Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO (2013), kanker serviks merupakan kanker


terbanyak kedua yang terjadi pada wanita dan pada negara-negara
berkembang termasuk Indonesia. Secara global, diperkirakan bahwa
ada sekitar setengah juta kasus baru kanker serviks setiap tahunnya,
dan sekitar 275.000 kematian yang dikaitkan dengan penyakit kanker
serviks ini. Di Asia Tenggara, epidemiologi kanker serviks ini
berbeda antara negara satu dengan negara yang lainnya, tapi secara
keseluruhan beban dari penyakit kanker serviks itu sendiri cukup
tinggi. Berdasarkan estimasi Globocan, International Agency for
Research an Cancer (IARC) tahun 2012, ada sekitar 200.000
kasus baru dan lebih dari 100.000 kematian akibat kanker serviks
di tahun 2008.
Estimasi jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun
2013 berjumlah 98.692 kasus. Di Kalimantan Timur jumlah
penderita kanker pada tahun 2013 sebanyak 752 kasus (Rikesdas,
2013). Penyebab kematian dan telah menjadi faktor risiko dalam
perkembangan kanker serviks adalah infeksi virus papiloma manusia
(Abiodun, 2013). Virus Human Pappiloma Virus (HPV) yang
menyerang leher rahim dan menyebabkan kanker serviks ini sering
ditemukan pada wanita usia 40 tahun, apabila tidak disadari dan tidak
dicegah maka tidak menutup kemungkin manusia dibawah 40 tahun
dapat terserang (Depkes, 2007). Penyebabnya yang lain adalah
karena kurangnya pengetahuan tentang gejala, proses terjadinya
infeksi dan pengobatannya. Serta ditambah lagi faktor kebersihan
lingkungan, pola hidup bersih dan sehat serta lingkungan sosial yang
dapat mempengaruhi kegiatan dan perilaku seks yang berisiko di luar
pernikahan.

1
Zuhri (2014) mengatakan bahwa kanker yang menyerang serviks
atau leher rahim perempuan, memang pada awal serangan, jarang
bisa terdeteksi secara kasat mata, sehingga sering kali, perempuan
yang tervonis kaker ini baru mengetahuinya setelah kanker serviks
telah memasuki stadium lanjut, awalnya, sel-sel normal berubah
menjadi sel-sel pra kanker, kemudian sel-sel prakanker menjadi sel-
sel kanker. Peneliti ketika melakukan grand tour observation pada
Pasien kanker serviks menemukan sejumlah data, bahwa mereka
baru mengetahui terkena kanker serviks ketika sudah mencapai
stadium lanjut, hal ini disebabkan karena ketidaktahuan akan tanda-
tanda kanker serviks itu sendiri, sehingga untuk dapat bertahan
mereka harus berjuang untuk mencegah keganasan penyakit kanker
serviks agar sel kanker tidak menyebar ke seluruh tubuh, yang mana
akibatnya akan menimbulkan kematian.
Sejak awal kanker muncul hingga berlanjut ke stadium akhir,
penderita seringkali mengeluh nyeri yang sangat hebat. Nyeri yang
dirasakan berbeda-beda tergantung stadium yang dialami oleh
penderita. Biasanya penderita diberikan obat untuk mengurangi nyeri
yang mereka alami. Obat-obatan tersebut dimulai dari dosis yang
rendah hingga dosis yang maksimal, pengaruh obat tersebut tidak
dapat menghilangkan rasa nyeri secara permanen, namun hanya
dapat mengurangi nyeri penderita beberapa waktu saja dan nyeri
kembali dirasakan oleh penderita kanker.
Manajemen nyeri merupakan salah satu cara yang digunakan
oleh tenaga kesehatan untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh
pasien. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien
dengan mengutamakan kenyamanan. Kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan.Penatalaksanaan nyeri yang tidak adekuat dapat
menimbulkan konsekuensi terhadap pasien dan anggota keluarga.
Pasien dan keluarga akan merasakan ketidaknyamanan yang
meningkatkan respon stress sehingga mempengaruhi kondisi

2
psikologi, emosi, dan kualitas hidup. Penatalaksanaan nyeri akan
lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi nonfarmakologi.
Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan yaitu
aromaterapi. Aromaterapi merupakan penggunaan ekstrak minyak
esensial tumbuhan yang digunakan untuk memperbaiki mood dan
kesehatan.
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan
sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis,
daya ingat, dan emosi seseorang. Aromaterapi lemon merupakan
jenis aroma terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan
cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya adalah
linalool yang berguna untuk menstabilkan sistem saraf sehingga
dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya
(Wong, 2010).
Bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, seperti
narkotika. Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan lebih
dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi manusia tanpa
disadari. Bau-bauan tersebut masuk ke hidung dan berhubungan
dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls
listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang
berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan
pembelajaran (Tara, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Bakti
(2010) membuktikan bahwa aroma lavender dapat menurunkan
intensitas nyeri dismenore primer (p=0,001). Simanjuntak dan
Maharani (2009) juga membuktikan bahwa aromaterapi lavender
dengan menggunakan tungku pemanas dapat menurunkan intensitas
nyeri kala I (p=0,001). Penelitian Sulistyowati (2009) membuktikan
bahwa terapi aroma lavender efektif untuk menurunkan nyeri dan
kecemasan kala I pada primipara (p=0,001). Penelitian Yuliadi
(2011) membuktikan bahwa aroma lemon dapat memberikan efek
rileks pada pasien pre operasi sectio cessaria (p<0,05).

3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan ca serviks
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pengkajian pada klien dengan ca serviks
b. Untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien
dengan ca serviks
c. Untuk mengidentifikasi intervensi pada klien dengan ca serviks
d. Untuk mengidentifikasi implementasi pada klien dengan ca
serviks
e. Untuk mengidentifikasi evaluasi pada klien dengan ca serviks

C. Manfaat
a. Bagi pelayanan kesehatan
Diharapkan dapat memberikan masukan untuk pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus ca serviks
b. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan dibidang
keperawatan dan kesehatan reproduksi, serta perkembangan ilmu
keperawatan mengenai penatalaksanaan nyeri dengan terapi non
farmakologi menggunakan aromaterapi lemon
c. Bagi pasien
Diharapkan terapi aromaterapi lemon dapat membantu mengurangi
nyeri pasien selain dengan terapi farmakologi

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Carsinoma atau kanker adalah pertumbuhan ganas berasal dari
jaringan epitel sedangkan serviks itu merupakan bagian dari rahim sebagai
jalan lahir yang berbentuk silinder. Serviks uteri : leher rahim. Carsinoma
serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, dimana
pada keadaan ini terdapat kelompok sel yang abnormal yang terbentuk
oleh jaringan yang tumbuh secara terus menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi, tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya
tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan penyakit ini
dapat terjadi berulang.
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim,
merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada
wanita (Edianto, 2006 dalam Padila, 2012).
2. Etiologi
Penyebab kanker serviks tidak diketahui secara pasti, namun
beberapa faktor diyakini terkait dalam proses timbulnya penyakit ini.
Faktor resiko diantara meliputi :
a. Riwayat coitus usia dini (kurang dari 20 tahun)
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
b. Riwayat penyakit menular seksual khususnya HPV (Human Papilloma
Virus), Herpes, Virus dan mungkin juga Cytomegalovirus
c. Pasangan seksual multiple (lebih dari 2)
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
d. PAP smear – abnormal

5
e. Parner seksual yang mengidap penyakit menular seksual,
ketergantungan pada rokok, eksposure DES (Diethyistribestrol) pada
uterus
f. Kelompok sosial ekonomi rendah
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
3. Klasifikasi
a. Mikroskopis
1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
2) Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3) Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
4) Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.

6
5) Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
a) Pertumbuhan eksofilik
Berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat mengisi
setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
b) Pertumbuhan endofilik
c) Biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).
b. Makroskopik

1) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
(Padila, 2012).
Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

1) Stage 0 : Ca. Pre invasive


2) Stage 1 : Ca. Terdapat pada serviks
3) Stage Ia : disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui
secara hispatologi
4) Stage Ib : semua kasus lainnya dari stage I
5) Stage II : sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai
kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi
dua pertiga bagian proksimal
6) Stage III : sudah sampai dinding panggula dan sepertiga
bagian bawah vagina
7) Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).

7
4. WOC

Definisi
Tanda & Gejala Ca Serviks
Penyakit yang menyerang leher
rahim yang terjadi akibat
pertumbuhan sel-sel pada serviks
yang tidak terkendali
Pendarahan Keputihan yang Nyeri saat
vagina berbau busuk hubungan seksual

Proliferasi sel abnormal pada Etiologi


serviks HPV, kandiloma virus diduga
Perdarahan abnormal Gangguan pola
diluar siklus seksual sebagai penyebab kanker serviks

Neuplasma
Hb menurun Maligna Penekanan kanker
pada dinding serviks

Resiko Infeksi Benigna


Penurunan imunitas
Nyeri

8
5. Manifestasi Klinis

a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang
perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis
intraservikal perdarahan terjadi lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada
perdarahan. Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih
banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau (Padila,
2012).
c. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.
Terkadang bercampur darah
d. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%
e. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya
pembuluh darah dan semakin lam semakin sering terjadi
f. erdarahan pada wanita menopause
g. Anemia
h. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang
menyebabkan obstruksi total
i. Nyeri
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sitologi/Pap Smear
Pap smear (tes Papanicolau) adalah suatu pemeriksaan mikroskopik
terhadap sel-sel yang diperoleh dari apusan serviks. Pada pemeriksaan
Pap smear, contoh sel serviks diperoleh dengan bantuan sebuah spatula
yang terbuat dari kayu atau plastik (yang dioleskan bagian luar serviks)
dan sebuah sikat kecil (yang dimasukkan ke dalam saluran servikal).
Sel-sel serviks lalu dioleskan pada kaca obyek lalu diberi pengawet dan
dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa. 24 jam sebelum menjalani
Pap smear, sebaiknya tidak melakukan pencucian atau pembilasan
vagina, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berendam dan tidak
menggunakan tampon. Pap smear sangat efektif dalam mendeteksi
perubahan prekanker pada serviks.

9
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas
daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy.

Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu


porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan
intraservikal tidak terlihat.

d. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
e. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas (Padila, 2012).
7. Penatalaksanaan
a. Radiasi
1) Dapat dipakai untuk semua stadium
2) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi radiasi
1) Kerentanan kandungan kencing
2) Diarrhea

10
3) Perdarahan rectal
4) Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1) Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2) Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula,
disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan
peredaran darah.
f. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5%
dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap
resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila,
2012).
g. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi:
1) Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar . Penderita
tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
2) Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama
1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan
ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari
terapi penyinaran adalah:
a) Iritasi rektum dan vagina
b) Kerusakan kandung kemih dan rektum
c) Ovarium berhenti berfungsi

11
h. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan
untuk menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan
untuk membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan
melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Kemoterapi diberikan
dalam suatu siklus, artinya suatu periode pengobatan diselingi dengan
periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi denga
pemulihan, begitu seterusnya. Adapun obat-obat yang dipakai sebagai
kemoterapi diberikan 5 seri selang 3-4 minggu.
i. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan
kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks
(Rubina Mukhtar, 2015).
8. Komplikasi
a. infark miokardium
b. hemoragi
c. sepsis
d. obstruksi perkemihan
e. pielonefritis
f. CVA
g. pembentukan fistula

B. Konsep Dasar Aroma Terapi


1. Definisi
Aroma terapi merupakan suatu bentuk pengobatan alternatif
menggunakan bahan tanaman volatil, banyak dikenal dalam bentuk
minyak esensial dan berbagai macam bentuk lain yang bertujuan untuk
mengatur fungsi kognitif, mood, dan kesehatan.
Aroma terapi dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan terkendali
esensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki et al, 2012).
Jenis minyak aroma terapi yang umum digunakan yaitu :
a. Minyak Eukaliptus, Radiata (Eucalyptus Radiata Oil)\

12
b. Minyak Rosemary (Rosemary Oil)
c. Minyak Ylang-Ylang (Ylang-Ylang Oil)
d. Minyak Tea Tree (Tea Tree Oil)
e. Minyak Lavender (Lavender Oil)
f. Minyak Geranium (Geranium Oil)
g. Minyak Peppermint
h. Minyak Jeruk Lemon (Lemon Oil)
i. Minyak Chamomile Roman
j. Minyak Clary Sage (Clary Sage Oil)
2. Mekanisme Aroma terapi
Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka
yang bertindak melalui stimulasi sistem saraf dan organ-organ yang
bertindak langsung pada organ atau jaringan melalui effector-receptor
mekanisme.
Aroma terapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan
minyak esensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak
yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang
respon fisiologis saraf, endokrin atau sistem kekebalan tubuh, yang
mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas
gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.
Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang sistem
saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon.
Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala pernafasan, sedangkan
aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu untuk kondisi
tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial memberikan
relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa
minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat menjadi anti mikroba,
antiseptik, anti jamur, atau anti inflamasi.

13
3. Teknik pemberian aroma terapi
Teknik pemberian aroma terapi bisa digunakan dengan cara:
1. Inhalasi
Biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan dapat
dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak esensial ke
dalam mangkuk air mengepul. Uap tersebut kemudian dihirup selama
beberapa saat, dengan efek yang ditingkatkan dengan menempatkan
handuk diatas kepala dan mangkuk sehingga membentuk tenda untuk
menangkap udara yang dilembabkan dan bau.
2. Massage/ pijat
Menggunakan minyak esensial aromatik dikombinasikan dengan
minyak dasar yang dapat menenangkan atau merangsang, tergantung
pada minyak yang digunakan. Pijat minyak esensial dapat diterapkan ke
area masalah tertentu atau ke seluruh tubuh.
3. Difusi

Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati beberapa


masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan penyemprotan
senyawa yang mengandung minyak ke udara dengan cara yang sama
dengan udara freshener. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
menempatkan beberapa tetes minyak esensial dalam diffuser dan
menyalakan sumber panas. Duduk dalam jarak tiga kaki dari diffuser,
pengobatan biasanya berlangsung sekitar 30 menit.
4. Kompres
Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat digunakan
untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.
5. Perendaman
Mandi yang mengandung minyak esensial dan berlangsung selama 10-
20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit dan
menenangkan saraf (Craig hospital, 2013)

14
3. Manfaat Minyak Aroma Terapi
Beberapa manfaat aroma terapi (essensial oil) :
1. Lavender
Dianggap paling bermanfaat dari semua minyak astiri. Lavender
dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia,
ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan dan mendapatkan
untuk relaksasi, merawat agar tidak infeksi paru-paru, sinus, termasuk
jamur vaginal, radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain.
Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi
kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi, dll.
2. Jasmine
Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita, mengobati
impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput
lendir.
3. Orange
Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar,debar
jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.
4. Peppermint
Membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di pencernaan.
Melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan produksi
minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal karena kadas/kurap, herpes,
kudis karena tumbuhan beracun.
5. Rosemary
Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah,
menurunkan kolesterol, mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan
ketombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi kulit kusam sampai
di lapisan terbawah. Mencegah kulit kering, berkerut yang
menampakkan urat-urat kemerahan.
6. Sandalwood
Menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin, mengobati
radang dan luka bakar, masalah tenggorokan, membantu mengatasi sulit
tidur dan menciptakan ketenangan hati.

15
7. Green tea
Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit paru-
paru, alat kelamin, vagina, sinus, inveksi mulut, inveksi jamur, cacar
air, ruam saraf serta melindungi kulit karena radiasi bakar selama terapi
kanker.
8. Ylang-Ylang/ Kenanga
Bersifat menenangkan, melegakan sesak nafas, berfungsi sebagai tonik
rambut sekaligus sebagai pembangkit rasa cinta.
9. Lemon
Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat
antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah
hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki
metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh serta memperlambat
kenaikan berat badan.
10. Frangipani/ Kamboja
Bermanfaat untuk pengobatan, antara lain, bisa untuk mencegah
pingsan, radang usus, disentri, basiler, gangguan pencernaan, gangguan
penyerapan makanan pada anak, radang hati, radang saluran napas,
jantung berdebar, TBC, cacingan, sembelit, kencing nanah, beri-beri,
kapalan, kaki pecah-pecah, sakit gigi, tertusuk duri atau beling, bisul
dan patekan. Aromaterapi dari wewangian ini melambangkan
kesempurnaan. Ini dapat digunakan untuk meditasi dan memberikan
suasana hening yang mendalam.
4. Aroma Terapi Lemon
Aroma terapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Minyak aroma terapi lemon
mempunyai kandungan limeone 66-80 geranil asetat, netrol, terpine 6-
14%, α pinene 1-4% dan mrcyne (Young, 2011).
Limeone adalah komponen utama dalam senyawa kimia jeruk yang
dapat menghambat sistem kerja prostaglandin sehingga dapat mengurai
nyeri. Selain itu limeone akan mengontrol siklogienase I dan II, mencegah
aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit. (Namazi, dkk., 2014).

16
Aroma terapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam
lemon salah satunya adalah limeone yang dapat menghambat sistem kerja
prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri. Limeone berguna untuk
menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi
siapapun yang menghirupnya.
Beberapa macam aroma terapi yang berpengaruh di sistem limbik
Glandula Pituitari Clary Sage, Jasmine, Patchouli,
Ylangylang
Hipotalamus Frankincense, Geranium, Rosewood
Hipotalamus Clary Sage, Jasmine, Grapefruit, Rose
Amigdala/Hippocampus Blackpepper, Peppermint, Rosemary,
Lemon

17
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah
sakit, nomor rekam medis (NRM).
2. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat
keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien
atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala
dan hal yang dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk
memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan segera, serta
kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Aktivitas/Istirahat
Gejala :
Kelemahan atau keletihan. Terjadi perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur pada malam hari :
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur mis: nyeri, ansietas,
berkeringat malam, keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan. Pekerjaan
atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress
tinggi
5. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan :
Perubahan pada TD

18
6. Integritas Ego
Gejala :
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (mis: merokok, minum alkohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religius/spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan mis: alopecia, lesi cacat,
pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,
tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
7. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pada pola defekasi mis: darah pada feses, nyeri pada defekasi.
Perubahan eliminasi urinarius mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih
Tanda :
Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
8. Makanan/Cairan
Gejala :
Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan
pengawet). Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan hebat,
kakeksia, berkurangnya massa otot
Tanda :
Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema
9. Neurosensori
Gejala :
Pusing, sinkope
10.Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri yang berat

19
11.Pernafasan
Gejala :
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok),
Pemajanan abses
12. Keamanan
Gejala :
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlebihan
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
13. Seksualitas
Gejala :
Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat
kepuasan. Nuligravida lebih besar dari 30 tahun, multigravida, pasangan
seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genitalia
14. Interaksi Sosial
Gejala :
Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan atau bantuan), masalah
tentang fungsi/tanggung jawab peran

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan denga agen injuri
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Perubahan perfusi jaringan b.d anemia trombositopenia
4. Risiko infeksi
5. Risiko syok hipovolemik b.d perdarahan
6. Gangguan elimanasi urin b.d fistula pada vagina

20
C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1 Nyeri akut (00132) Kontrol Nyeri (1605) Manajemen Nyeri
Domain 12 Definisi : Tindakan Pribadi (1400)
(Kenyamanan) Untuk mengontrol nyeri. Definisi :
Kelas 1 Kenyamanan pengurangan atau
fisik Klien mampu menunjukkan reduksi nyeri sampai
kemampuan mengontrol pada tingkat
Definisi : sensori yang nyeri dalam waktu 1x24 kenyamanan yang
tidak menyenangkan jam dengan kriteria hasil : dapat diterima oleh
dan pengalaman  Mengenali kapan pasien
emosional yang muncul nyeri terjadi (4)
secara actual atau  Menggambarkan 1.1 Lakukan
potensial, kerusakan factor penyebab (4) pengkajian nyeri
jaringan atau  Menggunkan secara menyeluruh
menggambarkan adanya tindakan meliputi lokasi,
kerusakan. pengurangan nyeri durasi,kualitas,
tanpa analgesic (4) keparahan nyeri,
Faktor yang  Menggunakan dan factor
berhubungan : analgesic yang pencetus nyeri.
 Agens cidera direkomendasikan 1.2 Observasi
biologis (mis., (4) ketidaknyamanan
infeksi,  Melaporkan nyeri non verbal
iskemia,neoplas yang terkontrol (4) 1.3 Ajarkan untuk
ma) teknik
 Agens cidera Indikator skala: nonfarmakologi
fisik (mis., 1. Tidak pernah misalnya
abses, amputasi, menunjukkan relaksasi, terapi
luka bakar, 2. Jarang menunjukkan music
prosedur bedah, 3. Kadang-kadang 1.4 Kendalikan factor
trauma, olahraga menunjukkan lingkungan yang

21
berlebihan) 4. Sering menunjukkan dapat
 Agens cidera Secara konsisten mempengaruhi
kimiawi (mis., menunjukkan respon pasien
luka bakar, terhadap
kapsaisin, ketidaknyamanan
metilen klorida, misalnya suhu
agens mustard) lingkungan,
cahaya,
kegaduhan
1.5 Kolaborasi
pemberian
analgesic sesuai
indikasi.
2 Resiko infeksi (00004) Kontrol resiko (1902) Kontrol Infeksi
Domain 11 (keamanan / Definisi : indakan individu (6540)
perlindungan) untuk mengerti, mencegah, Definisi :
Kelas 1 (infeksi) mengeliminasi atau meminimalkan
mengurangi ancaman perolehan dan
Definisi : Peningkatan infeksi transmisi dari agen
resiko masuknya infeksius
organisme patogen Klien dan keluarga mampu
menunjukkan kemampuan 1.1 Bersihkan
Faktor-faktor resiko : mencegah infeksi dalam lingkungan setelah
 Prosedur Infasif waktu 2x24 jam dengan dipakai pasien lain
 Ketidakcukupan kriteria hasil : 1.2 Pertahankan teknik
pengetahuan untuk isolasi
menghindari paparan  Mengidentifikasi faktor 1.3 Batasi pengunjung
patogen risiko infeksi ( 4 ) bila perlu
 Trauma  Mengetahui perilaku 1.4 Instruksikan pada

 Kerusakan jaringan yang berhubungan pengunjung untuk

dan peningkatan dengan risiko infeksi (4) mencuci tangan

paparan lingkungan  Mengidentifikasi tanda saat berkunjung

22
 Ruptur membran dan gejala infeksi (4) dan setelah
amnion  Mempertahankan berkunjung
 Agen farmasi lingkungan yang bersih meninggalkan
(imunosupresan) (4) pasien
 Malnutrisi  Mencuci tangan (4) 1.5 Gunakan sabun

