SYOK KARDIOGENIK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Agus Prasetyo, M.Kep
KELOMPOK 1
Disusun oleh:
1. Dhefi Hutami (108116006)
2. Hana Fahrun Nisa (108116009)
3. Badriatus Sa’diyah (108116012)
4. Atika Nur Hapsari (108116013)
5. Pramesti Vitriyani (108116019)
6. Ruci Indra Jhaladri (108116029)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Penyusunan makalah ini atas dasar tugas mata kuliah Keperawatan Gawat
Darurat “SYOK KARDIOGENIK” untuk melengkapi materi berikutnya. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada nara sumber yang telah membantu
penulis dalam penyusunan makalah ini. Mohon maaf penulis sampaikan apabila
terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam
tahap belajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi untuk menambah
wawasan kepada pembaca. Penulis sadari dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik
guna perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................ i
Kata Pengantar .............................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................
C. Tujuan Penulisan....................................................................
D. Manfaat Penulisan ..................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................
A. Definisi .....................................................................................
B. Klasifikasi ................................................................................
C. Etiologi.....................................................................................
D. Faktor Risiko ..........................................................................
E. Manifestasi Klinis ...................................................................
F. Patofisiologi .............................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang ........................................................
H. Penatalaksanaan .....................................................................
I. Komplikasi ..............................................................................
J. Pengkajian ...............................................................................
K. Diagnose Keperawatan ..........................................................
L. Intervensi .................................................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................
A. Kesimpulan .............................................................................
B. Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai
dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang tak dapat
dipulihkan kembali (syok ireversibel), oleh karena itu penting untuk mengenali
keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok, gejala dini yang
berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk selanjutnya
dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.
Satu bentuk syok yang amat berbahaya dan mengancam jiwa penderitanya
adalah syok kardiogenik. Pada syok kardiogenik ini terjadi suatu keadaan yang
diakibatkan oleh karena tidak cukupnya curah jantung untuk mempertahankan
fungsi alat-alat vital tubuh akibat disfungsi otot jantung. Hal ini merupakan suatu
keadaan gawat yang membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat, bahkan
dengan penanganan yang agresif pun angka kematiannya tetap tinggi yaitu antara
80-90%. Penanganan yang cepat dan tepat pada penderita syok kardiogenik ini
mengambil peranan penting di dalam pengelolaan atau penatalaksanaan pasien
guna menyelamatkan jiwanya dari ancaman kematian.
Syok kardiogenik ini paling sering disebabkan oleh karena infark jantung
akut dan kemungkinan terjadinya pada infark akut 5-10%. Syok merupakan
komplikasi infark yang paling ditakuti karena mempunyai mortalitas yang sangat
tinggi. Walaupun akhir-akhir ini angka kematian dapat diturunkan sampai 56%
(GUSTO), syok kardiogenik masih merupakan penyebab kematian yang
terpenting pada pasien infark yang dirawat di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Syok Cardiogenik?
2. Apa saja klasifikasi dari Syok Cardiogenik?
3. Apa saja etiologi dari Syok Cardiogenik?
4
4. Apa sajakah faktor risiko dari Syok Cardiogenik?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Syok Cardiogenik?
6. Bagaimana proses patofisiologi dari Syok Cardiogenik?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Syok Cardiogenik?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien Syok Cardiogenik?
9. Apa saja komplikasi yang terjadi dari Syok Cardiogenik?
10. Apa Asuhan Keperawatan pada pasien Syok Cardiogenik?
C. Manfaat Penulisan
1. Agar mahasiswa dapat memahami definisi dari Syok Cardiogenik.
2. Agar mahasiswa dapat memahami klasifikasi dari Syok Cardiogenik.
3. Agar mahasiswa dapat memahami etiologi dari Syok Cardiogenik.
4. Agar mahasiswa dapat memahami faktor risiko dari Syok Cardiogenik.
5. Agar mahasiswa dapat memahami manifestasi klinis dari Syok Cardiogenik.
6. Agar mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari Syok Cardiogenik.
7. Agar mahasiswa dapat memahami pemeriksaan penunjang dari Syok
Cardiogenik.
8. Agar mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan pasien Syok
Cardiogenik.
9. Agar mahasiswa dapat memahami komplikasi yang terjadi dari Syok
Cardiogenik.
10. Agar mahasiswa dapat memahami Asuhan Keperawatan pada pasien Syok
Cardiogenik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
3. Tidak adanya gangguan pre-load atau proses non-miokardial sebagai etiologi
syok (artimia, asidosid atau antidepresan jantung secara farmakologik
maupun fisiologik). Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan
laboratorik (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014).
7
7. Ruptur korda tendinea spontan
8. Kardiomiopati tingkat akhir
9. Stenosis valvular berat
10. Regurgitasi valvular akut
11. Miksoma atrium kiri
12. Komplikasi bedah jantung
8
Keluhan nyeri dada pada IMA biasanya di daerah substernal, rasa seperti
ditekan, diperas, seperti diikat, rasa dicekik. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang,
lengan, dan punggung, nyeri biasanya hebat, ebrlangsung lebih dari ½ jam, tidak
menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik yang berasal dari
penyakit jantung lainnya, keluhannya sesuai dengan penyakit dasarnya (Eliastam
et al., 1998 dalam Muttaqin 2010).
Kekurangan oksigen pada otak, ginjal, kulit, dan bagian tubuh lainnya akan
menimbulkan tnda dan gejala syok kardiogenik. Bebarapa tanda gejala dibawah
ini biasanya timbul dua atau lebih ttanda gejala, yaitu:
1. Penurunan kesadaran sampai kehilangan kesadaran
2. Denyut jantung yang tiba-tiba cepat
3. Diaforesis
4. Kulit pucat
5. Nadi lemah
6. Napas cepat
7. Penurunan atau tidak ada produksi urin
8. Tangan dan kaki dingin (National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
Menurut Mubin (2010), diagnosis syok kardiogenik adalah berdasarkan
1. Keluhan Pokok
a. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
b. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
c. Nyeri substernal seperti IMA.
2. Tanda Penting
a. Tensi turun < 80-90 mmHg
b. Takipneu dan dalam
c. Takikardi
d. Nadi cepat
e. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru
f. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
g. Sianosis
h. Diaforesis (mandi keringat)
9
i. Ekstremitas dingin
j. Perubahan mental
3. Kriteria
Adanya disfungsi miokard disertai :
a. Tekanan darah sistolis arteri < 80 mmHg.
b. Produksi urin < 20 mL/jam.
c. Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
d. Ada tanda-tanda: gelisah, keringat dingin, akral dingin, takikardi (Mubin,
2010).
10
miokardium dan hipotensi. Asidosis berat (pH < 7,25) mengurangi daya
kemanjuran/efektivitas (efficacy) yang secara endogen dan eksogen telah diberi
katekolamin (catecholamines).
11
persiapan bedah pintas krooner atau angioplastu koroner transluminal
perkutan.
b. Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau
regurgitasi mitrala kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.
6. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan
mengelurakan enzim ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker.
Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung mengalami
kerusakan.
7. Tes darah
a. Pemeriksaan gas darah arteri, pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan pH dalam darah.
b. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan
hati. Jika organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin
menunjukkan bahwa organ terebut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan
oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang tanda-tanda
terjadinya syok kardiogenik.
12
b. Berikan bantuan napas jika diperlukan.
c. Berikan cairan melalui IV
2. Obat - obatan
Obat-obatan yang diberikan meliputi (National Heart, Lung, and Blood
Institute, 2011):
a. Obat-obatan yang mencagah pembentukan blood clot
b. Obat-obatan untuk meningkatkan kontraksi otot jantung
berikan dopamin 2-15 µg/kg/m, norepinefrim 2-20 µg/kg/m atau
dobutamin 2,5-10 µg/kg/m untuk meninggikan tekana perfusi srterial dan
kontraktilitas (Bakta dan Suastika, 1999 dalam Mayoclinic, 2014).
c. Obat-obatan untuk serangan jantung
Obat-obatan untuk mengatasi syok kardiogenik bekerja untuk
meningkatkan aliran datrah ke jantungg dan meningkatkan daya pompa
jantung, antara lain (Mayoclinic, 2014):
1) Aspirin
Aspirin dapat menurunkan proses pembentukan blood clot dan
membantu menjaga aliran darah.
2) Agen trombolitik
Ageen trombolitik akan menghancurkan blood clot yang menyumbat
aliran darah ke jatung. Semakin cepat pasien mendapatkan agen
trombolitik, maka semakin besar pula kesempatan hidupnya.
Trombolitik akan diberikan jika emergency cardiac catheterization
tidak tersedia.
3) Superaspirin
Obat ini akan mencegah permbentukan blood clot, misalnya
clopidogrel oral, platelet glycoprotein Iib/IIIa receptor blocker.
4) Antikoagulan
Oat-obatan ini misalnya heparin, yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya blood clot. Heparin dberikan secara IV atau injeksi yang
diberikan selama beberapa hari pertama setelah serangan jantung.
5) Agen inotropik
13
3. Penatalaksanaan dengan Peralatan Medis
a. Intra-aortic ballon pump (IABP)
IABP menggunakan counterpilsation internal untuk menguatkan kerja
pemompaan jantugn dengan cara pengembangan dan penegmpisan balon
secara teratur yang diletakkan di aorta descendens. Alat ini dihubungkan
dengan kotak pengontrol yang seirama dengan aktivtas elektrokardiogram.
Pemantauan hemodinamika juga sangat penting untk menentukan status
sirkulasi pasien selama penggunaan IABP.
Balon dikembangkan selama fase diastole ventrikel dan diempiskan
selama sistole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP
akan menguatkan diastole, yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteri
kotronaria dan jantung. IABP dikempiskan selama sistole, yang akan
mengurangi beban ekrja ventrikel kiri (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam
Muttaqin 2010).
b. Left ventricular assist device (LVAD)
Alat ini merupakan pompa yang dioperasikan dengan baterai yang akan
menggantikan fungsi pompa jantung. LVAD membantu jantung memompa
darah ke tubuh. Alat ini digunkaan jika terjadi kerusakan di ventrikle kiri
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).
4. Prosedur Bedah
Prosedur bedah dilakukan jika obat-obatan dan penggunaan lat bantu medis
tidak bisa mengatasi syok kardiogenik. Prosedur bedah akan megembalikan
aliran darah dan memperbaiki kerusakan jantung. Prosedur bedah yang
dilakukan dalam 6 jam setelah onset terjadinya tanda gejala syok akan
meningkatkan harapan hisup lebih besar. Tipe prosedur bedah yang digunakan
antara lain:
1) Percutaneous coronary intervention (PCI) dan stent
PCI yang juga dikenal dengan nama coronary angiplasty, merupakan
prosedur yang digunakan untuk membuka arteri koroner yang mengalami
14
obstruksi. Kemudian pada saat itu juga digunakan stent yang berfungsi
untuk menjaga arteri koroner tetap terbuka selama prosedur PCI.
2) Coronary artery bypass grafting
Pada prosedur ini, arteri dan vena yang berasal dari baggian tubuh lainnya
digunakan untukmembuat jalan pintas pada arteri kornaria. Kemudian
akan terbentuk sebuah jalan baru untuk memberikan perfusi ke jantung.
3) Pembedahan untuk memperbaiki katup jantung
4) Pembedahan untuk memeprbaiki ruptur septal (didning antar
ventrikel)
5) Transplantasi jantung
Pembedahan jenis ini jarang dilakukan dalam keadaan emergensi seperti
ini. Tindakan ini direkomendasikan jika ini merupakan jalan yang paling
baik untuk meningkatkan harapan hisup pasien (National Heart, Lung, and
Blood Institute, 2011).
15
ASUHAN KEPERAWATAN
SYOK CARDIOGENIK
A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus
pada :
1. Aktivitas
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan
warna kulit kelembaban, kelemahan umum.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK,
masalah TD, diabetes mellitus.
Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau
lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukan gagal jantung
atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala hipoperfusi jaringan kulit ;
dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena – vena pada
punggung tangan dan kaki kolaps
3. Eliminasi
Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam
Tanda : oliguri
4. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio
substernal, prekordial, dapat menyebar ketangan, rahang, wajah, tidak tentu
lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang,abdomen,punggung, leher, dengan
kualitas chorusing, menyempit, berat,tertekan , dengan skala biasanya 10 pada
skala 1- 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
16
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat,
menarik diri, kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung,
TD,pernafasan, warna kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.
5. Pernafasan
Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen
atau medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot
aksesori pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk
terus – menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah,
merah muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak
terdengar dengan crakles dari basilar dan mengi peningkatan frekuensi nafas,
nafas sesak atau kuat, warna kulit; pucat atau sianosis, akral dingin.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan pertukaran gas ditandai
dengan sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan, batuk-batuk.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran
darah sekunder akibat gangguan vaskuler ditandai dengan nyeri, cardiac out
put menurun, sianosis, edema (vena).
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme
reflek otot sekunder akibat gangguan viseral jantung ditandai dengan nyeri
dada, dispnea, gelisah, meringis.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan supley oksigen
dan kebutuhan (penurunan / terbatasnya curah jantung) ditandai dengan
kelelahan, kelemahan, pucat.
17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
18
ventilasi
abnormal dapat
mencegah
komplikasi.
2. Auskultasi
bunyi napas
ditujukan untuk
mengetahui
adanya bunyi
napas tambahan.
3. Meningkatkan
pengiriman
oksigen ke paru-
paru untuk
kebutuhan
sirkulasi,
khususnya
adanya
penurunan/
gangguan
ventilasi.
2. Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Lihat pucat, 1. Vasokontriksi
perfusi jaringan askep 3x24 jam sianosis, belang, sistemik
perifer berhubungan diharapkan perfusi kulit dingin, atau diakibatkan
dengan gangguan jaringan perifer lembab. Catat karena
aliran darah sekunder efektif dengan kekuatan nadi penurunan curah
akibat gangguan Kriteria hasil : perifer. jantung
vaskuler ditandai - Dorong mungkin
1. Klien tidak nyeri
dengan nyeri, cardiac latihan kaki dibuktikan oleh
2. Cardiac output
out put menurun, aktif atau penurunan
normal
pasif, hindari perfusi kulit dan
19
sianosis, edema (vena) 3. Tidak terdapat latihan penurunan nadi.
sianosis isometrik - Menurunkan
4. Tidak ada edema 2. Kolaborasi statis vena,
(vena) - Pantau data meningkatka
§ laboratorium,c n aliran balik
ontoh : GBA, vena dan
BUN, menurunkan
creatinin, dan resiko
§ elektrolit tromboflebis.
- Beri obat - Indikator
sesuai perfusi atau
§
indikasi: fungsi organ.
heparin atau - Dosis rendah
natrium heparin
warfarin mungkin
(coumadin). diberika
secara
profilaksis
pada pasien
resiko tinggi
dapat untuk
menurunkan
resiko
tromboflebliti
s atau
pembentukan
trombusmur.
2. Coumadin obat
pilihan untuk
terapi anti
koangulan
20
jangka
panjang/pasca
pulang.
3. Gangguan rasa Setelah diberikan 1. Pantau atau catat 1. Mengetahui
nyaman nyeri askep selama 3x24 karekteristik tingkat nyeri
berhubungan dengan jam, diharapkan nyeri, catat agar dapat
trauma jaringan dan pasien merasa laporan verbal, mengetahui
spasme refleks otot nyaman petunjuk non perencanaan
sekunder akibat Kriteria Hasil : verbal dan repon selanjutnya.
gangguan viseral hemodinamik ( 2. Membantu
1. Tidak ada nyeri
jantung ditandai contoh: meringis, dalam
2. Tidak ada
dengan nyeri dada, menangis, menurunan
dispnea
dispnea, gelisah, gelisah, persepsi atau
3. Klien tidak
meringis. berkeringat, respon nyeri.
gelisah
mengcengkram Memberikan
4. Klien tidak
dada, napas cepat, kontrol situasi,
meringis
TD/frekwensi meningkatkan
jantung berubah). perilaku positif.
2. Bantu melakukan 3. Meskipun
teknik relaksasi, morfin IV
misalnya napas adalah pilihan,
dalam perlahan, suntikan
perilaku diskraksi, narkotik lain
visualisasi, dapat dipakai
bimbingan fase akut atau
imajinasi. nyeri dada
3. Kalaborasi beulang yang
- Berikan obat tidak hilang
sesuai dengan
indikasi, nitrogliserin
contoh: untuk
21
analgesik, menurunkan
misalnya nyeri hebat,
morfin, memberikan
meperidin sedasi, dan
(demerol). mengurangi
kerja miokard.
Hindari suntikan
IM dapat
menganggu
indikator
diagnostik dan
tidak diabsorsi
baik oleh
jaringan kurang
perfusi.
4. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Periksa tanda vital 1. Hipertensi
berhubungan dengan askep selama 3x24 sebelum dan ortostatik dapat
ketidak seimbangan jam, diharapkan segera setelah terjadi dengan
suplay oksigen pasien dapat aktivitas, aktivitas karena
dengan kebutuhan melakukan aktifitas khususnya bila efek obat
(penurunan atau dengan mandiri pasien (vasodilatasi),
terbatasnya curah dengan menggunakan perpindahan
jantung) ditandai Kriteria Hasil: vasolidator, cairan,
dengan kelelahan, diuretik, penyekat (diuretik) atau
1. Klien tidak
kelemahan, pucat beta. pengaruh fungsi
mudah lelah
2. Catat respon jantung.
2. Klien tidak
kardio pulmonal 2. Penurunan atau
lemas
terhadap aktivitas, ketidakmampua
3. Klien tidak pucat
catat takikardi, n miokardium
disritmia, dispnea, untuk
berkeringat, meningkatkan
22
pucat. volume
3. Kaji presipitator sekuncup
atau penyebab selama aktivitas,
kelemahan, dapat
contoh menyebabkan
pengobatan, peningkatan
nyeri, obat. segera pada
4. Evaluasi frekwensi
peningkatan jantung dan
intoleran kebutuhan
aktivitas. oksigen, juga
5. Berikan bantuan meningkatkan
dalam aktivitas kelelahan dan
perawatan diri kelemahan.
sesuai indikasi, 3. Kelemahan
selingi periode adalah efek
aktivitas dengan samping dari
periode istirahat. beberapah obat
6. Kolaborasi (beta bloker,
- Adakan Trakuiliser dan
program sedatif). Nyeri
rehabilitasi dan program
jantung atau penuh stress
aktivitas juga
memerlukan
energi dan
menyebabkan
kelemahan.
4. Dapat
menunjukkan
meningkatan
23
dekompensasi
jantung dari
pada kelebihan
aktivitas.
5. Pemenuhan
kebutuhan
perawatan diri
pasien tanpa
mempengaruhi
stress miokard
atau kebutuhan
oksigen
berlebihan.
6. Peningkatan
bertahap pada
aktivitas
menghindari
kerja jantung
atau komsumsi
oksigen
berlebihan.
Penguatan dan
perbaikan fungsi
jantung dibawah
stress, bila
disfusi jantung
tidak dapat
membaik
kembali.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba tidak
mampu memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan medis dan memerlukan penanganan
secara cepat. Penyebab paling umum syok kardiogenik adalah kerusakan otot
jantung akibat serangan jantung. Syok Kardiogenik biasanya disebabkan oleh
karena gangguan mendadak fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi
kontraktilitas jantung kronik. Secara praktis, syok kradiogenik timbul karena
gangguan mekanik atai miopatik.
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta
efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama penderita
mengalami syok.
B. SARAN
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan
pertolongan segera. Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa shock cardiogenik, mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan
emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami
syok.
25
DAFTAR PUSTAKA
26