuran
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh Peraturan BPJS.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan atau desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi akurasi
kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien miskin pengguna BPJS di RSUD Muara Teweh.
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan diantara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2003).
Berdasarkan landasan teori di atas dan dengan melihat permasalahan yang ada serta
Pasien miskin
Pengguna BPJS
Dimensi kehandalan
Dimensi jaminan
Dimensi empati
Baik
Cukup
Kurang
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
proposal sampai dengan penyelesaian skripsi selama 4 (empat) bulan terhitung mulai bulan
November 2014 sampai bulan Februari 2014 dengan jadwal sebagai berikut:
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan
hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki
Pada penelitian ini, populasi adalah seluruh pasien miskin pengguna BPJS di RSUD
Muara Teweh.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik
Sampel pada penelitian ini adalah pasien miskin pengguna BPJS yang rawat inap di ruang
Adapun sampel pada penelitian ini menggunakan metode aksidental sampling yaitu
teknik penentuan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu terhadap pasien miskin
pengguna BPJS yang rawat inap di ruang bangsal RSUD Muara Teweh selama peneliti
hasil penelitian, sampel diambil dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam,
2008).
a. Kriteria inklusi
Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau
1) Pasien miskin yang menggunakan BPJS dan di rawat inap di ruang bangsal RSUD Muara
Teweh.
b. Kriteria eksklusi
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok
(orang, benda, situasi) yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok tersebut (Nursalam,
2008).
Variabel pada penelitian ini adalah gambaran kualitas pelayanan kesehatan terhadap
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Alimul H, 2007).
Adapun definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Definisi
Variabel Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional
Kualitas Sesuatu yang Kualitas pelayanan Kuiseoner Ordinal Setiap jawaban
pelayanan dapat dicapai diukur berdasarkan menggunakan
kesehatan sebagai bukti dimensi : skala likert
terhadap nyata dari 1. Kehandalan dengan skor
pelayanan yang2. Daya tanggap
pasien SS : 4
diberikan oleh 3. Jaminan
miskin S :3
pemberi jasa 4. Bukti langsung
pengguna terhadap pasien TS : 2
BPJS 5. Empati STS : 1
miskin yang
mendapatkan selanjutnya
jaminan dikategorikan
kesehatan berdasarkan :
nasional dari 1. Baik jika nilai
badan = ≥ 76%
penyelenggara 2. Cukup, jika
jaminan sosial nilai = 56 –
(BPJS)
75%
Lupioadi (2006)
3. Kurang jika
nilai ≤ 55%
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data
agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,lengkap, dan sistematis sehingga lebih
untuk mengetahui tentang kualitas pelayanan kesehatan sebanyak 30 item pertanyaan dengan
jawaban menggunakan skala likert yaitu sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
dimensi Daya tanggap , dimensi Jaminan, dimensi Bukti langsung dan dimensi Empati.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen gambaran kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien miskin pengguna
BPJS di RSUD Muara Teweh Tahun 2014
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh langsung dari responden atau subjek penelitian dengan
menggunakan lembar kuesioner tentang kualitas pelayanan kesehatan pada pasien miskin
pengguna BPJS. Data dikumpulkan langsung melalui kuesioner yang diberikan kepada
2. Data Sekunder
Data yang dikumpulkan sebagai data pelengkap yang mendukung dalam penelitian ini.
Data sekunder merupakan data yang didapat dari RSUD Muara teweh, dokumentasi register,
denagn menggunakan instrument penelitian kuesioner tertutup yang dijawab langsung oleh
responden pada saat penelitian berlangsung tanpa diwakilkan orang lain. Pengisian kuesioner
1. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh dengan
bantuan program komputer, untuk mempermudah tabulasi dan penyajian data. Langkah-langkah
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri
atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data
pasien miskin pengguna BPJS di RSUD Muara Teweh. Uji variabel gambaran kualitas pelayanan
kesehatan terhadap pasien miskin pengguna BPJS meliputi dimensi kehandalan , daya tanggap,
jaminan, bukti langsung dan empati menggunakan kuesioner sebanyak 30 pertanyaan dengan
kriteria nilai menggunakan skala likert yaitu sangat setuju nilai 4, setuju nilai 3, tidak setuju nilai
2 dan sangat tidak setuju nilai 1. Pengukuran variabel tersebut pada penelitian ini diprosentasikan
Keterangan :
P = Persentasi
f = Jumlah nilai jawaban
n = Jumlah skor maksimal
variabel kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien miskin pengguna BPJS yaitu :
Tabel 3.4
Klasifikasi nilai variabel gambaran kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien miskin
pengguna BPJS
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan tabel disribusi frekuensi dan diuraikan dalam bentuk prosentase secara narasi.
Selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dengan merujuk teori-teori yang mendukung dalam
penelitian ini.
J. Keterbatasan
sampel maupun cakupan lingkungan sehingga hasil penelitian mungkin kurang dapat
digeneralisasikan.
2. Subjek mungkin setuju/ bersedia untuk menjadi responden tetapi mungkin saja salah dan tidak
lengkap dalam pengisian koesiuner ataupun dalam menjawab pertanyaan saat wawancara.
3. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini terbatas sehingga hasil penelitian mungkin kurang
dapat digeneralisasiakan.
K. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi
etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Informed Consent
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum
penelitian, tujuannya adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data. Tertentu yang akan
(Dede Lesmana) ( )
Kode responden :
Petunjuk Pengisian:
1. Anda diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia dilembar kuesioner.
2. Tuliskan tanda check list ( √ ) pada kotak untuk pilihan jawaban yang menurut saudara benar.
a. Usia :
( ) 17-30 tahun
( ) 30-45 tahun
( ) 45-60 tahun
( ) > 60 tahun
b. Pendidikan terakhir :
( ) Tidak sekolah ( ) SD ( ) SMP/Sederajat
( ) SMU/Sederajat ( ) Perguruan Tinggi
c. Pekerjaan :
( ) Bekerja
( ) Tidak bekerja
d. Jenis Kelamin :
( ) Laki-laki
( ) Perempuan
B. Kuesioner gambaran kualitas pelayanan kesehatan terhadap pasien miskin pengguna BPJS di
RSUD Muara Teweh
Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan baik, kemudian berilah tanda X pada
pilihan anda.
SS : Sangat setuju S : setuju
TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju