Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya penemuan bahan restorasi di bidang kedokteran gigi serta teknik


penumpatan yang bermacam-macam akan mempermudah penumpatan kavitas gigi. Restorasi di
bidang kedokteran gigi terbagi atas dua yaitu restorasi plastis dan restorasi rigid. Restorasi plastis
yaitu bahan restorasi yang dimasukan kedalam kavitas masih dalam keadaan plastis dan masih
dapat dibentuk dan kelak mengeras menjadi rigid, contohnya amalgam, komposit, dan semen
ionomer kaca. Sedangkan restorasi rigid adalah restorasi yang dibentuk diluar mulut dari bahan
yang rigid dan kemudian disemenkan kedalam gigi yang telah dipreparasi yang tentu saja tidak
boleh mempunyai undercut. Salah satu contoh restorasi rigid adalah inlay. 1

Inlay adalah restorasi tidak langsung yang terbuat dari emas atau porselen yang
dimasukkan kedalam kavitas dan kemudian disemenkan.2 Perkembangan restorasi tuang modern
adalah atas jasa seorang dokter gigi Amerika, Dr. William H. Taggart, yang pada tahun 1907
menguraikan satu tekhnik pembuatan emas tuang yang lepas dengan gigi yang telah dipreparasi
dengan presisi yang baik. Tekhnik yang diuraikannya dikenal sebagai the lost wax process. Inlay
terbuat dari logam tuang dan porselen yang memiliki keuntungan dan kerugian terhadap
kekuatan, ketahanan terhadap abrasi, penampilan, versatilitas, biaya dan penyemenan. 1,3
Pembahasan tentang restorasi inlay, akan kami uraikan lebih jelas pada bab selanjutnya

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan inlay
b. Untuk mengetahui macam-macam bahan/material yang biasa digunakan
sebagai inlay.
c. Untuk mengetahui keuntungan serta kerugian penggunaan inlay
dibandingkan dengan restorasi biasa.
d. Untuk mengetahui prosedur klinis , tahap-tahap pembuatan, dan
pemasangan inlay.

1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi inlay

Dental Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki gigi yang rusak
ringan hingga sedang. Inlay juga dapat digunakan untuk mengembalikan gigi yang retak atau
patah jika kerusakan tidak cukup parah untuk memerlukan mahkota gigi. Inlay biasanya terbuat
dari porselen, resin komposit, dan kadang-kadang dari emas. 2 Inlay disebut juga restorasi
intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar
mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi,
yang tentu saja tidak boleh mempunyai undercut.1

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian dicekatkan
ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay
adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya
sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin
komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas.4

Beberapa restorasi intrakorona (inlay) yang sering digunakan adalah:1

a. inlay logam tuang dengan teknik direk


b. inlay dan onlay logam tuang dengan teknik indirek
c. inlay porselen

2.2 Bahan yang digunakan


a. Logam tuang
Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24 karat, 100 persen atau
1000 fine) jarang sekali digunakan karena merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain
lalu ditambahkan kedalamnya untuk meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan yang
digunakan dalam inlay ”emas” tradisional adalah suatu aloi emas. Aloi tersebut ada yang
terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada pula yang hanya mengandung 20 persen emas.

2
Aloi-aloi lain sama sekali tidak mengandung emas tetapi hanya mengandung kombinasi-
kombinasi logam-logam lain, sehingga sering disebut sebagai logam cor.1

b. Porselen
Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua teknik yang sangat
berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor dalam bahan refraktori yang dapat
dipanaskan sampai suhu tinggi sekali tanpa mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur
dengan cairan sampai menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay atau ke dalam
permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar dalam tungku pembakaran sampai
partikel-partikel porselennya menyatu. Proses diulang beberapa kali hingga restorasi
menjadi berbentuk dan berwarna seperti yang diinginkan. Model refraktori kemudian
dibuka,biasanya dengan sand blasting atau glass bead blasting.1

Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang layak cor ke dalam mould
dengan lost wax technique. Restorasi kaca ini kemudian dimasukkan ke dalam tungku
pembakaran keramik yang akan mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian
diwarnai dan dibakar untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan
restorasi keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya tidak akurat), tetapi
bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya.1

2.3 Keuntungan dan kerugian restorasi logam tuang dan porselen

a. Kekuatan

Pada daerah yang tipis, logam cor lebih kuat daripada amalgam, komposit, atau
semen ionomer kaca dan mempunyai kesanggupan melawan kekuatan tensil yanglebih
besar. Oleh karena itu, bahan ini merupakan bahan pilihan untuk melindungi tonjol gigi
yang telah melemah, yang dengan ketebalan logam 1,0 mm atau kurang sudah cukup
dibandingkan dengan ketebalan minimal amalgam yang 3mm. Sifatnya yang kuat walau
dalam potongan tipis juga membuat bahan ini lebih ideal bagi restorasi vinir ekstrakorona
seperti onlay, dan mahkota lengkap atau sebagian. Bergatung pada aloi logam yang
digunakannya, logam cor bersifat agak duktil, yang memungkinkan tepi restorasi diburnis
agar adaptasinya lebih baik. Untuk itu, preparasi diakhiri dengan bevel atau bahu pada tepi
agar ujung logam nya bisa tipis.

3
Di pihak lain, porselen mempunyai kekuatan kompresif yang tinggi tetapi rendah
dalam kekuatan tensilnya. Ini berarti bahan ini relative getas dalam potongan tipis, paling
sedikit sampai bahan ini disemenkan pada gigi dan mendapatkan dukungan dari jaringan
gigi. Oleh karena itu restorasi porselen jangan diberi bevel, dan diperlukan ketebalan
minimal agar restorasi tidak pecah. Bagi porselen konvensional, ketebalan ini minimal
sekitar 1,5mm, tapi bagi vinir porselen yang tidak terkena tekanan oklusal, 0,5mm atau
kurang sudah memadai.1

b. Ketahanan terhadap abrasi

Walaupun amalgam menyerupai email dalam ketahananya terhadap abrasi, baik


komposit maupun semen ionomer kaca cenderung aus dengan lebih cepat dari pada email,
terutama dipermukaan oklusal. Logam tuang dan porselen paling sedikit sama kuatnya
dengan email dalam menahan abrasi, dan memang ada keyakinan bahwa porselen lebih
resisten daripada email sehingga restorasi porselen berantagonis dengan gigi asli, gigi
aslinya itu yang akan aus lebih cepat. Ini akan benar-benar terjadi jiuka pengupaman
(glazing) porselen tidak sempurna atau tidak terkikis. Jika terdapat kavitas abrasi dileher
gigi, komposit atau semen ionomer mungkin sudah cukup menahan abrasi selanjutnya.
Kadang-kadang untuk mengulangi hal ini dipakai inlay porselen atau inlay logam cor.1

c. Penampilan
Pernah suatu saat, ketika pilihan restorasi adalah amalgam, emas atau silikat. Emas
sering merupakan bahan yang paling disukai untuk alasan estetika karena lebih menarik
daripada amalgam dan tidak rusak seperti silikat. Selain itu, dilingkungan masyarakat tertentu,
emas di anggap sebagai symbol status jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut. Dengan
di perkenalkannya bahan restorasi sewarna dengan gigi yang lebih andal, mode tersebut
lambat laun menghilang dan kini relative sedikit pasien yang meminta tambalan emas.

d. Versatilitas
Logam cor merupakan bahan yang sangat serbaguna. Dengan teknik indirek, restorasi
oklusal dan konturaksial serta daerah kontaknya dapat di bentuk dengan akurat di
laboratorium. Jika restorasi tuang di buat pada pasien yang harus juga di buatkan gigi tiruan

4
sebagian lepas, bidang pemandu, dudukan test,dan reciprocal ledge dapat sekaligus di bentuk
pada restorasinya sewaktu dalam tahap laboratorium.1

e. Biaya
Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi logam tuang dan porselen.
Penyebab tingginya biaya adalah jumlah waktu yang harus dialokasikan. Selalu ada tahap
laboratorium sehingga minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien. Pertama untuk
preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepasan restorasi setelah dibuat di
laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan oleh dokter gigi dan peteknik gigi tak
terhindarkan lagi menyebabkan biaya yang beberapa kali lebih mahal dari pada restorasi
plastisnya yang setara.1

f. Penyemenan
Factor yang lemah pada setiap restorasi yang di semenkan adalah penyemenan. Tepi
suatu restorasi yang tepat-rapat sekalipun masih mempunyai celah beberapa micrometer (10-
16 mikrometer) dari dinding kavitas. Kerapatan tepi restorasi dengan demikian bergantung
seluruhnya pada semen.1

Secara ringkas, keuntungan dan kekurangan inlay dirangkum di bawah ini:3-4

• Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan biasa
• Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.

