Anda di halaman 1dari 28

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/290427166

Model Sequenced

Article · September 2015

CITATIONS READS

0 10,137

1 author:

Yana Sambeka
Universitas Pendidikan Indonesia
4 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yana Sambeka on 14 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH
PEMBELAJARAN IPA TERPADU

“MODEL SEQUENCED”

Oleh:
Yana Sambeka
1402915

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat, dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas segala berkat, rahmat, dan inspirasi yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “The Sequenced Model”.
Makalah ini membahas mengenai salah satu model pembelajaran terpadu yang
dikemukakan oleh Fogarty, yaitu Model Sequenced. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Hj. Sri Redjeki, M.Pd., selaku dosen Pembelajaran IPA Terpadu yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat berguna
sebagaimana mestinya. Terima kasih. Tuhan Memberkati.

Bandung, September 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii


DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
B. Tujuan …………………………………………………………………...…. 2
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Sequenced ……………………………………..……….. 3
B. Pendapat Ahli Mengenai Model Sequenced …………………………………… 5
C. Ciri-Ciri Model Sequenced ……………………………………..………….. 5
D. Kelebihan dan Kekurangan Model Sequenced …………………………….. 5
E. Penggunaan Model Sequenced …………………………………..………... 6
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan …………………………………………………………………… 7
B. Saran ……………………………………………………………………….. 7
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 8
LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai
alam sekitar beserta isinya, termasuk di dalamnya adalah diri kita sendiri. Dalam Puskur-
Depdiknas (2007), IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.
Kajian dalam pelajaran IPA di SMP pada dasarnya meliputi IPA Fisika, IPA Kimia, dan IPA
Biologi.
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran IPA
yaitu materi disajikan terpisah antara fisika, kimia, dan biologi; sedangkan implementasi
Kurikulum 2013 sendiri yaitu materi disajikan terpadu, tidak dipisah dalam kelompok fisika,
kimia, atau biologi. Akan tetapi yang terjadi yaitu harapan pemerintah tidak sejalan dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan. Guru-guru masih cenderung memisah-misahkan antara
fisika, kimia, dan biologi. Kesan yang didapat di lapangan yakni guru cenderung sulit untuk
memadukan ketiga bidang kajian ini menjadi satu karena beberapa alasan, diantaranya yaitu:
rata-rata guru IPA di SMP memiliki latar belakang konsentrasi fisika/kimia/biologi; sehingga
misalkan latar belakang guru tersebut adalah konsentrasi fisika, maka guru tersebut akan
cenderung sulit memadukan materi yang diajarkan dengan kajian kimia atau biologi.
Fogarty (1991) mengemukakan mengenai bagaimana mengintegrasikan kurikulum
melalui sepuluh model, dimana model ini berorientasi pada mata pelajaran yang terpotong-
potong sampai model pembelajaran terpadu, antara lain: (1) Model Fragmented, (2) Model
Connected, (3) Model Nested, (4) Model Sequenced, (5) Model Shared, (6) Model Webbed, (7)
Model Threaded, (8) Model Integrated, (9) Model Immersed, dan (10) Model Networked. Dari
kesepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty ini, dapat dikelompokkan
ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Model pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu, yakni: model Fragmented,
Connected, dan Nested.
2. Model pembelajaran terpadu antar beberapa disiplin ilmu, yakni: model Sequenced,
Shared, Webbed, Threaded, dan Integrated.
3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan dalam dan antar pelajar, yakni model
Immersed dan Networked.

Model Sequenced | 1
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan dan berbagai model yang
dikemukakan oleh Fogarty, maka dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai salah
satu model pembelajaran terpadu yaitu Model Sequenced.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan pembelajaran IPA terpadu dengan model sequenced.
2. Mengemukakan pendapat ahli mengenai model sequenced.
3. Mendeskripsikan ciri-ciri model sequenced.
4. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan model sequenced.
5. Mendeskripsikan penggunaan model sequenced.
6. Mendeskripsikan implementasi model sequenced dalam pembelajaran IPA (dalam
bentuk RPP).

Model Sequenced | 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Sequenced


Kata sequence dalam bahasa Indonesia, berarti: (1) urutan, (2) rangkaian, atau (3)
rentetan, sehingga model sequenced dapat diartikan sebagai model urutan/rangkaian.
Dengan artikulasi yang terbatas lintas/antar disiplin ilmu, guru dapat mengatur ulang
urutan topik sehingga unit-unit yang mirip dapat bersinggungan satu sama lain. Dua
disiplin ilmu yang berhubungan dapat diurutkan sehingga isi materi pelajaran dari
keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan topik yang akan diajarkan,
kegiatan masing-masing displin ilmu ini dapat saling meningkatkan satu sama lain. Pada
intinya, satu subjek mengusung yang lainnya dan sebaliknya. Berikut ini adalah gambar
model sequenced.

