Anda di halaman 1dari 6

Tugas Maternitas

Nama : Cia Putri Silaban

NIM : 1751043

Section B 

I. Pil KB
 Efektivitas

Pil KB sangat efektif, terutama jika dikonsumsi secara konsisten dan mengikuti arahan
dokter, setiap hari di waktu yang sama.

Digunakan secara sempurna, tingkat efektivitas pil kontrasepsi standar ini dilaporkan
mencapai 99%. Sedikit berbeda dengan pil mini. Dilansir dari WebMD, jika digunakan secara
konsisten dan sesuai dengan arahan, tingkat kesuksesan pil mini mencapai 95% agak kurang
efektif daripada pil KB standar.

Namun angka kesuksesan ini jugalah harus mempertimbangkan faktor lain, seperti lupa
meminum dosis atau kehabisan dosis sebelum sempat isi ulang. Kekeliruan cara pakai atau
keterlambatan dosis bisa menurunkan efektivitas pil hingga antara 92-94%.

 Cara Kerja

Pil KB mengandung versi sintetis dua hormon yang diproduksi secara alami dalam tubuh
wanita: estrogen dan progestin. Kedua hormon ini mengatur siklus menstruasi wanita, dan
tingkat naik-turun hormon ini memainkan peran penting dalam kehamilan. Pil kontrasepsi
ini tersedia dalam dua jenis, pil kombinasi (mengandung progestin dan estrogen) dan pil
mini (hanya progestin). Hormon yang terkandung dalam pil bekerja dalam tiga cara untuk
mencegah kehamilan terjadi, yaitu :

 Pertama, mencegah indung telur Anda untuk melepas sel telur agar tidak terjadi
proses pembuahan.
 Kedua, mengubah ketebalan lendir leher rahim guna menyulitkan sperma bergerak
masuk ke dalam rahim untuk mencari telur.
 Ketiga, mengubah lapisan dinding rahim sehingga tidak mungkin untuk sel telur yang
dibuahi tertanam di dalam rahim.
 Efek samping
1. Bercak darah lebih banyak atau menstruasi lebih lama.
2. Muncul perasaan mual.
3. Nyeri pada payudara.
4. Sakit kepala atau migrain.
5. Berat badan naik.
6. Suasana hati sering berubah.
7. Menurunkan atau meningkatkan gairah.
8. Keputihan.

 Komplikasi
1. Terbentuk gumpalan darah beku, maka dapat menyebabkan trombosis vena pada
kaki.
2. Gumpalan darah beku pada paru-paru.
3. Menyebabkan serangan jantung.
4. Stroke.
5. Menyebabkan kanker payudara.
6. Kanker serviks.
7. Kanker hati.

II. Kondom
1. Diafragma kondom,
 Efektivitas

Jika diafragma dengan spermisida dipakai secara benar setiap kali akan melakukan
hubungan seksual maka risiko kehamilan adalah 6 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Efektivitas diafragma cukup tinggi hingga 94%. Namun seringkali pemakaian tidak sempurna
sehingga efektivitas diafragma sekitar 88% artinya 12 dari 100 ibu akan hamil dalam satu
tahun. Diafragma efektif mencegah kehamilan, namun tidak bisa mencegah infeksi menular
seksual sehingga tetap lakukan tindakan pencegahan penyakit menular seksual.

Efektivitas diafragma makin meningkat jika:

1) dikombinasikan dengan pemakaian spermisida.


2) dipasang sebelum melakukan hubungan seksual.
3) dipasang dengan hingga menutupi seluruh serviks.
4) digunakan dengan kombinasi kondom pria atau metode kontrasepsi lainnya.
Efektivitas menurun jika terjadi kerusakan diafragma (berlubang, robek), ukuran tidak pas,
tidak pakai spermisida, tidak dipakai dengan benar, dicopot terlalu cepat atau diafragma
terkena produk yang mengandung minyak.

 Cara Kerja

Diafragma dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi serviks sebelum berhubungan


seksual. Diafragma bantu mencegah sperma supaya tidak bisa masuk ke dalam rahim serta
saluran tuba fallopii. Terdapat diafragma satu ukuran yang bisa dipakai semua ukuran dan
diafragma individual yang harus diukur oleh tenaga kesehatan. Diafragma dapat pula
digunakan bersama spermisida.

 Efek Samping

Secara umum jarang terjadi permasalahan atau efek samping serius. Namun segera lepas
diafragma kemudian periksa ke dokter atau UGD rumah sakit jika ada salah satu tanda
gejala berikut:

1. Demam tinggi mendadak.


2. Ruam merah di kulit, disertai rasa seperti terbakar.
3. Diare atau muntah.
4. Nyeri menelan, sakit otot, sakit pada sendi.
5. Pusing, terasa ingin pingsan atau merasa sangat lemah.
6. Tanda gejala darurat lainnya.

Segera periksa ke dokter, jika:

1. Sakit, perih, terasa panas seperti terbakar saat kencing.


2. Diafragma tidak nyaman dipakai.
3. Vulva dan vagina gatal, perih, sakit, tampak merah berbeda dari biasanya.
4. Mengalami sakit keputihan lain dari biasanya.
5. Keluar darah haid di luar siklus menstruasi, keluar flek.
6. Sakit saat melakukan hubungan seksual.

 Komplikasi
1. Infeksi saluran kemih.
2. Jika terjadi iritasi bisa meningkatkan risiko infeksi menular seksual hingga HIV.
3. Vaginosis bakterial.
4. Alergi.
5. Infeksi jamur atau candidiasis.
6. Sindroma syok toksik.
2. Male kondom,
 Efektivitas

Ketika digunakan sesuai instruksi, kondom laki-laki efektif hingga 98%. Hal ini berarti 2 dari
100 perempuan akan mengalami kehamilan dalam satu tahun. JIka tidak digunakan sesuai
instruksi, lebih banyak perempuan akan mengalami kehamilan. Kondom tidak boleh
digunakan lebih dari sekali. Pasangan yang menggunakan kondom harus mengganti kondom
baru setiap kali berhubungan seksual.

 Cara Kerja

Kondom menghentikan sperma mencapai sel telur dengan membangun batasan fisik dari
penis untuk mencegah pembuahan.

 Efek Samping
1. Kondom bikin iritasi.
2. Produksi antibodi antisperma lebih sedikit.
3. Kurang bergairah.
4. Kurangnya produksi lubrikasi.

 Komplikasi

Belum ada tanggapan kalau kondom bisa membahayakan, justru menggunakan kondom
sangat membantu dalam menurunkan terjadinya infeksi seksual.

III. IUD (AKDR)


 Efektivitas

IUD ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan, bersifat kontrasepsi jangka panjang
sehingga tidak harus mengingat setiap hari dan tidak perlu pengulangan tiap bulan.
Akseptor KB IUD hanya berkunjung ke dokter/Bidan ketika merasakan keluhan saja.

Angka kegagalan IUD tembaga sekitar 0,52 per 1.000 pemakai. Sedangkan, angka kegagalan
pada IUD hormonal yaitu 0,06 per 1.000 pemakai. Selama beberapa tahun, hanya 1 dari 100
pasangan yang menggunakan IUD telah mengalami kehamilan itupun karena IUD tidak
terpasang dengan baik dan telah keluar sendiri dari rahim.
 Cara Kerja

Cara kerja IUD tembaga yang diselimuti tembaga mengandung tembaga yang akan
membunuh sperma ketika memasuki rahim untuk melakukan pembuahan, sedangkan cara
kerja IUD hormonal polos yang mengandung hormonal levonorgestrel merupakan IUD tipe
baru dan memiliki kesamaan dengan IUD tembaga yaitu mencegah sperma untuk
membuahi sel telur dengan mengubah cairan serviks lebih kental, menipiskan lapisan rahim,
dan dalam beberapa kasus menghentikan ovulasi.

 Efek Samping
1. Masalah menstruasi.
2. Perforasi.
3. Masalah hormonal.
4. Kista ovarium.
5. Penyakit radang panggul.
6. Kehamilan ektopik.

 Komplikasi

Komplikasi dan risiko termasuk kemungkinan tusukan dari dinding rahim selama penyisipan;
ini jarang terjadi dan terjadi di 1-3 dari setiap 1.000 kasus. Jika seorang wanita menjadi
hamil dengan IUD di tempat, ada kemungkinan 50% bahwa kehamilan akan berakhir dengan
keguguran. Potensi risiko lain adalah bahwa IUD akan keluar dari rahim.

IV. Implan
 Efektivitas

KB implan adalah metode kontrasepsi yang sangat efektif mencegah kehamilan. Dalam
jangka waktu satu tahun, hanya ada tak sampai 1 dari 100 pengguna KB implan yang tetap
kebobolan hamil. Alat KB yang paling efektif pun tidak akan ampuh mencegah kehamilan
jika tidak digunakan dengan benar. Untuk dapat bekerja dengan baik, implan harus berada
dalam posisi yang benar dan bekerja dengan baik, serta harus diganti jika sudah waktunya.

 Cara Kerja

Implan yang sudah dimasukkan ke bawah kulit akan melepaskan hormon progestin dengan
kadar rendah untuk mencegah kehamilan. Cara kerjanya adalah dengan mencegah ovulasi
(pelepasan sel telur dalam siklus bulanan). Jika seorang wanita tidak berovulasi, ia tidak bisa
hamil karena tidak ada sel telur untuk dibuahi.
Progestin yang dilepaskan oleh KB implan juga akan menebalkan lendir di sekitar leher
rahim (serviks). Ini akan mencegah sperma untuk memasuki rahim. Progestin juga akan
menipiskan lapisan dinding rahim, sehingga jika ada sperma yang berhasil membuahi sel
telur, telur tersebut akan sulit menempel pada dinding rahim untuk memulai kehamilan.

 Efek Samping
1. Haid menjadi tidak teratur, atau tidak haid sama sekali.
2. Darah haid menjadi lebih banyak, atau malah menjadi lebih sedikit.
3. Flek/bercak darah yang keluar saat sedang tidak haid.
4. Berat badan bertambah.
5. Sakit kepala.
6. Jerawat.
7. Payudara nyeri.
8. Rasa sakit, infeksi, dan bekas luka di kulit tempat susuk dimasukkan (diimplan).
9. Depresi.

 Komplikasi
1. Kerusakan saraf.
2. Pendarahan.
3. Pelat cortical perforasi.
4. Komplikasi membran sinus.
5. Devitalisasi dari gigi yang berdekatan.
6. Kurangnya stabilitas.

Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai