Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PERILAKU ORGANISASI
“PROSES PERILAKU DAN KINERJA INDIVIDU,KELOMPOK DAN
BUDAYA ORGANISASI”

DISUSUN OLEH :
OKWERITA

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Padang, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1.

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1


B. Tujuan Penulisan............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3
A. Konsep Prilaku Individu………………………………………… 3
B. Konsep Perilaku Kelompok.............................................................. 9
C. Konsep Organisasi………………………………………………… 15
D. Konsep Budaya Organisasi ……………………… 23
BAB III PENUTUP.................................................................................… 23
A. Kesimpulan........................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indivudu sebagai insan yang berbudaya menyandang fungsi ganda, yaitu sebagai
makhluk individu (biologis) dan sebagai makhluk sosial (social beings).
Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah sesuatu yang
dikerjakan seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja,
menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang ke dalam gudang dan
lain sebagainyaotak mereka. Adanya keterlampilan tidak terpisah dari latar belakang
atau pengetahuan.
Sebagai mkhluk sosial, ia cenderung berkelompok dua orang atau lebih yang
mempunyai obyek perhatian yang sama, saling pengaruh-mempengaruhi, memupuk
kepercayaan dan loyalitas serta berpartisipasi dalam kegiatan yang sama untuk
memenuhi kebutuhannya yang disebut dengan organisasi.
Sherif dan Burgoon (1978) memberikan batasan kelompok sebagai suatu unit
sosial dan organisme hidup yang menyerupai individu. Kelompok adalah unit sosial
yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai huvungan saling tergantung satu
sama lain sesuai dengan status dan peranannya. Secara tertulis atau tidak, mereka
telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.
Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional
kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pemmbagian
pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggungjawab. Schein juga
mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergatung
kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi
tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa
organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.
Dalam ilmu management, seorang manager harus mengetahui perilaku individu.
Dimana setiap individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu yang
menentukan terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah
motivasi individu. Perwujudan dari tingkah laku para pelaku dalam berorganisasi
disebut juga dengan budaya organisasi.

1
Budaya organisasi mengacu kepada suatu sistem yang dianut oleh para anggota
organisasi yang membedakan organisasi itu dengan yang lainnya. Dibutuhkannya
budaya organisasi dalam pemahaman organisasi, karena budaya organisasi
mempelajari tentang suatu perilaku yang khas sebagai identitas dari organisasi
tersebut untuk mengembangkan kinerja para pelaku organisasi dalam pencapaian
tujuan yang dinginkan.
Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
B. Tujuan
1. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Teori Dan Konsep Perilaku Individu
2. Mengetahui Teori dan Konsep Perilaku Kelompok
3. Mengetahui Teori dan Konsep Organisasi
4. Mengetahui Teori dan Konsep Budaya Organisasi

2. Manfaat
1. Bagi Praktis
Makalah ini dapat sebagai acuan untuk perawat manajer dalam bekerjasama
dengan timnya.
2. Bagi akademis
Makalah ini dapat sebagai referensi untuk institusi pendidikan dalam
memberikan materi kepada peserta didiknya.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PERILAKU INDIVIDU
DEFENISIS
Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah sesuatu yang
dikerjakan seseorang, seperti berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja,
menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang ke dalam gudang dan
lain sebagainya.
Perilaku merupakan fungsi interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Perilaku ditentukan oleh 2 faktor atau karakteristik, yaitu
karakteristik individu dan karakteristik lingkungan .
1. Karakteristik individu yang berpengaruh terhadap perilaku individu :
kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengharapan dan pengalaman masa
lalunya.
2. Karakteristik lingkungan (organisasi) yang berpengaruh : hirarki, tugas,
wewenang, sistem reward, sistem kontrol dan lain sebagainya.
Dari teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, memberikan 3
komponen dasar perilaku individu , diantaranya adalah :
1. Konsepsi Id : subsistem dari kepribadian yang merupakan sumber dan
menampung semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu
sistem. Libido dan Agresi adalah elemen kepribadian dari unsur Id yang
berkenaan dengan kata hati, hasrat dan keinginan untuk mengejar
kesenangan & kepuasan.
2. Konsepsi Ego : mewakili logika yang dihubungkan dengan prinsip-rinsip
realitas dan merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani
sekaligus mengendalikan (penengah) dua sisi lainnya (Id & Super Ego),
dengan cara berinteraksi dengan dunia atau lingkungan luar.
3. Konsepsi Super Ego : kekuatan moral dari personalitas yang merupakan
sumber nilai, norma dan etika yang dianut seseorang dan memungkinkan ego
memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Jika seseorang memiliki
superego yang baik, maka orang tersebut akan memiliki tingkat kecerdasan
spiritual yang tinggi.

3
Perilaku individu tidak hanya ditentukan oleh faktor keturunan atau bawaan dari
lahir, tetapi juga dipengaruhi oleh effort (usaha), ability (kompetensi) serta situasi
lingkungan. Perubahan perilaku merupakan hasil dari proses pembelajaran.

PERBEDAAN INDIVIDUAL
Setiap manusia berbeda perilakunya karena :
1. Manusia berbeda karena berbeda kemampuannya. Setiap manusia memiliki
perbedaan dalam berperilaku karena teori pertama menyatakan perbedaan itu
dibawanya sejak lahir, teori kedua karena proses penyerapan informasi yang
berbeda dari individu tersebut. bahkan kedua teori tersebut mempengaruhi perilaku
seseorang dalam bertindak.
2. Manusia berbeda perilakunya karena adanya perbedaan kebutuhan. Hal ini
merupakan bagian dari teori motivasi yang di temukan oleh para ilmuwan
psikologi seperti, Maslow, Mcleland,McGregor, dan lain-lain. yang pasti
kebutuhan manusia menjadi motif secara intrinsik individu tersebut dalam
berperilaku.
3. Manusia Berbeda karena mempunyai lingkungan yang berbeda dalam
mempengaruhinya. Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada manusia, suatu
keputusan yang di buat oleh individu dapat dipengaruhi dengan apa yang terjadi di
luar dari dirinya dengan kata lain motivasi exsternal berperan disini. lingkungan
membentuk manusiam menjadi baik kah atau menjadi jahat, ramah atau sombong,
dan lain-lain.
4. Manusia berbeda mempunyai masa depan sehingga cara berpikirnya pun berbeda.
Setiap mimpi yang dibuat oleh manusia mempengaruhi bagaimana individu
tersebut berpikir dalam aktivitas kesehariannya dan bagaiman individu tersebut
bertindak untuk mencapai tujuan jangka pendek atau jangka panjangnya.
5. Faktor Like or Dislike with Something. Percaya atau tidak faktor ini juga
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, apabila seseorang tidak suka pada
atasannya dalam memimpin, maka apapun yang dikatakan atasan hanya
merupakan masukan tidak langsung di lakukan.
6. Faktor X. Faktor X ini terjadi diluar kemampuan manusia artinya bahwa segal
perilaku akan berubbah oleh karena faktor alam yang tidak dapat di identifikasi

4
penyebabnya. maka apabial ada perubahan perilaku manusia dan tidak dapat di
pahami penyebabnya hal itu terjadi karena segala sesuatu telah di tentukan oleh
Allah SWT.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda, dari
perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi sosial diantara manusia.
Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedaan tetapi ada juga yang tidak
merasa nyaman dalam perbedaan yang ada.
Perbedaan individu berarti bahwa manajemen dapat memperoleh motivasi
terbesar dikalangan para pegawai dengan memperlakukan mereka secara berbeda.
Apabila bukan karena perbedaan individual tentu dapat diterapkan standar tertentu
yang berlaku untuk semua orang dalam hal manajemen pegawai. Perbedaan individu
mengharapkan bahwa keadilan dan kepantasan perlakuan terhadap para pegawai
sepantasnya bersifat individual.

KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP


INDIVIDU
Dalam ilmu management, seorang manager harus mengetahui perilaku individu.
Dimana setiap individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu yang
menentukan terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah
motivasi individu.
Karakteristik individu dalam organisasi antara lain :
1. Karakteristik biografis yaitu karakteristik pribadi seperti umur, jenis kelamin, dan
status kawin yang objektif dan masa kerja.
2. Kemampuan yaitu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan intelektual, merupakan kemampuan yang
diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental. misalnya : berpikir,menganalisis,
memahami. yang mana dapat diukur dalam berbrntuk tes (tes IQ). Dan setiap
orang punya kemampuan yang berbeda. Kemampuan fisik, merupakan
kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina,
kecekatan dan kekuatan.
3. Kepribadian merupakan cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain.
kepribadian terbentuk dari faktor keturunan, juga lingkungan (budaya, norma
keluarga dan pengaruh lainnya), dan juga situasi. ciri dari kepribadian

5
adalah: merupakan karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku
seorang individu, seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia.
4. Proses belajar (pembelajaran) adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan
meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar.
belajar adalah : setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi
sebagai hasil pengalaman.
 belajar melibatkan perubahan (baik ataupun buruk)
 perubahan harus relatif permanen
 belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan / perilaku
 beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk belajar. pengalaman dapat
diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau
lewat praktek.
5. Persepsi
6. Sikap adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak
menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan
bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi,
pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.

PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI PERILAKU


INDIVIDU
Pendekatan yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;
pendekatan kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut dilihat dari; penekanannya, penyebab timbulnya perilaku,
prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran,
dan data yang dipergunakan.
1. Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.
Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari
lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan
dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli
yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.

6
Pendekatan psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam
menentukan sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya
sebagai ego yang berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh stimuli
lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku.
Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh tegangan
(tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)
adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu
mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan
pada respon tersebut menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang.
Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id
kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4. Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman
masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus
tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu
penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id, Ego
dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat dari Kesadaran

7
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi
dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,
dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak. Biasanya
aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan tidak
dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti berpikir
dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka, tetapi bukan
berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya perilaku
terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah tidak
sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan perilaku.
6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan
pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau
fisik yang dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan
sarana teknologi
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan, dan
bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi,
asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.

PERSEPSI DAN KOMUNIKASI


Persepsi merupakan suatu proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan
makna bagi lingkungannya.
Distorsi persepsi (penyimpangan persepsi) :
 persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka
saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
 efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu
karakteristik tunggal (kesan pertama)
 efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh
perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih
tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.

8
 proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi
orang lain.
 stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari
orang tersebut (menggeneralisasikan).
Salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja kelompok adalah
kurangnya berkomunikasi dengan baik. Fungsi komunikasi dalam organisasi ada 4,
yaitu:
1. Sebagai pengendalian
2. Motivasi
3. Pengungkapan emosi
4. Informasi.
Proses komunikasi meliputi langkah-langkah antara sumber dan penerima yang
menghasilkan penyampaian dan pemahaman makna. Komunikasi antara pribadi
meliputi metode dasar yang mengandalkan:
 Komunikasi lisan, seperti pidato, percakapan dua orang, diskusi kelompok.
 Komunikasi tertulis, seperti memo, surat, email, laporan berkala organisasi,
mengirim faksimili.
 Komunikasi non verbal, seperti gerakan tubuh yang propokatif yang mempunyai
arti, ekspresi wajah.
Jadi komunikasi juga sangat berpengaruh terhadap sikap individu dalam organisasi.

B. PERILAKU KELOMPOK
DEFENISI
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang
mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y
Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan
yang lain. Kurt Lewin berpendapat “ the essence of a group is not the similarity or
dissimilarity of its members but their interdependence “. Sedangkan H.Smith
menguraikan bahwa kelompok adlah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang
mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya melalui cara dan dasar
kesatuan persepsi. Interaksi antar angggota kelompok dapat menimbulkan kerja ama
apabila masing-masing anggota kelompok :
1. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
2. Adanya saling menghormati diantara anggota-anggotanya
9
3. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
4. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota
kelompok .
KELOMPOK DAN PENGUKURANNYA
Indivudu sebagai insan yang berbudaya menyandang fungsi ganda, yaitu sebagai
makhluk individu (biologis) dan sebagai makhluk sosial (social beings). Sebagai
makhluk individu, ia sesring diliput oleh kecenderungan-kecenderungan
(keinginan-keinginan). Sebagai mkhluk sosial, ia cenderung berkelompok dua orang
atau lebih yang mempunyai obyek perhatian yang sama, saling
pengaruh-mempengaruhi, memupuk kepercayaan dan loyalitas serta berpartisipasi
dalam kegiatan yang sama untuk memenuhi kebutuhannya. Ia menagadakan interaksi
dengan individu lainya. Mereka mengembangkan ieolodi kelompok yang mengatur
dan mengarahkan sikap dan tindakannya, saling pengaruh mempengaruhi alam
memenuhi keputusannya. Konsep tentang kelompok mengandung interprestasi yang
berlainan. Sherif dan Burgoon (1978) memberikan batasan kelompok sebagai suatu
unit sosial dan organisme hidup yang menyerupai individu. Kelompok adalah unit
sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai huvungan saling
tergantung satu sama lain sesuai dengan status dan peranannya. Secara tertulis atau
tidak, mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota
kelompoknya.

KELOMPOK SEBAGAI ORGANISME HIDUP


Kelompok sebagai organisme hidup senantiasa memacu dirinya mencapai tujuan
kelompoknya. Kelompok memiliki karakteristik seperti individu. Dalam kelompok
sering terjadi frustasi, agresi, kemunduran, diintegrasi, kekacauan, dan lain-lain.
Seperti halnya individu, kelompok mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Dalam mengkoordinasi aktivitas anggota, kelompok tidak jarang menemukan
sejumlah hambatan dan kesulitan, karena arah dan tujuan kelompok tidak jelas. Suatu
kelompok yang sedang dalam proses “on becoming” acapkali terjadi
benturanbenturan (conflik).
Cara berfikir dan bertindak telah matang atau dewasa. Anggota-anggotanya ingin
bebas dan independent. Kelompok yang matang yaitu mampu menciptakan
keterpaduan yang sehat dalam kelompok, mengetahui apa yang ingin di perbuat dalam
kelompoknya, bertanggungjawab atas memecahkan masalahnya secara objektif,
10
mengadakan pembagian tugas yang sesuai dengan kemampuan anggotanya,
menyusun dan membuat langkah-langkah kegiatan sesuai dengan situasi yang
berkembang, dan perhatiannya mengutamakan “group’s concerns” dari pada
“personal concerns”
JENIS-JENIS KELOMPOK
Dalam memahami jenis-jenis kelompok, dapat dilihat dari segi struktur, fungsi
dan interaksi serta dari segi frekuensi interaksinya. Berdasarkan struktur, kelompok
dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu kelompok formal dan kelompok in formal
(Rogers,1960). Ciri dari kelompok formal adalah dibentuk melalui prosedur resmi,
berstatus resmi dan didukung dengan peraturan-peraturan tertulis, struktur dan
norma-norma kelompok dirumuskan secara tegas, tujuannya dijabarkan secara
tertulis, interaksi antar anggota kelompok lebih bersifat resmi, bukan
kekeluargaan.Sedangkan kelompok informal adalah sebaliknya, yang dicirikan
dengan, pembentukan tidak perlu memlalui prosedur resmi, anggotanya mempunyai
ikatan emosional yang yang kuat, dirumuskan secara tegas dan interaksi para anggota
lebih bersifat kekeluargaan.
Berdasarkan atas fungsinya, kelompok dapat dibagi dua jenis yaitu kelompok
tugas dan kelompok sosial (Soedijanto, 1980).
1. Kelompok tugas adalah kelompok yang fungsi utamanya untuk
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
2. Sedangkan kelompok sosial adalah kelompok yang fungsi utamanya
untuk mencapai kesejahteraan soaial dan menghasilkan keputusan bagi
anggotanya. Timbul kelompok sosial ini didasarkan atas rasa senang dan
kesukarelaan.
Berdasarkan atas pola interaksi, kelompok dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu
1. Kelompok interaksi,
2. Kelompok koaksi dan
3. Kelompok kounteraksi (soedijanto, 1980).
Menurut Cooley dilihat dari frekuensinya, kelompok dapat digolongkan atas dua jenis
yaitu
1. Kelompok primer
2. Dan kelompok sekunder.

11
Aspek-Aspek Dinamika dalam Kelompok Memahami dinamika suatu kelompok
berarti memahami kekuatan-kekuatan yang timbul dari berbagai sisi yang terjadi di
dalam kelompok.
Lewin (1951), Cartwright (1968) dan Schen (1969) mengatakan bahwa
kekuatan-kekuatan kelompok tersebut meliputi :
1. Tujuan Kelompok
Tujuan Kelompok merupakan alah satu aspek dinamika. Tujuan kelompok
merupakan gambaran tentang sesuatu hasil yang diharapkan tercapai oleh kelompok.
Proses untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan berbagai usaha meskipun masih
sering terlambat, karena kebutuhan dan tujuan setiap anggota berlainan satu sama
lain, kebutuhan dan tujuan yang terucapkan sering berbeda dengan yang terasa dan
tujuan yang diharapkan tidak selamanya sama
a. Kebutuhan Dasar Individu Maslow yang terkenal dengan konsep “Dynamic of
Human Motivication” berpendapat bahwa motivation and its resultan behavior
bersumber dari dalam untuk merespon kebutuhan manusia bervariasi dan
tersusun secara hirarhis. Kebutuhan yang lebih tinggi hanya akan ada sebagai
motivator dan tidak dapat terwujud bila kebutuhan jenjang di bawahnya belum
terpenuhi. Perwujudan diri itulah yang merupakan kebutuhan manusia yang
paling fundamental dan yang terpenting.
b. Minat Kelompok Konsep kebutuhan dan minat sering dipakai secara simultan.
Kebutuhan sifatnya lebih mendasar dan bertalian erat dengan motivasi manusia,
sedangkan minat lebih dominan dan lebih konkrit. Minat bersumber dari
pengalaman hidup seseorang. Pengalaman menunjukan bahwa
kelompok-kelompok yang lebih homogen minat dan nilai-nilainya lebih cepat
berpartisipasi dari pada yang heterogen, karena yang homogen biasanya memiliki
sikap-sikap yang sama.
c. Nilai-Nilai Agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai relevan dengan kepentingan
anggota, maka kebutuhan dan tujuan hendaknya diseleksi menurut prioritas
kebutuhan. Untuk menentukan dan menetapkan kebutuhan dan tujuan yang
“mosturgent”, Rath dan kawankawan (Ingalls, 1973) mengajukan tujuh kriteria
dalam mengadakan penilaiannya, yaitu :
1. Memilih secara bebas
2. Memilih dari sejumlah alternatif

12
3. Memilih setelah mempertimbangkan secara teliti mengenai konsekuensi
alternatif
4. Menghargai dan menjunjung tinggi apa yang telah di putuskan atau
dipilih.
5. Memperkuat dan mensahkan, artinya kita harus bangga terhadap apa yang
telah dipilih
6. Melaksanakan apa yang telah ditetapkan
7. Mengulangi, artinya menerapkan kembali kriteria ini dalam situasi
kehidupan yang sama dan dialami oleh anggota kelompok
2. Peran Fungsional Anggota Kelompok
Anggota kelompok memegang peranan dan fungsi yang berlainan. Pada
kelompok yang sedang tumbuh, anggota ingin mengetahui peran fungsional.
Dalam kelompok sering terjadi ketegangan-ketegangan (tensions). Anggota
kelompok mengadakan gerakan-gerakan (movement). Ada yang ingin menjadi
leader, harmonizer, compromisers, dan yang lainnya hanya ingin mengacau dan
membuat konflik dengan mengadakan reaksi logis. Selama issues ini masih
berkembang maka tidak akan tercipta “freedom dan flexibility”. Pada kelompok
yang berstruktur terdapat bentuk hubungan individu yang disesuaikan dengan
posisi dan peranan masing-masing anggota. Kelompok yang berstuktur biasanya
telah memiliki pola hubungan yang stabil anatara anggota kelompok. Dalam
kelompok terdapat bentuk interaksi kelompok untuk mengatur dirinya sendiri
dalam mencapai tujuannya. Bentuk hubungan interaksi itu bertalian dengan :
1. Pengambilan keputusan
2. Pembagian tugas pekerjaan
3. Komunikasi antar sesama anggota
4. Suasana Kelompok
Suasana kelompok sebagai salah satu faktor dinamika kelompok memegang
peranan penting dalam menimbulkan reaksi anggota dalam kelompoknya. Kelompok
yang menarik adalah kelompok yang dimana anggotanya merasa saling diterima dan
dihargai serta penuh persaudaraan.. Suasana kelompok itu mengandung nilai-nilai
moralitas, sikap dan perasaan-perasaan yang pada umumnya terdapat dalam
kelompok. Suasana kelompok itu ada yang positif dan ada yang negatif, ada ynag
menggairahkan dan ada pula yang mengekang. Baik buruknya suasana kelompok
tergantung pada :
13
1. Hubungan antar anggota
Dengan menumbuhkan suasana yang menyenangkan, anggota dapt bekerja dengan
penuh tanggung jawab. Kebebasan berkreasi dalam kelompok hendaknya dibina dan
diarahkan sehingga kelompok bisa berkembang. Ada lima macam perilaku kreatif
yang bisa membangkitkan kemampuan berkreasi, antara lain :
a. Kelancaran, yaitu kemempuan mengemukakan ide-ide serupa untuk
memecahkan suatu masalah.
b. Keluwesan, yaitu kemampuan menemukan atau menghasilkan berbagai macam
ide untuk memecahkan suatu masalah di luar kategori biasa.
c. Keaslian (originality), yaitu kemampuan memberikan respon unik.
d. Ketelitian (elaboration), yaitu kemampuan mengarahkan ide secara teliti untuk
mewujudkan ide menjadi kenyataan.
e. Kepekaan, yaitu kepekaan menangkap dan membangkitkan masalah sebagai
tanggapan terhadap suatu situasi.
2. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang menyenangkan akan merangsang dan mengarahkan,
sehingga semangat kerja kelompok menjadi besar. Kelompok akan menjadi
dinamis.
3. Kekompakan Kelompok
Kekompakan kelompok adalah derajat rasa untuk menetap di dalam kelompok.
Anggota kelompok yang kompak akan lebih memperhatikan kesejahteraan
anggotanya, tujuannya, dan mendorong anggotanya untuk berparisipasi dalam
kegiatan kelompoknya. Kekompakan kelompok mempengaruhi perilaku
kelompok. Kerjasama, persaudaraan dan solidaritas antar sesama anggota semakin
tampak pada kelompok yang kohesif. Pada kelompok yang kurang kohesif
kelihatannnya masing menggantungkan diri, kurang kepedulian kepada
anggotanya.
4. Pembinaan Kelompok
Kesadaraan anggota untuk tetap tinggal dalam kelompok akan menatap jika ada
pembinaan.
Menurut Margono, pembinaan kelompok akan berhasil apabila :
a. Semua anggota berpartisipasi
b. Fasilitas memadai
c. Kegiatan kelompok intensitas terus menarik
14
d. Kesempatan mendapatkan anggota baru. Semakin terbuka mendapatkan anggota
baru, semakin berhasil usaha memperhatikan kehidupan kelompok.
e. Tekanan kelompok Tekanan kelompok adalah segala sesuatu yang menimbulkan
dorongan berbuat sesuatu untuk tercapainya tujuan kelompok. Sistem penguatan
dan hukuman yang diberikan kepada anggota kelompok merupakan salah satu
bentuk tekanan kelompok. Tekanan kelompok diberikan kepada anggota dengan
maksud untik memperkecil perbedaanperbedaan yang timbul dalam kelompok
karena perbedaan keinginan anggota dan dilakukan oleh orang-orang tertentu
yang lebih dominan.
f. Keefektifan kelompok Keefektifan kelompok merupakan salah satu faktor
dinamika kelompok. Menurut Krech kelompok yang kreatif, efektif dan
menjalankan fungsinya secara sehat, biasanya :
1. Memiliki suasana yang informal, confortable dan relaxed.
2. Anggota kelompok selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan diskusi untuk
kepentingan tugas kelompok
3. Tugas dan tujuan kelompok saling memperhatikan satu sama lain.
4. Anggota-anggota kelompok saling memperhatikan satu sama lain
5. Berani mengemukakan pendapat walaupun suasananya genting.
6. Tidak suka menaruh rahasia yang konfrontatif
7. Sebagian besar keputusan diperoleh dengan hasil konsensus.
8. Terbuka terhadap kritikan, keterusterangan dan relatif menyenangkan.
9. Anggota kelompok bebas mengemukakan pendapat untuk kelangsungan hidup
kelompok.
10. Pembagian tugas-tugas bagi anggota cukup jelas
11. Ketua kelompok tidak mendominasi kelompok, pergantian ketua kelompok
disesuaikan dengan situasi.
12. Lebih menekankan pada prinsip “how to get the job done”
13. Anggota sadar sendiri akan tugas-tugasnya

C. ORGANISASI
DEFENISI
Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional
kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pemmbagian
pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggungjawab. Schein juga
15
mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai
struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergatung
kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi
tersebut. Sifat tergantung antara satu bagian dengan bagian lain menandakan bahwa
organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.

Selanjutnya Kochler (1976) mebgatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan


yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat Wright (1977); dia mengatakan bahwa
organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang dikoordinasi oleh
dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Walaupun ketiga pendapat mengenai organisasi tersebut kelihatannya
berbeda-beda perumusannya tapi ada 3 hal yang sama-sama dikemukakan yaitu :
organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktivitas dan mencapai tujuan
bersama atau tujuan umum.
ELEMEN ORGANISASI
Organisasi adalah sangat bervariasi ada yang sangat sederhana dan adapula yang
sangat kompleks.
1. Struktur Sosial
Struktur sosial adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan
didalam suatu organisasi. Menurut Davis (Scott, 1981) dapat dipisahkan menjadi
dua komponen.
1). Struktur Normatif.
Mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria
yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku. Sedangkan norma
adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam mengejar tujuan. Dalam kelompok sosial nilai-nilai, norma,
dan peranan, tidaklah secara kebetulan tersusun tetapi isusun sedemikian
rupa sehingga merupakan satu set kepercayaan yang relatif logis dan
konsisten dan merupakan resep yang mengatur tingkah laku partisipan.
2). Struktur Tingkah Laku.
Komponen ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada
resep bertingkah laku. Tingkat laku yang diperlihatkan manusia dalam

16
organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau
jaringan tingkah laku.
struktur normatif dan struktur tingkah laku dari kelompok tidaklah dapat dipisahklan
secara jelas dan tidak pula identik, tetapi berbeda tingkatnya dan saling berhubungan.
Tingkah laku membentuk norma-norma sebagaimana halnya norma membentuk
tingkah laku.
2. Partisipan
Partisipan organisasi adalah individu-individu yang memberikan kontribusi
kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan
keterlibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi. Tingkat
ketrampilan dan keahlian yang dibawa partisipan ke dalam organisasi adalah sangat
berbeda-beda. Tingkat ketrampilan ini hampir selalu diikuti oleh perbedaan kekuasaan
(power) dan tuntutan otonomi.
3. Tujuan
Bagi kebanyakan analisis, tujuan merupakan suatu titik sentral petunjuk dalam
menganalisis organisasi. Tujuan dibatasi sebagai suatu konsepsi akhir yang diingini,
atau kondisi yang partisipan usahakan mempengaruhinya, melalui penampilan
aktivitas tugas-tugas mereka.
4. Teknologi
Teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan-perlengkapan
mesin dan juga pengetahuan teknik dan ketrampilan partisipan. Semua organisasi
mempunyai teknologi tetapi bervariasi dalam teknik atau kemanjuran dalam
memproduksi hasil yang diinginkan.
5. Lingkungan
Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan
lingkungan sosial, terhadap mana organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan
dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistim yang lebih besar
untuk dapat terus hidup.
Parson (Scott, 1981) telah memberikan perhatian terhadap pentingnya hubungan
diantara tujuan organisasi dengan lingkungan masayarakat yang lebih luas. Suatu
organisasi mungkin mengharapkan dukungan sosial bagi aktivitasnya untuk
merefleksikan nilai-nilai masyarakat pada fungsinya.

KARAKTERISTIK ORGANISASI
17
Di antara karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memerlukan informasi,
mempunyai tujuan dan struktur.
1. Dinamis
Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami perubahan,
karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungan yang selalu berubah
tersebut. Semua organisasi memerlukan sumber keuangan untuk melakukan
aktivitasnya.Oleh karena itu kondisi ekonomi mempengaruhi secara tajam paa
kehidupan organisasi. Perubahan pasaran kebanyakan organisasi pasarannya adalah
hasil produksi atau pelayanan. Krena pasaran itu tegantung kepaa langganan yang
menggunakannya maka organisasi harus sentitif terhadap perubahan sikap
langganannya. Perubahan Kondisi Sosial karena semua organisasi tergantung kepada
bakat dan inisiatif manusia maka organisasi mesti tetap dinamis untukmenyeusaikan
diri dengan perubahan kondisi sosial.
2. Memerlukan Informasi
Semua organisasi memrlukan informasi untuk hidup. Tnpa informasi organissi
tidak dapat jalan. Begitu juga sebaliknya dengan tidak adanya informasi suatu
organisasi dapat macet atau mati sama sekali. Komunikasi memegang peranan peting
dalam organisasi untuk mendapatkan informasi yang dibuthkan bagi organisasi.
3. Mempunyai Tujuan
Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja bersama untuk
mencapai tujuan tertentu. Tujuan organisasi hendaknya dihayati oleh seluruh anggota
organisasi sehingga setiap anggota dapat diharapkan mendukung pencapaian tujuan
organisasi melalui partisipasi mereka secara individual.
4. Terstruktur
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-aturan,
undang-undang dan hierarki hubungan dalam organisasi. Hal ini dinamakan struktur
organisasi. Struktur menjadikan organisasi membakukan prosedur kerja dan
mengkhususkan tugas yang berhubungan dengan proses produksi.

FUNGSI ORGANISASI
1. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi
Setiap organissi mempunyai kebutuhan pokok masing-maing dalam rangka
kelangsungan hidup organisasi tersebut. Lebih-lrbih lagi kalai organisasi tersebut
lebih kompleks banyak kebutuhan organisasi yang dipenuhinya. Semuanya ini
18
merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya. Tetapi adakalanya
beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang tidak berharga dan tanggung
jawab anggotalah membantu organisasi dalam menentukan mana barang yang
berharga dan mana yang tidak perlu dihindarkan.
2. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab
3. Memproduksi Barang atau Orang
Efektivitas proses produksi banyak tergantung kepada ketetapan informasi.
Orang-orang dalam organisai harus memdapatkan dan mengirimkan informasi kepada
bagian-bagian yang memerlukannya sehingga aktivitas organisasi berjala lancar.
Penyampaian dan pemeliharaan informasi memerlukan proses komunikasi. Oleh
sebab itu informasi juga tergantung kepada keterampilan berkominikasi.
4. Menpengaruhi dan Dipengaruhi Orang
Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh oerang. Orang yang membimbing,
mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang sebagai
anggota organisasi maupun sebagai pemakai jasa organisasi, dipengaruhi oleh
organisasi.

TEORI ORGANISASI
1. Teori Klasik
Teori Klasik atau stuktural berasal dari dua teori. Pertama, teori Saintifik
manajemen yang dikembangkan oleh W. Tylor 1911. Kedua, berasal dari teori
Birokrasi yang dikembangkan oleh Max Weber 1947. Pada teori saintifik manajemen
pengelolaan organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip kunci sbb :
a. Pembagian pekerjaan,
b. otoritas dan tanggungjawab,
c. kesatuan komando,
d. kesatuan arah,
e. minat masing-masing bawahan terhadap minat umum,
f. pembayaran yang wajar,
g. sentralisasi,
h. mata rantai komando,
i. perintah,
j. kesamaan,
k. stabilitas penduduk personel yang tetap,
19
l. insisiatif, m. rasa kesatuan korp.

Birokrasi merupakan organisasi manusia yang distruktur secara ideal.


1) Anggapan Dasar Teori Klasik
Ahli-ahli teori klasik cenderung meliohat organisasi sebagai sistem yang
tertutup secara relatif, dalam mengejar tujuan-tujuan yang telah dinyatakan.
Jika organisasi sangat tergantung kepada lingkungan maka organisasi akan
terus menerus dipengaruhi atau terganggu oleh lingkungan. Alat untuk
melindungi organisasi dan untuk mengurangi ketidaksanggupan
memperkirakan diantaranya adalah sbb :
2) Pengkodean, menciptakan skema klasifikasi bagi input
3) Penimbunan barang, menyimpan bahan mentah dan hasil produksi sebagai
input dan output dapat diatur.
4) Penyamarataan, memotivasi pemberi suplai untuk memberikan input atau
menentukan permintaan bagi output.
5) Meramalkan, memperkirakan perubahan dalam permintaan.
6) Pertumbuhan, berusaha keras untuk mencapai tingkat ekonomi tertentu yang
akan memberi organisasi pengaruh melalui lingkungan.
b. Unsur Kunci Teori Klasik
Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci dari
teori organisasi klasik yaitu : pembagian kerja, hierarki proses fungsional, struktur
dan pengawasan yang ketat.
2. Teori Hubungan Manusia
Manusia sebagai anggota organisasi adalah merupakan inti organisasi sosial.
Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi. Teori ini menekankan pada
pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Dengan
meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan
mempertinggi motovasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi
organisasi. Teori ini diperkenalkan pada tahun 1930-an yang dipelopori oleh
Barnard 1938, Mayo 1933, Roethlisherger dan Dickson 1939. Inilah permulaan
hubungan manusia menolak prinsip teori struktural pasif dan menentang
pandangan yang mekanis terhadap organisasi yang tidak sensitif terhadap
kebutuhan sosial anggota organisasi. Anggota kelompok teori hubungan manusia
membalas menyerang kritikan ahli teori klasik dan mengatakan mereka sebagai
20
penindas masa. Teori hubungan manusia sanggup bersaing secara efektif dengan
teori klaik dan membuat kelogisannya secara luas melalui bukti-bukti yang
diberikan melalui eksperimen yang diberikan Mayo, Roethlisherger dan Dickson.
Teori Klasik tidak memperhitungkan pengaruh faktor sosial kepada penampilan
organisasi. Teori Hubungan Manusia mengembangkannya bertentangan dengan
teori klasik karena dasar asumsinya berbeda mengenai organisasi dan anggota
organisasi.
3. Teori Sistem Sosial
Teori sistem memandang organisasi sebagai kaitan bermacam-macam
komponen yang saling tergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi.
Setiap bagian mempunyai peranan masing-masing dan berhubungan dengan
bagian-bagian lain dan karena itu koordinasi penting dalam teori ini.
1) Organissi sebagai suatu sistem sosial
Pendekatan sistem sosial terhadap timgkah laku organisasi adalah suatu
perspektif yang komprehensif, multidimensional, dan deskriptif mengenai
organisasi. Teori sistem berkembang debagai suatu alat untuk menguraikan
sifat-sifat dan pola-pola yuang menjadikan organisasi terjadi. Teori Sistem
memberikan suatu model deskripsi yang sangat kuat mengenai proses organisasi.
Suatu aplikasi logis dari pemikiran sistem adalah dalam mendeskripsikan
pengembangan, struktur dan pemeliharaan organisasi manusia. Teori Klasik dan
hubungan manusia, adalah sangat sederhana dan belum bersifat deskriptif, gagal
menguraikan keanekaragaman sifat-sifat yang ada dalam organisasi.
2) Teori Sistem Umum Organisasi
Mengatakan bahwa organsasi sebagai suatu set bagian-bagian yang kompleks
yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang selalu berubah agar dapat mencapai tujuannya. Semua
organisasi adalah sistem. Tiap sistem mengambil sumber atau input dari
lingkungan kemudian memprosesnya dan mengeluarkan output terhadap
lingkungannya. Output dari sistem tidak pernah sama dengan input. Organisasi
melakukan sesuatu untuk memproses input, menciptakan output yang akan
membantu mencapai tujuan organisasi.
Model Sistem Transformasi (Kreps, 1986)
Untuk menjaga keseimbangan aktivitas yang produktif, tiap-tiap bagian yang
mengirimkan balikan kepada bagian yang lain. Balikan ini digunakan untuk
21
menyesuaikan dan membetulkan aktivitas bagian lainuntuk menjaga keseimbangan
homeostatis. Ada dua tipe balikan, yaitu balikan positif dan balikan negatif.
Balikan positif adalah memperkuat penyimpangan yaitu balikan yang
menganjurkan subunit lain pindah dari keadaan semula dan melakukan tingkah
lakuyang baru. Balikan negatif adalah peniadaan penyimpangan yaitu
menganjurkan subunit menahan diri dari aktivitas tertentu dan kembali pada
keadaan searah. Ada beberapa level hierarki dari sistem yaitu subsistem, sistem
dan suprasistem. Ini bukan berarti bahwa suatu organisasi selalu terdiri dari tiga
tingkatan sistem ini. Suatu level sistem dapat dipandang juga sebagai subsistem,
sistem dan suprasistem.
3). Keterbukaan Relatif dari Sistem
Lingkungan sistem memainkan peranan yang besar terhadap kedua fungsi
sistem yang memberikan suatu sistem materi mentah yang akan diproses dan
menciptakan pasaran dan penyaluran bagi output sistem. Lingkungan disekeliling
sistem mempengaruhi tujuan dan akivitas sistem, tapi sistem berusaha untuk hidup,
bahkan melalui tuntutan lingkungan yang menantang kehidupannya.
4). Menekankan Kepada Integrasi Fungsi
Ada empat implikasi penting dari teori sistem ini untuk analisis organisasi dan
komunikasi organisasi.
Interdependence, semua bagian organisasi saling berhubungan satu sama
lain. Keterbukaan, organisasi harus hati-hati terhadap perubahan lingkungan,
karena lingkungan dapat menghambat aktivitas organisasi, anggota organisasi
harus berkomunikasi secara aktif dengan wakil organisasi yang relevan didalam
kedua lingkungan sistem untuk menetapkan hakikat hambatan yang mempengaruhi
aktivitas organisasi. Bentuk analisis, banyak tingkat organisasi dalam suatu
organisasi. Untuk memahami organisasi kita harus menginterprestasikan pekerjaan
dalam sistem (mikrofis) dan saling berhubungan organisasi dengan lingkungannya
(makrofis). Penyesuaian dan pembaharuan organisasi, organisasi tidaklah
merupakan kesatuan yang bersifat statis. Organisasi haruslah fleksibel dan dapat
menerima secara terus-menerus pembaharuan untuk menghadapi hambatan
perubahan dari lingkungan sistem.
4. Teori Politik
Ahli-ahli teori politik melihat kekuasaan (power), konflik dan distribusi dari
sumber-sumber yang langka sebagai pokok permasalahan pada organisasi.
22
1). Organisasi sebagai persatuan
2). Kekuasaan dan pembuatan keputusan
Mengakui adanya otoritas, tetapi memandang otorita itu sebagai salah satu
bentuk yang penting dari kekuasaan.
3). Konflik dalam organisasi
4). Ekologi penduduk suatu perspektif makro
5. Teori Simbolis
Membayangkan suatu dunia yang berangkat secara signifikan dari
aturan-aturan tradisional mengenai pemikiran rasional. Teori ini sering dapat
digunakan pada organisasi yang tujuannya tidak jelas dan teknologinya tidak pasti.
1) Konsep simbolik
2) Mitos, sering digunakan untuk merendahkan. Itu hanya mitos, tidak
benar.Implikasinya bahwa tidak ada yang benar dalam mitos. Mitos disatu sisi
dapat membutakan kita pada informasi baru dan kesempatan untuk belajar.
Mitos disisi lain penting artiny bagi solidaritas, stabilitas dan kepastian.
3) Cerita atau dongeng, memainkan suatu peranan yang penting yang tidak
disadari dalam organisasi modern.
4) Acara keagamaan dan upacara, sama pentingnya bagi organisasi dan
masyarakat. Berfungsi untuk sosialisasi, satbilisasi, mengurangi kecemasan
dan keraguan, dan menyampaikan pesan-pesan pada pemilik eksternal.
5) Metafora, humor, dan permainan. Memberikan cara-cara mengatasi isu yang
sangat kompleks, misterius atau yang menegangkan secara langsung.

BUDAYA ORGANISASI
Budaya merupakan perwujudan dari tingkah laku para pelaku dalam berorganisasi.
Budaya organisasi mengacu kepada suatu sistem yang dianut oleh para anggota
organisasi yang membedakan organisasi itu dengan yang lainnya. Dibutuhkannya
budaya organisasi dalam pemahaman organisasi, karena budaya organisasi
mempelajari tentang suatu perilaku yang khas sebagai identitas dari organisasi
tersebut untuk mengembangkan kinerja para pelaku organisasi dalam pencapaian
tujuan yang dinginkan.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu
23
dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu
pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring
dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa
ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391),
budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan
oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263),
budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi
berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada
bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan
yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan
anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk
anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan
merasakan masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem
nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku.
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi
dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi,
yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota
organisasi.

FUNGSI BUDAYA DALAM ORGANISASI

24
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas
daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS BUDAYA ORGANISASI
 Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk
bersikap inovatif dan berani mengambil risiko.
 Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan
presisi, analisis, d perhatian pada hal-hal detail.
 Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang
pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
 Orientasi orang. Sejauh mana
keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas
orang yang ada di dalam organisasi.
 Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim
ketimbang pada indvidu-individu.
 Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang
santai.
 Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya denganpertumbuhan.

FAKTOR – FAKTOR YANG EMPENGARUHI BUDAYA ORGANISASI


Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya
organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pengaruh umum dari luar yang luas.
2. Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit
dapat dikendalikan oleh organisasi.
3. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat

25
4. Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas
misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
5. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
6. Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik
masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan
penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai
masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.

PROSES PEMBENTUKAN BUDAYA ORGANISASI


Selanjutnya, kita akan membicarakan tentang proses terbentuknya budaya dalam
organisasi. Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar yang kemudian tertanam
dalam suatu budaya dalam organisasi bisa bermula dari mana pun, dari perorangan
atau kelompok, dari tingkat bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997)
menginventarisir sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya :
a. Pendiri organisasi;
b. Pemilik organisasi;
c. Sumber daya manusia asing;
d. Luar organisasi;
e. Orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder); dan
f. Masyarakat.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi dengan
cara:
1. Kontak budaya;
2. Benturan budaya; dan
3. Penggalian budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu
yang sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit
untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.

BUDAYA ORGANISASI DAN KINERJA


Budaya Organisasi berfungsi sebagai perkat, pemersatu, identitas, citra, motivator
bagi seluruh staff dan orang-orang yg ada di dalamnya. Selanjutnya, sistem nilai
tersebut diwariskan kepada generasi berikutnya, dan dapat dijadikan acuan prilaku
manusia dalam organisasi yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil/target
kinerja yang ditetapkan.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku Individu adalah suatu reaksi yang dimiliki oleh seseorang individual
terhadap segala sesuatu yang dilihat,dirasa,dan dipahami untuk selanjutnya terbentuk
dalam perbuatan dan sikap. Dalam kaitan antara individu dengan organisasi maka ia
membawa karakteristik individu kedalam tatanan organisasi, sehingga terjadilah
interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik oraganisasi. Interaksi
keduanya mewujudkan perilaku individu dalam organisasi.
Perilaku kelompok adalah semua kegiatan yang dilakukan dua atau lebih individu
yang berinteraksi dan saling mempengaharuhi dan saling bergantung untuk
mengahsilkan prestasi yang positif, baik untuk jangka panjang dan pertumbuhan diri
Sthepen P. Robbins mendefeniskan organisasi adalah kesatuan social yang di
koordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat
didentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Budaya organisasi adalah kerangka kerja yang menjadi pedoman tingkah laku
sehari-hari dan membuat keputusan untuk karyawan dan mengarahkan tindakan
mereka untuk mencapai tujuan organisasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Fahmi, Irham. 2016. Perilaku Organisasi : Teori, Aplikasi, dan Kasus. Bandung :
Alfabeta
2. Notoadmojo, Soekidjo. 2000. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
3. Sobirin, Achmad. Modul : Konsep Dasar Kinerja dan Manajemen Kinerja
4. Suharyat, Yayat. 2016. Hubungan antara Sikap, Minat, dan Perilaku. Jurnal
5. Agung.(2008).Dasar-dasarPerilakuIndividu [online].Tersedia: http://agungpia.m
ultiply.com /journal/item/23.html (diakses tanggal 28 September 2019)
6. Keith Davis & John W. Newstrom.(1993).Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
7. Setiawati, Ira.(2009). Pembelajaran dan Perilaku Individu dalam
Organisasi [online].Tersedia: http://irasetiawati.wordpress.com/2009/04/30/kepri
badian-individu-dan-perilakunya-dalam-organisasi.html (diakses tanggal 16
September 2019)
8. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-budaya-organisasi.html
9. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-organisasi-di-sekolah/
10. http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
11. http://cokroaminoto.wordpress.com/2008/06/10/budaya-organisasi-dalam-pening
katan-kinerja-3/
12. Thoha, Miftah.(2008). Perilaku ORGANISASI Konsep Dasar dan
Aplikasinya [online].Tersedia:http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/18
47754-perilaku-organisa si-konsep-dasar-dan-aplikasinya.html
13. Muhammad, Arni Dr. 2000. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara

28
29

Anda mungkin juga menyukai