Anda di halaman 1dari 6

MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN

Oleh : Kelompok 7

1. Ni Putu Tamara Suci Artini (43)


2. I Putu Bayu Suadnyana (44)
3. Nyoman Ayu Sri Meldya Ryandayanti (45)
4. Ni Ketut Ratih Kimilaninggsih (46)
5. Putu Diah Pebrisundari (47)
6. I Gede Patria Prastika (48)
7. Ni Luh Putu Mega Wijayanthi (49)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV REGULER
DENPASAR
2019
MASYARAKAT RUMAH SAKIT DAN KEBUDAYAAN

A. Definisi masyarakat rumah sakit dan kebudayaan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 4 tahun 2018 tentang kewajiban

rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pengertian masyarakat menurut UU No. 30 tahun 2014 tentang administrasi

pemerintah, adalah seseorang atau badan hukum perdata yang terkait dengan

keputusan dan/atau tindakan. Sedangkan menurut Soekanto (2014), masyarakat

merupakan manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup

lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan merupakan

suatu sistem hidup bersama.

Jadi masyarakat rumah sakit merupakan setiap orang atau badan yang terikat

secara hukum yang berada di rumah sakit.

Menurut UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, kebudayaan

adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa, dan hasil karya

masyarakat. Jadi kebudayaan rumah sakit sendiri merupakan segala sesuatu yang

berkaitan dengan cipta , rasa, karsa dan hasil dari masyarakat rumah sakit.

B. Hubungan Masyarakat dan Budaya dalam Rumah Sakit

Rumah Sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan merupakan bagian dari

sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas

merupakan hal yang diinginkan oleh pasien. Kualitas pelayanan keperawatan


dapat diartikan sebagai penilaian terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat

yang dipersepsikan oleh masyarakat rumah sakit (perawat, dokter ataupun pasien)

sebagai tingkat kepuasan pasien (Aron, 2014).

Masyarakat rumah sakit tidak akan pernah lepas dari kebudayaan.

Kebudayaan dalam masyarakat di rumah sakit mencangkup perspektif dari

beberapa sudut pandang seperti :

a. Pasien

Indonesia merupakan negara berkembang dengan kebudayaan yang sangat

melimpah, kebudayaan tersebut mempengaruhi pandangan masyarakat tentang

kesehatan mereka. Banyak masyarakat Indonesia yang menganggap jika sakit

disebabkan oleh hal supranatural, namun seiring perkembangan jaman masyarakat

mulai lebih peduli dengan kesehatannya dan pergi ke pelayanan kesehatan seperti

rumah sakit, sehingga mulai membentuk budaya tersendiri di rumah sakit seperti

pasien beranggapan rumah sakit tidak enak, tidak gratis, tempat yang tidak

menyenangkan dikarenakan pasien serta pengujung pasien dibiasakan untuk

membudayakn hidup bersih seperti mencuci tangan dengan 6 langkah.

b. Profesional (Perawat, Dokter, Apoteker, dll)

Profesi yang berada dalam lingkungan masyarakat rumah sakit juga

membentuk perspektif tentang kebudayaan dirumah sakit seperti membentuk

perilaku caring dan memahami bawha setiap orang berbeda oleh sebab itu

professional kesehatan harus membentuk sikap yang fleksibel namun tetap

mengikuti SOP yang berlaku di rumah sakit. Pentingnya fleksibilitas ini agar tidak

terjadinya syok budaya, yaitu gangguan yang terjadi sebagai respon terhadap

transisi dari satu situasi budaya ke situasi budaya lainnya


c. Birokrasi

Dalam birokrasi di rumah sakit juga terbentuk budaya berupa budaya kerja

untuk membentuk etika, sikap, perilaku anggota organisasi dan membentuk cara

pandang mereka terhadap masalah, baik internal maupun eksternal yang dihadapi

dalam kehidupan berorganisasi serta membentuk budaya melayani yang baik serta

meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit (Aron, 2014).

C. Penerapan social budaya dalam praktik keperawatan

Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/

mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negosiasi budaya dan mengubah/

mengganti budaya klien. Terdapat 3 strategi yang digunakan:

1. Strategi 1: Mempertahankan Budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan

dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan

sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien

dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya

budaya berolahraga setiap pagi.

2. Strategi 2: Negosiasi Budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk

membantu klien berdaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih

menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan

menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,

misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yag berbau amis,

maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani lannya.


3. Strategi 3: Restrukturisasi Budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan

status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang

biasa merokok menjadi tidak merokok.pola rencana hidup yang dipilih

biasanya yang lebih mnguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan

asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari

terbit (Sunrise Model). Model ini menyatakan bahwa proses keperawatan ini

digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi

terhadap masalah klien. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai

tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi (Marilyn, 2015).


DAFTAR PUSTAKA

Aron, A., Coups, E. J. and Aron, E. N. (2014) Statistics For Psychology. 6th edn.
Edited by J. Mosher. Ney Jersey: Pearson Education.

Departemen Administrasi Negara RI (2014) ‘Undang-Undang Republik Indonesia


Tahun 2014’, (1). Available at: https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/12/12373585807.pdf.

Direktorat Jendral Kebudayaan (2017) ‘Undang-Undang Republik Indonesia


Tahun 2017’. Available at: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/wp-
content/uploads/sites/6/2017/06/UU-Pemajuan-Kebudayaan-RI-nomor-5-
tahun-2017.pdf.

Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Tahun 2018’, pp. 1–35. Available at:
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk42018.pdf.

Marilyn, R. (2015) Leininger’s Culture Care Diversity and Universality A


Worldwide Nursing Theory. 3rd edn. Edited by A. Martin. Burlington:
Jones & Bartlett Learning.

Soekanto, S. (2014) Sosiologi : Suatu Pengantar. Revisi. Edited by B.


Sulistyowati. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai