net/publication/290427166
Model Sequenced
CITATIONS READS
0 10,137
1 author:
Yana Sambeka
Universitas Pendidikan Indonesia
4 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Yana Sambeka on 14 January 2016.
“MODEL SEQUENCED”
Oleh:
Yana Sambeka
1402915
Segala pujian, hormat, dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala berkat, rahmat, dan inspirasi yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “The Sequenced Model”.
Makalah ini membahas mengenai salah satu model pembelajaran terpadu yang
dikemukakan oleh Fogarty, yaitu Model Sequenced. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Hj. Sri Redjeki, M.Pd., selaku dosen Pembelajaran IPA Terpadu yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna
sebagaimana mestinya. Terima kasih. Tuhan Memberkati.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
alam sekitar beserta isinya, termasuk di dalamnya adalah diri kita sendiri. Dalam Puskur-
Depdiknas (2007), IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Kajian dalam pelajaran IPA di SMP pada dasarnya meliputi IPA Fisika, IPA Kimia, dan IPA
Biologi.
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran IPA
yaitu materi disajikan terpisah antara fisika, kimia, dan biologi; sedangkan implementasi
Kurikulum 2013 sendiri yaitu materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok fisika,
kimia, atau biologi. Akan tetapi yang terjadi yaitu harapan pemerintah tidak sejalan dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Guru-guru masih cenderung memisah-misahkan antara
fisika, kimia, dan biologi. Kesan yang didapat di lapangan yakni guru cenderung sulit untuk
memadukan ketiga bidang kajian ini menjadi satu karena beberapa alasan, diantaranya yaitu:
rata-rata guru IPA di SMP memiliki latar belakang konsentrasi fisika/kimia/biologi; sehingga
misalkan latar belakang guru tersebut adalah konsentrasi fisika, maka guru tersebut akan
cenderung sulit memadukan materi yang diajarkan dengan kajian kimia atau biologi.
Fogarty (1991) mengemukakan mengenai bagaimana mengintegrasikan kurikulum
melalui sepuluh model, dimana model ini berorientasi pada mata pelajaran yang terpotong-
potong sampai model pembelajaran terpadu, antara lain: (1) Model Fragmented, (2) Model
Connected, (3) Model Nested, (4) Model Sequenced, (5) Model Shared, (6) Model Webbed, (7)
Model Threaded, (8) Model Integrated, (9) Model Immersed, dan (10) Model Networked. Dari
kesepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty ini, dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Model pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu, yakni: model Fragmented,
Connected, dan Nested.
2. Model pembelajaran terpadu antar beberapa disiplin ilmu, yakni: model Sequenced,
Shared, Webbed, Threaded, dan Integrated.
3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan dalam dan antar pelajar, yakni model
Immersed dan Networked.
Model Sequenced | 1
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan dan berbagai model yang
dikemukakan oleh Fogarty, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai salah
satu model pembelajaran terpadu yaitu Model Sequenced.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pembelajaran IPA terpadu dengan model sequenced.
2. Mengemukakan pendapat ahli mengenai model sequenced.
3. Mendeskripsikan ciri-ciri model sequenced.
4. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model sequenced.
5. Mendeskripsikan penggunaan model sequenced.
6. Mendeskripsikan implementasi model sequenced dalam pembelajaran IPA (dalam
bentuk RPP).
Model Sequenced | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Model Sequenced | 3
SENI BAHASA SOSIAL
Urutan Urutan
1. Robin Hood 1. Abad Pertengahan
2. Perjalanan Tengah 2. Revolusi Amerika
Malam Paul Revere
3. Kerja Keras yang 3. Perang Saudara
Membawa Kebebasan
4. Nillie Bly 4. Pergerakan Hak Pilih
Perempuan
5. Catatan Harian Anne 5. Perang Dunia II
Frank
Daftar Daftar
Robin Hood Revolusi Perang
Nillie Bly Perang Saudara
Buku Harian Anne Frank Hak Pilih Perempuan
Perjalanan Tengah Malam Abad Pertengahan
Paul Revere
Kerja Keras yang Perang Dunia II
Membawa Kebebasan
Model Sequenced | 4
B. Pendapat Ahli Mengenai Model Sequenced
John Adams pernah berkata, “The textbook is not a moral contract that teachers are
obliged to teach—teachers are obliged to teach children.” Artinya, buku teks bukanlah kontrak
moral dimana guru wajib untuk mengajarkan juga guru wajib untuk mengajar anak-anak.
Maksud dari Adams ini yakni dalam menjalankan tugas mengajar, guru tidak harus terikat pada
urutan materi dalam buku, namun guru dapat mengatur ulang urutan materi pelajaran yang
akan diajarkan kepada anak-anak. Urutan baru mungkin akan lebih logis jika urutan tersebut
sejajar dengan isi mata pelajaran antar disiplin ilmu. Akan sangat berguna bagi siswa dan guru
ketika siswa mencari hubungan dasar antar konten. Belajar menjadi lebih menyeluruh dan
karena itu ilmu akan lebih mudah ditransfer.
Model Sequenced | 5
2. Kekurangan Model Sequenced
Sebuah kelemahan dari model sequenced adalah diperlukan kompromi untuk
membentuk model. Guru harus mengalah pada otonomi dalam membuat urutan kurikulum
karena guru bermitra dengan yang lain, artinya guru tidak boleh menang sendiri atau
mementingkan diri sendiri namun guru harus banyak mengalah karena dalam penggunaan
model ini melibatkan dua guru yang bermitra. Untuk urutan yang sesuai dengan kejadian-
kejadian yang terakhir membutuhkan kerjasama yang berkelanjutan dan fleksibilitas yang
tinggi dari semua orang yang area kontennya terlibat. Hal ini tidak semudah kedengarannya.
Namun, dalam waktu yang sangat singkat, bahkan dengan hanya satu sore bersama, mitra guru
dapat dengan mudah melakukan beberapa penataan ulang dan pengurutan sebagai langkah
awal. Jika usaha pertama ini dalam menghubungkan dua area subjek berhasil, maka dua guru
dapat mencoba mengurutkan lebih banyak unit untuk pengajaran paralel.
Model Sequenced | 6
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Model sequenced dapat digunakan saat terdapat topik-topik yang relevan dari dua
disiplin ilmu yang berbeda dan topik-topik yang relevan ini diajarkan secara paralel.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model sequenced dapat memudahkan siswa
membuat hubungan (connections) dan membuat pembelajaran menjadi bermakna.
B. Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan yakni sebagai berikut.
1. Guru dapat menggunakan model sequenced dalam pembelajaran terpadu ketika
menemukan topik-topik yang relevan dengan bidang studi lain.
2. Guru tidak perlu mengajar topik-topik pelajaran berdasarkan urutan yang tertera di
buku teks, akan tetapi guru dapat mengatur ulang urutan topik yang akan diajarkan.
3. Guru membutuhkan kerja sama dengan guru bidang studi lain (partner) untuk membuat
urutan kurikulum baru.
Model Sequenced | 7
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrate the Curricula. USA: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Pandawa, Sarwono. 2010. Model Sequenced. http://www.kompasiana.com/bang_sarw/model-
sequenced_55005641a3331159735105e4. [akses 14 September 2015].
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
IPA. http://puskurbuk.net/web13/download/prod2007/51kajian%20 kebijakan%20kurikulum
%20ipa.pdf. [akses 28 Desember 2014].
Model Sequenced | 8
Model Sequenced | 9
Pengurutan topik yang akan diajarkan secara berurut digambarkan pada pemetaan konsep
sebagai berikut.
Fisika Biologi
Urutan Urutan
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyajidan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Mengagumi keteraturan dan Mencintai obyek yang ada di alam
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek sebagai ciptaan Tuhan merupakan wujud
fisik dan kimiawi, kehidupan dalam pengamalan agama yang dianutnya
ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah Melaporkan hasil penyelidikan secara
(memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; jujur, kerja sama, cermat dan teliti dan
teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung peduli lingkungan.
jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-
hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan pengamatan, percobaan,
dan berdiskusi.
2.2 Menghargai kerja individu dan Mencintai keterbukaan individu dan
kelompok dalam aktivitas sehari-hari kerja kelompok sebagai wujud
sebagai wujud implementasi melaksanakan implementasi dalam melaporkan hasil
percobaan dan melaporkan hasil percobaan. percobaan
3. 3.11 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya, Mengidentifikasi bagian-bagian mata
pembentukan bayangan, serta aplikasinya manusia
untuk menjelaskan penglihatan manusia,
proses pembentukan bayangan pada mata Menjelaskan dan menyimpulkan proses
serangga, dan prinsip kerja alat optik. pembentukan bayangan pada mata
manusia.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati media pembelajaran berupa gambar bagian-bagian mata, siswa
mampu mengidentifikasi bagian-bagian mata manusia.
2. Melalui hasil pengamatan praktikum pembentukan bayangan pada mata, siswa mampu
menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata manusia.
3. Melalui hasil pengamatan praktikum pembentukan bayangan pada mata, siswa mampu
menyimpulkan proses pembentukan bayangan pada mata manusia.
D. Materi
Bagian-bagian Mata
Mata tersusun atas beberapa bagian yang berbeda yang masing-masing bagian memiliki
fungsi yang berbeda pula. Mata dibalut oleh tiga lapis jaringan yang berlainan. Lapisan luar
adalah lapisan sklera, lapisan ini membentuk kornea. Lapisan tengah adalah lapisan koroid,
lapisan ini membentuk iris. Lapisan ketiga adalah lapisan dalam yaitu retina. Gambar 1.
menunjukkan bagian-bagian mata.
G. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah
Kegiatan Model Inquiry Deskripsi kegiatan
Terstruktur
Pendahuluan Apersepsi Guru mengucapkan salam.
Guru menanyakan kabar peserta didik.
Guru mengabsen.
Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
Guru memberikan apersepsi tentang pentingnya
cahaya bagi sistem penglihatan manusia.
Guru mengajak peserta didik untuk pergi ke
taman sekolah (halaman sekolah) atau
membayangkan berada di halaman sekolah.
Guru memberikan pertanyaan, “bagaimana
perasaan kalian ketika berada di tempat ini?”
Guru meminta peserta didik untuk menutup
mata.
Guru memberikan pertanyaan, “bagaimana
perasaan kalian saat ini?”
Guru meminta peserta didik untuk menuliskan
di buku IPA tentang apa yang dirasakan oleh
peserta didik pada saat memejamkan mata.
Guru mengenalkan siswa dengan bagian-bagian
mata menggunakan media pembelajaran berupa
gambar bagian-bagian mata
Guru menginformasikan pada peserta didik
bahwa pada hari ini peserta didik akan
melakukan percobaan untuk membuktikan
pembentukan bayangan pada mata.
H. Penilaian
1. Metode dan bentuk instrumen
Metode Bentuk Instrumen
Penilaian sikap Lembar pengamatan sikap dan rubrik
Tes unjuk kerja Tes penilaian kinerja
Tes tertulis Tes uraian
2. Contoh instrumen
a. Lembar pengamatan sikap
Lembar penilaian sikap pada kegiatan praktikum
Nama Hati- Jumlah
No Disiplin Teliti Kreatif Inovatif
Siswa hati skor
1
2
Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberi skor pada kolom
sesuai dengan hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan
Skor 0, jika tidak pernah berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 1, jika kadang-kadang berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 2, jika sering berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Predikat Nilai
Sangat Baik (SB) 80 ≤ SB ≤ 100
Baik (B) 70 ≤ B ≤ 79
Cukup (C) 60 ≤ C ≤ 69
Kurang (K) <60
Rubrik
No Keterampilan yang dinilai Skor Rubrik
1 Persiapan percobaan 30 Alat tertata rapi sesuai dengan urutan
(menyiapkan alat dan bahan) praktikum.
Alat sudah dalam keadaan siap pakai.
Alat dan bahan tersedia dalam
keadaan siap pakai.
20 Ada 2 aspek yng tersedia.
10 Ada 1 aspek yang tersedia.
2 Pelaksanaan percobaan 30 Alat terpasang seperti pada petunjuk.
Melakukan proses pengamatan
sesuai dengan prosedur.
Mencatat data sesuai dengan fakta
yang diamati.
20 Ada 2 aspek yang tersedia.
10 Ada 1 aspek yang tersedia.
3 Kegiatan akhir percobaan 30 Merapihkan alat dengan baik.
Merapihkan meja praktikum.
Mengembalikan alat ke tempat
semula.
20 Ada 2 aspek yang tersedia.
10 Ada 1 aspek yang tersedia.
c. Instrumen soal pengetahuan
1. Bagaimana sifat bayangan yang terbentuk pada percobaan tersebut?
2. Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, analogkan benda-benda yang
dipergunakan untuk percobaan dengan bagian-bagian mata manusia!
3. Gambarkan jalannya cahaya pada mata manusia, sehingga manusia dapat
melihat benda!
……………………………………… ……………………………….
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyajidan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Mengagumi keteraturan dan Mencintai obyek yang ada di alam
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek sebagai ciptaan Tuhan merupakan
fisik dan kimiawi, kehidupan dalam wujud pengamalan agama yang
ekosistem, dan peranan manusia dalam dianutnya
lingkungan serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2. 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah Melaporkan hasil penyelidikan secara
(memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; jujur, kerja sama, cermat dan teliti dan
teliti; cermat; tekun; hati-hati; peduli lingkungan.
bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan
pengamatan, percobaan, dan berdiskusi.
2.2 Menghargai kerja individu dan Mencintai keterbukaan individu dan
kelompok dalam aktivitas sehari-hari kerja kelompok sebagai wujud
sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan melaporkan implementasi dalam melaporkan hasil
hasil percobaan. percobaan
C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendiskusikan hasil pengamatan kegiatan percobaan perambatan cahaya, siswa
dapat mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
2. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai cermin datar, siswa dapat
mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada cermin datar.
3. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai cermin datar, siswa dapat
mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada cermin lengkung.
4. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai proses pembentukan bayangan pada
lensa cembung, siswa dapat mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada lensa
cembung.
5. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai proses pembentukan bayangan pada
lensa cekung, siswa dapat mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada lensa
cekung.
D. Materi
1. Sifat-Sifat Cahaya
Ada empat sifat-sifat cahaya, sebagai berikut.
a. Cahaya merambat lurus
Cahaya merambat ke semua arah. Sebagai contohnya, jika lilin atau lampu dinyalakan
di tempat gelap, maka kita akan dapat melihat bahwa daerah yang ada di sekitar lilin
atau lampu tersebut akan terang.
b. Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya akan dibiaskan ketika melewati medium dengan indeks bias yang berbeda.
Kecepatan cahaya akan menurun saat memasuki air. Semakin besar perubahan
kecepatan cahaya saat yang melewati dua medium yang berbeda, akan semakin besar
pula efek pembiasan yang terjadi.
c. Cahaya merupakan Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang perambatannya tidak
membutuhkan medium. Cahaya dapat mentransfer energi dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan tidak menggunakan medium sehingga cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik.
d. Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya memiliki sifat dapat dipantulkan jika menumbuk suatu bidang. Pemantulan
yang terjadi dapat berupa pemantulan baur dan pemantulan teratur. Pemantulan baur
terjadi jika cahaya dipantulkan oleh bidang yang tidak rata, seperti aspal, tembok yang
tidak rata, batang kayu, dan sebagainya. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya
dipantulkan oleh bidang yang rata, seperti cermin.
F. Sumber Pembelajaran
1. Sumber belajar :
a. Buku siswa IPA SMP/MTs kelas VIII Semester 2 edisi revisi 2014, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
b. Buku Guru IPA SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 edisi revisi 2014, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (3JP)
Langkah-langkah
Kegiatan model discovery Deskripsi kegiatan
learning
Pendahuluan Apersepsi Guru mengucapkan salam.
Guru menanyakan kabar peserta didik.
Guru mengabsen.
Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok.
Guru melakukan apersepsi dengan
menunjukkan sebuah fenomena yang timbul
karena proses pembiasan.
Kegiatan Inti Mengamati Siswa mengamati sedotan yang dimasukkan ke
dalam gelas yang berisi air bening.
Menanya Siswa didorong untuk menanyakan mengapa
hal tersebut dapat terjadi.
Mengumpulkan Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan
informasi percobaan perambatan cahaya “Mengapa
Sendok Terlihat Bengkok?” untuk
membuktikan sifat-sifat cahaya.
Mengolah informasi Melalui diskusi dalam kelompok, siswa
menganalisis, menalar, menyimpulkan,
informasi yang telah diperoleh/dikumpulkan
melalui percobaan.
Mengkomunikasikan Setiap kelompok siswa mempresentasikan hasil
percobaan di depan kelas.
Penutup Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan materi yang belum
dipahami.
Guru melakukan tanya jawab untuk penguatan
materi.
Pertemuan 2 (2JP)
Kegiatan Deskripsi kegiatan
Pendahuluan Guru mengucapkan salam.
Guru menanyakan kabar peserta didik.
Guru mengabsen.
Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta didik. Pertanyaan tersebut sebagai berikut.
a. Tadi sebelum berangkat ke sekolah apakah kalian bercermin?
Cermin yang biasa kalian gunakan pada saat bercermin adalah
cermin datar.
b. Pada saat kalian bercermin, apakah yang dapat kalian lihat?
c. Bagaimanakah dengan ukuran bayangan yang kalian lihat?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi mengenai pembentukan bayangan pada
cermin datar.
Guru menjelaskan materi mengenai pembentukan bayangan pada
cermin lengkung.
Guru melatih siswa melukiskan pembentukan bayangan pada cermin
datar dan pembentukan bayangan pada cermin lengkung.
Penutup Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum dipahami.
Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran pada hari ini untuk mengecek
pemahaman siswa.
Pertemuan 3 (3JP)
Kegiatan Deskripsi kegiatan
Pendahuluan Guru mengucapkan salam.
Guru menanyakan kabar peserta didik.
Guru mengabsen.
Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menunjukkan
sebuah lup kepada siswa dan kemudian secara bergantian peserta didik
memegang lup tersebut dan diamati.
H. Penilaian
1. Metode dan bentuk instrumen
Metode Bentuk Instrumen
Penilaian sikap Lembar pengamatan sikap dan rubrik
Tes unjuk kerja Tes penilaian kinerja
Tes tertulis Tes uraian
2. Contoh instrumen
a. Lembar pengamatan sikap
Lembar penilaian sikap pada kegiatan praktikum
No Nama Siswa Disiplin Teliti Hati-hati Kreatif Jumlah skor
1
2
Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberi skor pada kolom
sesuai dengan hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan
Skor 0, jika tidak pernah berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 1, jika kadang-kadang berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 2, jika sering berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
*macam-macam sikap/perilaku pada kegiatan praktikum atau saat diskusi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = 𝑥 100
18
Predikat Nilai
Sangat Baik (SB) 80 ≤ SB ≤ 100
Baik (B) 70 ≤ B ≤ 79
Cukup (C) 60 ≤ C ≤ 69
Kurang (K) <60
Rubrik
No Keterampilan yang dinilai Skor Rubrik
1 Persiapan percobaan 30 Alat tertata rapi sesuai dengan urutan
(menyiapkan alat dan bahan) praktikum.
Alat sudah dalam keadaan siap pakai.
Alat dan bahan tersedia dalam
keadaan siap pakai.
20 Ada 2 aspek yng tersedia.
10 Ada 1 aspek yang tersedia.
2 Pelaksanaan percobaan 30 Alat terpasang seperti pada petunjuk.
Melakukan proses pengamatan
sesuai dengan prosedur.
Mencatat data sesuai dengan fakta
yang diamati.
20 Ada 2 aspek yang tersedia.
10 Ada 1 aspek yang tersedia.
3 Kegiatan akhir percobaan 30 Merapihkan alat dengan baik.
Merapihkan meja praktikum.
Mengembalikan alat ke tempat
semula.
20 Ada 2 aspek yang tersedia.
10 Ada 1 aspek yang tersedia.
……………………………………… ……………………………….