• Lebih sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi yang diambil

• Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding tambalan biasa.

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
• Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan
untuk menggigit (pada gigi belakang)

• Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa
sedikit (pada gigi belakang).4

5
b. Kontraindikasi:

• Permukaan oklusal yang berat


Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk mencukupi
tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki bruxism atau kebiasaan
clenching. Meihat permukaan oklusal dapat emnjadi indikasi apakah gigi pasien
bruxism/clenching. 5

• Ketidakmampuan untuk memeliharanya

Meskipun beberapa penelitin memberitahukan bahwa dental adhesive dapat menetralkan


berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan real-perfect moisture control.yang
menjamin keberhasilan kliniknya.5

• Preparasi subgingival yang tajam


Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan kedalaman tepi
gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk
di selesaikan.5

Dibawah ini diuraikan secara lebih lengkap mengenai indikasi yang paling sering bagi
setiap restorasi Indikasi:

a. Inlay logam tuang direk


Teknik inlay logam tuang secara direk hanya dapat diterapkan pada kavitas yang
sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam tuang tidak termanfaatkan
dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam tuang direk yang dibuat dan ini pun biasanya
diindikasikan bersama-sama dengan beberapa restorasi lain.1

6
b. Inlay logam tuang indirek
Teknik indirek memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi yang lebih
banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga melindungi tonjol gigi
dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa disebut onlay. Indikasi kedua yang
paling sering untuk inlay indirek adalah sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain
yang menggantikan gigi hilang. 1,6

c. Inlay porselen
Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal penampilannya yang
lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang dan lebih tahan abrasi daripada
komposit. Oleh karena itu, porselen cocok untuk permukaan oklusal gigi posterior yang
restorasinya luas dan penampilannya diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di
permukaan bukal yang terlihat baik di gigi anterior maupun posterior. Porselen tidak sekuat
logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui sistem etsa asam
tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi berlapis
komposit atau semen ionomer-resin komposit.1,6,7

2.5 Prosedur Klinis Pembuatan Inlay

2.5.1 Inlay Logam Tuang Direk

a. Teknik preparasi
Karakteristik utama untuk preparasi inlay ini adalah tidak boleh ada undercut
walaupun harus tetap retentif. Secara teoritis sudut antara dinding-dinding kavitas harus
antara 7-10 derajat, tetapi hal ini hampir mustahil dilaksanakan secara klinis, sehingga
sudut 20 derajat secara rata-rata dapat diterima. Jika garis-garis internal terlihat jelas sekali,
maka berarti dinding kavitas terlalu divergen ke oklusal. Sebaliknya, jika satu dinding
selalu hilang dari pandangan, maka berarti kavitasnya memiliki undercut. Dinding-dinding
kavitas harus dihaluskan agar pola direknya dapat dikeluarkan.1,3

Aloi yang digunakan hendaknya aloi yang duktil dan tepi kavitas dibevel sehingga
inlay dapat diburnis untuk meningkatkan adaptasi tepinya. Bevel dapat dibuat dengan
memakai kecepatan tinggi dengan bur karbida tungsten kecepatan tinggi atau dengan

7
kecepatan rendah . kavitas ini dapat dilapik dengan semen EBA atau semen ionomer. Pada
kavitas yang sangat dalam, diperlukan subpelapik hidroksida kalsium.1

b. Pola direk

Untuk membuat pola malam direk, permukaan preparasi mula-mula dilumas dulu
dengan lapisan tifis parafin cair atau larutan sabun. Sebatang malam inlay dilunakkan dan
dibentuk mengerucut dengan jalan memanaskan unjung malam secara hati-hati di atas api
spiritus. Malam jangan sampai dipanaskan terlalu tinggi hingga mencair dan menetes.
Ujung malam yang sudah lunak dibentuk sampai berbentuk kerucut memakai ibu jari dan
telunjuk. Kerucut malam yang lunak tersebut kemudian ditekankan ke kavitas dan tetap
ditekan sampai malamnya mendingin.

Jika sudah keras, malam diukir dengan instrumen panas atau tajam sambil hati-hati
dalam membentuk bevel sudut tepi kavitas dan kontur. Permukaan malam dapat dihaluskan
dengan butira kapas. Kapas ini dibasahi dahulu dengan air dan diletakkan di atas nyala api
sampai airnya hampir mendidih. Ini dapat dipakai untuk menghaluskan kekasaran-
kekasaran kecil.

