Anda di halaman 1dari 12

MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137

Volume 11, No.1, Mei 2014

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO

Oleh :
Rachmat Prijadi
( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi /
Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )
Sangkertadi
( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik /
Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi )
Raymond Ch. Tarore
( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi )

Abstrak

Manado sebagai kota wisata dan kota jasa perdagangan, memerlukan fasilitas pedestrian yang
nyaman agar menyenangkan bagi wisatawan maupun warganya. Fakta menunjukkan bahwa di bagian pusat
kota Manado, pedestrian nampak belum nyaman dipakai oleh para pejalan kaki karena beberapa hal.
Diantaranya adalah penggunaan material pelapis pedestrian yang kurang tepat seperti kondisinya yang
terlalu licin, mudah rusak, tampilannya kurang menarik serta penyelesaian konstruksi yang beresiko
mengganggu kelancaran gerak pengguna, atau mengganggu kenyamanan bagi pejalan kaki.
Tulisan ini fokus pada hasil penelitian mengenai dua hal, pertama adalah pengungkapan kondisi
fisik jalur pedestrian ditinjau terhadap resiko gangguan kenyamanan gerak bagi pejalan kaki, pada “siang
hari”. Kedua untuk mendapatkan respon dari pengguna tentang “tingkat kepuasan” dari pejalan kaki
terhadap kualitas material pelapis pedestrian. Lokasi kajian meliputi bagian pusat kota dan juga merupakan
area wisata belanja. Metode yang di gunakan adalah campuran cara kualitatif dan kuantitatif. Temuan studi
ini meliputi dua hal, yakni pengungkapan adanya 4 skala tingkat kepuasan pejalan kaki, dan pengungkapan
bahwa di area studi, respon pengguna menunjukkan skala antara “kurang puas/kurang nyaman” dan “agak
puas/ agak nyaman”. Hanya sedikit yang merasa puas dan juga sangat sedikit yang menyatakan tidak puas.
Diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengembangan teori bagi
perancangan pedestrian dan masukan bagi pembangunan arsitektur kota Manado.

Kata kunci : pedestrian, trotoir, pusat kota, tekstur, warna, tingkat kepuasan gerak

I. PENDAHULUAN sebagai salah satu andalan perekonomian,


maka berbagai fasilitas dibuat secara khusus
Setiap Kota, apalagi sebagai kota
untuk memanjakan para wisatawan, dan agar
dengan fungsi kota pariwisata, memerlukan
para wisatawan juga tidak segan-segan
fasilitas bagi para pejalan kaki berupa jalur
melakukan transaksi ekonomi wisata.
pedestrian yang “nyaman”, agar kegiatan
Pedestrian yang lapang, nyaman untuk
kewisataannya dapat berjalan dengan baik.
pergerakan pejalan kaki, estetik, menjadi
Secara lebih khusus lagi, pada pedestrian
salah satu pemandangan menarik pada tipe
yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan
kota-kota wisata didunia.
wisata belanja, maka kualitas pedestrian,
Pariwisata perkotaan atau urban
juga memberikan dampak nilai ekonomi.
turism merupakan suatu bentuk
Jalur pedestrian yang tidak nyaman dapat
pengembangan pariwisata dengan lokasi
menyebabkan para pelancong meninggalkan
wisata berada di dalam kota, dimana area
kawasan, sehingga pelaku usaha beresiko
atau spot-spot di dalam kota, elemen-elemen
mengalami kerugian. Karena itu, di sejumlah
kota bahkan kota itu sendiri menjadi suatu
kota penting yang mengandalkan wisata

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 43 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

komoditas utama pariwisata. Kini wisata fokus studi, yang memunculkan dua pokok
kota termasuk bentuk wisata yang sedang permasalahan studi. Pertama, untuk
menjadi trend dikembangkan. Hampir 50% mengungkapkan kondisi fisik dalam
bentuk pariwisata di dunia berkaitan dengan perspektif arsitektural, dan kedua untuk
obyek-obyek wisata di perkotaan (Harun, menilai tingkat kepuasan para pengguna
2008). terhadap kondisi tersebut. Lokasi studi
Adapun dalam kasus ini kota Manado secara lebih khusus meliputi suatu blok
sebagai Ibukota Propinsi yang paling utara kawasan wisata belanja yang dilalui jalur-
di Indonesia, juga memiliki visi sebagai kota jalur pedestrian di Jalan MT Harjono, Jalan
wisata. Selain itu, Manado juga berfungsi Dotulolong Lasut, Jalan Sam Ratulangi,
sebagai kota jasa dan perdagangan. Ditinjau Jalan WW. Maramis, Jalan S. Parman, Jalan
terhadap pola dan struktur kota, lokasi pusat DI Panjaitan dan Jalan Siswomiharjo.
kota Manado secara spasial, menunjukkan
juga berfungsi sebagai kawasan wisata II. TINJAUAN TEORI /
STANDARISASI
belanja, selain sebagai salah satu pusat
perdagangan bernilai ekonomi secara Teori yang ditinjau dalam tulisan ini
strategis. Karena itu semestinya di kawasan lebih difokuskan pada hal-ihwal secara
tersebut tersedia fasilitas pedestrian yang prinsip mengenai aspek kenyamanan
nyaman bagi pergerakan para pelancong pergerakan pejalan kaki di pedestrian.
yang berbelanja. Para wisatawan yang Indraswara (2007), mengungkapkan definisi
tertarik terhadap potensi pariwisata dari pedestrian yang mana istilah pedestrian
khususnya di kawasan pusat kota Manado, muncul pada masa pemerintahan yunani
atau yang berminat mengenali kawasan kuno, yakni berasal dari kata pedos yang
tersebut tentunya tidak segan melakukan berarti kaki,dan sering diartikan sebagai
kunjungan terutama dengan berjalan kaki, orang yang berjalan kaki atau orang yang
atau wisata jalan-jalan sambil melihat-lihat berjalan kaki. Istilah pedestrian juga berasal
keadaan kota (sight seeing), karena dengan dari bahasa latin yakni, pedester-pedestris
berjalan kaki akan lebih banyak yang dapat yang diartikan dari seorang sebagai orang
dilihat, dilakukan, lebih manusiawi dan yang berjalan kaki atau pejalan kaki.
sehat bagi wisatawan. Namun fakta juga Santoso (2013) menyatakan bahwa kawasan
menunjukkan bahwa secara kasat mata pada beberapa kota besar saat ini dihiasi dengan
beberapa titik dan jalur pedestrian di pemandangan kemacetan lalu lintas,dan
kawasan wisata pusat kota Manado ternyata ekosistem yang terganggu,sehingga menjadi
tidak berfungsi secara maksimal karena kota yang tidak nyaman tidak aman dan
penggunaan material pedestrian yang kurang ”melelahkan”. Konsep ergonomic
tepat seperti terlalu licin, mudah rusak, merupakan sebuah tawaran untuk
tampilannya kurang menarik dan menyelesaikan permasalahan kota, sehingga
sebagainya. Inilah yang menjadi daya tarik kota menjadi aman, nyaman, tidak

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 44 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

melelahkan dan masyarakatnya produktif. Listianto (2006) bahwa denyut kehidupan


Selanjutnya dikemukakan oleh Carmona dkk kota dan vitalitas kota terlihat dari adanya
(2003) melalui observasinya bahwa di aktifitas pejalan kaki di ruang kota. Berjalan
pedestrian digunakan juga sebagai tempat kaki merupakan bagian dari sistem
manusia saling bertemu, duduk ,berdiri, dan transportasi atau sistem penghubung kota
bergembiraria.Pada suatu kawasan yang (linkage system) yang cukup penting.
dapat dilalui dengan jalan kaki (walkable Karena dengan berjalan kaki dapat dapat
environment), diperlukan rancangan mencapai semua sudut kota yang tidak dapat
pedestrian yang “nyaman” sepanjang jarak ditempuh dengan kendaraan bermotor.
tempuh dari suatu tempat asal ketempat Lapisan permukaan pedestrian yang
tujuan.(Watson,dkk,2003). Tujuan dari jalur terbuat dari material tertentu, memiliki
pedestrian adalah sebagai penghubung dari tekstur yang beragam dan patut dikaji
berbagai obyek alami dan obyek bantuan pengaruhnya terhadap kepuasan dan
yang dapat dilalui oleh manusia dengan kenyamanan gerak para pejalan kaki. Karena
jalan kaki. Karena itu untuk menunjang tekstur yang terlihat oleh mata, bisa
kenyamanan dan fungsinya secara optimal, mempengaruhi persepsi dan menimbulkan
maka pedestrian perlu dirancang dengan kesan-kesan khusus bagi pengguna
teliti, dengan mempertimbangkan berbagai pedestrian. Selain itu, tekstur juga
aspek ergonomic. sebagaimana ditulis oleh menggambarkan terhadap asal-usul jenis
Harris & Dines (1998) bahwa rancangan material tersebut. Suatu tekstur permukaan
pedestrian harus mempertimbangkan hal-hal yang nampak mengkilap, tentu akan
diantaranya menyangkut: jarak pandang mengkhawatirkan bagi pejaln kaki untuk
manusia, kecepatan gerak, sudut kemiringan berjalan cepat, karena nampak beresiko licin
(ramp), ukuran tubuh manusia, dan elemen akibat efek kilap tersebut, sehingga bisa
penunjang lainnya. Sudah selayaknya jalur menimbulkan ketidaknyamanan gerak.
pedestrian hanya digunakan untuk Namun sebaliknya karena bisa nampak
beraktifitas pejalan kaki bukan aktifitas lain bersih, maka akan menimbulkan kesan
seperti aktifitas kendaraan dan parkir “rapi” dan estetis. Dengan demikian maka
kendaraan, berdagang karena dapat perihal tekstur ini akan menjadi menarik
membahayakan keselamatan dan untuk dikaji lebih jauh.
mengurangi kenyamanan sirkulasi pejalan Octaviana (2013) melalui
kaki. Perencanaan akan kebutuhan jalur penelitiannya mengingatkan kwalitas
pedestrian harus direncakan dengan baik permukaan pedestrian untuk kenyamanan
sesuai ketentuan dan standar aturan pejalan kaki yang menderita rabun dekat.
perencanaan jalur pedestrian dengan Misalnya permukaan pedestrian yang
mempertimbangkan dan mengutamakan mempunyai perbedaan tinggi tanpa terlihat
aspek keselamatan dan kenyamanan pejalan oleh mata penderita rabun dekat bisa
kaki. (Muslihun 2013). Dikemukan oleh mencelakakan yang bersangkutan. Oleh

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 45 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

karena itu perlu diperhatikan kwalitas kebebasan waktu berpapasan dengan pejalan
konstruksi dan material permukaan pada kaki lainnya tanpa bersinggungan.
pedestrian agar memberikan kenyamanan Lebar efektif minimum jaringan
bagi berbagai golongan. pejalan kaki berdasarkan kebutuhan orang
Disisi lain studi dari Sangkertadi dkk adalah 60 centimeter ditambah 15 centimeter
(2009) focus pada pengaruh jenis material untuk bergoyang tanpa membawa barang,
permukaan pedestrian terhadap panas sehingga kebutuhan total minimal untuk 2
lingkungan sekitarnya. Disarankan agar (dua) orang pejalan kaki berpapasan menjadi
menerapkan jenis material yang tidak 150 centimeter. Untuk arcade dan
memantulkan panas secara berlebihan ,dan promenade yang berada di daerah pariwisata
agar jalur pedestrian dilindungi oleh dan komersial harus tersedia area untuk
naungan penghijauan. window shopping atau fungsi sekunder
minimal 2 meter. Adapun standar lebar
Tabel 1
trotoir menurut Keputusan Menteri
Standard Lebar Minimum Trotoar
Perhubungan no.KM.65 tahun 1993,
No Lokasi Trotoar Lebar Minimum sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1.
1 Jalan di daerah perkotaan 4 meter
atau kaki lima Pedestrian secara fisik adalah suatu
2. Wilayah perkantoran 3 meter wujud arsitektur yang memiliki bentuk
utama
3. Wilayah industry tertentu dan memberi manfaat sebagai
a. Jalan primer 3 meter ruang. Dari teori bentuk, ruang dan susunan
b. Jalan akses 2 meter arsitektur yang dikemukakan oleh Ching
4. Wilayah permukiman
a. Jalan primer 2,75 meter
(1979), bentuk (arsitektur bangunan)
b. Jalan akses 2 meter tersusun dari ciri-ciri visual bentuknya yang
dapat diuraikan sebagai berikut:
Sumber:
Keputusan Menteri Perhubungan No. 65,1993 a) Wujud, yakni hasil konfigurasi tertentu

Dalam Pedoman Teknis Petunjuk dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi

Perencanaan Trotoar No. suatu bentuk, yang merupakan ciri-ciri

007/N/BNKT/1990 oleh Direktorat Jenderal pokok bentuk konstruktif.

Bina Marga, lebar trotoar harus dapat b) Dimensi, mengenai lebar, panjang dan

melayani volume pejalan kaki yang ada. tinggi, dimana dimensi ini juga

Trotoar yang sudah ada perlu ditinjau menentukan proporsi.

kapasitas (lebar), keadaan dan c) Warna, adalah corak intensitas dan nada

penggunaannya apabila terdapat pejalan kaki pada permukaan suatu bentuk. Warna

yang menggunakan jalur lalu lintas adalah atribut yang paling mencolok

kendaraan. Selain itu, dalam perencanaan yang membedakan suatu bentuk terhadap

trotoar yang perlu diperhatikan adalah lingkungannya. Warna juga

kebebasan kecepatan berjalan untuk mempengaruhi bobot visual suatu

mendahului pejalan kaki lainnya dan juga bentuk.

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 46 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

d) Tekstur, adalah karakter permukaan untuk mendapatkan kategorisasi para


suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi pengguna dan pemotretan kondisi fisik
baik perasaan seseorang baik pada saat pedestrian di lokasi studi. Identifikasi
menyentuh maupun kualitas pemantulan pedestrian dilakukan menurut pendekatan
cahaya yang menimpa permukaan bentuk teori kearsitekturan. Selanjutnya dilakukan
tersebut. pendalaman kajian dengan menggunakan
e) Posisi, adalah letak relative suatu bentuk metode yang meliputi campuran antara
terhadap suatu lingkungan atau medan kualitatif dan kuantitatif.
visual.
f) Orientasi, adalah posisi relative suatu Observasi Lapangan
bentuk terhadap bidang dasar, mata
Kategorisasi Pengguna
angina tau terhadap pandangan seseorang
yang melihatnya. Teori Wawancara Tahap 1
g) Skala, berkaitan dengan unsur dimensi
Karakterisasi Fisik Trotoir Jumlah Pemakai
dimana skala ditentukan oleh
perbandingan ukuran relatifnya terhadap Wawancara Tahap 2

bentuk-bentuk lain di sekelilingnya.


Klasifikasi Tingkat
h) Proporsi, erat kaitannya dengan unsur Kepuasan/
Kenyamanan Gerak
dimensi dan skala.
Penetapan Jumlah Sampel
i) Irama atau ritme yaitu merupakan pola- Sasaran Kuisioner
pola yang berulang dari suatu pergerakan
atau perubahan. Distribusi Kuisioner

Analisis Statistik

Kesimpulan

Gambar 2
Diagram proses studi

Pada tahap awal, metode kualitatif


dilakukan untuk mendapatkan kesamaan
persepsi mengenai karakter atau kesan fisik
terhadap permukaan pedestrian yang
Gambar 1
Jalur Pedestrian Lokasi Studi mempengaruhi kenyamanan gerak dan
menimbulkan kesan kepuasan kualitas
III. METODE pedestrian. Di tahap ini, peneliti melakukan
wawancara langsung di lokasi, berbincang
Secara umum, proses penelitian
dengan para pengguna dan pemerhati yang
digambarkan secara skematik dalam gambar
meliputi pelintas, pemilik toko, penjaga toko
2. Tahap observasi lapangan dilakukan

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 47 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

dan beberapa pakar. Wawancara dilakukan merepresentasikan total populasi dengan


secara terbuka untuk menjaring sejumlah tingkat kesalahan 10%.
istilah, kata dan/atau kalimat ucapan yang Dari hasil pengamatan awal selama
berkaitan dengan karakter fisik pedestrian seminggu, dan hasil tanya jawab dengan
yang dialami / menjadi perhatian para para pekerja serta pemilik toko dan
pewawancara, dalam hal pandangannya pedagang asongan dikawasan studi,
mengenai keterkaitan dengan kenyamanan diketahui sekitar 3000 orang yang cukup
gerak. Pada tahap selanjutnya, metode sering menggunakan seluruh atau sebagaian
kualitatif juga dilanjutkan untuk jalur tersebut. Jumlah tersebut, kemudian
mendapatkan klasifikasi atau tingkatan ditetapkan sebagai populasi. Dengan
derajat atau skala kepuasan terhadap menetapkan tingkat kesalahan sampel 10%,
kenyamanan gerak para pejalan kaki. maka diambil sampel minimal 248, namun
Kadangkala kita sulit membedakan fakta dalam kasus ini diambil sampel sebanyak
perseptif terhadap suatu obyek, misalnya 290 orang yang terbagi atas kelompok
diantara sejumlah istilah “sangat nyaman”, masyarakat umum (40%), kelompok
“nyaman” atau “cukup nyaman…”, dst. mahasiswa dan pelajar (40%) dan kelompok
Untuk bisa membedakan secara lebih tepat, pengamat ahli (20%). Sampel terdistribusi
maka perlu dilakukan wawancara, sampai pada setiap jalur obyek studi (Tabel 2).
terdapat kejelasan pembedaan secara Semua sampel dalam kondisi fisik normal,
kualitatif. berusia dewasa. Adapun waktu penyebaran
Selanjutnya, metode kuantitatif kuisioner dilakukan hanya pagi hingga sore
dilakukan dalam hal pengolahan data-data hari dari jam 9.00 s/d 18.00, setiap 15 menit
hasil kuisioner persepsi yang dikuantifikasi pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Pemilihan
(diberi angka-nilai), agar mendapatkan hari Senin, Rabu dan Sabtu, dengan
kebenaran statistikal terhadap sejumlah pertimbangan intensitas penggunaan
alternatif pendapat yang diedarkan pada para pedestrian yang cukup tinggi dalam
sampel yang terwakili. Adapun secara seminggu.
teknis, untuk penetapkan jumlah sampel
Tabel 2
yang representatif terhadap populasi,
Distribusi Jumlah Sampel
menggunakan pendekatan sebagaimana
ditulis oleh Sugiyono (2013), dimana dalam Jumlah Sampel /
Nama Ruas Jalan
Responden Kuisioner
hal ini tingkat eror dari jumlah sampel Dotu Lolong Lasut 50
ditetapkan 10%. Jumlah sampel terdistribusi MT. Haryono 30
DI. Panjaitan 50
di setiap ruas dengan jumlah bervariasi
Siswomiharjo 30
mengikuti proporsi panjang jalur obyek Sam Ratulangi 30
studi, dan dilakukan pembulatan, dimana W Maramis 50
S. Parman 50
secara total, jumlah sampel sudah

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 48 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN di area studi. K empat karakter tersebut


adalah: “wujud konstruksi”, “tekstur”,
A. Karakterisasi Fisik
“warna”, dan “dimensi”.
Dari hasil wawancara, observasi
Tabel 3 menjelaskan hubungan antara
lapangan dan pendekatan teori, dapat
karakteristik permukaan pedestrian dan
disimpulkan bahwa ternyata ada “empat”
resiko gangguan yang ditimbulkannya, yang
karakter permukaan pedestrian yang
merupakan hasil ringkasan dari wawancara
berpengaruh pada kepuasan atau
langsung dengan sejumlah pengguna trotoir.
kenyamanan gerak pejalan kaki pada trotoir

Tabel 3
Hubungan antara Karakteristik Permukaan dan Resiko Gangguan

Karakteristik
Permukaan Penjelasan Gangguan
Pedestrian
Wujud Konstruksi Kerusakan konstruksi (penyelesaian konstruksi yang tidak baik) menyebabkan resiko
kecelakaan gerak pejalan kaki dan menghambat kecepatan jalan
Tekstur Tekstur yang licin beresiko tergelincir, sedangkan yang terlalu kasar juga menyebabkan
kerusakan pada alas kaki
Warna Warna permukaan yang berubah drastis/ kontras, menimbulkan pertanyaan pada pejalan
kaki, apakah ada sesuatu larangan jalan atau ada fungsi tertentu, sehingga dapat sejenak
“terkejut”, dan menghambat laju perjalanan.
Warna yang tidak jelas juga bisa mengganggu arah perjalanan.
Dimensi Ukuran lebar trotoir yang terlalu sempit menimbulkan kesesakan ruang gerak.
Ukuran ketinggian undakan yang tidak ergonomis juga menyebabkan kelelahan atau
kecanggungan berjalan, mengganggu kontinyuitas perjalanan.
Ukuran kemiringan ramp yang terlalu curam juga bisa menyebabkan tergelincir apalagi
ditambah dengan faktor tekstur yang licin.

Adapun Tabel 4 s.d 7 menunjukkan Bagian jalur pedestrian ini


belum dilapisi dengan
secara visual mengenai beberapa sampel penutup pedestrian yang
titik lokasi yang menyebabkan gangguan baru, kondisinya banyak
terjadi kerusakan seperti
kenyamanan gerak yang tersebar di lokasi kerusakan yang terjadi pada
bagian tangga atau
studi. perbedaan trap lantai yang
Tabel 4 mengganggu aktifitas
Contoh Wujud Konstruksi yang Menganggu pejalan kaki.
(Jl. Dotu Lolong Lasut)
Foto Penjelasan Kondisi jalur pedestrian ini
masih seperti semula
Perbedaan ketinggian antara dengan material ubin beton,
permukaan jalur pedestrian belum dilapisi dengan
lama dengan yang baru penutup pedestrian yang
menimbulkan permasalahan baru sehingga banyak
(gangguan gerak) pada terjadi kerusakan di
tempat-tempat tertentu yaitu beberapa tempat yang
di pintu-pintu masuk mengganggu kenyamanan
pertokoan, tanpa adanya dan pemandangan bagi
penyelesaian konstruksi pejalan kaki.
yang tepat. (Jl. Dotu Lolong Lasut)
(Jl. Dotu Lolong Lasut)

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 49 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

Pada Jalur pedestrian Secara keseluruhan di lokasi studi


tampak konstruksi yang
terputus, terdapat bagian
berhasil diidentifikasi sejumlah titik dan
rusak dan tidak jelas jalur yang menyebabkan gangguan
penggunaan material
penutupnya, bisa kenyamanan gerak, sehingga menimbulkan
mengganggu gerak pejalan
kaki (Jalan MT. Haryono) kesan tidak puas bagi para pengguna. Tabel
8 menunjukkan jumlah titik dan jalur yang

Tabel 5 dimaksud, ditinjau terhadap empat


Contoh Dimensi yang Mengganggu karakteristiknya (properties).

Foto Penjelasan
B. Klasifikasi Tingkat Kepuasan dan
Ukuran perbedaan Indikatornya
ketinggian antara
permukaan jalur pedestrian
yang cukup tinggi sehingga
Berdasarkan hasil penjaringan
mengganggu kelancaran pendapat melalui perbincangan langsung
sirkulasi dan
membahayakan pejalan kaki secara detail (deep interview) di lokasi studi
(Jl. Dotu Lolong Lasut)
dengan para pengguna (pekerja toko,
Ukuran lebar trotoir yang
dirasa kurang memuaskan, pemilik toko, pelancong, pedagang asongan)
sulit berjalan apabila
berpapasan, dan ditambah yang tersebar di tujuh jalur lokasi studi, dan
sesak oleh pengguna juga diskusi dengan pengamat (ahli
pedagang asongan (Jalan
Sam Ratulangi) lingkungan, arsitek), dapat disimpulkan
bahwa hanya terdapat 4 skala yang
Tabel 6
Contoh Warna yang mengganggu menunjukkan tingkatan kepuasan pejalan
kaki terhadap situasi pedestrian di lokasi
Foto Penjelasan
studi.
Beragam warna dan corak juga
beraneka warna yang bisa Tabel 8
menimbulkan tanda Tanya Jumlah Titik / Block-Space
mengenai apakah ada fungsi Pengganggu Kenyamanan Gerak
khusus atau member arah
tertentu, dll (Jl. Siswomiharjo)
Nama Karakteristik
Jalur Wujud Di- War- Teks-
Tabel 7 Jalan Kons- mensi na tur
Contoh Tekstur yang mengganggu
truksi
Dotu Lolong 5 1 - -
Foto Penjelasan Lasut
Beragam tekstur kasar dan MT. Haryono 2 1 2
licin, yang berubah secara
drastis, dapat menganggu laju DI. Panjaitan
pejalan kaki. Licin, beresiko Siswomiharjo 1 2 1 1
terpeleset, yang kasar, Sam Ratulangi 1 2
beresiko merusak alas kaki
W Maramis 2 1 1 2
dan tidak nyaman di telapak
kaki. (Jl. W. Maramis) S. Parman 3 1
Sama dengan diatas, hanya
beda lokasi (Jl. Sam
Ratulangi) Proses perbincangan kadangkala
dilakukan sambil duduk di restaurant,

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 50 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

warung, toko, diskusi dengan orang-orang Tabel 10


Butir-butir Indikator
yang dikenal yang tinggal di kawasan
Tingkat Kepuasan Pejalan Kaki
tersebut, serta dengan rekan-rekan yang
sering melintasi lokasi studi. Pada Indikator yang Bisa
Karakteristik Mempengaruhi Kepuasan/
prinsipnya proses penjaringan pendapat ini Fisik Kenyamanan Gerak
(Hasil wawancara)
untuk mencari hasil “jenuh” terhadap skala
Wujud a. Kerapian, keteraturan,
tingkatan kepuasan. Dari bahasa tubuh dan Konstruksi b. Pola motif/ corak
c. Penyelesaian konstruksi
kalimat yang dilontarkan oleh responden, d. Jenis bahan (keawetan)
dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan Dimensi a. Lebar yang cukup bagi
pengguna fisik normal
signifikan antara rasa “puas” dengan “sangat b. Lebar yang cukup bagi
pengguna Cacat Fisik
puas”, tetapi sebaliknya terdapat perbedaan c. Elevasi/ Ketinggian undakan
antara rasa “sangat tidak puas” dan “kurang dan Sudut miring Ramp (bila
ada)
puas”, karena itu, maka ditetapkan hanya d. Ukuran modul material (ukuran
batuan, tegel, keramik, dsb)
terdapat empat tingkatan skala kepuasan/
Tekstur a. Kontras gradasi Kasar-Halus
skala kenyamanan gerak (Tabel 9) pada jalur yang sama
b. Perbedaan Tekstur sifat bahan
alami dan buatan (hasil
Tabel 9 teknologi)
Klasifikasi Tingkat Kepuasan atau Tingkat c. Sifat tekstur (kasar atau licin)
Kenyamanan Gerak Pejalan Kaki yang memperlancar atau
menganggu laju jalan
Skala Makna Penjelasan Umum d. Tekstur sebagai fungsi
pengarah/ tanda tertentu
Tidak Tidak Pengguna merasa sangat
Puas Nyaman terganggu, sangat tidak Warna a. Jenis warna yang nampak
nyaman perjalanannya, dan sesuai dengan fungsi tempat
tidak dapat ditoleransi. jalan kaki (warna cenderung
terang)
Kurang Kurang Pengguna merasa masih b. Perbedaan sifat gelap terang
Puas Nyaman terganggu, tetapi masih
pada satu jalur
dapat memberi toleransi.
c. Warna yang cenderung keabu-
Agak Agak Pengguna pada prinsipnya abuan berkesan kotor,
Puas Nyaman merasa tidak terlalu dibandingkan warna mencolok
terganggu, tapi berpendapat yang cenderung estetik
agar sebaiknya bisa d. Komposisi warna mendukung
ditingkatkan kualitasnya. estetika visual dan kenikmatan
Puas Nyaman Pengguna merasa sangat perjalanan
puas, nyaman, sama sekali
tidak terganggu, bahkan
merasa nikmat saat berjalan C. Uji Tingkat Kepuasan Pejalan Kaki di
kaki
Lokasi Studi

Setelah klasifikasi tingkat kepuasan


Selain itu, melalui hasil deep
berhasil diidentifikasi menjadi empat skala,
interview bisa diperoleh butir-butir indikator
selanjutnya diterapkan pada kawasan studi
yang mempengaruhi tingkat kepuasan /
melalui penyebaran kuisioner dan diajukan
kenyamanan pejalan kaki, dikaitkan dengan
pada sampel orang yang berbeda. Jumlah
empat karakteristik fisik, sebagaimana
dan distribusi sampel telah dijelaskan
ditampilkan pada Tabel.10.
melalui Tabel 2 diatas.

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 51 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

Kuisioner mengandung pertanyaan karakteristik fisik. Hasilnya sebagaimana


terhadap 4 butir indikator untuk setiap ditunjukkan melalui gambar-gambar 3 s/d 6.
karakteristik fisik permukaan pedestrian Nampak, bahwa secara umum, tingkat skala
(Lihat Tabel 9 dan 10). Jawaban dari kepuasan atau kenyamanan gerak untuk
kuisioner meliputi skala “tidak puas”, setiap karakter fisik dan pada semua jalur,
“kurang puas”, “agak puas”, “puas”, terkait menunjukkan angka pada kisaran diantara 2
kenyamanan gerak terhadap indikator- dan 3, atau dikisaran persepsi “Kurang
indikator yang berhubungan dengan Puas” dan “Agak Puas”. Apabila ditilik lebih
karakteristik fisik permukaan pedestrian jauh, hal ini memang nampak wajar, karena
(Tabel 11). di semua jalur pedestrian di lokasi studi,
Untuk kepentingan analisis selalu terdapat sejumlah titik yang
kuantitatif secara statistik, maka setiap menyebabkan responden merasa kurang
jawaban tersebut diberi angka antara 1 s/d 4 puas. Misalnya ada yang wujudnya kurang
(Tabel 11). menyenangkan (mengganggu gerak jalan
kaki), ada yang licin, ada pula yang
Tabel 11
undakannya terlampau tinggi, dll. Dengan
Klasifikasi Skala Kepuasan dan
Kenyamanan untuk Kuisioner demikian, maka nampak, bahwa apabila
perlu diadakan penyempurnaan di kawasan
Klasifikasi
Persetujuan
Klasifikasi Persepsi tersebut, maka perlu diperbaiki terhadap ke
Skala Terhadap
Persepsi Kenyaman-
Angka Rasa “empat” karakteristik fisik permukaan
Kepuasan an
“Puas”
Gerak pedestrian. Semuanya memerlukan perhatian
Tidak Tidak Tidak
1 yang sama dan sebanding, karena tidak
Puas Setuju Nyaman
Agak perbedaan yang mencolok dari hasil
Kurang Kurang
2 Tidak
Puas Setuju kuisioner.
Nyaman
Agak Agak Agak
3
Puas Setuju Nyaman 4
WUJUD
Rata-rata Skala Kenyamanan

3.5
4 Puas Setuju Nyaman 3
2.5
(kepuasan)

2
1.5
1
Setiap responden menjawab 16 0.5
0
pertanyaan, yang terbagi atas 4 pertanyaan
untuk setiap karakteristik fisik permukaan
pedestrian. Jadi terdapat 4 pertanyaan untuk
setiap karakter wujud, dimensi, warna dan
Gambar 3
tekstur. Jawaban setiap pertanyaan diberi Rata-rata Skala Kepuasan/kenyamanan
angka yang menggambarkan persepsi Terhadap Karakter “Wujud”
tingkat kepuasan. Kemudian dilakukan
perhitungan rata-rata terhadap setiap hasil
angka jawaban dari responden untuk setiap

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 52 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

4 DIMENSI tersebut adalah “wujud”, “dimensi”,

Rata-rata Skala Kenyamanan


3.5
3 “warna”, dan “tekstur”. Melalui serangkaian
(Kepuasan)
2.5
2
1.5
wawancara secara mendetail di lokasi studi
1
0.5 terhadap para pengguna dan pemerhati
0
lokasi obyek studi, dihasilkan adanya
“empat” tingkatan skala persepsi kepuasan
atau kenyamanan terkait gerak jalan kaki
Gambar 4 pada ke tujuh jalur pedestrian sesuai obyek
Rata-rata Skala Kepuasan/kenyamanan studi. Empat tingkatan skala meliputi
Terhadap Karakter “Dimensi”
“puas”, “agak puas”, “kurang puas”, dan
4
WARNA “tidak puas”. Pengujian secara statistic
Rata-rata Skala Kenyamanan

3.5
3
2.5 tentang persepsi pengguna jalur pejalan kaki
2
(Kepuasan)

1.5
1 di lokasi obyek studi terhadap ke empat
0.5
0 karakteristik fisik pedestrian (wujud,
dimensi, warna dan tekstur), menunjukkan
bahwa rata-rata pada ke tujuh jalur tersebut,
persepsi pengguna jalan cenderung diantara
Gambar 5 rasa “agak puas” dan “kurang puas”.
Rata-rata Skala Kepuasan/kenyamanan Persepsi tersebut, merata pada ke empat
Terhadap Karakter “Warna”
karakteristik fisik permukaan pedestrian.
4
TEKSTUR Dengan demikian, dalam rangka perbaikan
Rata-rata Skala Kenyamanan

3.5
3
2.5 atau penyempurnaan kualitas rancangan
2
(Kepuasan)

1.5
1 arsitektur pedestrian atau trotoir di kawasan
0.5
0 studi, maka perlu dilakukan perhatian secara
merata pada aspek wujud, dimensi, warna
dan tekstur.

Gambar 6 DAFTAR PUSTAKA


Rata-rata Skala Kepuasan/kenyamanan
Terhadap Karakter “Tekstur” • Aulia SA, Elmanisa MA, Gunawan MP
(2009), “Pola Distribusi Spatsial
Minimarket di Kota-kota Kecil”, Jurnal
V. KESIMPULAN Perencanaan Wilayah dan Kota.Vol
20/No.2. Agustus 2009.
Hasil studi menyimpulkan bahwa • Illhami (2011), “Persepsi dan Preferensi
pada tujuh jalur obyek studi di pusat kota warna dalam Lanskap”, Jurnal Lanskap
Indonesia,Vol 3 No. 2. 2011
teridentifikasi adanya empat karakter fisik
• Listianto TIP, (2006), “Hubungan
permukaan pedestrian yang dapat
Fungsi dan Kenyamanan Jalur
mengganggu kenyamanan atau kepuasan Pedestrian (studi kasus Jln. Pahlawan
Semarang)”, Tesis Magister Teknik
para pejalan kaki. Empat karakter fisik

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 53 -
MEDIA MATRASAIN ISSN 1858 1137
Volume 11, No.1, Mei 2014

Arsitektur, (tidak dipublikasikan) • Sugiyono, (2013). “Metode Penelitian


Universitas Diponegoro Semarang. Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”,
Bandung : Penerbit ALFABETA.
• Muslihun (2013), “Studi Kenyamanan
Pajalan Kaki Terhadap Pemanfaatan • Prabowo WR (2012), “Faktor-faktor
Jalur Pedestrian di jalan Protokol Kota yang mempengaruhi Intensitas
Semarang (studi kasus jalan Pergerakan Pejalan Kaki dijalur
Pahlawan)”, Skripsi Teknik Sipil (tidak Pedestrian Kota Jogyakarta”, Tesis
dipublikasikan) Universitas Negeri Magister (tidak dipublikasikan)
Semarang. Universitas Gaja Mada.
• Utomo (2005), “Tipologi dan • Indraswara SM (2007), “Kajian
Pelestarian Bangunan Bersejarah”, Kenyamanan Jalur Pedestrian Pada
Jurnal Seni Rupa STSI Surakarta. Vol 2, Jalan Imam Barjo, Semarang”. Jurnal
N.o 1 Agustus 2005. Ilmiah Perancangan Kota dan
Permukiman.Enclosure Vol 6 No.2. Juni
• Octaviana S (2013), “Strategi Low
2007.
Vision Terhadap Karakteristik
Hambatan Spasial di Ruang Terbuka • Carmona M, Tim Heath Taner Oc Steve
Publik Kota Bandung”. Prosiding Temu Tiesdell (2003), “Public Places Urban
Ilmiah IPLBI 12-13 November 2013, Space. The Dimensions of Urban
Makasar. Design”.
• Sangkertadi, Wuisang VC, Syafriny R • Watson, D, Plattus A, Shibley R (2003),
(2009), “Influence of Surface and Trees “Time Standards for Urban Design”,
Density on Thermal Environment and The McGraw-Hill Companies,
Confort for Pedestrian in Tropical and Massachusetts, USA.
Humind Climate”. Proceeding the
International of GREEN CITY, Bogor, • Ching, Fancis, D.K. (1979),
10-11 Agustus 2009. “Architecture: Form, Space & Order”,
Van Nostrand Reinhold. Camp, New
• Santoso G (2013), “Ergonomi Terapan”, York.
Penerbit Prestasi Pusaka Publisher.

PENGARUH PERMUKAAN JALUR PEDESTRIAN


TERHADAP KEPUASAN & KENYAMANAN PEJALAN KAKI
DI PUSAT KOTA MANADO
- 54 -

Anda mungkin juga menyukai