 Peningkatan paparan antimikrobia untuk

lingkungan patogen Indikator skala: cuci tangan

 Imonusupresi 1. Tidak pernah 1.6 Cuci tangan setiap

 Ketidakadekuatan menunjukkan sebelum dan

imum buatan 2. Jarang menunjukkan sesudah tindakan


3. Kadang-kadang kperawtan
 Tidak adekuat
menunjukkan 1.7 Gunakan baju,
pertahanan sekunder
4. Sering menunjukkan sarung tangan
(penurunan Hb,
5. Secara konsisten sebagai alat
Leukopenia,
menunjukkan pelindung
penekanan respon
1.8 Pertahankan
inflamasi)
lingkungan aseptik
 Tidak adekuat
selama
pertahanan tubuh
pemasangan alat
primer (kulit tidak
1.9 Ganti letak IV
utuh, trauma
perifer dan line
jaringan, penurunan
central dan
kerja silia, cairan
dressing sesuai
tubuh statis,
dengan petunjuk
perubahan sekresi
umum
pH, perubahan
1.10 Gunakan
peristaltik)
kateter intermiten
Penyakit kronik
untuk menurunkan
infeksi kandung
kencing
1.11 Tingktkan
intake nutrisi

23
1.12 Berikan terapi
antibiotik bila
perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi) (6550)
Definisi : pencegahan
dan deteksi mudah
terhadap infeksi pada
pasien yang beresiko

1.13 Monitor tanda


dan gejala infeksi
sistemik dan
lokal
1.14 Monitor hitung
granulosit, WBC
1.15 Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
1.16 Batasi
pengunjung
1.17 Saring
pengunjung
terhadap penyakit
menular
1.18 Partahankan
teknik aspesis
pada pasien yang
beresiko
1.19 Pertahankan

24
teknik isolasi k/p
1.20 Berikan
perawatan kuliat
pada area
epidema
1.21 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
1.22 Ispeksi kondisi
luka / insisi
bedah
1.23 Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
1.24 Dorong masukan
cairan
1.25 Dorong istirahat
1.26 Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotik
sesuai resep
1.27 Ajarkan pasien
dan keluarga
tanda dan gejala
infeksi
1.28 Ajarkan cara
menghindari
infeksi
1.29 Laporkan
kecurigaan

25
infeksi
1.30 Laporkan kultur
positif

26
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Ny. K berumur 52 tahun pendidikan terakhir SD pasien beragama
islam, suku Banjar dan status pernikahan sudah menikah, alamat jalan
Emboen Soeryana 29 Sambutan, Samarinda. Pasien seorang ibu rumah
tangga dan tidak bekerja. Pasien masuk ke rumah sakit tanggal 13
Agustus 2019 pada jam 10.25 wita dengan diagnose medis Susp. CA.
Serviks dan dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Agustus 2019.
2. Keluhan utama saat masuk RS
Pasien masuk ke IGD pada tanggal 13 Agustus 2019 dengan keluhan
pendarahan pervagina perdarahan diluar haid secara berlebihan dengan
perdarahan berwarna merah kecoklatan sejak ± 3 bulan lalu sampai
sekarang. Jumlah pendarahan pasien bisa mengganti 3-4x pembalut
sehari.
3. Keluhan utama saat dikaji
Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah seperti tertusuk-tusuk
dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang) nyeri yang dirasakan hilang timbul
± 5-10 menit nyeri bertambah berat saat pasien bergerak dan berkurang
saat pasien beristirahat.
4. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami pendarahan sejak ± 3 bulan lalu dan masih
dirasakan sampai sekarang. Pendarahan disertai nyeri pada bagian
perut bawah dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang)
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat DM tipe 2 sejak 2 tahun yang lalu
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
keluarga

27
5. Riwayat Menstruasi
Pasien mulai menarche pada usia 13 tahun dengan siklus haid teratur.
Haid berlangsung selama 5-7 hari.
6. Riwayat Obstetri
Riwayat kehamilan P4A0, keempat anak dilahir aterm secara spontan
dan tidak ada komplikasi maternal pada bayi. Pasien tidak pernah
melakukan pemeriksaan PAP Smear.
7. Riwayat Kontrasepsi
Pasien mulai berhubungan intim pada usia 15 tahun dan tidak pernah
berganti pasangan. Pasien sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi
suntik 3 bulan.
8. Nutrisi
Berat badan pasien sebelum sakit 46 kg dan berat badan saat ini 41 kg
dengan tinggi badan 152 cm dan lingkar lengan 19cm. IMT =17,7 (gizi
kurang). Gds 112
Membrane mukosa kering, bising usus 9x/menit, pemeriksaan Hb dan
Ht pada tanggal 18 agustus 2019 : Hb 9,5 Ht 29,5
a. Makanan
Di rumah : pasien makan 3 kali sehari, nasi lauk dan sayur
Di RS : Selama di RS pasien kehilangan selera makan
karena merasa mual dan muntah. Pasien hanya
mampu menghabiskan 4-5 sendok makan setiap
porsinya. Pasien mendapat terapi diit DM B1,
protein 80g, kebutuhan energy 1700 kkal.
b. Minuman/Cairan
Di rumah : Pasien minum air putih ±1200 cc/hari.
Di RS : Selama di RS pasien menghabiskan minum
1500cc dalam sehari. Infus RL 20 tpm 1500
cc/hari

28
9. Eliminasi
a. BAB
Di rumah : Pasien BAB dirumah tidak menentu 1-2 hari
sekali.
Di RS : Pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak, warna kuning. Terakhir BAB tanggal 18
agustus 2019, tidak ada hemoroid.
b. BAK
Di rumah : Pasien BAK lancar saat dirumah 5-7 kali sehari
tergantung jumlah minuman yang pasien
konsumsi.
Di RS : Pasien BAK 5-6 kali dalam sehari warna urin
jernih. Sakit saat BAK.
10. Aktivitas/istirahat
Pasien tidak bekerja hanya ibu rumah tangga. Aktivitas yang dilakukan
selama di rs hanya berbaring ditempat tidur. Pasien tidur malam dari
jam 22.00, kadang pasien terbangun pada malam hari ketika nyeri
datang. Kesadaran compos mentis, GCS E4 V5 M6. Konjungtiva
tampak anemis, sclera tidak ikterik, kekuatan otot normal
11. Hygiene
Rambut bersih berwarna hitam, kusut, tidak ada ketombe, tidak ada
lesi, tidak ada perdarahan pada kepala. Kebersihan badan terjaga,
mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, kebersihan gigi terjaga, gigi
lengkap, tidak ada perdarahan gusi, lidah bersih tidak ada hiperemik.
Kuku tangan dan kaki tampak bersih. vulva bersih, mukosa lembab,
integritas kulit baik tidak ada tanda infeksi (pengeluaran pus/bau).
12. Sirkulasi
Tanda-tanda vital pasien : tekanan darah 130/80mmHg, nadi
87x/menit, pernapasan 16x/menit, suhu 35,8ºc, akral teraba hangat.
Bunyi jantung regular, irama teratur dengan frekuensi 87x/menit.

29
13. Nyeri dan kenyamanan
Nyeri perut bagian bawah nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk
nyeri nya hilang timbul skala nyeri 5 (nyeri sedang) nyeri dirasakan
selama ±5-10 menit, nyeri dirasakan lebih berat saat bergerak dan
berkurang saat pasien beristirahat. Wajah pasien tampak meringis.
14. Pernapasan
Tidak ada riwayat asma, tidak menggunakan alat bantu pernapasan,
tidak merokok, pernapasan 16x/menit, tidak ada dipsnea dan bunyi
napas versikuler. Tidak terdapat sputum dan bunyi napas tambahan.
15. Interaksi sosial
Pasien sudah menikah, saat ini berstatus janda tinggal serumah dengan
anak. Komunikasi pasien dengan keluarga harmonis dan baik.
16. Pola peran hubungan, pola koping stress, sistem nilai dan
keyakinan
Secara finansial pasien dibantu oleh anak-anaknya yang sudah bekerja,
kebutuhan cukup terpenuhi. Ketika pasien merasakan stress atau
masalah biasanya pasien menceritakan masalahnya kepada anaknya
untuk mencari solusi yang baik. Pasien beragama islam, dan meyakini
kepercayaannya kepada Allah SWT. Saat ini pasien merasakan cemas
akan penyakitnya dan berharap untuk cepat sembuh dan segera keluar
dari rumah sakit.
17. Neurosensori
Status mental pasien baik, tidak ada pusing atau sakit kepala, tidak ada
kejang. Pasien tidak menggunakan alat bantu pengelihatan seerti
kacamata, dan juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak
ada gangguan penciuman dan komunikasi.

30
B. Analisa data
No Data Masalah Penyebab
1 DS : Nyeri Akut Agen cidera
Pasien mengatakan nyeri biologi
perut bagian bawah
seperti tertusuk-tusuk,
hilang timbul durasi ±5-
10 menit bertambah
nyeri saat beraktivitas
dan berkurang saat
istirahat.

Do :
1. nyeri perut bagian
bawah seperti
tertusuk-tusuk, hilang
timbul durasi ±5-10
menit bertambah nyeri
saat beraktivitas dan
berkurang saat
istirahat.
2. Skala nyeri 5
3. Pasien meringis
4. TD 130/80mmHg

DS
2 : Risiko infeksi Penyakit
DO
3 : kronis
1.
2 Leukosit 29.40
Eritrosit 3.68
Hemoglobin 9.5
Trombosit 592.000
Hematokrit 29%

31
2. Suhu 35,8ºc
3. Perdarahan
pervagina, berwarna
merah kecoklatan
4. Hasil urin bakteri +

3 DS : Ketidakseimbangan Kurangnya
Pasien mengatakan mual, nutrisi kurang dari intake nutrisi
tidak nafsu makan, kebutuhan tubuh
muntah

DO :
1. Makan 4-5 sendok
2. BB sebelum sakit 46
kg, BB sesudah sakit
41 kg
3. TB 152 cm
4. LILA 19 cm
5. IMT = 17,7 (gizi
kurang)
6. Turgor kulit sedang,
membran mukosa
kering, pasien
terlihat lemah
7. Diit DM B1, protein
80g, kebutuhan
energy 1700 kkal

32
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
2. Resiko infeksi b.d penyakit kronis
3. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya intake
nutrisi

D. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut (00132) Kontrol Nyeri (1605) Manajemen Nyeri
Domain 12 (Kenyamanan) Definisi : Tindakan Pribadi (1400)
Kelas 1 Kenyamanan fisik Untuk mengontrol nyeri. Definisi : pengurangan
atau reduksi nyeri
Definisi : sensori yang Klien mampu menunjukkan sampai pada tingkat
tidak menyenangkan dan kemampuan mengontrol nyeri kenyamanan yang dapat
pengalaman emosional dalam waktu 1x24 jam dengan diterima oleh pasien
yang muncul secara actual kriteria hasil :
atau potensial, kerusakan  Mengenali kapan nyeri 1.6 Lakukan pengkajian
jaringan atau terjadi (4) nyeri secara
menggambarkan adanya  Menggambarkan factor menyeluruh meliputi
kerusakan. penyebab (4) lokasi,
 Menggunkan tindakan durasi,kualitas,
Faktor yang berhubungan: pengurangan nyeri tanpa keparahan nyeri, dan
 Agens cidera analgesic (4) factor pencetus
biologis (mis.,  Menggunakan analgesic nyeri.
infeksi, iskemia, yang direkomendasikan (4) 1.7 Observasi
neoplasma)  Melaporkan nyeri yang ketidaknyamanan
 Agens cidera fisik terkontrol (4) non verbal
(mis., abses, 1.8 Berikan terapi
amputasi, luka Indikator skala: nonfarmakologi
bakar, prosedur 5. Tidak pernah misalnya, terapi
bedah, trauma, menunjukkan aromaterapi lemon
olahraga 6. Jarang menunjukkan 1.9 Kendalikan factor
berlebihan) 7. Kadang-kadang lingkungan yang
 Agens cidera menunjukkan dapat

33
kimiawi (mis., 8. Sering menunjukkan mempengaruhi
luka bakar, Secara konsisten respon pasien
kapsaisin, metilen menunjukkan terhadap
klorida, agens ketidaknyamanan
mustard) misalnya suhu
lingkungan, cahaya,
kegaduhan
1.10 Kolaborasi
pemberian analgesic
sesuai indikasi.
2 Resiko infeksi (00004) Keparahan Infeksi (0703) Perlindungan Infeksi
Domain 11 (keamanan / Definisi :Keparahan tanda dan (6550)
perlindungan) gejala infeksi. Definisi : Pencegahan
Kelas 1 (infeksi) dan deteksi dini infeksi
Klien dan keluarga mampu pada pasien beresiko.
Definisi : Peningkatan menunjukkan kemampuan
resiko masuknya mencegah infeksi dalam waktu 1.31 Monitor adanya
organisme patogen 2x24 jam dengan kriteria tanda dan gejala
hasil: infeksi sistemik dan
Faktor-faktor resiko : lokal
 Prosedur Infasif  Demam (5) 1.32 Monitor
 Ketidakcukupan  Ketidakstabilan suhu (5) kerentanan terhadap
pengetahuan untuk  Peningkatan jumlah sel infeksi
menghindari paparan darah putih (5) 1.33 Monitor
patogen  Depresi jumlah sel darah granulosit, wbc, dan
 Trauma putih (5) hasil-hasil
 Kerusakan jaringan  Hilang nafsu makan (5) diferensial.
dan peningkatan 1.34 Batasi jumlah

paparan lingkungan Indikator skala: pengunjung

 Ruptur membran 6. Berat 1.35 Tingkatkan

amnion 7. Cukup berat asupan nutrisi yang

 Agen farmasi 8. Sedang cukup

(imunosupresan) 9. Ringan 1.36 Anjurkan

 Malnutrisi 10. Tidak ada asupan cairan


dengan tepat

34
 Peningkatan paparan 1.37 Anjurkan
lingkungan patogen istirahat
 Imonusupresi
 Ketidakadekuatan
imum buatan
 Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia,
penekanan respon
inflamasi)
 Tidak adekuat
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak
utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
Penyakit kronik

3 Ketidakseimbangan Status nutrisi (1004) Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari (1100)
kebutuhan (00002) Definisi : Sejauh mana nutrisi
Domain 2 nutrisi dicerna dan diserap untuk Definisi :Menyediakan
Kelas 1 makan memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
metabolic. intake nutrisi yang
Definisi : Asupan nutrisi seimbang
tidak cukup untuk Klien mampu meningkatkan
memenuhi kebutuhan dan mempertahankan asupan 1.1 Monitor BB, turgor
metabolik. dalam waktu 2x24 jam dengan kulit, mual, muntah
kriteria hasil : dan intake
Faktor yang berhubungan: makanan
 asupan diet kurang 1. Asupan makanan (5) 1.2 Berikan nutrisi
2. Asupan cairan (5) enteral sesuai

35
3. Energy (5) kebutuhan
1.3 Ciptakan
Indikator skala: lingkungan yang
1. Sangat menyimpang dari membuat suasana
normal menyenangkan dan
2. Banyak menyimpang menenangkan
dari normal 1.4 Berikan perawatan
3. Cukup menyimpang dari mulut
normal 1.5 Tawarkan makanan
4. Sedikit menyimpang ringan yang padat
dari normal gizi
5. Tidak menyimpang dari 1.6 Pasang NGT bila
normal perlu
1.7 Berikan obat-
obatan sebelum
makan (bila
diperlukan)
1.8 Anjurkan klien
untuk duduk pada
posisi tegak.

36
CATATAN PERKEMBANGAN

NO
Hari/Tgl Jam IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf
DX
Selasa, 1 S: Pasien mengatakan nyeri di perut
19/08/2019 09.00 wita 1.1 Melakukan pengkajian nyeri masih dirasakan, skala nyeri 5
secara menyeluruh meliputi lokasi, O:
durasi, kualitas, keparahan dan 1) Mengenali kapan nyeri terjasi (3) Evilda
faktor pencetus 2) Menggambarkan faktor penyebab
EP : nyeri perut bagian bawah nyeri (3)
seperti tertusuk-tusuk hilang 3) Menggunakan tindakan
timbul durasi ±5 menit, pengurangan nyeri (3)
bertambah nyeri saat 4) Menggunakan analgesic yang
beraktivitas dan berkurang saat direkomendasikan (3)
istirahat skala nyeri 5. 5) Melaporkan nyeri yang terkontrol

1.3 Memberikan terapi (3)


nonfarmakologi menggunakan A:

terapi aromaterapi lemon Masalah nyeri belum teratasi


P:
EP : “Nyeri berkurang “
Lanjutkan intervensi
Skala nyeri 5, Ekspresi wajah
1.1 Lakukan pengkajian nyeri secara
meringis sambil memegang perut
menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
kualitas, keparahan dan faktor
pencetus

33
1.3 Berikan terapi nonfarmakologi
menggunakan terapi aromaterapi
lemon
1.4 Mengendlikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
1.5 Berikan injeksi sesuai dengan indikasi
15.00 1.3 Memberikan terapi S: Pasien mengatakan nyeri di perut
nonfarmakologi menggunakan masih dirasakan skala nyeri 4

terapi aromaterapi lemon O:


1) Mengenali kapan nyeri terjadi (3) Chrisonia
EP : “Nyeri berkurang “
2) Menggambarkan faktor penyebab
Skala nyeri 4, ekspresi lebih
(3)
rileks
3) Menggunakan tindakan
1.4 Mengendalikan faktor lingkungan
pengurangan nyeri (3)
yang dapat mempengaruhi respon
4) Menggunakan analgesic yang
pasien terhadap ketidaknyamanan
direkomendasikan (3)
EP : lingkungan kamar tidur
5) Melaporkan nyeri yang terkontrol
pasien nyaman dan tenang.
(3)
1.5 Memberikan injeksi sesuai dengan
A:
indikasi
Masalah nyeri belum teratasi
EP : terapi analgetik santagesik
P:
3 x 1 gr (iv)
Lanjutkan intervensi

34
1.3 Berikan terapi nonfarmakologi
menggunakan terapi aromaterapi
lemon
1.4 Mengendlikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
1.5 Berikan injeksi sesuai dengan indikasi
Selasa, 2 18.00 wita 2.3 Memonitor WBC, dan hasil-hasil S: -
19/08/2019 deferensial O:
EP : leukosit 29,40, urine 1) Demam (5) Vivin
analisa : keruh 2) Ketidakstabilan suhu (5)
2.4 Membatasi jumlah pengunjung 3) Peningkatan jumlah sel darah
EP : pengunjung yang putih (2)
berkunjung sesuai jam besok 4) Hilang nafsu makan (4)
dan terkontrol A : Masalah resiko infeksi tidak menjadi
2.7 Menganjurkan banyak istirahat aktual
EP : pasien belum ingin P:
istirahat Lanjutkan intervensi
2.8 Memberkan injeksi antibiotik 2.3 Monitor WBC, dan hasil-hasil
sesuai dengan indikasi diferensial.
EP : Terapi antibiotik 2.4 Batasi jumlah pengunjung
ceftriaxone 2 x 1 gr (iv) 2.7 Anjurkan banyak istirahat
2.8 Berikan njeksi antibiotic sesuai
indikasi

35
NO
Hari/Tgl Jam IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf
DX
Rabu, 1 08.00 wita 1.1 Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan sudah tidak
20/08/2019 nyeri secara menyeluruh meliputi terlalu nyeri, skala nyeri 3
lokasi, durasi, kualitas, keparahan O:
dan faktor pencetus 1) Mengenali kapan nyeri terjadi
EP : nyeri perut sudah (3) Cahayani
berkurang, skala nyeri 4. 2) Menggambarkan faktor penyebab
1.3 Memberikan terapi (3)
nonfarmakologi menggunakan 3) Menggunakan tindakan
aromaterapi lemon pengurangan nyeri (3)
EP : pasien tampak rileks, skala 4) Menggunakan analgesic yang
09.00 nyeri 3 direkomendasikan (3)
5) Melaporkan nyeri yang terkontrol
1.4 Mengendalikan faktor lingkungan (3)
yang dapat mempengaruhi respon A:
pasien terhadap ketidaknyamanan Masalah nyeri belum teratasi
EP : lingkungan kamar tidur P:
pasien nyaman dan tenang. Lanjutkan intervensi
1.1 lakukan pengkajian nyeri secara
1.5 Memberikan injeksi sesuai menyeluruh meliputi lokasi, durasi,
dengan indikasi kualitas, keparahan nyeri dan faktor
EP : Terapi analgetik pencetus.

36
santagesik 3 x 1 gr (iv) 1.3 Berikan terapi non farmakologi
menggunakan aromaterapi lemon
1.4 Mengendlikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
1.5 Berikan injeksi sesuai dengan indikasi

15.00 1.1 Melakukan pengkajian S: Pasien mengatakan nyeri di perut


nyeri secara menyeluruh meliputi berkurang tidak seperti kemarin lusa Riska
lokasi, durasi, kualitas, keparahan skala nyeri 3
dan faktor pencetus O:
EP : nyeri perut sudah 1) Mengenali kapan nyeri terjadi
berkurang, skala nyeri 3 (4)
2) Menggambarkan faktor
1.3 Memberikan terapi penyebab (4)
nonfarmakologi menggunakan 3) Menggunakan tindakan
aromaterapi lemon pengurangan nyeri (4)
EP : pasien tampak rileks. Skala 4) Menggunakan analgesic yang
nyeri 3 direkomendasikan (4)
5) Melaporkan nyeri yang
terkontrol (4)
A:

37
Masalah nyeri teratasi
P:
Hentikan intervensi

Rabu 2 15.00 wita 2.1 Memonitor adanya tanda dan S: -


20/08/2019 gejala infeksi sistemik dan lokal O:
EP : suhu 36 C 1) Demam (5) Rita
2.3 Memonitor WBC 2) Ketidakstabilan suhu (5)
EP : Leukosit 29,40, urine 3) Peningkatan jumlah sel (2)
analisa : keruh 4) Hilang nafsu makan (4)
2.4 Membatasi jumlah pengunjung
EP : jumlah pengunjung A:
terkontrol Masalah resiko infeksi tidak terjadi
2.7 Menganjurkan banyak istirahat
EP : pasien berbaring di tempat P:
tidur Lanjutkan intervensi
2.8 Memberikan injeksi antibiotik 2.1 Memonitor adanya tanda dan gejala

38
sesuai indikasi infeksi sistemik dan lokal
EP : terapi antibiotik 2.3 Memonitor WBC
ceftriaxone 2 x 1 gr (iv) 2.4 Membatasi jumlah pengunjung
2.7 Menganjurkan banyak istirahat
2.8 Memberikan injeksi antibiotik sesuai
indikasi

Rabu 3 08.00 3.1 Memonitor BB, turgor kulit, mual, S : pasien mengatakan mual tidak nafsu
20/08/2019 muntah dan intake makanan makan
EP : BB 41 kg, mual, muntah O:
warna kuning ±50 cc, makan 2 1) Asupan makanan ± 4 sdm (1) Evilda
sdm, minum ±150 2) Asupan cairan ± 350 cc per oral
3.2 Memberikan nutrisi enteral sesuai (4)
kebutuhan 3) Total energy masuk ± 60 kkal (1)
EP : Pasien makan bubur DM A:
1700 kkal seporsi makan pagi Masalah nutrisi kurang dari
sebesar 370 kkal. kebutuhan tubuh belum teratasi
3.3 Menciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan menenangkan P:
EP : Ruangan tenang, bersih Lanjutan intervensi
3.4 Memberikan obat-obatan sebelum 3.1 Monitor BB, turgor kulit, mual,
makan muntah dan intake makanan
EP : Memberi ondansentron 1 3.2 Berikan nutrisi enteral sesuai
amp (iv) kebutuhan

39
3.3 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan menenangkan
3.5 Tawarkan makanan ringan yang padat
gizi
3.7 Berikan obat-obatan sebelum makan

15.00 3.1 Monitor BB, turgor kulit, mual, S : pasien mengatakan mual tidak nafsu
muntah dan intake makanan makan Sonia
EP : Mual, muntah - , makan 4 O:
sdm, minum 150 cc, snack ½ 1) Asupan makanan ± 4 sdm, ½ roti
roti tawar tawar(2)
3.2 Memberikan nutrisi enteral sesuai 2) Asupan cairan ± 700 cc per oral
kebutuhan /12 jam (5)
EP : Diit DM 1700 kkal, makan 3) Total energy masuk ± 150 kkal/
sore ± 450 kkal 16 jam (1)
3.3 Menciptakan lingkungan yang A:
menyenangkan dan Masalah nutrisi kurang dari
menenangkan kebutuhan tubuh teratasi
EP : suasana tenang sebagian
3.5 Menawarkan makanan ringan
yang padat gizi P:
3.7 Memberikan obat-obatan sebelum Lanjutan intervensi
makan 3.1 Monitor BB, turgor kulit, mual,

40
EP : memberi sucralfat 1 sdm , muntah dan intake makanan
memberi injeksi ondansentron 3.2 Berikan nutrisi enteral sesuai
1 amp (iv) kebutuhan
3.3 Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan menenangkan
3.5 Tawarkan makanan ringan yang padat
gizi
3.7 Berikan obat-obatan sebelum makan

41
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian

Ny. K berumur 52 tahun mengeluh pendarahan pervagina


perdarahan diluar haid secara berlebihan dengan perdarahan berwarna
merah kecoklatan sejak ± 3 bulan lalu sampai sekarang. Jumlah
pendarahan pasien bisa mengganti 3-4x pembalut sehari. Pasien mulai
menarche pada usia 13 tahun dengan siklus haid teratur. Haid berlangsung
selama 5-7 hari. Pasien tampak meringis, merasakan nyeri perut bagian
bawah rasanya seperti tertusuk-tusuk, hilang timbul durasi ±5-10 menit,
skala nyeri 5, nyeri bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat
istirahat. Pasien tidak nafsu makan, mual dan muntah, berat badan pasien
41 kg dengan tinggi 152 cm lingkar lengan 19 cm IMT = 17,7 (gizi
kurang) saat BAK pasien merasakan sakit warna urine keruh, konjungtiva
anemis. Riwayat kehamilan P4A0, keempat anak dilahir aterm secara
spontan dan tidak ada komplikasi maternal pada bayi. Pasien tidak pernah
melakukan pemeriksaan PAP Smear. Pasien menikah pada usia 15 tahun
dan tidak pernah berganti pasangan. Pasien sebelumnya menggunakan alat
kontrasepsi suntik 3 bulan.
Perdarahan terjadi karena sel kanker tumbuh pada jaringan bawah
leher rahim dan telah menyebar ke seluruh jaringan di sisi daerah panggul
dan dapat menekan salah satu ureter, kerusakan pada dinding luar rahim
memberi efek tekanan pada dinding dalam rahim memicu terjadinya
perdarahan. Keputihan yang tidak biasa terjadi karena adanya benda asing
atau penyakit lain seperti kanker, itu menyebabkan infeksi.

B. Diagnosa Keperawatan
Dari pengelolaan didapatkan diagnose keperawatan nyeri. Pada
stadium lanjut, kanker servik menyebar ke struktur yang berada di
dekatnya dan organ viscera. Hal ini dapat menimbulkan beberapa gejala
antara lain, nyeri yang sering kali hebat dan sulit ditangani akibat
terkenanya saraf.

42
Definisi dari nyeri akut adalah sensori yang tidak menyenangkan
dan pengalaman emosional yang muncul secara actual atau potensial,
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Proses
pejalanan dari didiagnosi kanker hingga kematian selalu menimbulkan
rasa nyeri yang diakibatkan oleh pertumbuhan tumor yang menggerogori
jaringan normal.
Pada dasarnya, mekanisme patofisiologi nyeri kanker secara umum
tidak diketahui secara pasti. Namun perubahan neuropharmacologi dan
neurophysiologis pada tulang, jaringan lunak, pembuluh limfe, pembuluh
darah, syaraf dan vicera akan mengaktivasi dan membuat nociceptor dan
mechanoreceptor lebih intensif. Hal ini disebabkan karena faktor mekanis
(infiltrasi dan tekanan tumor) atau stimulus kimia (metastasis ke tulang)
sehingga menyebabkan nyeri akut, intermiten dan berkelanjutan.
Definisi resiko infeksi adalah Peningkatan resiko masuknya
organisme patogen. Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh
Human Papillomavirus atau disingkat HPV. Didalam tubuh wanita, virus
ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua protein ini
berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita
yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor. Kedua protein
ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif.
Pertumbuhan sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan
gen. Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks..

Definisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah


Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Penderita kanker seringkali mengalami perubahan metabolisme energi
karbohidrat, protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
Sebagian besar penderita kanker mengalami hipermetabolisme ringan
dengan terjadi meningkatan keluaran energi berkisar 138-289 kkal/hari.
Bila keadaan itu tidak disertai dukungan nutrisi yang adekuat, maka akan
terjadi penurunan massa lemak sebesar 0,5-1 kg/bulan atau 1,2/2,3 kg
massa otot. Beberapa penelitan mendapatkan bahwa hipermetabolisme
pada penderita kanker berkaitan dengan penurunan status gizi dan dengan

43
besar tumor. Peningkatan keluaran energi pada penderita kanker
merupakan ketidakmampuan tubuh beradaptasi terhadap asupan makanan
yang rendah. Pada keadaan normal laju metabolisme basal menurut selama
starvasi sebagai proses adaptasi namun pada penderita kanker proses itu
tidak terjadi.

C. Intervensi Keperawatan
Pemberian terapi non farmakologis dengan memberikan
aromaterapi lemon. Penatalaksanaan nyeri lebih efektif jika
dikombinasikan dengan terapi nonfarmakologi. Salah satu terapi
nonfarmakologi yang dapat digunakan yaitu aromaterapi. Aromaterapi
merupakan penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan yang
digunakan untuk memperbaiki mood dan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan teori Koensoemardiyah (2009)
mengungkapkan bahwa teknik pemberian aromaterapi menjadi salah satu
alternative bagi mereka yang sedang mengalami tekanan batin atau stress,
dan yang paling penting yaitu untuk menurunkan intensitas nyeri, minyak
essensial atau minyak atsiri yang bersifat menurunkan atau menghilangkan
rasa nyeri antara lain: lemon, lavender, cengkeh, dan peppermint, karena
terapi dengan menggunakan wewangian dari berbagai jenis tanaman ini
bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks dan tenang. Aromaterapi
menggunakan suatu metode yang menggunakan minyak atsiri untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan juga memengaruhi kesehatan emosi
seseorang.
Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia
berlangsung melalui dua sistem fisiologis yaitu sirkulasi tubuh dan sistem
penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat
dan emosi seseorang. Aromaterapi lemon merupakan jenis aroma terapi
yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang
terkandung dalam lemon salah satunya adalah linalool yang berguna untuk
menstabilkan sistem saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi
siapapun yang menghirupnya (Wong, 2010). Pada lemon terkandung
limonene yang akan menghambat kerja prostaglandin sehingga dapat

44
mengurangi rasa nyeri serta berfungsi untuk mengontrol sikooksigenase I
dan II, mencegah aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit
termasuk mual dan muntah (Cheraghi and Valadi, 2010) (Namazi et al,
2014). Karena cara kerja aromaterapy lemon mengandung limonen, citral,
linalyl, linalool, terpineol yang dapat menstabilkan sistem saraf pusat,
menimbulkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan.
Bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia seperti
narkotika. Hidung memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari
100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi manusia tanpa disadari.
Bau-bauan tersebut masuk ke hidung dan berhubungan dengan silia.
Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang
dipancarkan ke otak dan mempengaruhi bagian otak yang berkaitan
dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan dan pembelajaran (Tara,
2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Jean Valnet menunjukan bahwa
minyak atsiri lemon yang menguap dapat membunuh bakteri
meningokokus dalam 15 menit, bakteri tipus dalam 1 jam, staphylococcus
dalam 2 jam dan kuman yang menyebabkan radang paru-paru dalam
waktu 3 jam. Bahkan larutan minyak atsiri lemon 0,2% dapat membunuh
bakteri difteri dalam 20 menit dan menonaktifkan bakteri tuberkolosis.
Sifat antiseptik ini akan bertahan selama 20 hari. Sifat ini sangat tepat
untuk menghancurkan kuman yang ada di udara pada kamar di rumah
sakit, ruang tunggu dan sekolah. Hal ini terutama untuk menetralisir bau
yang tidak menyenangkan pada tubuh pasien yang menderita kanker.
Kandungan minyak atsiri (monoterpen dan sesquiterpen) seperti limonene
memiliki aktivitas antibakteri.

45
D. Evaluasi keperawatan
No Waktu PRE POST
1 Selasa,  “Nyeri diperut bagian  “Nyeri diperut masih
20/08/2019 bawah seperti ditusuk- dirasakan” skala 5
tusuk”
09.00 Wita Skala nyeri 5  Ekspresi wajah
meringis sambil
 Ekspresi wajah meringis memegang perut
sambil memegang perut
2 Selasa,  Skala nyeri 5  “Nyeri berkurang “
20/08/2019 Skala nyeri 4
 Ekspresi wajah meringis
15.00Wita sambil memegang perut  Ekspresi wajah lebih
rileks.
3 Rabu,  Skala nyeri 4  “Sudah tidak terlalu
21/08/2019 nyeri “ Skala nyeri 3
 Ekspresi wajah rileks.  Ekspresi wajah lebih
09.00 Wita rileks

4 Rabu,  Skala nyeri 3  “Nyeri berkurang


21/08/2019 tidak seperti kemarin
 Ekspresi wajah rileks lusa“
15.00 Wita Skala nyeri 3
 Ekspresi wajah lebih
rileks.

Dari tabel diatas dapat disimbulkan bahwa sebelum diberikan


aromaterapi lemon skala nyeri pasien 5 dan setelah diberikan aromaterapi
lemon selama 2 hari berturut-turut skala nyeri pasien berkurang menjadi 1.
Hal ini menunjukkan bahwa aroma terapi lemon memiliki pengaruh dalam
menurunkan tingkat nyeri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh (Purwandari, 2014) yang berjudul efektivitas aromaterapi lemon
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post operasi laparatomi di
Rumah Sakit Syarifa Pekanbaru. Bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata skala nyeri sebelum dengan rata-rata nyeri
sesudah menghirup aromaterapi lemon pada kelompok eksperimen.

46
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ny. K berumur 52 tahun. Pasien masuk ke rumah sakit dengan
diagnose medis Susp. CA. Serviks. Pasien masuk ke IGD pada tanggal 13
Agustus 2019 dengan keluhan pendarahan pervagina perdarahan diluar
haid secara berlebihan dengan perdarahan berwarna merah kecoklatan
sejak ± 3 bulan lalu sampai sekarang. Jumlah pendarahan pasien bisa
mengganti 3-4x pembalut sehari. Pasien mengeluh nyeri perut bagian
bawah seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 (nyeri sedang) nyeri
yang dirasakan hilang timbul ± 5-10 menit nyeri bertambah berat saat
pasien bergerak dan berkurang saat pasien beristirahat. Pasien mengalami
pendarahan sejak ± 3 bulan lalu dan masih dirasakan sampai sekarang.
Pendarahan disertai nyeri pada bagian perut bawah dengan skala nyeri 5
(nyeri sedang)
Menganalisa data yang didapatkan dan menetapkan diagnosa yaitu:
nyeri akut b.d agen cedera biologis, resiko infeksi b.d penyakit kronis,
ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya intake
nutrisi. Kelompok memilih intervensi dengan pemberian terapi non
farmakologis menggunakan aromaterapi lemon. Aromaterapi merupakan
penggunaan ekstrak minyak esensial tumbuhan yang digunakan untuk
memperbaiki mood dan kesehatan. Terapi menggunakan minyak essensial
lemon dapat membantu membangkitkan semangat dan menyegarkan.
Sebelum diberikan aromaterapi lemon skala nyeri pasien 5 dan setelah
diberikan aromaterapi lemon selama 2 hari berturut-turut skala nyeri
pasien berkurang menjadi 3. Hal ini menunjukkan bahwa aroma terapi
lemon memiliki pengaruh dalam menurunkan tingkat nyeri. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purwandari, 2014) yang berjudul
efektivitas aromaterapi lemon terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
post operasi laparatomi di Rumah Sakit Syarifa Pekanbaru. Bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skala nyeri sebelum

47
dengan rata-rata nyeri sesudah menghirup aromaterapi lemon pada
kelompok eksperimen.

B. Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam menambah
pengetahuan dan memperoleh pengalaman khususnya dibidang
keperawatan.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Aromaterapi lemon diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi
perawat dan tenaga kesehatan lain. Aromaterapi lemon dapat
dimasukkan ke dalam intervensi sebagai salah satu cara yang ditetapkan
dalam menurunkan nyeri post laparatomi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperkaya
pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan khususnya
keperawatan komplementer tentang terpi alternatif pada pasien post
laparatomi.
4. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat melanjutkan penggunaan aromaterapi
lemon secara mandiri untuk mengurangi nyeri dan menenangkan
pikiran.
5. Bagi pembaca
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca penanganan
nyeri pada pasien kanker.

48

Anda mungkin juga menyukai