Gambar 1. Model Sequenced

Gambar 1 menunjukkan bahwa model sequenced diibaratkan seperti eyeglasses


(kaca mata), yang berarti konten internal yang bervariasi dibingkai oleh konsep yang
berkaitan. Lensa menggambarkan dua materi pelajaran yang berbeda. Kedua lensa sejajar
karena kedua materi pelajaran ini akan diajarkan secara paralel, dimana isi materi
pelajaran tersebut telah diurutkan terlebih dahulu. Mata pelajaran yang terpisah ini
dibingkai oleh konsep yang berkaitan yang menaungi topik atau mata pelajaran tersebut.
Untuk lebih jelasnya Gambar 2 menunjukkan contoh dua guru dari disiplin ilmu yang
berbeda membuat masing-masing lima daftar topik yang akan diajarkan oleh keduanya.
Kemudian kedua guru ini mengurutkan topik-topik ini untuk diajarkan secara paralel.
Pengurutan topik-topik dengan guru yang lain akan memudahkan siswa-siswa membuat
hubungan (connections) antara kedua materi pelajaran tersebut.

Model Sequenced | 3
SENI BAHASA SOSIAL

mata pelajaran mata pelajaran

Urutan Urutan
1. Robin Hood 1. Abad Pertengahan
2. Perjalanan Tengah 2. Revolusi Amerika
Malam Paul Revere
3. Kerja Keras yang 3. Perang Saudara
Membawa Kebebasan
4. Nillie Bly 4. Pergerakan Hak Pilih
Perempuan
5. Catatan Harian Anne 5. Perang Dunia II
Frank

Daftar Daftar
 Robin Hood  Revolusi Perang
 Nillie Bly  Perang Saudara
 Buku Harian Anne Frank  Hak Pilih Perempuan
 Perjalanan Tengah Malam  Abad Pertengahan
Paul Revere
 Kerja Keras yang  Perang Dunia II
Membawa Kebebasan

Gambar 2. Contoh Model Sequenced

Gambar 2 yang merupakan contoh pembelajaran yang menggunakan model sequenced,


menunjukkan bagaimana semulanya mata pelajaran Seni Bahasa dan Sosial memiliki daftar
topik yang mungkin saja daftar tersebut berdasarkan urutan dalam buku teks yang tersedia.
Namun, ketika menggunakan model sequenced urutan topik yang akan diajarkan menjadi
berubah. Contohnya, urutan pertama pada mata pelajaran Seni Bahasa adalah “Robin Hood”
dan pada mata pelajaran Sosial adalah “Revolusi Perang”. Ketika topik-topik diatur ulang dan
diurutkan maka hasilnya menjadi pada urutan pertama topik yang akan diajarkan yakni Robin
Hood dan Abad Pertengahan, karena Robin Hood ini adalah sebuah cerita rakyat Inggris yang
menurut catatan terjadi di abad pertengahan, sehingga sembari guru mengajarkan mengenai
Abad Pertengahan, belajar seni bahasa mengenai Robin Hood dapat diajarkan secara paralel.

Model Sequenced | 4
B. Pendapat Ahli Mengenai Model Sequenced
John Adams pernah berkata, “The textbook is not a moral contract that teachers are
obliged to teach—teachers are obliged to teach children.” Artinya, buku teks bukanlah kontrak
moral dimana guru wajib untuk mengajarkan juga guru wajib untuk mengajar anak-anak.
Maksud dari Adams ini yakni dalam menjalankan tugas mengajar, guru tidak harus terikat pada
urutan materi dalam buku, namun guru dapat mengatur ulang urutan materi pelajaran yang
akan diajarkan kepada anak-anak. Urutan baru mungkin akan lebih logis jika urutan tersebut
sejajar dengan isi mata pelajaran antar disiplin ilmu. Akan sangat berguna bagi siswa dan guru
ketika siswa mencari hubungan dasar antar konten. Belajar menjadi lebih menyeluruh dan
karena itu ilmu akan lebih mudah ditransfer.

C. Ciri-Ciri Model Sequenced


Berikut ini adalah ciri-ciri model sequenced.
1. Berpusat pada anak. Siswa lebih mudah memahami konsep karena adanya mata
pelajaran yang saling berkaitan.
2. Konsep dari berbagai bidang studi disajikan dalam suatu proses pembelajaran.
3. Guru bidang studi melakukan kerjasama dengan partner untuk mengurutkan konsep-
konsep yang sama, yang akan diajarkan pada siswa.

D. Kelebihan dan Kekurangan Model Sequenced


1. Kelebihan Model Sequenced
Melalui penataan ulang urutan topik, bab, dan unit; guru dapat menetapkan prioritas
kurikuler, ini lebih baik daripada harus mengikuti urutan yang ditetapkan oleh redaksi buku
teks. Dengan cara ini, guru dapat membuat keputusan penting mengenai isi materi pelajaran
yang akan diajarkan.
Dari sudut pandang siswa, pengurutan yang disengaja pada topik yang berhubungan
antar disiplin ilmu dapat membantu siswa memahami pelajaran mereka baik pada subjek
maupun konten. Pengintegrasian dapat membantu transfer ilmu. Ketika siswa melihat guru
pada area konten yang berbeda, ruangan yang berbeda, periode yang berbeda, membuat pokok-
pokok yang sama, maka siswa dapat memperkuat pengetahuannya dan mendapat pembelajaran
yang lebih bermakna.

Model Sequenced | 5
2. Kekurangan Model Sequenced
Sebuah kelemahan dari model sequenced adalah diperlukan kompromi untuk
membentuk model. Guru harus mengalah pada otonomi dalam membuat urutan kurikulum
karena guru bermitra dengan yang lain, artinya guru tidak boleh menang sendiri atau
mementingkan diri sendiri namun guru harus banyak mengalah karena dalam penggunaan
model ini melibatkan dua guru yang bermitra. Untuk urutan yang sesuai dengan kejadian-
kejadian yang terakhir membutuhkan kerjasama yang berkelanjutan dan fleksibilitas yang
tinggi dari semua orang yang area kontennya terlibat. Hal ini tidak semudah kedengarannya.
Namun, dalam waktu yang sangat singkat, bahkan dengan hanya satu sore bersama, mitra guru
dapat dengan mudah melakukan beberapa penataan ulang dan pengurutan sebagai langkah
awal. Jika usaha pertama ini dalam menghubungkan dua area subjek berhasil, maka dua guru
dapat mencoba mengurutkan lebih banyak unit untuk pengajaran paralel.

E. Penggunaan Model Sequenced


Model sequenced berguna pada tahap awal proses integrasi, menggunakan dua bidang
disiplin yang mudah dikaitkan satu sama lain. Guru harus bekerja dengan seorang mitra, mulai
dari membuat daftar isi kurikuler secara terpisah. Kemudian, tim mencoba menyulap potongan-
potongan konten yang terpisah menjadi "cocok" atau urutan beberapa hal bersinggungan. Guru
mencoba menyamakan konten yang berbeda untuk membuat lebih masuk akal bagi para siswa
yang belajar kedua bidang disiplin ilmu tersebut. Dalam model ini, kedua disiplin ilmu tetap
murni. Penekanan khusus masih dalam domain materi pelajaran, tetapi siswa mendapatkan
manfaat dari konten yang terkait.

Model Sequenced | 6
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Model sequenced dapat digunakan saat terdapat topik-topik yang relevan dari dua
disiplin ilmu yang berbeda dan topik-topik yang relevan ini diajarkan secara paralel.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model sequenced dapat memudahkan siswa
membuat hubungan (connections) dan membuat pembelajaran menjadi bermakna.

B. Saran
Adapun saran yang penulis dapat berikan yakni sebagai berikut.
1. Guru dapat menggunakan model sequenced dalam pembelajaran terpadu ketika
menemukan topik-topik yang relevan dengan bidang studi lain.
2. Guru tidak perlu mengajar topik-topik pelajaran berdasarkan urutan yang tertera di
buku teks, akan tetapi guru dapat mengatur ulang urutan topik yang akan diajarkan.
3. Guru membutuhkan kerja sama dengan guru bidang studi lain (partner) untuk membuat
urutan kurikulum baru.

Model Sequenced | 7
DAFTAR PUSTAKA

Fogarty, Robin. 1991. How to Integrate the Curricula. USA: IRI/Skylight Publishing, Inc.
Pandawa, Sarwono. 2010. Model Sequenced. http://www.kompasiana.com/bang_sarw/model-
sequenced_55005641a3331159735105e4. [akses 14 September 2015].
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran
IPA. http://puskurbuk.net/web13/download/prod2007/51kajian%20 kebijakan%20kurikulum
%20ipa.pdf. [akses 28 Desember 2014].