Tahap selanjutnya adalah memberikan sprue pada pola malam. Sprue terbuat dari
kawat bulat lurus berdiameter sekitar 1 mm dan panjang 15 mm. Sprue dipanaskan dan
setelah ditambah selapis malam inlay disekelilingnya, sprue ditusukkan di tengan pola dan
dibiarkan sampai dingin. Sprue berfungsi ganda; sebagai pegangan untuk menarik pola
malam dari kavitas dan membentuk saluran tempat mengalirnya logam setelah pola
ditanamkan dan spruenya diangkat.

Pola malam diangkat dari kavitas dengan memegang sprue dengan jari dan
periksalah baik-baik permukaan dalamnya. Pola malam yang baik seharusnya
mencerminkan reproduksi yang tajam dari rincian permukaan internal kavitas. Tambalam
sementara diperlukan untuk melindungi dentin terbuka, sampai inlaynya selesai dicor.
Tambalan ini bisa berupa semen OSE walaupun tidak ideal karena akan sukar dibuka tanpa
merusak preparasi. Lebih disukai memai akrilik untuk mahkot adan jembatan sementara
karena dapat dibuka dalam satu kesatuan. Akrilik dicampur samapi konsistensinya kental,
dimasukkan ke dalam kavitas dan dibentuk dengan instrumen plastis datar. Ketika hampir

8
mengeras inlay sementara dikeluarkan kemudian dimasuk-keluarkan beberapa kali sampai
mengeras. Ini akan menghindarkan inlay sementara menempel pada kavitas. Inlay
sementara kemudian disemenkan dengan semen sementara OSE. 1

c. Tahap Laboratorium

Tahap laboratorium akan bervariasi bergantung pada bahan pola dan logam yang
digunakan. Singkat kata, sprue dan pola diletakkan pada cone-shaped form, ditutup dengan
bumbung tuang lalu dituangi dengan bahan investmen dan dibiarkan mengeras. Jika telah
mengeras, cone-shaped form dan sprue diangkat dengan pinset. Bumbung tuang kemudian
dipanaskan dalam tungku sampai malam meleleh dan menguap atau akriliknya terbakar
habis lalu logam cair dicorkan dan dibiarkan mengeras. Ketika masih panas bumbung
tuang dicelupkan ke dalam air sehingga investmen akan pecah dan mudah dibuka. Sprue
dipotong, biasanya disisakan sedikit sebagai pegangan ketika mencoba inlay dalam kavitas.
Inlay direk yang kecil biasanya tidak dipoles sampai dicobakan di dalam mulut.1

d. Kunjungan Klinis Kedua

Inlay sementara dibuka dan kavitas dibersihkan serta diperiksa dari sisa-sisa
tambalan sementara. Sebelum dicobakan di dalam kavitas, permukaan dalam inlay harus
diperiksa dengan teliti, jika terdapat sedikit benjolan kacil emas dapat dihilangkan dengan
ekskavator, tetapi jika defek in ibesar dan banyak, pola malam harus dibuat ulang.

Selanjutnya inlay dicobakan ke dalam kavitas. Jika duduknya tidak baik,


kemungkinan terdapat sisa-sisa tambalan sementara atau adanya undercut dalam kavitas
dan pola malam yang distorsi. Dalam keadaan seperti ini, kavitasnya harus dimodifikasi
dan pola dibuat kembali. Akhirnya bevelnya yang diperiksa, karena bevel yang tidak cukup
akan juga memerlukan pembuatan pola malan yang baru.

Jika restorasinya telah pas, tepi inlay diburnis dengan burniser tangan dengan
gerakan dari inlay ke gigi. Suatu daerah tepi yang tampak terlalu tebal dapat dikurangi
dengan bur pengakhir baja bulat dan kecil atau dengan stone putih kecepatan rendah.
Instrumen harus digunakan dengan tekanan ringan dan diputar dari emas ke gigi sehingga
berefek kerja dari emas ke gigi.

9
Tepi inlay kini dipoles di alam mulut sejauh mungkin, memakai poin karet pumis
dan caret. Akhirnya inlay diangkat dan sprue dipotong. Sisa permukaan dipoles dengan
roda karet abrasif. Selanjutnya inlay disemenkan dengan semen ionomer kaca tipe
penyemen atau semen Zn. Fosfat yang dicampur samapi konsistensinya seperti krim.
Semen ionomer kaca lebih disukai karena lebih adhesif ke dentin dan kurang iritatif
terhadap pulpa. Semen dicapur sesuai instruksi pabrik. Semen yang telah dicampur
diulaskan ke permukaan dalam inlay, dimasukkan ke dlam kavitas, ditekan sampai
posisinya baik dengan burniser berberntuk buah pir. Jika semen telah benar-benar
mengeras, gunakan ekskavator atau sonde untuk menghilangkan kelebihan semen. Jika
semen ionomer yang dipakai, tepinya harus dilapisi dua lapis pernis. Restorasi kemudian
dipoles akhir dengan poin karet pumis dan tepinya dipernis ulang.1,7

2.5.2 Inlay logam tuang indirek

a. Preparasi bagi inlay MOD dengan perlindungan tonjol

Ini merupakan macam inlay yang paling umum dilakukan. Prinsi-prinsip ini di
aplikasikan agak berbeda untuk memperhitungkan sifat-sifat bahan yang digunakan, tetapi
secara prinsip sama dengan prinsip untuk restorasi plastis , yaitu:1

• Memperoleh akses ke karies atau membuang restorasi lama.

• Membuang karies.

• Mempertimbangkan dengan seksama langkah berikutnya.

Desain untuk inlay harus dipertimbangkan kembali ditahap ini dan jika
keputusannya telah dikonfirmasikan maka rencanakan rincian desain.

• Mempreparasi kavitas sehingga retentive dan resisten.

• Mempreparasi perlindungan tonjolnya.

• Mengecek undercut.

• Mempreparasi garis-garis akhir.

10
• Melapik kavitas.

b. Retensi bagi kavitas inlay

Retensi diperoleh dengan mempreparasi dinding yang saling berhadapan menjadi


separalel mungkin dan tanpa undercut. Hal ini memungkinkan diperolehnya jalan masuk
inlay dengan baik dari arah oklusal, dan paling mudah dibuat dengan menggunakan bur
fissure karbida tungsten lurus mengguncup pada kecepatan tinggi. Agar dinding-dinding
kavitas bias separalel mungkin, bur harus diatur kembali letaknya ketika berpindah dari sisi
bukal ke sisi lingual kavitas. Hilangnya retensi diarah lain dicegah dengan keberadaan
tonjol dan kunci oklusal dalam cara yang sama dengan retensi bagi amalgam.1

c. Perlindungan tonjol

Aspek penting dari desain dan alasan utama untuk memilih tipe restorasi ini adalah
guna melindungi tonjol yang lemah agar tidak patah karena tekanan oklusal. Untuk
melakukan ini, tonjol yang lemah dikurangi ketinggiannya, sejajar dengan lereng tonjol.
Dasar pengasahan tergantung keadaan tetapi umumnya tidak lebih dari 0,5mm. untuk
beberapa kasus, pengasahan mungkin harus dilakukan lebih banyak (sampai 1,5 mm),
terutama jika tonjol yang akan di lindungi berkontak pada gerak lateral mandibula (tonjol
fungsional)dank arena itu rawan terhadap tekanan lateral.1

d. Pemeriksaan undercut

Kavitas harus bebas dari undercut agar semua garis (line angle) yang kecil dan titik
sudut (point angle) bias dilihat sekaligus. Undercut bias dicek dengan melihatnya langsung
pada kavitas, atau dengan kaca mulut (khususnya yang mempunyai permukaan pemantul),
pada arah pelepasan inlay. Tanpa memindahkan posisi kepala, operator bisa memasukkan
sonde dari pandangan, berarti sonde masuk kedaerah undercut. Tindakan ini perlu
dilakukan dengan hati-hati pada kavitas MOD, agar daerahnya bebas undercut. Semua
undercut yang ada harus dihilangkan, baik dengan mempreparasi lagi gigi tersebut atau jika

11
undercut didukung dengan baik oleh dentin, dengan menutupinya dengan menggunakan
semen.1

e. Garis pengakhir

Beberapa bentuk bevel atau chamfer merupakan garis pengakhir yang umum
dilakukan untuk restorasi tuang intrakorona. Penggunaan bentuk ini menghasilkan sudut
tepi kavitas (cavo-surface) 1350 dan sudut tepi logam 450. Jika inlay dipasang, tepi logam
yang tipis ini bisa diburnis ke email.

f. Pelapikan kavitas

Pada kavitas yan dalam harus digunakan sub pelapik dari semen yang mengandung
hidroksida kalsium. Bahan pelapik kedua selanjutnyya diletakkan diatas sub pelapik untuk
menutup setiap undercut, mendatarkan lantai oklusal dan dinding pulpa, dan sebagai
isolator panas bagi pulpa. Semen ionomer kaca merupakan bahan pilihan untuk pelapik
structural ini karena adhesive terhadap dentin.1,7

g. Pencetakan

• Sendok cetak khusus

Sendok mendukung bahan disekitar gigi, ini berarti bahan di sekitar gigi; ini
berarti bahwa bahan cetak yang digunakan makin sedikit dan bisa diperoleh ketebalan
bahan yang konsisten. Jika diperlukan dapat pula dibuat sendok cetak khusus dari resin
akrilik pada model studi. Sendok harus menutupi semua gigi didalam lengkung dan
diperluas 2mm melebihi tepi gingival. Sendok harus berjarak 1-2mm dari gigi-gigi tetapi
berkontak dengan 3 gigi disepanjang rahang sehingga bisa dipasang dengan tepat tanpa
menyentuh gigi yang dipreparasi. Bahan adhesive yang tepat untuk pencetakkan
diulaskan pada bagian dalam sendok dan sekitar tepi-tepinya, kemudian dibiarkan
mongering sebelum dilakukan pencetakkan.1

• Pengisolasian gigi; retraksi gingival

Bahan cetak elastomer bersifat hidrofobik dank arena itu, permukaan gigi yang
dipreparasi harus kering. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas dan disertai penghisap
saliva. Jaringan gingival harus dalam keadaan sehat sebelum dilakukan preparasi. Jika

12
tepi preparasi diperluas ke atau dibawah tepi gingival, tepi gingival perlu diretraksi
sebelum pencetakan agar diperoleh cetakan bagian tepi yang akurat. Untuk tujuan ini
digunakan benang retraksi gingival yang dibasahi larutan stiptik seperti alumanium
klorida atau vasikonstriktor misalnya adrenalin. Benang ditekan perlahan-lahan ke leher
gingival dengan alat plastic datar, dibiarkan 1-2menit sebelum dilakukan pencetakkan.

• Pembuatan cetakan

Bahan cetak diaduk merata sesuai petunjuk pabrik. Benang retraksi dilepas dan
bahan cetak yang encer disuntikan kedalam preparasi dan sekitar gigi. Bahan cetak yang
lebih kental atau berbentuk padat diletakkan pada sendok cetak dan sendok cetak
ditempatkan diatas bahan encer yang belum mengeras. Ini membantu bahan cetak
beradaptasi kesemua daerah preparasi dan leher gingiva. Sendok cetak ditahan sampai
bahan cetak mengeras dan dikeluarkan dari mulut.

• Pemeriksaan cetakan

Cetakan hasil preparasi harus diperiksa rinciannya untuk melihat apakah semua
bagian tepi terlihat dan tidak ada lubang kosong karena gelembung udara yang terjebak.
Rincian permukaan okusal dari seluruh cetakan harus diperiksa karena akibat gelembung
udara nantinya akan terisi gip dan menghalangi oklusi model.1

2.5.3 Inlay Sementara

Sementara Inlay tuangnya dibuat, dibutuhkan restorasi sementara yang kuat untuk:

1. Melindungi pulpa
2. Mencegah pertumbuhan kedalam dari jaringan gingiva
3. Mencegah perubahan kontak oklusal dan aproksimal
4. Merestorasi penampilan dan kenyamanan
Untuk ini, dibutuhkan inlay yang kuat yang bisa disemen dengan bahan semen
sementara tetapi mudah dilepas pada kunjungan berikut. Bahan untuk mahkota sementara
bisa dipergunakan sebagai bahan inlay sementara.1

13
Kavitas dilumasi dengan Vaselin dan pita matriks dipasang pada gigi. Pita
diburnish untuk memperoleh kontak aproksimal yang akurat dan baji dipasang untuk
memperolah adaptasi servikal yang baik. Resin diaduk dan setelah mencapai kekentalan
seperti dempul, diletakkan di dalam preparasi.

Ketika resin mengeras, resin akan kehilangan plastisitasnya dan pita serta inlay
sementara sekarang sudah bisa dilepas. Inlay harus dipasang dengan hati-hati dan dilepas
beberapa kali sampai semen mengeras. Kelebihan resin dibersihkan dari inlay diluar
mulut, dengan bur baja dan henpis. Akhirnya inlay dipasang dan oklusi dicek dengan
kertas artikulasi serta disesuaikan sampai akurat apada posisi intercuspal dan gerak
lateral. Inlay sementara akahirnya dihaluskan dengan roret sebelum disemen dengan
semen sementara oksida-seng eugenol. Sewaktu semen mengaras, kelebihannya dibuang
dengan sonde.

• Tahap Laboratorium

Pada dasarnya, cetakan kerja diisi dengan gips keras disertai pin runcing atau alat
lain agar model gigi yang dipreparasi bisa dipotong terpisah dari bagian model yang lain.
Sedemikian rupa sehingga bisa dipasang kembali keposisi yang sama. Inilah yang disebut
die. Pola malam dibuat pada die yang sudah dilumasi dan karena die dilepas dari model
induk, maka bisa diperoleh pola malam direct dengan adaptasi tepi gingiva proksimal dan
titik kontak yang lenih akurat. Pola malam kemudian diberi sprue seperti biasa, tetapi
biasanya digunakan sprue malam atau plastik, bukan logam dan dicor. Sprue dilepas dan
inlay dipoles di laboratorium sebelum dikembalikan ke klinik.

Oklusi di cek sewaktu pola malam dibuat dan selama pemolesan, dengan
mengartikulasikan model kerja dengan model antagonisnya. Ini bisa dilakukan dengan
tangan, tapi lebih baik bila model dioklusi dengan artikulator sederahana. Keuntungannya
adalah bila menggunakan tangan sebagian besar gigi akan saling berkontak meskipun
pola malam kurang baik, tetapi dengan artikulator, kontak yang terlalu tinggi dengan pola

14
malam akan membuat gigi lain tidak berkontak sehingga penyimpangan oklusi bisa
dilihat dengan jelas.1

• Kunjungan klinis kedua

Sebelum pasien datang, periksa lebih dulu ketepatan hasil pengecoran pada die
dan permukaan cekatnya kalau-kalau ada kelebihan kecil yang bisa membuat restorasi
sulit dipasang.

- Melepas inlay sementara

Pada pemasangan restorasi perlindungan tonjol, pemakaian isolator karet


agak menggangu karena oklusi perlu dicek secermat mungkin. Walaupun demikian,
bisa digunakan gulungan spon basah, yakni spon kupu-kupu untuk mencegah agar
inlay tidak tertelan atau terhirup. Skeler digunakan untuk melepas inlay sementara
dan semua sisa semen sementara dibersihkan dengan sonde.

- Mencoba restorasi tuang

Setelah memastikan bahwa spon kupu-kupu melindungi faring, pasanglah


restorasi tuangnya dan periksa tepinya dengan sonde tajam kalau-kalau ada bahan
yang kurang atau ada ketidakteraturan. Jika restorasi tidak mau duduk dengan baik,
carilah penyebab kesalahan dengan urutan sebagai berikut:

1. Kotoran atau semen sementara masih ada dalam preparasi


2. Pertumbuhan berlebih dari gingiva kedalam preparasi
3. Kontur proksimal terlalu besar
4. jika restorasi tidak bisa juga dipasang mungkin penyebabnya adalah
perubahan bentuk pola malam atau cetakannya.

Jika ketepatan bagian tepi baik tetapi titik kontak kurang memadai, keadaan ini
bisa diperbaiki dengan menambah solder logam pada daerah tersebut. Setelah restorasi
terpasang, spon bisa dikeluarkan dan oklusi dicek pada semua gerak mandibula.
Gunakanlah kertas artikulasi untuk memeriksa titik kontak prematur. Sebelum melepas
inlay untuk untuk memperbaiki kontak ini, pasang kembali spon kupu-kupu. Jika oklusi
sudah diperbaiki, inlay dikeluarkan, dihaluskan dan dipoles.

