Anda di halaman 1dari 13

TUGAS AKIDAH AKHLAK

AKHLAK TERPUJI
ADIL (A’DALAH) DAN QONA’AH

Guru Pembimbing :
NURUL ISTIQOMAH, S.Pd.

Kelas : X IPS 5
Nama Anggota Kelompok :
1. ( )
2. ( )
3. ( )
4. . ( )

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 TUBAN


Alamat : Jl. Raya Beron No. 728 Telp. 0356-811064 Rengel, Tuban
Email : manrengel@kemenag.go.id
Web : www.manrengel.sch.id
A. Adil
1. Pengertian
Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al
qisth (moderat/seimbang). Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang
sangat ditekankan dalam syari’at Islam, sehingga wajar kalau tuntunan dan aturan
agama semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia
diperintah untuk berlaku adil.
Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada
pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa
ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali
terhadap Allah swt saja.

2. Dalil
a. Allah Ahkamul Hâkimîn memerintah untuk berlaku adil secara mutlak.
  
   
  
  
 
   
    
  
    
   
  
 
“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia
adalah kerabat(mu).” (QS. Al-An’âm : 152)
  
  
  
   

   
   
   
  
   
   
  
 

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar


penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap diri kalian sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabat kalian. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah
lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena
ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kalian memutar balikkan (kata-kata)
atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui
segala apa yang kamu kerjaan.” (QS. An-Nisâ` : 135)

b. Islam menyeru untuk berlaku adil sekalipun diantara kita sedang terjadi
permusuhan.
Allah swt. berfirman dalam surat al-Maidah ayat 8 :
 
   
   
  
   
  
    
   
 
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. al-Maidah ayat 8)

c. Adil disejajarkan dengan perbuatan kebajikan, karena adil sendiri adalah


memberikan hak kepada yang punya. Sehingga orang yang diberikan hak
merasa senang dan bahagia.
Allah swt berfirman dalam Q.S. an-Nahl (16) ayat 90 :
   
 
  
  
  
  

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran (Q.S. an-Nahl : 90)
Allah swt berfirman:
  
  
  
   

   
   
   
  
   
   
  
 
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu
bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau
enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala
apa yang kamu kerjakan (Q.S. an-Nisa : 135)

d. Dan Allah memuji orang-orang yang berlaku adil.


  
  
 
“Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk
dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS.
Al-A’râf : 181)

3. Jenis terhadap
a) Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam beribadah
kepadaNya, mengimani nama-namaNya dan sifat-sifat-Nya, menaatiNya
dan tidak bermaksiat kepadaNya, senantiasa berdzikir dan tidak
melupakanNya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak
mengingkarinya.
b) Sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka dengan
sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi
haknya.
c) Keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan
mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau
kepada sebagian atas sebagian yang lainnya.
d) Perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak berdusta, berkata
kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara seiman dan lain-lain.
e) Berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-perkara yang disebutkan
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti
tanpa keraguan sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar
yang menyelisihi keduanya.
f) Menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang terjadi antara
sesama manusia, yaitu dengan menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai sumber hukum dan pemutus perkara tersebut.

5. Hikmah
a. Orang yang adil akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat.
b. Apabila orang yang adil berkuasa, maka keadilannya akan memelihara
kekuasaannya.
c. Keridhaan dari Allah Ta’ala terhadap orang yang adil.
d. Orang yang adil tidak akan mengganggu dan menyakiti orang lain ataupun
makhluk lainnya.
e. Pemilik sifat adil berhak untuk mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan
kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.
f. Keadilan akan membawa pemiliknya untuk berpegang teguh dengan kebenaran
dan meninggalkan kebatilan tanpa ada basa-basi.
g. Keadilan dalam Islam mencakup segala sisi kehidupan.
h. Keadilan merupakan jalan menuju surga.
3. Berperilaku Adil dalam Hidup Sehari-hari
Perilaku adil dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam
bidang hukum, sosial, dan ekonomi. Perhatikan pembahasan berikut.
a. Berlaku Adil dalam Bidang Hukum
Adil dalam bidang hukum contohnya, saat memberikan kesaksian.
Seseorang tidak boleh memberi kesaksian, kecuali dengan sesuatu yang diketahui.
Ia tidak boleh menambah, mengurangi, mengubah, atau mengganti kesaksiannya.
Untuk menegakkan keadilan di bidang hukum, kita tidak boleh pandang bulu.
Adil di depan hukum berlaku kepada siapa pun, baik yang kaya, miskin,
berpendidikan, petani, pedagang, aparat pemerintah, dan semua orang.
Tidak adil kepada orang-orang lemah hukumnya berdosa. Rasulullah saw.
pernah menyampaikan wasiat kepada Mu'az yang artinya, "Hati-hatilah terhadap
doa orang yang dianiaya karena tidak ada hijab (halangan) antara doa itu dengan
Allah." (H.R. Muttafaqu 'Alaih). Meskipun tampaknya orang yang lemah tidak
akan melawan jika kita sikapi tidak adil, tetapi doa orang tersebut makbul.
Menegakkan keadilan di depan hukum, kita bisa mengambil teladan dari
Rasulullah saw. Beliau pernah bersumpah di hadapan umatnya sebagaimana
diceritakan Usamah kepada Aisyah r.a. dalam hadis yang artinya sebagai berikut.
"Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad saw. telah terbukti mencuri maka
aku sendiri yang akan memotong tangannya."
Demikian, ketegasan yang pernah diungkapkan oleh Rasulullah dalam
menegakkan keadilan di bidang hukum.
b. Berperilaku Adil dalam Kehidupan Sosial
Kita dalam menjalani hidup selalu berhubungan dengan orang lain.
Perperilaku adil dalam kehidupan sosial sangat penting kita terapkan. Misalnya
ditunjukkan dengan bersikap menghormati, menghargai, dan membantu semua
orang tanpa melihat latar belakang dirinya. Keadilan sosial juga dapat ditunjukkan
dengan memberi kesempatan yang sama kepada semua orang dalam berusaha dan
berprestasi. Oleh karena itu, hak-hak orang lemah harus tetap dilindungi tanpa
harus mendahulukan mereka yang memiliki status sosial yang tinggi.
c. Berperilaku Adil dalam Bidang Ekonomi
Keadilan ekonomi dapat ditunjukkan dalam hal kepemilikan harta dan
kekayaan. Menjunjung keadilan dalam ekonomi berarti berupaya
menyeimbangkan sisi-sisi perbedaan yang ada pada masyarakat untuk
mendapatkan hak-hak ekonominya. Misalnya, berusaha membatasi praktik
monopoli perdagangan, melindungi orang yang berekonomi lemah, mengelola
zakat, dan mengentaskan kemiskinan.

B. Qana’ah
1. Pengertian
Qana’ah menurut bahasa adalah merasa cukup atau rela, sedangkan menurut
istilah ialah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya
serta menjauhkan diri dari dari rasa tidak puas dan perasaan kurang.
Rasulullah mengajarkan kita untuk ridha dengan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah SWT, baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan
harian. Qona’ah adalah gudang yang tidak akan habis. Sebab, Qona’ah adalah
kekayaan jiwa. Dan kekayaan jiwa lebih tinggi dan lebih mulia dari kekayaan
harta. Kekayaan jiwa melahirkan sikap menjaga kehormatan diri dan menjaga
kemuliaan diri, sedangkan kekayaan harta dan tamak pada harta melahirkan
kehinaan diri.
Di antara sebab yang membuat hidup tidak tentram adalah terperdayanya
diri oleh kecintaan kepada harta dan dunia. Orang yang diperdaya harta akan
senantiasa merasa tidak cukup dengan apa yang dimilikinya. Akibatnya,dalam apa
yang dirinya lahir sikap-sikap yang mencerminkan bahwa ia sangat jauh dari rasa
syukur kepada Allah, Sang Maha Pemberi Rezeki itu sendiri. Ia justru merasa
kenikmatan yang dia peroleh adalah murni semata hasil keringatnya, tak ada
kesertaan Allah. Orang-orang yang terlalu mencintai kenikmatan dunia akan
selalu terdorong untuk memburu segala keinginannya meski harus menggunakan
segala cara seperti kelicikan, bohong, mengurangi timbangan dan sebaginya. Ia
juga tidak pernah menyadari, sesungguhnya harta hanyalah ujian sebagaimana
firman Allah ;
   
   
   
    
  
   
Artinya ;"Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami,
kemudian apabila Kami berikan kepadanya ni'mat dari Kami ia
berkata:"Sesungguhnya aku diberi ni'mat itu hanyalah karena kepintaranku".
Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui" (Q.S
Azumar; 49)

2. Dasar Hukum
 Al-Qur’an
  
  
  
  
 
dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS: Al Baqarah : 155)
 Hadits
1. Dari Abu Hurairah R.A berkata, Nabi SAW bersabda: bukannya kekayaan
itu karena banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya
ialah kekayaan hati. (Muttafaqun Alaih)
2. Dari Abdillah bin Amr sesungguhnya Rasulullah saw bersabda; sungguh
beruntung orang yang masuk islam dan rizkinya cukup dan merasa cukup
dengan apa-apa yang pemberian Allah. (HR Muslim)

3. Sikap Qona’ah
Sudah dijelaskan bahwa qona’ah merupakan sikap rela menerima dan
merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa
tidak puas dan perasaan kurang. Meski demikian, orang-orang yang memiliki
sikap Qana'ah tidak berarti fatalis dan menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar.
Orang-orang hidup Qana'ah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, namun
bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan dan dunia yang dimilikinya, dibatasi
dengan rambu-rambu Allah SWT. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya
tak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki.
Sebaliknya, kenikmatan yang ia dapatkan justru menambah sikap qana'ahnya dan
mempertebal rasa syukurnya.
Adapun contoh bersikap qana’ah dalam kehidupan, diantaranya :
 Giat bekerja dan berusaha untuk mencapai hasil terbaik.
 Jika hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak
mudah kecewa dan berputus asa.
 Selalu bersyukur atas apa yang menjadi hasil usahanya, dan tidak pernah
merasa iri atas keberhasilan yang diperoleh orang lain.
 Hidupnya sederhana dan menyesuaikan diri dengan keadaan, tidak rakus
dan tidak tamak.
 Selalu yakin bahwa apa yang didapatnya dan yang ada pada dirinya
merupakan anugerah dari Allah SWT.
Perbuatan Qana’ah yang dapat kita lakukan misalnya puas terhadap apa
yang kita miliki saat ini, Maka hendaklah dalam masalah keduniaan kita melihat
orang yang di bawah kita, dan dalam masalah kehidupan akhirat kita melihat
orang yang di atas kita. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan Rasulullah dalam
sebuah hadits, yang artinya :
“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang di atas
kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak
memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian.”
(Muttafaqun Alaih)
Ketika berusaha mencari dunia, orang-orang Qana'ah menyikapinya sebagai
ibadah yang mulia di hadapan Allah yang Maha kuasa, sehingga ia tidak berani
berbuat licik, berbohong dan mengurangi timbangan. Ia yakin tanpa menghalalkan
segala cara apapun, ia tetap mendapatkan rizki yang dijanjikan Allah. Ia
menyadari akhir rizki yang dicarinya tidak akan melebihi tiga hal; menjadi
kotoran, barang usang atau bernilai pahala di hadapan Allah.
Bila kita mampu merenungi dan mengamalkan makna dan pentingnya
qona’ah maka kita akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman hidup. Dan
hendaknya diketahui bahwa harta itu akan ditinggalkan untuk ahli waris.

4. Hikmah Qona’ah
Tidak diragukan lagi bahwa qona’ah dapat menenteramkan jiwa manusia
dan merupakan faktor kebahagiaan dalam kehidupan karena seorang hamba yang
qona’ah dan menerima apa yang dipilihkan Alah untuknya, dia tahu bahwa apa
yang dipilihkan Allah untuknya adalah yang terbaik baginya di segala macam
keadaan.
Sikap qona’ah membebaskan pelakunya dari kecemasan dan memberinya
kenyamanan psikologis ketika bergaul dengan manusia. Dzunnun al-Mashri
mengatakan: “Barangsiapa bersikap qona’ah maka ia bisa merasa nyaman di
tengah manusia-manusia sesamanya.”
Sebaliknya, ketiadaan qona’ah dalam hidup akan menyeret pelakunya pada
penuhanan materi sehingga kebebasannya terampas karena kerakusan dalam
mencari harta duniawi yang memaksanya berbuat apapun untuk mendapatkan
harta.

5. Contoh Qona’ah dalamkehidupan sehari-hari

 Berikhtiar semaksimal mungkin, serta bertawakal ketika menunggu


hasilnya, dan bersikap Qana’ah ketika telah mendapatkan hasil yang
diikhtiarkan.
 Senantiasa merasa cukup atas harta, pangan, papan, dsb yang bersifat
duniawi.
 Pandai mensyukuri segala nikmat dan rezeki yang telah diperoleh.
 Selalu berpikir positif bahwasanya segala sesuatu yang diperoleh
merupakan kehendak Allah SWT.
 Hidup secara sederhana, tidak berlebih-lebihan apalagi sampai tamak dan
sombong.
 Berusaha mengerjakan ulangan dengan kemampuan pribadi dan tidak
perlu mencontek hanya untuk mengejar nilai tinggi.
 Tidak melebihkan porsi pekerjaan diatas ibadah terhadap Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://brainly.co.id/tugas/624123
2. Muhammad Abdul Qadir Abu Fariz, Menyucikan JIwa, ( Jakarta: Gema Insani,
2005).
3. Fernanda Gilsa R, “Qona’ah”,
http://fernandaicha.blogspot.com/2011/02/qanaah.html, Kamis, 15 November
2018 Pukul 15:52 WIB
4. Heme Adawea, “Sifat Qona’ah”, http://al-
adawea.blogspot.com/2011/04/makalah-sifat-qonaah.html, 15 November 2018
Pukul 16:04 WIB
5. http://tiaranidelapan.blogspot.com/2013/10/perilaku-terpuji-adil-ridha-amal-
saleh.html, 15 November 2018 Pukul 16:15 WIB
6. http://biieviqkha.blogspot.com/2010/12/dalil-tentang-adil.html, diakses
Minggu, 18 – 11 – 2018, Pukul 8:31 WIB.

Anda mungkin juga menyukai