Model Sequenced | 8
Model Sequenced | 9
Pengurutan topik yang akan diajarkan secara berurut digambarkan pada pemetaan konsep
sebagai berikut.

Fisika Biologi

mata pelajaran mata pelajaran

Urutan Urutan

1. Sifat-sifat Cahaya 1. Bagian-bagian


mata
2. Pembentukan 2. Proses melihat
bayangan
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Manado


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/ Semester : VIII/ II
Topik : Indera Penglihatan dan Alat Optik
Sub Topik : Bagian-bagian mata dan jalannya cahaya pada mata
Alokasi waktu : 3 x 40 menit (3 JP)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyajidan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar
KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Mengagumi keteraturan dan  Mencintai obyek yang ada di alam
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek sebagai ciptaan Tuhan merupakan wujud
fisik dan kimiawi, kehidupan dalam pengamalan agama yang dianutnya
ekosistem, dan peranan manusia dalam
lingkungan serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya.
2. 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah  Melaporkan hasil penyelidikan secara
(memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; jujur, kerja sama, cermat dan teliti dan
teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung peduli lingkungan.
jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-
hari sebagai wujud implementasi sikap
dalam melakukan pengamatan, percobaan,
dan berdiskusi.
2.2 Menghargai kerja individu dan  Mencintai keterbukaan individu dan
kelompok dalam aktivitas sehari-hari kerja kelompok sebagai wujud
sebagai wujud implementasi melaksanakan implementasi dalam melaporkan hasil
percobaan dan melaporkan hasil percobaan. percobaan
3. 3.11 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya,  Mengidentifikasi bagian-bagian mata
pembentukan bayangan, serta aplikasinya manusia
untuk menjelaskan penglihatan manusia,
proses pembentukan bayangan pada mata  Menjelaskan dan menyimpulkan proses
serangga, dan prinsip kerja alat optik. pembentukan bayangan pada mata
manusia.

4. 4.11 Membuat laporan hasil penyelidikan  Menyusun laporan hasil penyelidikan


tentang pembentukan bayangan pada proses pembentukan bayangan pada
cermin, lensa, dan alat optik. lensa.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengamati media pembelajaran berupa gambar bagian-bagian mata, siswa
mampu mengidentifikasi bagian-bagian mata manusia.
2. Melalui hasil pengamatan praktikum pembentukan bayangan pada mata, siswa mampu
menjelaskan proses pembentukan bayangan pada mata manusia.
3. Melalui hasil pengamatan praktikum pembentukan bayangan pada mata, siswa mampu
menyimpulkan proses pembentukan bayangan pada mata manusia.

D. Materi
Bagian-bagian Mata
Mata tersusun atas beberapa bagian yang berbeda yang masing-masing bagian memiliki
fungsi yang berbeda pula. Mata dibalut oleh tiga lapis jaringan yang berlainan. Lapisan luar
adalah lapisan sklera, lapisan ini membentuk kornea. Lapisan tengah adalah lapisan koroid,
lapisan ini membentuk iris. Lapisan ketiga adalah lapisan dalam yaitu retina. Gambar 1.
menunjukkan bagian-bagian mata.

Gambar 1. Bagian-bagian mata

E. Pendekatan/ Model/ Metode Pembelajaran


1. Pendekatan : Konsep
2. Model : Inquiry Terstruktur
3. Metode : Praktikum

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


1. Media : Gambar Bagian-Bagian Mata
2. Alat dan Bahan : Penjepit rel sebagai pemegang alat di atas rel presisi 5 buah,
lampu dengan tiang 1 buah/ lilin 1 buah, lensa cembung 1 buah,
pemegang slide 1 buah, slide panah 1 buah, dan layar transparan
1 buah.
3. Sumber belajar :
a. Buku siswa IPA SMP/MTs kelas VIII Semester 2 edisi revisi 2014, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
b. Buku Guru IPA SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 edisi revisi 2014, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.

G. Kegiatan Pembelajaran
Langkah-langkah
Kegiatan Model Inquiry Deskripsi kegiatan
Terstruktur
Pendahuluan Apersepsi  Guru mengucapkan salam.
 Guru menanyakan kabar peserta didik.
 Guru mengabsen.
 Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
 Guru memberikan apersepsi tentang pentingnya
cahaya bagi sistem penglihatan manusia.
 Guru mengajak peserta didik untuk pergi ke
taman sekolah (halaman sekolah) atau
membayangkan berada di halaman sekolah.
 Guru memberikan pertanyaan, “bagaimana
perasaan kalian ketika berada di tempat ini?”
 Guru meminta peserta didik untuk menutup
mata.
 Guru memberikan pertanyaan, “bagaimana
perasaan kalian saat ini?”
 Guru meminta peserta didik untuk menuliskan
di buku IPA tentang apa yang dirasakan oleh
peserta didik pada saat memejamkan mata.
 Guru mengenalkan siswa dengan bagian-bagian
mata menggunakan media pembelajaran berupa
gambar bagian-bagian mata
 Guru menginformasikan pada peserta didik
bahwa pada hari ini peserta didik akan
melakukan percobaan untuk membuktikan
pembentukan bayangan pada mata.

 Guru membagi siswa ke dalam beberapa


kelompok.
Kegiatan Inti Identifikasi dan  Secara berkelompok siswa mengidentifikasi
penetapan ruang dan merumuskan masalah mengenai materi
lingkup masalah praktikum yang disiapkan oleh guru.
Merencanakan dan  Kelompok siswa membaca dan mengikuti
memprediksi hasil petunjuk pada lembar kegiatan.
 Kelompok siswa menyiapkan alat dan bahan
seperti yang tertera dalam lembar kegiatan
praktikum.
Penyelidikan untuk  Kelompok siswa melaksanakan praktikum
pengumpulan data dibimbing oleh guru.
 Siswa mencatat jalannya praktikum dan hasil
praktikum.

Interpretasi data dan  Kelompok siswa membuat kesimpulan
mengembangkan mengenai hasil pembahasan dari praktikum
kesimpulan yang telah dijalankan.
 Setiap kelompok siswa mempresentasikan hasil
praktikum di depan kelas.
Penutup Melakukan refleksi  Guru melakukan evaluasi terhadap proses
inkuiri yang telah dilakukan.
 Guru mengajukan pertanyaan baru berdasarkan
data yang terkumpul untuk penguatan materi.

H. Penilaian
1. Metode dan bentuk instrumen
Metode Bentuk Instrumen
 Penilaian sikap  Lembar pengamatan sikap dan rubrik
 Tes unjuk kerja  Tes penilaian kinerja
 Tes tertulis  Tes uraian

2. Contoh instrumen
a. Lembar pengamatan sikap
Lembar penilaian sikap pada kegiatan praktikum
Nama Hati- Jumlah
No Disiplin Teliti Kreatif Inovatif
Siswa hati skor
1
2

Lembar penilaian sikap/perilaku pada saat diskusi


Nama Kerja- Jumlah
No Santun Toleran Proaktif Bijaksana
Siswa sama skor
1
2

Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberi skor pada kolom
sesuai dengan hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan
Skor 0, jika tidak pernah berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 1, jika kadang-kadang berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 2, jika sering berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.

*macam-macam sikap/perilaku pada kegiatan praktikum atau saat diskusi


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = 𝑥 100
20

Predikat Nilai
Sangat Baik (SB) 80 ≤ SB ≤ 100
Baik (B) 70 ≤ B ≤ 79
Cukup (C) 60 ≤ C ≤ 69
Kurang (K) <60

b. Lembar pengamatan keterampilan praktikum


Penilaian keterampilan merangkai alat, sifat bayangan yang dibentuk oleh lensa
tersebut adalah nyata, terbalik, diperkecil atau diperbesar, pengambilan kesimpulan,
dan pengkomunikasian hasil percobaan.

Nama Persiapan Pelaksanaan Kegiatan akhir Jumlah


No
siswa percobaan percobaan percobaan skor
1
2

Rubrik
No Keterampilan yang dinilai Skor Rubrik
1 Persiapan percobaan 30  Alat tertata rapi sesuai dengan urutan
(menyiapkan alat dan bahan) praktikum.
 Alat sudah dalam keadaan siap pakai.
 Alat dan bahan tersedia dalam
keadaan siap pakai.
20  Ada 2 aspek yng tersedia.
10  Ada 1 aspek yang tersedia.
2 Pelaksanaan percobaan 30  Alat terpasang seperti pada petunjuk.
 Melakukan proses pengamatan
sesuai dengan prosedur.
 Mencatat data sesuai dengan fakta
yang diamati.
20  Ada 2 aspek yang tersedia.
10  Ada 1 aspek yang tersedia.
3 Kegiatan akhir percobaan 30  Merapihkan alat dengan baik.
 Merapihkan meja praktikum.
 Mengembalikan alat ke tempat
semula.
20  Ada 2 aspek yang tersedia.
10  Ada 1 aspek yang tersedia.
c. Instrumen soal pengetahuan
1. Bagaimana sifat bayangan yang terbentuk pada percobaan tersebut?
2. Berdasarkan percobaan yang telah kalian lakukan, analogkan benda-benda yang
dipergunakan untuk percobaan dengan bagian-bagian mata manusia!
3. Gambarkan jalannya cahaya pada mata manusia, sehingga manusia dapat
melihat benda!

Manado, September 2015


Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 1 Manado Guru Mata Pelajaran

……………………………………… ……………………………….
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 1 Manado


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas/ Semester : VIII/ II
Topik : Indera Penglihatan dan Alat Optik
Sub Topik : Pembentukan Bayangan pada Lensa
Alokasi waktu : 8 x 40 menit (8 JP)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyajidan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

B. Kompetensi Dasar
KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Mengagumi keteraturan dan  Mencintai obyek yang ada di alam
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek sebagai ciptaan Tuhan merupakan
fisik dan kimiawi, kehidupan dalam wujud pengamalan agama yang
ekosistem, dan peranan manusia dalam dianutnya
lingkungan serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang
dianutnya.
2. 2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah  Melaporkan hasil penyelidikan secara
(memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; jujur, kerja sama, cermat dan teliti dan
teliti; cermat; tekun; hati-hati; peduli lingkungan.
bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan)
dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap dalam melakukan
pengamatan, percobaan, dan berdiskusi.
2.2 Menghargai kerja individu dan  Mencintai keterbukaan individu dan
kelompok dalam aktivitas sehari-hari kerja kelompok sebagai wujud
sebagai wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan melaporkan implementasi dalam melaporkan hasil
hasil percobaan. percobaan

3. 3.11 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya,  Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.


pembentukan bayangan, serta aplikasinya  Mengidentifikasi proses pembentukan
untuk menjelaskan penglihatan manusia, bayangan pada cermin datar dan
proses pembentukan bayangan pada mata lengkung.
serangga, dan prinsip kerja alat optik.  Mengidentifikasi proses pembentukan
bayangan pada lensa cembung dan
cekung.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mendiskusikan hasil pengamatan kegiatan percobaan perambatan cahaya, siswa
dapat mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
2. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai cermin datar, siswa dapat
mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada cermin datar.
3. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai cermin datar, siswa dapat
mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada cermin lengkung.
4. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai proses pembentukan bayangan pada
lensa cembung, siswa dapat mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada lensa
cembung.
5. Setelah mendengarkan penjelasan guru mengenai proses pembentukan bayangan pada
lensa cekung, siswa dapat mengidentifikasi proses pembentukan bayangan pada lensa
cekung.

D. Materi
1. Sifat-Sifat Cahaya
Ada empat sifat-sifat cahaya, sebagai berikut.
a. Cahaya merambat lurus
Cahaya merambat ke semua arah. Sebagai contohnya, jika lilin atau lampu dinyalakan
di tempat gelap, maka kita akan dapat melihat bahwa daerah yang ada di sekitar lilin
atau lampu tersebut akan terang.
b. Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya akan dibiaskan ketika melewati medium dengan indeks bias yang berbeda.
Kecepatan cahaya akan menurun saat memasuki air. Semakin besar perubahan
kecepatan cahaya saat yang melewati dua medium yang berbeda, akan semakin besar
pula efek pembiasan yang terjadi.
c. Cahaya merupakan Gelombang Elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang perambatannya tidak
membutuhkan medium. Cahaya dapat mentransfer energi dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan tidak menggunakan medium sehingga cahaya merupakan gelombang
elektromagnetik.
d. Cahaya dapat dipantulkan
Cahaya memiliki sifat dapat dipantulkan jika menumbuk suatu bidang. Pemantulan
yang terjadi dapat berupa pemantulan baur dan pemantulan teratur. Pemantulan baur
terjadi jika cahaya dipantulkan oleh bidang yang tidak rata, seperti aspal, tembok yang
tidak rata, batang kayu, dan sebagainya. Pemantulan teratur terjadi jika cahaya
dipantulkan oleh bidang yang rata, seperti cermin.

2. Pembentukan Bayangan pada Cermin


a. Pembentukan bayangan pada cermin datar
Bayangan yang terbentuk pada cermin datar diperoleh dengan menggunakan diagram
sinar. Sinar datang yang mengenai permukaan cermin akan dipantulkan dengan besar
sudut pantul sama dengan besar sudut datang. Bayangan pada cermin datar diperoleh
dengan memperpanjang sinar-sinar pantul ke arah dalam cermin sehingga bertemu
dalam satu titik yang disebut titik perpotongan. Bayangan pada cermin datar bersifat
maya, tegak dengan ukuran sama dengan bendanya.
b. Pembentukan bayangan pada cermin cekung dan cembung
Pembentukan bayangan pada cermin cekung dapat diperoleh melalui diagram sinar
istimewa cermin.
Sinar-sinar istimewa cermin cekung
1) Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus.
2) Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan menuju sejajar sumbu utama.
3) Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan cermin akan dipantulkan melalui titik
pusat kelengkungan cermin pula.
Sinar-sinar istimewa cermin cembung
1) Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah dari titik fokus (f).
2) Sinar yang datang menuju titik fokus (f) dipantulkan sejajar sumbu utama.
3) Sinar yang datang menuju titik pusat kelengkungan cermin (p) seolah-olah berasal
dari titik pusat kelengkungan tersebut.

3. Pembentukan Bayangan pada Lensa


Pembentukan bayangan pada lensa cembung dan cekung dilakukan melalui diagram sinar
istimewa.
Sinar-sinar istimewa lensa cembung
1) Suatu sinar datang sejajar sumbu utama lensa akan dibiaskan menuju titik fokus di
belakang lensa.
2) Suatu sinar datang melalui titik fokus di depan lensa akan dibiaskan sejajar sumbu
utama.
3) Suatu sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.

Sinar-sinar istimewa lensa cembung


1) Suatu sinar datang sejajar sumbu utama lensa seolah-olah berasal dari titik fokus di
depan lensa.
2) Suatu sinar datang seolah-olah menuju titik fokus di depan lensa akan dibiaskan sejajar
sumbu utama.
3) Sinar datang melalui pusat optik lensa akan diteruskan tanpa dibiaskan.

E. Pendekatan/ Model/ Metode Pembelajaran


1. Pendekatan : Konsep
2. Model : Discovery Learning
3. Metode : Ceramah

F. Sumber Pembelajaran
1. Sumber belajar :
a. Buku siswa IPA SMP/MTs kelas VIII Semester 2 edisi revisi 2014, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.
b. Buku Guru IPA SMP/MTs Kelas VIII Semester 2 edisi revisi 2014, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2014.

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (3JP)
Langkah-langkah
Kegiatan model discovery Deskripsi kegiatan
learning
Pendahuluan Apersepsi  Guru mengucapkan salam.
 Guru menanyakan kabar peserta didik.
 Guru mengabsen.
 Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru membagi siswa ke dalam beberapa
kelompok.
 Guru melakukan apersepsi dengan
menunjukkan sebuah fenomena yang timbul
karena proses pembiasan.
Kegiatan Inti Mengamati  Siswa mengamati sedotan yang dimasukkan ke
dalam gelas yang berisi air bening.
Menanya  Siswa didorong untuk menanyakan mengapa
hal tersebut dapat terjadi.
Mengumpulkan  Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan
informasi percobaan perambatan cahaya “Mengapa
Sendok Terlihat Bengkok?” untuk
membuktikan sifat-sifat cahaya.
Mengolah informasi  Melalui diskusi dalam kelompok, siswa
menganalisis, menalar, menyimpulkan,
informasi yang telah diperoleh/dikumpulkan
melalui percobaan.
Mengkomunikasikan  Setiap kelompok siswa mempresentasikan hasil
percobaan di depan kelas.
Penutup  Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menanyakan materi yang belum
dipahami.
 Guru melakukan tanya jawab untuk penguatan
materi.

Pertemuan 2 (2JP)
Kegiatan Deskripsi kegiatan
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam.
 Guru menanyakan kabar peserta didik.
 Guru mengabsen.
 Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
 Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada
peserta didik. Pertanyaan tersebut sebagai berikut.
a. Tadi sebelum berangkat ke sekolah apakah kalian bercermin?
Cermin yang biasa kalian gunakan pada saat bercermin adalah
cermin datar.
b. Pada saat kalian bercermin, apakah yang dapat kalian lihat?
c. Bagaimanakah dengan ukuran bayangan yang kalian lihat?
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan Inti  Guru menjelaskan materi mengenai pembentukan bayangan pada
cermin datar.
 Guru menjelaskan materi mengenai pembentukan bayangan pada
cermin lengkung.
 Guru melatih siswa melukiskan pembentukan bayangan pada cermin
datar dan pembentukan bayangan pada cermin lengkung.
Penutup  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum dipahami.
 Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran pada hari ini untuk mengecek
pemahaman siswa.

Pertemuan 3 (3JP)
Kegiatan Deskripsi kegiatan
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam.
 Guru menanyakan kabar peserta didik.
 Guru mengabsen.
 Guru menyiapkan peserta didik untuk belajar.
 Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menunjukkan
sebuah lup kepada siswa dan kemudian secara bergantian peserta didik
memegang lup tersebut dan diamati.

 Guru memberikan pertanyaan mengenai lup.


 Guru menjelaskan bahwa lup adalah salah satu contoh lensa cembung.
 Guru menginformasikan pada peserta didik bahwa pada pertemuan
hari ini peserta didik akan belajar tentang sinar istimewa pada
pembiasan cahaya oleh lensa cembung dan cekung. Selain itu, peserta
didik juga akan belajar melukis pembentukan bayangan pada lensa
cembung dan cekung dengan menggunakan diagram sinar istimewa.
Kegiatan Inti  Guru menjelaskan materi tentang pembentukan bayangan pada lensa
cembung dan cekung.
 Siswa ditugaskan untuk melukiskan sinar istimewa pada lensa
cembung dan lensa cekung.
 Siswa menjelaskan sifat bayangan yang dibentuk pada berbagai ruang
lensa cembung dan cekung. Berikut ini lokasi dari benda yang harus
dilukiskan oleh siswa.
Lensa Cembung : di Ruang I, II dan III
Lensa Cekung: di Ruang I, II, dan III.
Penutup  Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan
materi yang belum dipahami.
 Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa yang berkaitan
dengan kegiatan pembelajaran pada hari ini untuk mengecek
pemahaman siswa.

H. Penilaian
1. Metode dan bentuk instrumen
Metode Bentuk Instrumen
 Penilaian sikap  Lembar pengamatan sikap dan rubrik
 Tes unjuk kerja  Tes penilaian kinerja
 Tes tertulis  Tes uraian

2. Contoh instrumen
a. Lembar pengamatan sikap
Lembar penilaian sikap pada kegiatan praktikum
No Nama Siswa Disiplin Teliti Hati-hati Kreatif Jumlah skor
1
2

Lembar penilaian sikap/perilaku pada saat diskusi


Nama Kerja- Jumlah
No Santun Toleran Proaktif Bijaksana
Siswa sama skor
1
2

Cara pengisian lembar penilaian sikap adalah dengan memberi skor pada kolom
sesuai dengan hasil pengamatan terhadap peserta didik selama kegiatan
Skor 0, jika tidak pernah berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 1, jika kadang-kadang berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
Skor 2, jika sering berperilaku disiplin* dalam kegiatan praktikum.
*macam-macam sikap/perilaku pada kegiatan praktikum atau saat diskusi
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Nilai = 𝑥 100
18

Predikat Nilai
Sangat Baik (SB) 80 ≤ SB ≤ 100
Baik (B) 70 ≤ B ≤ 79
Cukup (C) 60 ≤ C ≤ 69
Kurang (K) <60

b. Lembar pengamatan keterampilan praktikum


Nama Persiapan Pelaksanaan Kegiatan akhir Jumlah
No
siswa percobaan percobaan percobaan skor
1
2

Rubrik
No Keterampilan yang dinilai Skor Rubrik
1 Persiapan percobaan 30  Alat tertata rapi sesuai dengan urutan
(menyiapkan alat dan bahan) praktikum.
 Alat sudah dalam keadaan siap pakai.
 Alat dan bahan tersedia dalam
keadaan siap pakai.
20  Ada 2 aspek yng tersedia.
10  Ada 1 aspek yang tersedia.
2 Pelaksanaan percobaan 30  Alat terpasang seperti pada petunjuk.
 Melakukan proses pengamatan
sesuai dengan prosedur.
 Mencatat data sesuai dengan fakta
yang diamati.
20  Ada 2 aspek yang tersedia.
10  Ada 1 aspek yang tersedia.
3 Kegiatan akhir percobaan 30  Merapihkan alat dengan baik.
 Merapihkan meja praktikum.
 Mengembalikan alat ke tempat
semula.
20  Ada 2 aspek yang tersedia.
10  Ada 1 aspek yang tersedia.

c. Instrumen soal pengetahuan


1. Lukiskan pembentukan bayangan pada cermin datar, cermin cembung, dan
cermin cekung!
2. Peserta didik diminta untuk menentukan posisi ruang pada lensa cembung.
3. Gambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa cembung!
4. Peserta didik diminta untuk menentukan posisi ruang pada lensa cekung.
5. Gambarkan sinar-sinar istimewa pada lensa cekung!

Manado, September 2015


Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 1 Manado Guru Mata Pelajaran

……………………………………… ……………………………….

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai