Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulisan tugas ini dapat saya selesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi kami semua
dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Makassar, Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

BAB III

KESIMPULAN ............................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada pemadatan timbunan tanah untuk jalan raya, dam tanah, dan banyak
struktur teknik lainnya, tanah yang lepas haruslah dipadatkan untuk meningkatkan
berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk meningkatkan kekuatan
tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemampatan lereng timbunan.

Karena kebutuhan lahan untuk pembangunan terus bertambah, bangunan


terpaksa harus didirikan pada daerah-daerah/lahan dengan kondisi tanah yang
kurang baik. Untuk itu diperlukan perbaikan tanah dasar, pembahasan kali ini
adalah prinsip dasar, pelaksanaan, dan pokok perencanaan untuk perbaikan tanah
dengan berbagai cara. Meliputi metoda-metoda pemadatan tanah dalam,
pencampuran tanah dengan bahan luar, pabrikan tanah dengan proses thermal dan
perkuatan tanah (reinforcement).

Semua kebutuhan diatas memerlukan pengetahuan tentang perbaikan


tanah. Tetapi karena suatu metoda perbaikan tanah belum tentu tepat untuk jenis
tanah yang lain, diperlukan pemahaman yang cukup tentang teknologi perbaikan
tanah yang tersedia dan kesesuaian penerapannya. Pembahasan metoda perbaikan
tanah masa kini secara garis besarnya saja, serta diberikan juga kondisi-kondisi
dimana perbaikan tanah tersebut dapat dilakukan. Karena luasnya lahan yang
diliput, pada tulisan ini tanah dapat disertakan contoh-contohnya pada proyek-
proyek yang sudah ada (case histories) secara mendetail.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan yaitu:

1. mempelajari materi-materi yang berkaitan dengan pemadatan tanah.


2. Untuk mengetahi teknologi atau teknik pemadatan tanah
1.3 BATASAN MASALAH

Adapun batasan masalah dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

Pemadatan tanah dalam (deep compaction) dengan menggunakan penumbuk


berat dan ledakan (blasting). Pemadatan untuk tanah permukaan secara lapis demi
lapis tidak dibahas disini.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan yaitu :

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 PEMADATAN TANAH DALAM (DEEP COMPACTION).


A. Penggunaan dan Mekanisme Pemadatan

Pemadatan dalam deep compaction ini terutama ditujukan untuk tanah non
kohesive. Seringkali dijumpai kondisi dimana suatu lapisan tanah tak berkohesi
(cohesionless soil) yang cukup tebal dalam keadaan yang tidak cukup padat atau
relative renggang (loose), atau akibat reklamasi suatu daerah rendah dibawah air
(relamasi laut/pantai waktu tambahan lahan baru). Pada cara yang disebut
belakangan ini, karena tanah reklamasi tidak mungkin di bawah permukaan air.
Jadi pengurugan dilakukan sekaligus dengan cara “dumping” sampai tanah urugan
melampaui tinggi muka air setempat. Sebagai akibatnya, tanah urugan tersebut
berada pada kondisi renggang (loose). Tanah-tanah seperti ini perlu dipadatkan
dahulu sebelum digunakan.

Tanah tak berkohesi (dominan pasir) yang renggang harus dipadatkan dahulu
karena pada tanah-tanah seperti ini mudah terjadi peristiwa “liquefaction”
bilamana terjadi getaran yang cukup kuat (dari gempa bumi atau
lainnya). Liquefaction ialah peristiwa dimana tanah seolah-olah bersifat seperti
cair dan mudah bergerak dan berubah bentuk akibat adanya getaran dan tekanan
dari tanah dan bangunan (diatas tanah). Walaupun tanah tak berkohesi tersebut
umumnya mempunyai daya dukung dengan kekuatan yang cukup baik dalam
kondisi renggang tersebut, struktur tanah tersebut mudah runtuh bilamana ada
getaran atau gempa. Jadi tidak baik mendirikan bangunan diatas tanah tak
berkohesi yang renggang, kecuali dapat dipastikan pada daerah tersebut nantinya
tidak akan ada getaran yang berarti.

Pemadatan tanah untuk lapisan tanah renggang tak berkohesi yang cukup
tebal juga menggunakan prinsip getaran. Teknologi pemadatan masa kini meliputi
cara vibrocompaction, blasting (ledakan), dan heavy tamping (penumbukan
berat).

Vibrocompaction adalah cara yang menggunakan alat penggetar


(menghasilkan getaran) yang dilakukan dengan cara memasukkan alat tersebut ke
dalam tanah yang renggang sampai pada kedalaman lapisan tanah terbawah yang
ingin dipadatkan. Seringkali dengan adanya cara vibro ini diperlukan tambahan
material pengisi untuk tempat-tempat/space yang kosong akibat adanya
pemadatan tanah arah ke samping. Termasuk dalam cara vibrocompaction ini
adalah penggunaan tiang-tiang pancang untuk pemadatan.

Cara blasting (ledakan) ialah cara pemadatan dengan menggunakan bahan


peledak; sedangkan heavy tamping ialah pemadatan dengan menggunakan alat
penumbuk super berat yang dijatuhkan dari suatu ketinggian ke permukaan tanah.
Kedua jenis pemadatan ini menghasilkan gelombang getaran tekan dan geser
(compaction wave dan shear wave) yang cukup besar sehingga susunan partikel
tanah (semula) runtuh dan membentuk susunan yang lebih rapat.

Cara vibrocompaction, blasting, dan heavy tamping pada prinsipnya sama,


yaitu menghasilkan getaran yang dapat meruntuhkan struktur susunan partikel
tanah (mula-mula) sehingga partikel membentuk susunan yang lebih rapat dan
lebih kokoh. Vibrocompaction menghasilkan energi yang jauh lebih kecil dari
pada kedua cara yang disebut terakhir. Getaran akibat vibrocompation biasanya
terasa hanya sejauh jarak satu atau dua meter dari sumbernya, sedangkan pada
cara blasting dan heavy tamping, getaran dapat berpengaruh sampai ± 10 meter
dari sumbernya.

Cara vibrocompaction lebih efektif bila digunakan untuk memadatkan tanah


dominan pasir bilamana jumlah fraksi tanah yang lolos ayakan no. 200 (persen
berat). Adanya fraksi lempung dan lanau yang lebih besar menyebabkan tanah
sulit (berat) untuk dipadatkan dengan cara vibrocompaction ini. Untuk kasus
bilamana fraksi lanau dan lempung cukup tinggi sebaiknya digunakan cara
blasting atau heavy tamping.
Adapun cara-cara untuk mengukur hasil pemadatan tanah setelah
di “treatment” dengan cara getaran diatas, atau mengukur perubahan kepadatan
dan kekuatan tanah sebelum dan sesudah pemadatan, dapat dilakukan cara sebagai
berikut :

o Pengukuran dengan bantuan patok-patok settlement di permukaan.

o Pengukuran dengan SPT (Standard Penetration Test, CPT), sebelum dan


sesudah treatment.

o Pengukuran dengan alat sondir (Cone Penetration Test, CPT), sebelum dan
sesudah treatment.

o Pengukuran jumlah volume bahan pengisi tambahan yang dimasukkan dalam


tanah pada cara vibrocompaction menggunakan bahan pengisi.

o Pengukuran kepadatan tanah cara gelombang geser seismic (sismic shear wave
method).

o Cara pemancangan tiang dan mengukur resistance tiang tersebut pada kondisi
sebelum dan sesudahtreatment.

o Pengukuran dengan plate loading test.

o Pengukuran dengan cara alat density meter dalam lubang bor (down-hole
density meter).

o Dan beberapa cara lainnya.

Perlu diketahui bahwa pemadatan dengan getaran ini memang menghasilkan


perubahan kepadatan yang drastis secara berarti, tetapi perubahan kekuatan tanah
tidak langsung terjadi. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk tanah
tersebut “membangun” strukturnya melebihi kekuatan tanah mula-mula.

Sebagai perkiraan kondisi tanah pasir, perkiraan kekuatan perlawanan pasir dan
sifat-sifatnya dalam berbagai tingkat kepadatan dapat dilihat pada Tabel berikut :
B. Pemadatan Metode Vibrocompaction

Sebagaimana telah dijelaskan, pemadatan dengan cara vibrocompaction


umumnya hanya efektif untuk tanah bergradasi pasir dan lebih kasar dari pasir.
Rentang ukuran butiran tanah yang sesuai untuk cara ini dapat dilihat pada
gambar berikut :

Cara ini umumnya dilakukan dengan bantuan alat vibrocompaction yang dapat
berupa tiang (pancang) berujung terbuka atau tertutup. Tiang tersebut dimasukkan
ke dalam tanah dengan digetar. Pada sebagian dari cara ini, tanah dipadatkan
dengan “menusuk-nusuk”kan tiang pancang yang bergetar kedalam tanah (tanpa
tambahan material pengisi) dan sebagian lagi dengan menambahkan meterial
pengisi (pasir atau kerikil).

Adapun pada prinsipnya cara vibrocompaction ini dapat dibedakan menjadi


beberapa cara berikut :

1. Sistem tiang bergetar (vibrating probe)

Sistim ini mula-mula dikembangkan di USA berupa bentuk tiang pancang


tertentu (diameter 0, 76 m) yang dipancang ke dalam tanah dengan bantuan
alat Foster Vibrodriver, dan pile hammer (penumbuk getar). Bentuk tiang
pancang pada umumnya adalah pipa baja berujung terbuka. Biasanya alat tersebut
dioperasikan pada frekuensi getar 15 Hz dan amplitudo arah vertikal antara 10-25
mm. Bentuk lainnya ialah bentuk bentuk Vibro-rod (batang getar) dikembangkan
oleh Saito (1977) di Jepang. Pada bentuk Vibro-rodini digunakan pipa baja
berujung tertutup.

Prinsipnya kedua cara ini dioperasikan dengan menusukkan pipa ber- getar
(pergerakan pipa arah vertikal) kedalam tanah sampai pipa mencapai
kedalaman penetrasi yang diinginkan. Kemudian pipa ditarik keatas sambil tetap
digetarkan. Cara ini dilakukan berulang kali (tekan dengan digetar kemudian
ditarik dengan getar) pada titik-titik berjarak 1,0 sampai 3,0 m diseluruh area yang
dipadatkan sampai kepadatan tanah mencapai harga yang diinginkan.

2. Sistem Vibroflotation.

Sistem Vibroflotation ini dikembangkan mulanya di Jerman 60 tahun yang


lalu. Alat vibroflotation pada umumnya terdiri dari 3 bagian utama yaitu : alat
vibrator, pipa pemanjang (extension tube), dan mobil derek/crane pemikul. Prinsip
dasar kerja alat seperti pada Gambar berikut.
Perbedaan sistem ini dengan sistem vibrating probe ialah bahwa
pada vibroflotation penggetaran bekerja akibat perputaran pada poros alat
vibrator yang tidak sentris sehingga menghasilkan gaya centrifugal pada arah
horisontal dan “menyibak” tanah kesamping dan menghasilkan lubang pada tanah.
Akibat getarancentrifugal dan berat sendiri dari vibrator, alat ini dapat dengan
cepat masuk kedalam tanah. Penggetaran menyibak tanah kesamping itu juga
dapat dilakukan dengan bantuan air yang dipompa ke alat vibrator dengan tekanan
(water jet). Pada saat penarikan keatas, lubang yang ditimbulkan oleh sistem ini
diisi dengan pasir atau kerikil, sambil tetap digetarkan untuk memadatkan bahan
pengisi tersebut.
3. Sistem Vibro Compozer.

Sistem ini mula-mula dikembangkan di Jepang oleh Murayama (1958).


Prinsipnya ialah sebuah pipa casing dipancangkan kedalam tanah dengan
digetar (melalui alat vibrator diujung atas pipa). Kemudian pasir dimasukkan
kedalam pipa casing dengan bantuan tekanan udara. Pasir tersebut kemudian
dipadatkan dengan cara menarik turunkan pipa casing (sambil dicabut) berkali-
kali sehingga terbentuk tiang pasir padat dengan diameter yang lebih besar dari
pada pipa casing tersebut. Selama pemadatan, tanah pasir pengisi tetap dalam
keadaan mendapat tekanan udara (lihat Gambar dibawah untuk jelasnya).

4. Sistem Soil Vibratory Stabilization

Sistem Soil Vibratory Stabilization (SVS) ini juga dikenal sebagai


sistem Toyomenka (dikembangkan oleh PT.Toyomenka di Jepang) merupakan
kombinasi antara vertikal vibration akibat Vibratory driving hammer (penumbuk
getar arah vertikal) dan sistem getar putar pada vibroflotation. Pemadatan ini
menggunakan bahan pengisi pasir atau krikil (pada waktu pencabutan alat ke
atas), tetapi water jet tidak digunakan sama sekali.
Sistem vibrocompaction yang diuraikan diatas dapat memadatkan tanah
sampai kedalam 20,0 meter, tetapi umumnya sistem ini tidak banyak digunakan
untuk kedalaman > 30.0 meter.

Sistem vibroflotation, vibro-compozer dan SVS juga dapat digunakan pada


tanah lempung yang lunak. Tetapi tujuannya terutama ialah untuk
pemasangan sand column atau stone column pada tanah asli. Jadi yang dituju
bukan perubahan kepadatan tanah asli tetapi instalasi sand/stone
column (kolom-kolom pasir dan kerikil) tersebut. Bila kepadatan tanah asli ingin
dirubah dengan penggetaran, cara vibrocompaction ini lebih efektif untuk tanah-
tanah dominan pasir.

C. Pemadatan Cara Ledakan (Blasting)

Ini adalah salah satu cara yang ekonomis untuk pemadatan lapisan pasir
renggang yang cukup tebal (dalam). Prosedur pamadatan pada umumnya adalah :

1. Pembuatan/pemancang pipa dengan cara getar, jetting, auger boring atau


lainnya. Kedalaman pipa sampai sedalam ledakan yang diinginkan.
2. Pemasangan bahan peledak (dinamit) dalam pipa tersebut.
3. Pengurangan kembali pipa (backfilling of pipe).
4. Peledakan bahan dinamit menurut pola ledak dan kekuatan ledak yang
direncanakan.
5. Peledakan akan menghasilkan gelombang getar tekan dan geser yang akan
meruntukhan susunan partikel tanah asli dan membentuk susunan yang
lebih padat.

Berdasarkan pedoman pemadatan dengan ledakan (sampai kedalaman tanah 20


meter yang terpengaruh) sebagai berikut :

1. Ukuran ledakan : 1 kg sampai 12 kg per hulu ledak.


2. Kedalaman pusat ledakan : Pusat ledakan harus tertimbun pada kedalaman
> 1/4 x kedalaman total (sampai kedasar lapisan tanah yang ingin
dipadatkan); tetapi letak pusat ledakan pada kedalaman 1/2 sampai 3/4 x
kedalaman total lebih umum dilakukan orang.
3. Jarak pusat-pusat ledakan : 4 - 15 meter
4. Jumlah kali ulangan peledakan : 1 sampai 5 kali, dan ummnya 2-3 kali.
setiap ulangan terdiri dari beberapa ledakan beruntun dari masing-masing
pusat ledak. Setiap ulangan biasanya berjarak beberapa jam sampai
beberapa hari dari ledakan sebelumnya.
5. Jumlah total bahan explosive yang digunakan : 8 - 150 gr/m3 tanah,
biasanya sekitar 10-30 gr/m3.
6. Settlement permukaan tanah akibat pemadatan : 2 - 10 % tebal lapisan
yang dipadatkan.

Dengan cara ini, jelas akan terlihat adanya pemadatan yang berarti dari tanah
setempat, tetapi kekuatan tanah tidak segera membaik. Perlu waktu lama untuk
tanah tersebut menguat kembali. Akan tetapi pada tanah dominan pasir, kekuatan
tanah minimal biasanya sudah memenuhi syarat untuk bangunan, hanya
kepadatannya saja yang menjadi masalah bilamana ada getaran nantinya.

Pada tanah-tanah yang tidak terletak di bawah air, akan lebih mudah
dipadatkan bila tanah tersebut lebih dahulu dijenuhkan dengan air kemudian baru
diledakkan, cara ini disebut hydro-blasting. Jadi kedalam tanah dipompakan air
sampai lapisan tanah disitu sampai jenuh, baru baru kemudian sistem pemadatan
cara blasting dilakukan.
BAB III

KESIMPULAN

1. Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah


dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul /
mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan,
tanggul / bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk :
 Menaikan kekuatannya
 Memperkecil daya rembesan airnya
 Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut.

2. Teknologi pemadatan masa kini meliputi


cara vibrocompaction, blasting (ledakan), dan heavy tamping (penumbukan
berat).
Vibrocompaction adalah cara yang menggunakan alat penggetar (menghasilkan
getaran) yang dilakukan dengan cara memasukkan alat tersebut ke dalam tanah
yang renggang sampai pada kedalaman lapisan tanah terbawah yang ingin
dipadatkan. Seringkali dengan adanya cara vibro ini diperlukan tambahan material
pengisi untuk tempat-tempat/space yang kosong akibat adanya pemadatan tanah
arah ke samping. Termasuk dalam cara vibrocompaction ini adalah penggunaan
tiang-tiang pancang untuk pemadatan.

Cara blasting (ledakan) ialah cara pemadatan dengan menggunakan bahan


peledak; sedangkan heavy tamping ialah pemadatan dengan menggunakan alat
penumbuk super berat yang dijatuhkan dari suatu ketinggian ke permukaan tanah.
Kedua jenis pemadatan ini menghasilkan gelombang getaran tekan dan geser
(compaction wave dan shear wave) yang cukup besar sehingga susunan partikel
tanah (semula) runtuh dan membentuk susunan yang lebih rapat.

Cara vibrocompaction, blasting, dan heavy tamping pada prinsipnya sama, yaitu
menghasilkan getaran yang dapat meruntuhkan struktur susunan partikel tanah
(mula-mula) sehingga partikel membentuk susunan yang lebih rapat dan lebih
kokoh. Vibrocompaction menghasilkan energi yang jauh lebih kecil dari pada
kedua cara yang disebut terakhir. Getaran akibat vibrocompation biasanya terasa
hanya sejauh jarak satu atau dua meter dari sumbernya, sedangkan pada cara
blasting dan heavy tamping, getaran dapat berpengaruh sampai ± 10 meter dari
sumbernya.

Cara vibrocompaction lebih efektif bila digunakan untuk memadatkan tanah


dominan pasir bilamana jumlah fraksi tanah yang lolos ayakan no. 200 (persen
berat). Adanya fraksi lempung dan lanau yang lebih besar menyebabkan tanah
sulit (berat) untuk dipadatkan dengan cara vibrocompaction ini. Untuk kasus
bilamana fraksi lanau dan lempung cukup tinggi sebaiknya digunakan cara
blasting atau heavy tamping.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilmukonstruksi.com/2015/10/teknologi-pemadatan-tanah.html

http://documents.tips/documents/pemadatan.html
TUGAS :

TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

PEMADATAN TANAH

NAMA : NOEVRYANTO SLAMET

STAMBUK : 931 22 201 11 152

DOSEN : Dr. Ir. Nur Ali, MM., MT.

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

MAKASSAR

2016

Anda mungkin juga menyukai