Akhirnya, sebelum disemenkan, tepi restorasi harus diburnish ke email dengan


menggunakan instrumen genggam atau burnisher protatif. Instrumen harus selalu
digerakkan dari logam kearah gigi.1

• Sementasi restorasi

15
Inlay bisa disemenkan dengan semen ionomer kaca atau seng fosfat. Untuk ini
kuadran rahang harus direstorasi dan dikeringkan. Serta semen diaduk menurut petunjuk
pabrik.6,7

Semen seng fosfat diaduk perlahan sampai seperti krim. Semen ionomer kaca
diaduk dengan cepat sampai konsistensinya agak kental. Kavitas diisi dengan semen,
menggunakan instrumen plastik datar, dan inlay diletakkan dengan cepat dan ditekan.
Pasien diminta untuk menggigit gulungan kapas agar diperoleh tekanan yang mantap
sementara semen mengeras. Kelebihan semen baru boleh dibersihkan setelah semen
mengeras dan dilakukan hati-hati agar jangan ada semen yang terjungkit dari tepi
gingiva.1

2.5.4 Inlay Porselen

Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit surface)
yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini disemenkan dengan semen
komposit terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen ionomer kaca yang
dietsa. Jadi, desain retentif dari kavitas kurang penting dibandingkan untuk inlay logam
tuang konvensional. Disini karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi basis
ionomer kaca umumnya dibuat cukup tebal, kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida
kalsium, dan berfungsi sebagai pembonding dan penguat dentin yang masih ada pada
tonjol gigi. Inlay atau onlay porselen disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan
permukaan oklusal yang tahan keausan.1,3,6

Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau permukaan
ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik pencetakannya sama untuk
logam tuang indirek. Untuk penyemenan digunakan resin komposit khusus. Inlay
dikembalikan dari laboratorium dengan permukaan dalam yang telah dietsa
menggunakan asam hidrofluorik atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die
refraktori dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi dengan isolator karet, inlay sementara
dilepas, dan email serta setiap semen ionomer kaca yang membentuk bagian preparasi
dietsa, dicuci dan dikeringkan. Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik.
Pada pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat dengan
penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia. Kelebihan semen akan
lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum mengeras sempurna. Jika semen sudah
mengeras, isolator karet dilepas dan oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah

16
dengan bur intan kecil. Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk pemoles
komposit atau dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen.1

BAB 3
KESIMPULAN

Inlay adalah restorasi gigi yang digunakan untuk memperbaiki gigi yang rusak ringan
hingga sedang. Inlay disebut juga restorasi intrakorona , yaitu restorasi yang terdapat di dalam
kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan kemudian
disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai
undercut.1

Inlay serupa dengan onlay, yaitu tambalan yang dibuat di dental lab kemudian dicekatkan
ke gigi pasien dengan semen kedokteran gigi. Umumnya gigi yang dibuatkan inlay atau onlay
adalah gigi yang karies dan sudah berlubang besar atau gigi dengan tambalan yang kondisinya
sudah buruk dan harus diganti, bila ditambal secara direct dengan amalgam ataupun resin
komposit dikhawatirkan tambalan tersebut tidak akan bertahan lama karena patah atau lepas. 4
Inlay biasanya terbuat dari porselen, resin komposit, dan kadang-kadang dari emas. 2 Inlay terbuat

17
dari logam tuang dan porselen yang memiliki keuntungan dan kerugian terhadap kekuatan,
ketahanan terhadap abrasi, penampilan, versatilitas, biaya dan penyemenan.1,3

Indikasi penggunaan inlay dirangkum di bawah ini:4


• Kerusakan sudah meliputi setengah atau lebih permukaan gigi yang digunakan untuk
menggigit (pada gigi posterior)
• Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa

sedikit.

Keuntungan dan kekurangan inlay dirangkum di bawah ini:3-4


• Inlay akan menambah kekuatan gigi lebih besar daripada tumpatan biasa
• Inlay lebih kuat dan tahan lama daripada tumpatan biasa.
• Lebih sederhana dibanding crown karena lebih sedikit jaringan gigi yang diambil
• Karena melalui proses laboratorium, inlay lebih mahal dibanding tambalan biasa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kidd, AM., Smith, BGN., & Pickard, HM. (2000). Manual Konservasi Restoratif. Ed 6.
( Narlan Sumawinata, Penerjemah). Jakarta: Widya Medika.

2. http://www.silomdental.com/dental_inlays-onlays.html

3. Sturdevant, CM. (2006) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.5. St Louis
Mosby.

4. http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/common/stofriend.aspx?
x=General+Dentist+Consultation&y=cybermed%7C0%7C0%7C64%7C49

5. http://gigi.klikdokter.com/subpage.php?id=4&sub=14

18
6. Baum L. dkk. (1985). Textbook of Operative Dentistry, Philadelphia: W. B. Saunders.

7. Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan Arief
Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai