Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH KEBIJAKAN DAN EKONOMI KESEHATAN

ANALISIS PENGANGGARAN DAN PENCAPAIAN PROGRAM


DINAS KESEHATAN KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2017

Disusun Oleh:
GUSNELI
1821312008

DOSEN :
Prof. Dr.dr. Rizanda Machmud, M.Kes, FISPH, FISCM

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya makalah Kebijakan
dan Ekonomi Kesehatan ini telah dapat disusun. Dimana makalah ini yang berjudul “Analisis
Perencanaan dan Penganggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penyusun mengalami banyak kendala dan
permasalahan. Namun berkat arahan,dukungan dan support dari berbagai pihak akhirnya
makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Dosen Mata Kuliah Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan, yaitu Ibu Prof. Dr.dr. Rizanda
Machmud, M.Kes, FISPH, FISCM, yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penyusun
mengucapkan terima kasih apabila ada kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi kita semua khususnya
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Komunitas.

Padang, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tinginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam meningkatkan dan


mengembangkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan tersebut bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kesehatan. Upaya kesehatan yang diberikan oleh
pemerintah berupa preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semua upaya kesehatan yang
dilakukan tersebut harus disesuaikan dengan standar pelayanan minumum yang telah di
buat sesuai Permenkes Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.

Selain penyelenggaraan kesehatan, pemerintah juga bertanggung jawab


menjamin adanya pembiayaan kesehatan. Pembiayaan kesehatan tersebut bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja
daerah (APBD), atau bantuan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 dimana Besar anggaran
kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10%
(sepuluh persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji. Namun dalam
pelaksanaannya hal tersebut belum sesuai aturan.
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut,
salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi
proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Pada Pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi
kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor,
dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pada pasal 169
disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh
akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

Keberhasilan pembangunan kesehatan juga sangat ditentukan oleh kualitas


perencanaan dan penganggaran. Namun hingga saat ini proses penyusunan perencanaan
dan penganggaran belum sepenuhnya dapat terlaksana sesuai harapan. Permasalahan
yang sering dihadapi oleh para perencana setiap tahun diantaranya adalah sulitnya
sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta waktu perencanaan yang terkesan singkat
atau tergesa-gesa. (Permenkes RI No. 7 Tahun 2014)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka para perencana diharapkan
dapat memahami siklus dan jadwal serta kegiatan umum perencanaan dan penganggaran.
Hal ini untuk memudahkan penyusunan Rencana Kerja (Renja) mulai dari tingkat Pusat
sampai ke Daerah (Provinsi dan kabupaten/kota). Dengan mengetahui dan memahami
siklus dan jadwal penyusunan serta kegiatan umum perencanaan APBN/APBD,
diharapkan dapat menyusun perencanaan dengan baik dan tepat waktu dan tepat sasaran.
Berdasarkan data profil,LKjIP Kesehatan Kabupaten Dharmasraya memberikan
informasi mengenai gambaran kesehatan dan pencapaian program kesehatan di
Kabupaten Dharmasraya. Tidak hanya tentang kesehatan, profil kesehatan Kabupaten
Dharmasraya juga memberikan data pendukung lain yang berhubungan dengan
kesehatan seperti data kependudukan, ekonomi, pendidikan dan keluarga berencana.
Profil kesehatan dan LKjIP ini dapat menjadi acuan bagi pembuat kebijakan
penganggaran untuk lebih meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Kabupaten
Dharmasraya .
Oleh karena itu, penulis tertarik membahas bagaimana analisa perencanaan dan
penganggaran Bidang kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya tahun
2017.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Mengetahui penganggaran Bidang Kesehatan dan pencapaian program di
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui sumber aanggaran Bidang kesehatan di Kabupaten Dharmasraya tahun
2017
b) Mengetahui besaran anggaran perbidang dan program kesehatan di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2017
c) Mengetahui adanya kesenjangan anggaran dengan pencapaian program bidang
kesehatan
d) Melihat adanya permasalahan dalam sistem pembiayaan kesehatan guna
melakukan perbaikan dan reformasi terhadap sistem pembiayaan kesehatan daerah.
e) Sebagai bahan advokasi guna :
1) Meningkatkan anggaran kesehatan
2) Mengarahkan anggaran kesehatan kepada masalah prioritas
3) Mengarahkan dana pada intervensi dan kegiatan yang cost efektif
4) Menilai prospek pengembangan sistem Jaminan Kesehatan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Perencanaan

1. Pengertian perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang
akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa perencanaan adalah suatu aktivitas yang dibatasi oleh
lingkup waktu tertentu, sehingga perencanaan, lebih jauh diartikan sebagai kegiatan
terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Artinya
perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan
dating serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dengan
demikian, proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai arah pencapaian serta
mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur kemampuan (kapasitas) kita untuk
mencapainya kemudian memilih arah-arah terbaik serta memilih langkah-langkah untuk
mencapainya.” (Alder 1999).

Perencanaan adalah rangkaian kegiatan dalam menetapkan hal- hal yang akan
dikerjalan diwaktu yang akan datang berdasarkan fakta dan pemikiran yang matang dalam
rangka mencapai tujuan (Semara, 2018). Perencanaan kesehatan berhubungan dengan
bagaiamana cara memilih cara dalam beberapa pilihan untuk mencapai tujuan dimasa yang
akan datang (Lubis, 2009).

2. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen. Perencanaan
manajerial terdiri dari perumusan strategi dan penerapan strategi. Dalam perumusan
strategi, manajer kesehatan harus memiliki kemampuan ketrampilan konseptual, dan
pada penerapan strategi, manajer kesehatan harus memiliki ketrampilan teknis:
Fungsi perencanaan dapat dilihat dari 4 aspek utama:
1. Kontribusi pada tujuan
Tujuan semua perencanaan adalah memfasilitasi perusahaan dalam mencapai
semua tujuannya. Merupakan prinsip utama dalam mencapai tujuan bersama
perusahaan.
2. Keutamaan perencanaan
Perencanaan adalah perintah yang berfungsi untuk melakukan eksekusi
berjalannya fungsi manajemen
3. Penembusan rencana
Perencanaan merupakan fungsi dari manajer, meskipun karakter dan
pelaksanaannya dari perencanaan bermacam – macam tergantung dengan otoritas
dan kebijakan alami serta dibatasi oleh kekuatan
4. Efisiensi perencanaan
Efisiensi terhadap rencana diukur menurut kontribusi sejumlah rencana terhadap
beberapa tujuan dan obyektivitas sebagai hasil dari pengeluaran biaya dan
kosekuensi lain yang diperlukan untuk merumuskan dan menjalankannya. Konsep
efisiensi ini mempunyai implikasi terhadap rasio normal daripada pemasukan dan
pengeluaran.

3. Manfaat Perencanaan
Manfaat perencanaan bagi organisasi kesehatan adalah manajer dan staf organisasi
kesehatan tersebut dapat mengetahui :
a. Tujuan yang ingin di capai organisasi dan cara mencapainya
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan.
c. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan.
d. Bentuk dan standar pengawasan yang akan dilakukan.
e. Aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan dapat dilaksanakan secara
teratur.
f. Menghilangkan aktivitas yang tidak produktif.
g. Mengukur hasil kegiatan.
h. Sebagai dasar pelaksanaan fungsi manajemen lainnya.

4. Istilah Yang Identik Dengan Perencanaan


1. Peramalan
Peramalan (Forcasting) adalah suatu upaya menduga apa yang akan terjadi pada
masa depan, yang juga merupakan ciri perencanaan. Tetapi peramalan bukan
perencanaan, karena pada peramalan tidak ditemukan adanya unsur-unsur yang
bersifat pasti dan karena itu dapat diperhitungkan.
2. Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah (problem solving) adalah suatu upaya menghilangkan
hambatan atau masalah, yang juga merupakan ciri perencanaan. Tetapi
penyelesaian masalah bukan perencanaan, karena pada penyelesaian masalah tidak
terkandung uraian yang lengkap tentang bagaimana melaksanakan berbagai
kegiatan.
3. Penyusunan program (programming)
Penyusunan program adalah satu upaya menysusn rangkaian kegiatan yang akan
dilaksanakan, yang juga merupakan ciri perencanaan.
4. Penyusunan Rancangan
Penyususnan rancangan (designing) adalah suatu upaya menghasilkan pedoman
(bagan) kerja, yang juga merupakan ciri perencanaan. Tetapi penyusunan
rancangan bukan perencanaan, karena hasil akhir perencanaan tidak terbatas hanya
pada penyusunan pedoman (bagan) kerja saja.

5. Aspek Perencanaan
Ada 3 aspek pokok yang di perhatikan dalam perencanaan :
a. Hasil dari pekerjaan perencanaan.
Hasil perencanaan disebut plan, berbeda antara satu perencanaan kegiatan dengan
perencana kegiatan yang lain Ex : rencana kesehatan atau rencana pendidikan
b. Perangkat pelaksanaan
Perangkat pelaksanaan (Mechanic of planning) adalah suatu organisasi yang
ditugaskan/yang bertanggung jawabmenyelenggarakan pekerjaan pelaksanaan.
c. Proses perencanaan
Proses perencanaan (process of planning) adalah langkah-langkah yang harus
dilaksanakan pada pekerjaan perencanaan.

6. Ciri-Ciri Perencanaan
Penyusunan perencanaan yang baik harus memperhatikan ciri- ciri sebagai berikut :
a. Bagian dari sistem administrasi
Menempatkan perencanaan yang yang disusun sebagai bagian dari sistem
administrasi secara keseluruhan.
b. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan Perencanaan dibuat
untuk dilaksanakan, apabila hasilnya telahdinilai dilanjutkan lagi dengan
perencanaan, demikian seterusnyasehingga terbentuk suatu spiral yang tidak
mengenal titik akhir.
c. Berorientasi pada masa depan
Artinya hasil pelaksanaan perencanaan tersebut akanmendatangkan berbagai
kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapijuga pada masa yang akan datang.
d. Mampu menyelesaikan masalah
Penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap, yang harustercermin pada
pentahapan perencanaan yang akan datang.
e. Mempunyai tujuan
Perencanaan harus mempunyai tujuan yang dicantumkan secara jelas. Tujuan
biasanya dibedakan menjadi dua yakni tujuan umumyang berisikan uraian secara
garis besar dan tujuan khusus yangberisikan uraian lebih spesifik.
f. Bersifat mampu kelola
Artinya bersifat wajar, logis objektif, jelas runtun fleksibel sertatelah disesuaikan
dengan sumber daya.
.
7. Unsur – Unsur Perencanaan
Menurut Manullang (2009), rencana yang baik pada umumnya memuat enam unsur
yaitu what, why, where, when, who, how. Selanjutnya menurut Hasibuan (2008),
pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab secara ilmiah, artinya atas hasil analisis data,
informasi, dan fakta, supaya rencana yang dibuat itu relatif baik, pelaksanaannya
mudah dan tujuan yang diinginkan akan tercapai. Pertanyaan itu secara rinci berupa
1. What (apa)
Apa yang akan dicapai, tindakan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai
sasaran, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, harus ada penjelasan dan
rinciannya
2. Why (mengapa)
Mengapa itu menjadi sasaran, mengapa ia harus dilakukan dengan memberikan
penjelasan, mengapa ia harus dikerjakan dan mengapa tujuan itu harus dicapai.
3. Where (di mana)
Di mana tempat setiap kegiatan harus dikerjakan. Perlu dijelaskan dan diberikan
alasan-alasannya berdasarkan pertimbangan ekonomis.
4. When (kapan)
Kapan rencana akan dilakukan. Penjelasan waktu dimulainya pekerjaan baik
untuk tiap-tiap bagian maupun untuk seluruh pekerjaan harus ditetapkan standar
waktu untuk memilih pekerjaan-pekerjaan itu. Alasan-alasan memilih waktu itu
harus diberikan sejelas- jelasnya.
5. Who (siapa)
Siapa yang akan melakukannya, jadi pemilihan dan penempatan karyawan,
menetapkan persyaratan dan jumlah karyawan yang akan melakukan pekerjaan,
luasnya wewenang dari masing-masing pekerja.
6. How (bagaimana)
Bagaimana mengerjakannya, perlu diberi penjelasan mengenai teknik-teknik
pengerjaannya.

8. Jenis-Jenis Perencanaan Kesehatan


Perencanaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain :
1. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana :
a. Rencana jangka panjang (long term planning), yang berlaku antara 10-25
tahun
b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku antara 5-7
tahun.
c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya hanya berlaku
untuk 1 tahun
2. Dilihat dari tingkatannya :
a. Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan
organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai
ruang lingkup yang luas
b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada
pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program.
c. Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat rutin.
3. Ditinjau dari ruang lingkupnya :
a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang kebijakan
tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencana ini
sulit untuk diubah
b. Rencana taktis (tactical planning) ialah rencana yang berisi uraian yang
bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan
tujuan tidak berubah
c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning) ialah rencana yang
mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap
d. Rencana terintegrasi (integrated planning) ialah rencana yang mengandung
uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain diluar
kesehatan

9. Proses Perencanaan
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari
identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan masalah,
implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi
tersebut akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari masalah-masalah tersebut
dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali ke siklus semula.
Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya
menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Langkah-langkah
perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Masalah
Langkah awal dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-
masalah kesehatan masyarakat di lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara antara
lain :
- Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada
- Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit.
- Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan
- Hasil kunjungan lapangan supervise

2. Menetapkan Prioritas Masalah


Keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga dan teknologi maka tidak semua
masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus (direncanakan pemecahannya). Untuk
itu harus dipilih masalah mana yang "feasible" untuk dipecahkan. Proses memilih
masalah ini disebut memilih atau menetapkan prioritas masalah. Pemilihan
prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni :
a. Teknik Skoring
Yakni memberikan nilai (scor) terhadap masalah tersebut dengan menggunakan
ukuran (parameter) antara lain :
- Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
- Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut (severity)
- Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate increase).
- Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need)
- Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi (social
benefit).
- Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasiblity).
- Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
(resources availability), termasuk tenaga kesehatan
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila
masalahnya besar diberi 5 paling tinggi dan bila sangat kecil diberi nilai 1.
Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang memperoleh nilai
tertinggi (terbesar) adalah yang diprioritaskan, masalah yang memperoleh nilai
terbesar kedua memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya.
b. Teknik Non Skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut "nominal group tecnique (NGT)". Ada 2 NGT yakni :
- Delphi Technique
Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama. Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas
masalah yang disepakati bersama.
- Delbeq Technique
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah juga melalui
diskusi kelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak
sama keahliannya maka sebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka
mempunyai persepsi yang sama terhadap masalah-masalah yang akan dibahas.
Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.
3. Menetapkan Tujuan
Penetapan tujuan yang baik apabila dirumuskan secara konkret dan dapat diukur.
Pada umumnya dibagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan Umum
Adalah suatu tujuan masih bersifat umum dan masih dapat dijabarkan ke
dalam tujuan-tujuan khusus dan pada umumnya masih abstrak.
Contoh :Meningkatnya status gizi anak balita di kecamatan Sitiung
b. Tujuan Khusus
Adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum. Tujuan khusus
merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya tujuan umum yang
ditetapkan akan tercapai apabila tujuan-tujuan khususnya tercapai.
Contoh : Meningkatnya jumlah anak balita yang dittimbang di Posyandu.
Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik, dan
sebagainya

4. Menetapkan Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya kegiatan
mencakup 3 tahap pokok, yakni :
- Kegiatan pada tahap persiapan, yakni keggiatan-kegiatan yang dilakukan
sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-rapat koordinasi,
perizinan dan sebagainya
- Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni keegiatan pokok program yang
bersangkutan
- Kegiatan pada tahap penilaian, yakni keggiatan untuk mengevaluasi seluruh
kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut

5. Menetapkan Sasaran (Target Group)


Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu yang akan digarap
oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran program kesehatan biasanya
dibagi dua, yakni :
a. Sasaran langsung
Yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh program tersebut.
Misalnya anak balita,Ibu hamil,anak sekolah dll
b. Sasaran tidak langsung
Kelompok yang menjadi sasaran antara program tersebut namun berpengaruh
sekali terhadap sasaran langsung.
Misalnya ibu Balita,Suami ibu hamil,keluarga penderita TBC dll
6. Waktu
Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat tergantung dengan jenis
perencanaan yang dibuat serta kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka
mencapai tujuan. Oleh sebab itu, waktu dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan
satu dan disajikan dalam bentuk matriks, yang disebut gant chart.
7. Organisasi dan Staf
Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi sekaligus staf atau
personel yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program tersebut.
Disamping itu juga diuraikan tugas (job description) masing-masing staf
pelaksana tersebut. Hal ini penting karena masing-masing orang yang terlibat
dalam program tersebut mengetahui dan melaksanakan kewajiban.
8. Rencana Anggaran
Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan,
mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya ini
dikelompokkan menjadi :
a. Biaya personalia
b. Biaya operasional
c. Biaya sarana dan fasilitas
d. Biaya penilaian
9. Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi sering dilupakan oleh para perencana padahal hal ini sangat
penting. Rencana evaluasi adalah suatu uraian tentang kegiatan yang akan
dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut
telah tercapai.

10. Model Perencanaan


Prinsip-prinsip dalam perencanaan sangat tergantung pada asumsi dan tujuan dari
perencanaan, asumsi dan tujuan dariperencanaan tidak ada yang seragam melainkan
tergantung padamodel perencanaan. Adapun beberapa model-model perencanaan
antara lain :
a. Model Rasional Komprehensif
Prinsip utama dalam model ini bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang
teratur dan logis sejak dari diagnosis masalah sampai pada pelaksanaan kegiatan
atau penerapan program.Model ini sangat menekankan pada aspek teknis
metodologis yang didasarkan atas fakta-fakta, teori-teori dan nilai-nilai tertentu
yangrelevan. Pada model ini, masalah yang ditemukan harus didiagnosis,
ditentukan pemecahannya melalui perancangan program yang komprehensif,
kemudian diuji efektivitasnya sehingga diperoleh cara pemecahan masalah dan
pencapaian tujuan yang baik.
b. Model Inkremental (penambahan)
Prinsip utama model ini mensyaratkan bahwa perubahanperubahanyang
diharapkan dari perencanaan tidak bersifatradikal, melainkan perubahan-
perubahan kecil atau penambahan penambahan pada aspek-aspek program yang
sudah ada. Model ini menyarankan bahwa perencanaan tidak perlu menentukan
tujuan-tujuan dan kemudian menentukan kebijakan-kebijakanuntuk mencapainya,
yang diperlukan menentukan pilihan terhadap kebijakan yang berbeda secara
marginal saja.
c. Model Pengamatan Terpadu
Model pengamatan terpadu atau penyelidikan campuran (mixedscanning model)
dikembangkan Amitai Etzioni, yang merupakan jalan tengah dari model rasional
komprehensif dan model inkremental, yang memadukan unsur-unsur yang
terdapat pada kedua pendekatan tersebut. Keputusan yang fundamental dilakukan
dengan menjajagi alternatif-alternatif utama dihubungkan dengan tujuan, tetapi
tidak seperti pendekatan rasional hal-halyang detail dan spesifikasi diabaikan
sehingga pandangan yang menyeluruh dapat diperoleh. Adapun keputusan yang
bersifat tambahan atau inkremental dibuat di dalam konteks yang ditentukan oleh
keputusan-keputusan fundamental.

B. Penganggaran

1. Pengertian
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematik yang meliputi seluruh
kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka
waktu tertentu yang akan datang. Anggaran juga dimaksudkan sebagai pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal
dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan
koordinasi dan pengawasan. (Winarno, 2013)
Anggaran dapat diinterprestasikan sebagai paket pernyataan perkiraan penerimaan dan
pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode
mendatang. Anggaran ini merupakan cerminan dari apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, termasuk didalamnya adalah kebijakan. Karena didalam anggaran terdiri
dari pos penerimaan dan pengeluaran yang berpengaruh terhadap masyarakat.
(Trisugiarto, 2016)
Dari pengertian tersebut menunjukkan penganggaran merupakan hitungan
keuangan baik itu penerimaan artaupun pengeluaran untuk melaksanakan rencana
yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
jangka waktu tertentu.

2. Fungsi Anggaran
Anggaran mempunyai beberapa fungsi , antara lain : (Trisugiarto, 2016)
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja
dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapain visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

3. Tujuan Penganggaran
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi
pemerintahan atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran merupakan
indikasi kebijakan fiskal organisasi untuk mencapai berbagai tujuan meliputi
ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat mempertimbangkan berbagai empat dimensi
untuk setiap program anggaran, yaitu: (Nasab, 2016)

a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.


b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai tujuan.
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.

4. Pendekatan Sistem Penganggaran


Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran
jangka menengah (KPJM). (Permenkes RI No. 7 Tahun 2014)
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu
Merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara
terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan
yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana. Penganggaran
terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan
penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan
Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi
anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Perencanaan dan
penganggaran disusun secara terpadu dan menyeluruh dengan memperhatikan
berbagai sumber dana yaitu APBN, termasuk PNBP dan P/HLN, serta
APBD. (Permenkes RI No. 7 Tahun 2014)
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja
Merupakan suatu pendekatan dalam sistem perencanaan dan penganggaran yang
menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi anggaran dengan kinerja yang
dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja. Kinerja yang
dimaksud adalah prestasi kerja yang berupa keluaran dari kegiatan atau hasil dari
program dengan kualitas dan kuantitas yang terukur. (Permenkes RI No. 7 Tahun
2014)
c. KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan dengan
pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam kurun waktu
lebih dari satu tahun anggaran. Pendekatan tersebut sangat bermanfaat dalam
mengelola keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional.
Adapun manfaat dari KPJM tersebut antara lain: (Permenkes RI No. 7 Tahun 2014)
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan pemberian
pelayanan yang optimal.

5. Konsep Penggaran Kesehatan


a. Sistem Anggaran Negara
Sistem anggaran negara, meliputi :
1. Penganggaran Tradisional
Penganggaran tradisional yaitu sistem anggaran tradisional (line-item
budgeting system) adalah sistem anggaran yang berdasarkan obyek
pengeluaran, dengan titik berat pada segi pelaksanaan dan pengawasan
anggaran. (Winarno, 2013)
Konsep penganggaran tradisional ini telah diterapkan pada paruh kedua Abad
20 dan di anggap sebagai alat utama pencapaian tujuan perusahaan. (Luecke,
2017)
2. Penganggaran Kinerja
Penganggaran kinerja disebut juga dengan performance budgeting system,
merupakan penyempurnaan dari sistem anggaran tradisional, yang
menekankan pada manajemen anggaran yaitu dengan memperhatikan baik
segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran. (Winarno, 2013)
3. Penganggaran Program
Penganggaran program merupakan gabungan dari kedua sistem di atas, lebih
menekankan pada segi perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian
anggaran. (Winarno, 2013)
6. Alokasi Dana Kesehatan
Besarnya alokasi dana untuk kesehatan tergantung pada beberapa kondisi, yaitu
sebagai berikut : (Winarno, 2013)
a. Besarnya pendapatan daerah yaitu Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
b. Kemampuan dinas kesehatan menyusun program dan anggaran yang realistis
c. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam konteks
pembangunan daerah relatif terhadap kesehatan
d. Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda dan
DPRD.
7. Langkah-Langkah Penganggaran.
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai berikut :
(Winarno, 2013)
- Penetapan tujuan
- Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
- Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
- Persetujuan akhir
- Pendistribusian anggaran yang disetujui
8. Penganggaran Nasional
- Peran Pemerintah dalam Penganggaran
Pemerintah mengeluarkan paket Undang-Undang di bidang keuangan negara yang
meliputi Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. (Trisugiarto, 2016)
Ketiga paket undang-undang ini menjadi tonggak reformasi pengelolaan keuangan
negara. Undang-undang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa
Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan. Hal ini mendorong Pemerintah agar lebih profesional
dalam pengelolaan keuangan. Banyak perubahan yang terjadi dalam pengelolaan
keuangan negara, mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, sampai
dengan pertanggungjawaban dan pemeriksaan oleh pengawas. (Trisugiarto, 2016)
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran yang
berlaku menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana dalam
pendekatan line item lebih berorientasi pada input sedangkan pada
pendekatanincremental lebih pada perspektif tahunan. Setelah munculnya Undang-
Undang Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran
mengalami perubahan. Ada 3 (tiga) jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga yang merupakan amanat dari Undang-undang Keuangan Negara
Nomor 17 Tahun 2003.(Trisugiarto, 2016).
9. Penganggaran dan Otonomi Daerah
Faktor pertama yang menentukan prospek otonomi daerah adalah manusia sebagai
subyek penggerak dalam penyelengaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik
dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah daerah
yang terdiri dari kepala daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang
merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintah daerah dilaksanakan. Kemampuan
aparatur pemerintah daerah merupakan suatu faktor yang menentukan apakah suatu daerah
dapat atau mampu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dengan baik atau
tidak. (Winarno, 2013).
Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan
tidak dilakukan, kebijakan publik adalah apa yang dibuat dan dilakukan oleh pemerintah,
bukan swasta. Kebijakan sebagai sebuah ”rationale” sebuah manifestasi dari pilihan yang
penuh pertimbangan. Sebuah kebijakan adalah usaha untuk mendefinisikan dan menyusun
basis rasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. (Winarno, 2013).
Proses kebijakan publik meliputi beberapa hal yaitu: identifikasi masalah kebijakan,
dilakukan melalui : (Winarno, 2013)
a. Identifikasi yang menjadi tuntutan (demands) atas tindakan pemerintah
b. Penyusunan agenda (agenda setting) adalah memfokuskan perhatian atas
keputusan apa yang akan diputuskan terhadap masalah publik tertentu
c. Perumusan kebijakan (policy formulation) merupakan tahapan pengusulan
rumusan kebijakan melalui inisiasi dan penyusunan usulan kebijakan.
d. Pengesahan kebijakan (legitimating of policies) adalah pengesahan kebijakan
melalui tindakan politik oleh partai politik, kelompok penekan, presiden dan
kongres.
e. Implementasi kebijakan (policy implementation) adalah implementasi kebijakan
melelui birokrasi dan alat atau fasilitas lain. Pemikiran ini dapat dijadikan sebagai
dasar untuk melihat potensi yang merupakan input dari suatu kebijakan.
10. Analisis Program Penganggaran
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui program-program yang dijadikan
prioritas pemerintah daerah sesuai urutan berdasarkan indikator pencapaian visi misi kepala
daerah dan program prioritas arahan pemerintah pusat. Melalui teknik ini diketahui
bagaimana program kesehatan berkontribusi terhadap tujuan pembangunan daerah beserta
penganggarannya. Analisis ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : (Prabowo, 2016)
a. Tahap Pertama.
Pada tahap ini akan di analisis program-program berdasarkan kriteria pencapaian
output visi misi pemerintah daerah.
b. Tahap Kedua.
Pada tahap selanjutnya, akan di analisis kembali urutan program-program yang
memiliki nilai di atas rata-rata sebagaimana dihasilkan pada tahap pertama.
c. Tahap Ketiga.
Sedangkan tahap ketiga ini akan dibandingkan secara bersama, bagaimana setiap
program yang terpilih dari proses pertama dan kedua di atas memiliki kesesuaian.
Kriteria yang digunakan untuk memberi bobot pada program SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah) di bidang kesehatan adalah sebagai berikut : (Prabowo,
2016)
- Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
- Efisiensi biaya
- Efektivitas pencapaian visi misi daerah
Alokasi belanja langsung pada tiap SKPD merupakan salah satu cermin komitmen
and good will Pemerintah daerah dalam implementasi kebijakan keuangan daerah. Secara
umum memang besarnya alokasi anggaran bukan merupakan indikator bahwa SKPD terkait
memiliki program prioritas daerah. (Prabowo, 2016).

11. Anggaran Bidang Kesehatan


Dinas Kesehatan memiliki pengaruh terhadap sistem kesehatan dengan mewajibkan
pemerintah daerah untuk menyediakannya paket layanan minimal (Standar
Pelayanan Minimal atau SPM) untuk populasi mereka sebagaimana yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan yang meliputi:
1. Pelayanan kesehatan ibu hamil
2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
4. Pelayanan kesehatan balita
5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
9. Pelayanan kesehatan penderita Diabetes Melitus
10. Pelayanan Kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
11. Pelayanan kesehatan orang dengan TB
12. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV
Untuk mencapai target SPM tersebut dibutuhkan alokasi dana yang cukup. Saat ini
Pemerintah Pusat sudah cukup banyak mengalokasikan dana bidang kesehatan seperti
adanya dana BOK,Jampersal dan dana DAK serta dana TP lainnya. Selain itu sejak tahun
2004 telah ada skema asuransi untuk orang miskin berdasarkan karakteristik rumah tangga
dan individu pertama dikelola oleh asuransi kesehatan negara agensi (PT Askes) dan, sejak
2008, sebagai program khusus dari Kementerian Kesehatan (Jamkesmas) dan pada tahun
2014 sudah di kelola oleh BPJS untuk asuransi sosial kesehatan.
Menurut UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 171 (ayat 1) Besar
anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% (lima persen) dari anggaran
pendapatan dan belanja negara di luar gaji. Sedangkan pada ayat (2) Besar anggaran
kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% (sepuluh
persen) dari anggaran pendapatan dan belanja daerah di luar gaji.
Sejauh ini yang terjadi di daerah baik itu Propinsi ataupun Kabupaten Kota, anggaran
bidang kesehatan rata-rata belum ada yang memenuhi sesuai dengan aturan yang ada di
undang-undang.

12. Struktur Anggaran


Struktur Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan satu kesatuan
yang terdiridari Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah.Pendapatan
daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan serta
Lain-lain Pendapatan daerah yang sah. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah Daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan daerah sedangkan pembiayaan daerah yaitu
semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangan propinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan
wajib dan urusan pilihan. Belanja dikelompokan menjadi belanja tidak langsung yaitu belanja
yang dianggarkan tidak terkait dengan pelaksanaan program yaitu untuk belanja gaji dan
tunjangan pegawai sedangkan belanja langsung yaitu belanja yang terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang sudah direncanakan oleh Pemerintah Daerah
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
BAB III
GAMBARAN UMUM KABUPATEN DHARMASRAYA

A. Keadaan Geografis
Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat
yang cukup potensial serta letaknya yang cukup strategis di segitiga emas di perbatasan tiga
Provinsi yakni Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau dan Provinsi Jambi. Kondisi seperti ini
memungkinkan Kabupaten Dharmasraya untuk cepat berkembang, baik pembangunan
infrastruktur maupun pembangunan sosial, ekonomi dan budaya.
Kabupaten Dharmasraya berada pada posisi 0° 47' 7” LS-1°41' 56” LS & 101° 9' 21”
BT - 101° 54' 27” BT dengan luas Kabupaten Dharmasraya 2.961 Km² yang berbatasan
dengan :
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Kuantan Singingi
Provinsi Riau
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Bungo dan Tebo Provinsi Jambi
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Solok dan Solok Selatan.
Tabel 3.1. Wilayah Kabupaten Dharmasraya per Kecamatan
serta jumlah Nagari dan Jorong tahun 2017
No Kecamatan Nagari Jorong
1 Pulau Punjung 6 21
2 IX Koto 4 21
3 Timpeh 5 21
4 Sitiung 4 22
5 Koto Baru 4 26
6 Padang Laweh 4 17
7 Koto Salak 5 29
8 Sungai Rumbai 4 24
9 Asam Jujuhan 5 22
10 Tiumang 4 17
11 Koto Besar 7 32
52 262
Sumber : BPS, Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

Gambar 3.1. Peta Kabupaten Dharmasraya


Sumber : BPS, Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

Kabupaten Dharmasraya berada pada ketinggian dari permukaan laut antara 82 meter

sampai 1525 meter dengan suhu berkisar antara 28-32 °C.Sebagian besar penggunaan lahan

di Kab. Dharmasraya adalah sektor pertanian hingga mencapai 89,98%.


B. Keadaan Demografis
Tabel 3.2. Luas Wilayah ,Jumlah Desa,Jumlah Penduduk,Jumlah Rumah Tangga dan
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

RATA- KEPAD
LUAS JUMLAH
RATA ATAN
JML JML JIWA/
NO KECAMATAN Wil DESA PDDK
DES PDDK RT RT
KEL +
A
(km2) KEL per km2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 IX KOTO 4 0 4 3,90 19,67
454,8 8.948 2.292
PULAU
2 6 0 6 3,88 92,97
PUNJUNG 482,5 44.858 11.559
3 SITIUNG 4 0 4 3,62 317,37
87,7 27.833 7.695
4 TIMPEH 5 0 5 3,63 68,20
237,9 16.225 4.470
PADANG
5 4 0 4 3,60 115,37
LAWEH 59,8 6.899 1.916
6 KOTO BARU 4 0 4 3,66 139,18
251,4 34.991 9.553
7 KOTO SALAK 5 0 5 3,36 38,99
464,4 18.108 5.388
8 KOTO BESAR 7 0 7 3,65 56,38
488,2 27.527 7.542
SUNGAI
9 4 0 4 3,73 476,89
RUMBAI 47,6 22.700 6.088
ASAM
10 5 0 5 3,77 55,10
JUJUHAN 257,7 14.200 3.769
11 TIUMANG 4 0 4 3,43 102,07
129,2 13.187 3.846
JML
2.961,2 52 0 52 235.476 64.118 3,67 80
KAB

Penyebaran jumlah penduduk di Kabupaten Dharmasraya terbesar terdapat di

Kecamatan Pulau punjung dengan jumlah 44.858jiwa diikuti kecamatan Koto baru dengan

jumlah 34.991jiwa dan Kecamatan Sitiung 27.833jiwa, namun jika dilihat dari kepadatan

penduduk per kilometer maka Kecamatan Sungai Rumbai merupakan kecamatan terpadat

dengan luas 47,6 Km2 penduduk per kilometernya berjumlah 477 jiwa dan kecamatan

terpadat kedua adalah Kecamatan Sitiung luas 87,7 Km2 penduduk per kilometernya

berjumlah 317 jiwa.


Tabel 3.3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2017

JUMLAH PENDUDUK
KELOMPOK
NO UMUR LAKI- LAKI RASIO
LAKI-
(TAHUN) PEREMPUAN + JENIS
LAKI
PEREMPUAN KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 1 9
1 0-4
13.563 13.059 26.622 96,28
1 1 9
2 5-9 221.884
10.957 10.927 99,73
1 1 9
3 10 - 14 22.164
11.455 10.709 93,49
9 8 9
4 15 - 19 18.671
9.716 8.955 92,17
9 9 9
5 20 - 24 19.195
9.719 9.476 97,50
1 1 9
6 25 - 29 20.482
10.308 10.174 98,70
1 1 9
7 30 - 34 21.030
10.586 10.444 98,66
1 9 9
8 35 - 39 19.628
10.224 9.404 91,98
8 7 8
9 40 - 44 16.045
8.455 7.590 89,77
6 6 8
10 45 - 49 13.088
6.919 6.169 89,16
5 4 8
11 50 - 54 10.345
5.495 4.850 88,26
6 4 5
12 55 - 59 11.063
6.957 4.106 59,02
3 3 1
13 60 - 64 6.015
3.001 3.014 100,43
2 1 8
14 65 - 69 4.005
2.174 1.832 84,27
1 1 1
15 70 - 74 3.362
1.655 1.707 103,14
9 9 1
16 75+ 1.877
933 944 101,18

1 1
JUMLAH 235.476
122.116 113.360

Sumber : BPS Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017


Tabel 3.4. Jumlah Dokter,Perawat,Bidan Tahun 2017

Dokter
NO UNIT KERJA Perawat Bidan
Umum
1 Puskesmas Silago 3 6 16
2 Puskesmas Sialang 2 10 17
3 Puskesmas Sungai Dareh 2 7 10
4 Puskesmas Sitiung I 2 14 22
5 Puskesmas Gunung Medan 2 12 14
6 Puskesmas Timpeh 4 5 22
7 Puskesmas Padang Laweh 2 4 16
8 Puskesmas Koto Baru 3 22 17
9 Puskesmas Sitiung II 2 4 9
10 Puskesmas Koto Besar 2 6 11
11 Puskesmas Sungai Rumbai 3 15 18
12 Puskesmas Sungai Limau 2 4 9
13 Puskesmas Tiumang 3 6 14
14 DINKES 3 8 4
15 BLUD 2 1 0
16 IGFK 0 0 0
JUMLAH 37 124 199

Sumber : Sekretariat Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017


BAB IV
ANALISIS ANGGARAN

A. Sumber Pembiayaan dan Alokasi Anggaran APBD Tahun 2017


Tabel 4.1 Sumber Pembiayaan dan Alokasi Anggaran APBD Per OPD Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2017

NO SUMBER PEMBIAYAAN (FS) Total

1 PEMERINTAH KABUPATEN 937.111.300.327


1 PENDAPATAN (Kabupatan Dharmasraya) 937.111.300.327
1.1 Pendapatan asli daerah 79.913.861.327
1.2 Dana perimbangan 716.909.034.000
1.3 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 140.288.405.000
2 BELANJA 933.395.300.327
2.1 Belanja Tidak langsung (Gaji dan Tunjangan) 396.022.164.959
2.2 Belanja Langsung 537.373.135.368
3 PEMBIAYAAN 3.716.000.000

Berdasarkan tabel 4.1 sumber pembiayaan (APBD) Kabupaten Dharmasraya lebih


dari separoh 76,50% ( Rp 716.909.034.000,-). Sedangkan untuk alokasi anggaran lebih dari
separoh 57,34% (Rp 537.373.135.368,-) digunakan untuk belanja langsung di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2017.

Tabel 4.2 Alokasi Anggaran APBD Per OPD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

%
No OPD Alokasi Anggaran
1 Dinas Pendidikan 202.873.492.897 21,65
2 Dinas Kesehatan 83.126.327.653 8,87
3 RSUD 72.077.723.220 7,69
4 DPUPR 234.501.962.157 25,02
5 Dinas Perumahan,Kawasan Pmukiman 9.365.021.385 1,00
6 Satpol PP,Pemadam Kebakaran 7.302.792.977 0,78
7 Kesbangpol 1.424.073.934 0,15
8 BPBD 1.855.847.820 0,20
9 Dinsos P3A,P2KB 3.023.624.350 0,32
10 Dinas Pangan dan Perikanan 8.352.393.438 0,89
11 Dinas Lingkungan Hidup 3.996.960.872 0,43
12 Disdukcapil 4.971.760.117 0,53
13 DPMN 6.051.718.135 0,65
14 Dinas Perhubungan 4.341.587.939 0,46
15 Dinas Komunikasi dan Inforrmatika 3.475.373.680 0,37
16 Sekretariat Daerah 38.507.297.764 4,11
17 Koperasi UKM 8.888.205.727 0,95
18 Penanaman Modal Satu Pintu 2.770.897.198 0,30
19 Dinas Kebudayaan,Pemuda Olahraga 6.290.540.250 0,67
20 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan 2.177.655.246 0,23
21 Pertanian 26.840.150.384 2,86
22 Dinas Transmigrasi dan Naker 2.648.201.800 0,28
23 Inspektorat 9.166.511.918 0,98
24 Bappeda Litbang 5.937.923.226 0,63
25 BKD 132.711.464.923 14,16
26 BKPSDM 6.768.917.725 0,72
27 Sekretariat DPRD 30.534.797.795 3,26
28 Kecamatan 17.128.075.797 1,83
TOTAL 937.111.300.327,00 100,00

Sumber : Perda APBD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.2 alokasi anggaran terbesar adalah di bidang Pekerjaan Umum dan
penataan Ruang (PUPR) yaitu 25,02 %. Sedangkan alokasi anggaran untuk kesehatan yaitu
16,56 % dari APBD dimana untuk Dinas Kesehatan 8,87% dan 7,69% untuk RSUD.
Persentase anggaran kesehatan 16,56 % ini belum dikurangi belanja tidak langsung berupa
gaji dan tunjangan pegawai.

B. Alokasi Anggaran Kesehatan Berdasarkan Pengelolaan


Tabel 4.3 Alokasi Anggaran Berdasarkan Pengelolaan Tahun 2017

Perkapita
Pengelola Pembiayaan (HF) Total (Rp) % Rp US $
TOTAL APBD 937.111.300.327

HF.1 Kesehatan Rp155.204.050.873 16,56% Rp659.108 $ 49,00

HF.1.1 Dinas Kesehatan 83.126.327.653 8,87% Rp353.014 $ 26,00


HF.1.1.1 Belanja Tidak 32.734.253.0
Langsung 73 3,49% Rp139.013 $ 10,00
50.392.074.5
HF.1.1.2 Belanja Langsung 80 5,38% Rp214.001 $ 16,00

HF.1.2 RSUD 72.077.723.220 7,69% Rp306.094 $ 23,00


HF.1.2.1 Belanja Tidak
Langsung 12.041.974.570 1,29% Rp51.139 $ 4,00

HF.1.2.2 Belanja Langsung 60.035.748.650 6,41% Rp254.955 $ 19,00

Total APBD Rp937.111.300.327


KESEHATAN + GAJI 16,56%
KESEHATAN - GAJI 11,78%
WHO per/kapita $ 34,76

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa anggaran untuk kesehatan yaitu 16,56 %
dari APBD. Setelah dikurangi belanja tidak langsung anggaran kesehatan menjadi 11,78 %
dari APBD. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pemerintah
Daerah berkewajiban mengalokasikan dana untuk kesehatan minimal sebesar 10% dari
APBD. Berdasarkan alokasi dana kesehatan di Kabupaten Dharmasraya jumlah tersebut
sudah sesuai dengan aturan Undang-undang yang berlaku yaitu 11,78 %.
Berdasarkan jumlah penduduk, masing-masing jiwa menikmati dana kesehatan
pertahunnya sebesar Rp. 659.108 atau $ 34,76. Menurut WHO, setiap jiwa setidaknya
menikmati dana kesehatan sebesar $ 40-45/ kapita. Dapat disimpulkan bahwa masih belum
mencukupinya jumlah dana kesehatan yang dinikmati oleh setiap penduduk di Kabupaten
Dharmasraya.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa, alokasi anggarann kesehatan untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten Dharmasraya lebih tinggi dari anggaran RSUD. Dapat disimpulkan
bahwa anggaran kesehatan untuk upaya promotif dan preventif lebih besar dari upaya kuratif.

C. Alokasi biaya kesehatan Dinas Kesehatan

Tabel 4.4 Alokasi Biaya Kesehatan Dinas Kesehatan


Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

Perkapita
Persen
Sumber Pembiayaan Total (Rp) $
%
Rp (USD)
TOTAL APBD (Kabupaten) 100,00 3.979
937.111.300.327 % .647 295
353
A. Dana Kesehatan (DKK) 8,87%
83.126.327.653 .014 26,17
1. Belanja Tidak Langsung (Gaji dan 139
3,49%
tunjangan) 32.734.253.073 .013 10,30
214
2. Belanja Langsung 5,38%
50.392.074.580 .001 15,86
110
2.1 DAK (Kementerian Kesehatan) 2,79%
26.133.680.582 .982 8,23
49
2.1.1 Fisik 11.650.080.640 1,24% .475 3,67
2.1.2 Non Fisik (Jampersal,BOK, 37
Akreditasi Puskesmas) 8.857.599.944 0,95% .616 2,79
23
2.1.3 Farmasi 5.625.999.998 0,60% .892 1,77
2.2 Dana lainnya (Manajemen, Yan 103
SDK, P2P, UPT, Dll) 24.258.393.998 2,59% .019 7,64
39
B. Pendapatan Asli Daerah 9.278.337.950 0,99% .402 2,92

Pendapatan Retribusi Daerah 150.000.000 0,02% 637 0,05


Lain-lain PAD Yang Sah (BLUD dan 38
Kapitasi) 9.128.337.950 0,97% .765 2,87

Jumlah penduduk (Jiwa) 235.476

Berdasarkan tabel 4.4 anggaran kesehatan yang diterima oleh Dinas Kesehatan yaitu
8,87% dari dana APBD dan setelah dikurangi dari belanja tidak lasung menjadi 5,38%.
Dapat dilihat juga dana alokasi khusus yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya adalah 2,79 % dari dana APBD. Dana alokasi khusus ini merupakan dana
yang berasal dari Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) yang ditujukan untuk mencapai
target prioritas nasional. Dana Alokasi Khusus dibagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari DAK
fisik, DAK, non fisik, dan Farmasi.

Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik adalah adalah dana yang dialokasikan untuk
kegiatan rehabilitasi Puskesmas,Pustu juga pembangunan gedung baru Puskesmas,
penyediaan peralatan kesehatan, penyediaan Puskesmas keliling, penyediaan perangkat
sistem informasi dan kegiatan peningkatan aksesbilitas air bersih.Intinya DAK fisik
dialokasikan untuk subbidang pelayanan dasar. Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa DAK fisik
yang diterima oleh Dinas Kesehatan Dharmasraya tahun 2017 adalah Rp 11.650.080.640,-
yaitu 1,24% dari dana APBD.
DAK Non Fisik berupa Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang digunakan untuk
pelaksanaan program di Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Dana BOK merupakan dana
bantuan pemerintah yang dialokasikan khusus untuk kegiatan promotif dan preventif seperti
peningkatan upaya kesehatan ibu, bayi, anak,sekolah, remaja, imunisasi, lansia, P2M dll.
Sedangkan dana Jampersal (Jaminan Persalinan) digunakan oleh Dinas Kesehatan dan
Puskesmas untuk kegiatan KIA berupa Rumah Tunggu Kelahiran dan Jaminan Persalinan
bagi ibu yang tidak mempunyai Kartu Indonesia Sehat (KIS). Untuk dana Akrediatsi
Puskesmas adalah merupakan dana yang digunakan oleh Dinas Kesehatan dalam
penyelenggaraan kegiatan Akreditasi Puskesmas.Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik
adalah dana dialokasikan untuk pogram prioritas kesehatan nasional. DAK nonfisik
kesehatan terdiri dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ,jaminan Persalinan, dan
peningkatan Akreditasi. Pada tabel 4.3 dapat dilihat DAK non fisik yang diterima Dinas
Kesehatan Dharmasraya adalah Rp 8.857.599.944,- yaitu 0,95% dari APBD.

Dana alokasi khusus farmasi dialokasikan untuk pengelolaan farmasi dan ketersediaan
obat-obatan. Pada tabel 4.3 dana aloaksi farrmasi yang diterima Dinas Kesehatan adalah Rp
5.625.999.998 yaitu 0,60% dari APBD.

Dapat disimpulkan bahwa dana alokasi khusus yang diterima Dinas Kesehatan
Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 lebih banyak di terima untuk alokasi fisik yaitu 1,24%
dari APBD. Sedangkan dan alokasi khusus program kesehatan (BOK. Jampersal, dan
Akreditasi ) berjumlah Rp 8.857.599.944,- yaitu 0,95% dari APBD.

Tabel 4.5. Alokasi Biaya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Berdasarkan
Program atau Bidang Tahun 2017

Persent
NO Program Total
ase
3.337.554.0
1. Dana untuk Manajemen 6,62%
48
01 01 59%
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.970.536.398
29%
01 02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 955.910.400
01 03 4%
Program Peningkatan Disiplin Aparatur 122.053.000
01 05 6%
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 190.177.250
Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
01 40 3%
Kinerja dan Keuangan 98.877.000
2. Dana Bidang Kesehatan Masyarakat
1.868.911.850 3,71%
Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan
01 32
anak 393.471.200 21,05%
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
01 20 297.119.000 15,90%
Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
01 30
86.796.250 4,64%
Program Promosi Kesehatan dan Informasi Kesehatan
01 19 435.811.950 23,32%
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
01 21 492.663.200 26,36%
Program Kesehatan Anaka Usia Sekolah dan Remaja
01 37
163.050.250 8,72%
3. Dana Bidang P2P
836.866.200 1,66%
KLB
01 16 39.306.000 4,70%
Program kesehatan jiwa
01 16 55.690.000 6,65%
Kesehatan Matra
01 16
151.028.200 18,05%
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
01 22
Menular 214.196.000 25,60%
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
01 22
Tidak Menular 170.231.000 20,34%
Imunisasi
01 22
150.997.000 18,04%
Surveilans
01 22
55.418.000 6,62%
4. Dana Bidang Yan SDK
7.882.118.950 15,64%
Progrm Kesker dan Kesorga
01 16
82.045.400 1,04%
Program Perkesmas
01 16
126.717.700 1,61%
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
01 15 303.688.950 3,85%
Progrm Kesgilut,Indra
01 16
42.083.400 0,53%
Program Pengawasan Obat dan Makanan
01 17 144.431.500 1,83%
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
01 23
1.848.350.000 23,45%
Program Kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan
01 28
5.298.575.000 67,22%
Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
01 24
36.227.000 0,46%
5. Dana UPT Dinas Kesehatan 20,51%
10.332.942.950
Operasional Peningkatan Pelayanan Masyarakat di
01 33
Puskesmas UPT LABKESDA 539.385.000 5,22%
Operasional peningkatan pelayanan masyarakat di
01 33
puskesmas UPT/ Instalasi Gudang Farmasi 315.220.000 3,05%
Operasional Peningkatan Pelayanan Kesehatan
01 33 Masyarakat di UPT Puskesmas (Operasional
Puskesmas) 350.000.000 3,39%
Operasional Program Peningkatan Pelayanan
01 33
Kesehatan Masyarakat di UPT Puskesmas (BLUD) 9.128.337.950 88,34%

6. DAK 26.133.680.582 51,86%


DAK Farmasi
01 15 5.625.999.998 21,53%
DAK Fisik
01 25
11.650.080.640 44,58%
Program Bantuan Operasional Kesehatan
01 51
5.825.400.644 22,29%
Program Jaminan Persalinan (Jampersal)
01 42
2.297.303.300 8,79%
Akreditasi Puskesmas (DAK Non fisik 2017)
01
23 734.896.000 2,81%

TOTAL 50.392.074.580 100%

Berdasarkan tabel 4.5 Dapat dilihat bahwa lebih dari separoh (51,86%) dana
kesehatan dari Dinas Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 adalah dana alokasi khusus yang
terdiri DAK fisik,DAK non fisik, dan DAK farmasi . Dari data di atas dapat juga dilihat
bahwa lebih dari separuh DAK yaitu Rp 11.650.080.640 ( dari Rp 26.133.680.582 )
digunakan untuk Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana
puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya (DAK fisik).

Tabel 4.6 Alokasi Dana Kesehatan di OPD Lain Tahun 2017

N
NAMA OPD BELANJA LANGSUNG ANGGARAN
O
Penanganan Masalah Strategis Tanggap Cepat
Darurat dan KLB 85.897.000,00
DINAS Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB 114.500.000,00
1 SOSIAL Bantuan Operasional Keluarga Berencana 666.000.000,00
,P3AP2KB Pengadaan Alat Konrasepsi 9.746.500,00
Program Promosi KIA,Bayi Melalui Kelompok
Kegiatan di Masyarakat 5.841.050,00
Haji 280.770.000,00
2 KESRA
Pembianan Usaha Kesehatan Sekolah 60.491.000,00
TOTAL 1.223.245.550

Berdasarkan tabel 4.6 Dapat dilihat bahwa dana kesehatan juga ada di Organisasi
Perangkat Daerah lainnya selain Dinas Kesehatan dan RSUD. Lebih dari separoh (72,10%)
berada pada Dinas Sosial P2AP2KB yatitu Rp.881.984.550,-. Dana tersebut digunakan untuk
ikut menunjang program kesehatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan pada tahun
2017.

Tabel 4.7 Alokasi dana kesehatan BOK Dinas Kesehatan Tahun 2017

DAK NON FISIK (BOK) Jumlah Persentase


Program Bantuan Operasional Kesehatan 5.825.400.644 100%
Bantuan Operasional kesehatan (Manajemen) (DAK Non
Fisik 2017) 442.525.250 7,60%
Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas (DAK Non
Fisik 2017) 5.382.875.394 92,40%
BIDANG KESMAS 213.595.250 3,67%
Pertemuan Review pemantapan P4K Nagari (DAK Non
Fisik) 75.000.000 35,11%
Revitalisasi Nagari Sadar Gizi (DAK Non Fisik) 50.000.000 23,41%
Peningkatan pendidikan tenaga penyuluh kesehatan (DAK
Non Fisik) 35.000.000 16%
Orientasi Krida Saka Bhakti Husada (DAK Non Fisik) 35.000.000 16,39%
Peningkatan dan pengembangan kesehatan anak dan
18.595.250
remaja (DAK Non Fisik) 8,71%
BIDANG P2P 162.818.000 3%
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular (DAK
Non Fisik) 9.480.000 6%
Peningkatan Imunisasi (DAK Non Fisik) 58.032.000 36%
Penanggulangan penyakit bersumber binatang (DAK Non
Fisik) 16.494.000 10%
Pengendalian penyakit tidak menular (DAK Non Fisik) 78.812.000 48%
BIDANG YAN SDK 66.112.000 1%
Pembinaan dan Pelatihan Program Kes. Olah Raga dan
Kesehatan Kerja (DAK Non fisik 2017) 40.000.000 61%
Pelatihan dan Pembinaan Program Perkesmas (DAK Non
26.112.000 39%
Fisik 2017)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dana BOK Dinas Kesehatan Dharmasraya
tahun 2017 Rp 5.825.400.644,- terdiri dari Rp 5.382.875.394,- (92,40%) adalah dana BOK
untuk pelaksanaan program di Puskesmas sedangkan Rp 442.525.250,- (7,60%) adalah dana
untuk manajemen program di Dinas Kesehatan. Dana BOK manajemen program Dinas
Kesehatan lebih besar dialokasikan pada Bidang Kesehatan Masyarakat yaitu Rp
213.595.250,- na tersebut digunakan untuk kegiatan Pertemuan Review pemantapan P4K
Nagari (Rp 75.000.000,- ). Sedangkan untuk Bidang P2P alokasi dananya yaitu sebesar Rp
162.818.000,- dan hampir separoh digunakan untuk program PTM yaitu 48,00 % dan
program imunisasi yaitu 36,00%.
BAB V
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

A. Analisa Masalah
Berdarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya tahun 2017 didapatkan pencapaiaan program kesehatan sebagai berikut :

Tabel 5.1 Pencapaian Kinerja Program Per Bidang Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2017

N
O INDIKATOR KINERJA Target Realisasi KRITERIA ANGGARAN
836.866.2
A BIDANG P2P 00
170.231.0
I Kegiatan PTM 00
Jumlah puskesmas yang
melaksanakan pengendalian PTM
1 terpadu 13 Pkm 13 Pkm Tercapai APBD
Jumlah puskesmas mempunyai
2 alat deteksi dini PTM 7 pkm 12 pkm Tercapai
Persentase nagari yang
3 melaksanakan posbindu 16% 48% Tercapai
Persentase deteksi dini kanker Tidak
4 servik dan payudara 30% 6,70% Tercapai DAK Non
Persentase deteksi dini faktor Fisik
risiko PTM obesitas (umur > 18 Tidak
5 tahun) 15,40% 3,90% Tercapai
6 Persentase Hipertensi 24,30% 26,40% Tercapai
150.997.0
II Kegiatan Imunisasi 00
Persentase bayi usia 0-11 bulan
yang mendapat imunisasi dasar Tidak
1 lengkap 92% 61,40% Tercapai
80% Tidak
2 HB < 7 Hari 65.62% Tercapai APBD
95% Tidak
3 BCG 68.12% Tercapai
90% Tidak
4 DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 65% Tercapai
90% Tidak DAK Non
5 Polio 4 64.9% Tercapai Fisik
90% Tidak
6 Campak 62.6% Tercapai
7 Persentase anak sekolah dasar 95% 96% Tercapai
yang mendapat imunisasi
Persentase cakupan imunisasi
8 baduta 45% 47% Tercapai
Persentase wanita usia subur
9 dengan status TT5 30% 48% Tercapai
94.724.0
III Surveilans 00
Cakupan jorong yang mengalami
KLB yang ditangani kurang dari
1 24 jam 100% 100% Tercapai APBD
Persentase penyelidikan
2 epidemiologi (PE) < 24 jam 100% 100% Tercapai
Terlaksananya Pelayanan
DK Non
Kesehatan pada Bencana < 24
Fisik
3 Jam 100% 100% Tercapai
214.196.0
IV Penyakit Menular 00
Prevalensi Penderita TB per ≤ 145 Tidak
7 100.000 penduduk ≤ 155 Kasus kasus Tercapai
Tidak
8 Persentase kesembuhan TB 90% 85% Tercapai
Prevalensi HIV-AIDS pada
9 populasi dewasa ≤ 0,05% ≤ 0,5% Tercapai APBD
Persentase orang dengan HIV-
AIDS (ODHA) yang mendapat
10 ARV 100% 100% Tercapai
Persentase kesakitan diare yang
11 ditangani 100% 100% Tercapai
Persentase angka kesakitan Tidak
12 peneumonia pada balita 52% 50% Tercapai
Persentase angka kesakitan DBD
13 per 100.000 penduduk 49% 60% Tercapai
Persentase angka kesakitan DAK Non
14 malaria per 1000 penduduk ≤ 1% ≤ 1% Tercapai Fisik
Persentase penderita malaria yang
15 diobati 100% 100% Tercapai
Jumlah penemuan kasus AFP per
16 100.000 anak 2 kasus 1 kasus Tercapai
151.028.2
V Matra 00
Persentase Jemaah Calon Haji
1 yang dilaksanakan Entri Data 80% 85% Tercapai APBD
Persentase Pelayanan Kesehatan DAK Non
2 pada Kondisi Khusus 100% 100% Tercapai Fisik
55.690.0
VI Jiwa 00
Penderita Gangguan Jiwa yang
dilayani di Puskesmas dan
1 Kunjungan Rumah 100% 100% Tercapai APBD
B BIDANG KESMAS 1.868.911.8
50
492.663.2
I Kesehatan Lingkungan 00
Persentase penduduk yang
memiliki akses terhadap minum Tidak
1 berkualitas 83% 81,58% Tercapai
APBD
Persentase masyarakat yang
memiliki akses terhadap jamban
2 sehat 86% 86,36% Tercapai
Persentase cakupan rumah yang Tidak
3 memenuhi syarat kesehatan 69% 66,92% Tercapai
DAK Non
Persentase cakupan tempat-tempat
Fisik
umum yang memenuhi syarat Tidak
4 kesehatan 63% 50,81% Tercapai
Peran Serta
Masyarakat,Informasi 435.811.9
II Kesehatan 50
Cakupan rumah tangga yang ber-
1 PHBS 25% 69% Tercapai APBD
2 Persentase nagari siaga aktif 58% 80% Tercapai
Persentase posyandu strata Tidak DAK Non
3 mandiri 59% 52,26% Tercapai Fisik
393.471.2
III KIA 00
Persentase Ibu Bersalin di Tidak
1 Fasilitas Kesehatan 93% 78% Tercapai
Persentase Ibu Hamil mendapat Tidak
2 pelayanan Antenatal Care / K1 99% 72,40% Tercapai
Persentase Ibu Hamil mendapat Tidak
3 pelayanan antenatal /K4 83% 60% Tercapai
Persentase Ibu Nifas yang Tidak
4 mendapatkan pelayanan (KF) 93% 67% Tercapai
Persentase Ibu Hamil, Bersalin,
nifas yang dapat penanganan APBD
5 komplikasi 72% 114% Tercapai
209/10.00
6 Kematian Ibu 330/10.000 0 Tercapai
7 Kematian Bayi 22/1000 12/1000 Tercapai
Persentase Puskesmas rawat inap
8 yang mampu PONED 66,60% 67% Tercapai
Persentase Pasangan Usia subur
yang menjadi peserta KB Aktif
9 (CPR) 78% 79% Tercapai
Persentase Nagari yang DAK Non
10 melaksanakan Kelas ibu Hamil 75% 100% Tercapai Fisik
11 Persentase Nagari yang 50% 55,80% Tercapai
melakukan Orientasi program
(P4K)
Persentase kunjungan neonatal
12 pertama (KN 1) 74% 104% Tercapai
Persentase kunjungan neonatal
13 lengkap (KN Lengkap) 74% 98,80% Tercapai
14 Persentase kunjungan bayi 65% 68% Tercapai
Persentase pelayanan kesehatan
15 anak balita 65% 88% Tercapai
Jumlah Nagari yang
16 melaksanakan program 1000 HPK 26 nagari 26 nagari Tercapai
86.796.2
IV Lansia 50
Persentase Kelompok kesehatan
1 lansia yang dilayani 71% 77% Tercapai
APBD
Jumlah puskesmas mampu
2 melayani Lansia 12 pkm 12 pkm Tercapai
Jumlah kelompok pelayanan gizi Tidak DAK Non
3 Lansia 130 klp 126 klp Tercapai Fisik
163.050.2
V UKS PKPR 50
Persentase kesehatan anak sekolah
1 baru 96% 99,50% Tercapai APBD
Jumlah puskesmas yang mampu DAK Non
2 melaksanakan pelayanan PKPR 5 pkm 5 pkm Tercapai Fisik
297.119.0
VI Gizi 00
1 Persentase Gizi Buruk <5% 0,03 Tercapai APBD
2 Persentase Gizi Kurang <15% 0,3 Tercapai
3 Persentase Stunting 25% 16% Tercapai
Persentase balita yang datang ke Tidak
4 posyandu (D/S) 90% 79,80% Tercapai
Persentase balita yang naik BBnya Tidak
5 ( N/D) 85% 80,70% Tercapai
4 Persentase Balita gizi buruk
ditemukan yang mendapat
6 perawatan 100% 100% Tercapai
5 Persentase balita gizi kurang
ditemukan yang mendapat
7 perawatan 100% 100% Tercapai
Persentase Bumil KEK yang Tidak
8 mendapat Makanan Tambahan 70% 65,60% Tercapai
Persentase bayi Usia kurang 6 Tidak
9 bulan yang mendapat ASI Ekslusif 80% 74% Tercapai
8 Persentase rumah tangga
10 mengkonsumsi garam beryodium 100% 100% Tercapai
Persentase Balita 6-59 bulan yang
11 mendapat kapsul Vitamin A 90% 96% Tercapai
12 Persentase ibu Hamil yang 95% 60% Tidak
mendapat Fe min 90 tablet selama Tercapai
hamil
Persentase remaja putri mendapat
13 tablet tambah darah 25% 27,20% Tercapai
2 Persentase ibu nifas mendapat
14 kapsul Vitamin A 60% 67% Tercapai
Persentase Bayi Baru Lahir
15 mendapat IMD 50% 66% Tercapai
Persentase bayi dengan Berat
Badan Lahir rendah (Berat Badan
16 < 2500 gr) 25% 3% Tercapai
Persentase balita mempunyai
17 buku KMS 90% 100% Tercapai
Persentase Balita di timbang yang
18 tidak naik BB nya (T) 20% 16,50% Tercapai
Persentase Balita ditimbang yang
19 tidak naik BBnya 2x berturut-turut 20% 3,20% Tercapai DAK Non
Persentase balita ditimbang yang Fisik
BB nya dibawah Garis Merah
20 (BGM) 5% 1,20% Tercapai
Tidak
21 Persentase Ibu Hamil Anemia 35% 40% Tercapai
42
22 Jumlah pembinaan gizi institusi 30 institusi institusi Tercapai
Tidak
23 Jumlah Pos pemulihan gizi 26 klp 4 klp Tercapai
Tidak
24 Jumlah nagari Sadar Gizi Aktif 26 nagari 13 nagari Tercapai
7.882.118.9
C YAN SDK 50
Cakupan pelayanan kesehatan Tidak
1 yang terstandarisasi 100% 50% Tercapai
Persentase sarana yang memiliki
2 izin 70% 70% Tercapai
Puskesmas mengikuti lomba
puskesmas berprestasi tingkat
3 Kab,Prop dan Nas 14 pkm 14 pkm Tercapai APBD
Pengadaan, peningkatan dan
perbaikan sarana dan prasarana
4 puskesmas 100% 100% Tercapai
Persentase masyarakat mendapat
jaminan kesehatan (Total Tidak
5 Coverage ) 70% 64,70% Tercapai
Persentase Nagari yang DAK Non
Melaksanakan Germas Cerdas Fisik
6 Menggunakan Obat 26,90% 30,80% Tercapai
7 Persentase sarana dibina yang 65% 65% Tercapai
tidak menggunakan bahan
berbahaya
Jumlah sarana produksi dan
distribusi obat dan makanan yang
8 dibina 90 sarana 90 sarana Tercapai
Peningkatan dan penguatan
9 kompetensi SDM kesehatan 100% 100% Tercapai
Persentase tenaga kesehatan yang
10 memiliki izin praktek 100% 100% Tercapai

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa program yang belum mencapai
target yaitu cakupan pelayanan pada bidang Kesehatan Masyarakat ( KIA, gizi,
kesling), pada Bidang P2P (PTM, imunisasi, P2M) merupakan program MDG’s dan
SDG’s di bidang kesehatan yang sudah menjadi target dan harus dicapai oleh setiap
negara termasuk Indonesia. Sedangkan pada Pelayanan Sumber Daya Kesehatan
(Pelayanan kesehatan terstandarisasi dan jaminan kesehatan). Oleh karena itu, perlu
penyusunan rencana strategis dalam menyelesaikan masalah kesehatan di Kabupaten
Dharmasraya tahun 2017.

B. Penetapan Prioritas Masalah


Tabel 5.2 Prioritas masalah dinas kesehatan kabupaten dharmasraya tahun 2017

KIA
(Persalinan P2P IMUNISASI GIZI
Bobot*
Kriteria Masalah di (Kesembuhan (IDL) ( D/S )
(B)
Fasyankes) TB)
No S** BxS S BxS S BxS S BxS
1 Besar masalah 5 3 15 3 15 2 10 2 10
2 Dampak masalah 4 3 12 3 12 2 8 2 8
3 Jumlah Tenaga 5 3 15 2 10 2 10 1 5
4 Pemanfaatan Tenaga 5 2 10 2 10 2 10 1 5
52 47 38 28
I II III IV
Keterangan nilai :
*) Bobot kriteria masalah : Tingkat kepentingan (5),tingkat keperahan (4), akibat
pada pasien (5), akibat pada masyarakat (5)
**) S (Skor) kriteria masalah : Besar masalah (nilai 1 Ringan, nilai 2 sedang, nilai
3 Berat), Dampak masalah (nilai 1 ringan, nilai 2 sedang, nilai 3 berat), Jumlah
Tenaga (nilai 1 sedikit, nilai 2 sedang, nilai 3 banyak), pemanfaatan Tenaga (nilai 1
sedikit, nilai 2 sedang, nilai 3 banyak).
Berdasarkan tabel 5.2 Dapat dilihat bahwa prioritas masalah pelayanan kesehatan di
Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 adalah pada program KIA yaitu
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan total skor dari hasil pencarian
dengan menggunakan Multi Criteria Utility Analysis 52. Berdasarkan teori bahwa
dampak dari persalinan tidak di fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya dirasakan
oleh ibu, namun juga janin dalam kandungan yang nantinya berisiko yang dapat
menyebabkan terjadinya kematian ibu kematian bayi. Dapat di lihat program –
program yang realisasinya belum mencapai target, padahal termasuk dalam indikator
MDG’S dan SDG’S . Cakupan pelayanan kesehatan ibu adalah program Nasional
yang tertera dalam RPJMN untuk mendukung Nawacita. Dengan belum tercapainya
realisasi sesuai dengan target, perlu di bentuk Rencana strategis (Renstra) pemecahan
masalah.
Sedangkan untuk program Bidang P2P yang juga perlu mendapat perhatian khusus
yaitu masih belum tercapainya angka kesembuhan penderita TB dan pencapaian
imunisasi dasar lengkap yang masih jauh dari target. Begitu juga dengan program gizi
yang mana D/S nya masih rendah yang mana hal ini dapat berdampat tidak
diketahuinya ada Balita yang menderita gizi kurang,gizi buruk ataupun gizi lebih dan
juga masih rendahnya peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu.

C. PENENTUAN PENYEBAB MASALAH


Berdasarkan hasil analisa masalah diatas, maka prioritas masalah yang dibahas
adalah masih rendahnya persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu 78,00% dari
target 93%. Adapun penyebab belum tercapainya persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Masih ada kondisi geografis yang sulit ke fasilitas pelayanan kesehatan


2. Budaya masyarakat yang percaya pada dukun beranak
3. Beragamnya Pendidikan Masyarakat
4. Kelengkapan kunjungan kehamilan (K1 72,40 % dari target 99% dan K4 60%
dari target 83%)
5. Kurangnya peran dari kader pendamping ibu hamil
6. Mobilitas masyarakat tinggi
7. Perbedaan data dari Pusdatin dengan yang real dilapangan
8. Tingkat pengetahuan dan kesadaran Masyarakat terhadap pembangunan
kesehatan masih kurang
9. Informasi kesehatan belum dapat dimanfaatkan secara optimal
10.Kesadaran masyarakat dalam keikutsertaan sebagai peserta jaminan kesehatan
nasional masih rendah sehingaga saat akan bersalin tidak ada biaya
11.Jumlah dan sumberdaya manusia dibidang kesehatan masih terbatas untuk
memberikan pelayanan yang maksimal pada masyarakat.
12.Petugas di Pustu atau Polindes tidak berada ditempat pada saat ada persalinan
D. ANALISA TULANG IKAN

Alat Kebijakan
Manusia

Kemampuan SDM Kebijakan ada,birokrasi


Kurang Informasi rumit
kurang ,SDM
(Pengetahuan )
tidak ditempat
Sarana dan prasarana
masih kurang
Cakupan Monev tidak
pelayanan masih maksimal
kurang Persalinan di
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

Kondisi (78%)
Pendataan yang Pola pikir
geografis
belum optimal berbeda
Peran Kader
Pendamping Budaya Jaminan
belum maksimal percaya Kesehatan
dukun belum optimal

Metode Lingkungan Dana


E. Alternative Pemecahan Masalah
Alternative pemacahan masalah dalam mencapai cakupan persalinan di pfasilitas
pelayanan kesehatan kebidanan di antara di antara lain :

1. Melengkapi sarana dan prasarana kesehatan


2. Melanjutkan pembangunan sarana kesehatan dan memudahkan jangkauan
masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan
3. Menambah dan meningkatkan sumberdaya manusia bidang kesehatan
4. Perbaikan birokrasi dalam penggunaan dana Jampersal
5. Validasi data sasaran dan kunjungan K1 dan K4
6. Melaksanakan monev secara rutin
7. Melakukan penyegaran kader pendamping
8. Meningkatkan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif
9. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
10. Mengembangkan sistim informasi dan manajemen kesehatan yang terintegrasi
11. Meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya jaminan kesehatan
F. Rencana Pelaksanaan Program

Tabel 5.3 Plan of Action (POA) Program Kesehatan Ibu dan anak Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017

N
KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU BIAYA TEMPAT P.JAWAB OUTPUT
O

1 Audit Maternal Perinatal Ante natal care Bumil, Januari s/d APBD Dinas Dinkes Peningkatan
Bidang
dan Pelacakan Kasus berkualitas dan Bulin, Desember Kesehatan dan Menunjang
Kesmas
Resiko Tinggi Pada penanganan Bufas,Bayi, 2017 capaian SPM
(Rp Kasie KIA
Maternal Perinatal komplikasi ibu dan balita, No:
182.175.
anak oleh tenaga pengelola 1,2,3,4,5,6,8
000,-)
kesehatan yang KIA, Bides, dan 12
berkualitas dan petugas Penurunan
 Terlaksananya puskesmas Angka
Pertemuan Kematian Ibu
AMP Penurunan
 Terlacaknya Angka
kasus kematian Kematian Bayi
ibu/bayi dan
resiko tinggi
 Terlaksananya
Sistem Manual
Rujukan
maternal dan
neonatal
 Terlaksananya
evaluasi
program KIA
dan KB

2 Rumah Tunggu Bumil, Penurunan Angka Bumil, Januari s/d JAMPE Dinas Dinkes Menurunnya
Bidang
Bulin dan Bufas kematian Ibu dan Bulin, Desember RSAL Kesehatan, jumlah
(Rp Kesmas
(Jampersal) Bayi Bufas, Bayi 2017 Puskesmas, kematian Ibu,
Kasie KIA
 Terlaksananya Pengelola 2.297.30
Pustu,Polin Puskesmas menurunnya
rujukan ibu KIA, Bides, 3.300,-) Pustu
des jumlah
Polindes
hamil dan dan Petugas kematian bayi
bersalin Puskesmas
 terlaksananya
rumah tunggu
kelahiran
 tertanganinya
kasus rujukan
ibu hamil dan
bersalin
 Terpantaunya
Seluruh sasaran
ibu hamil,
Bulin, Bufas
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penganggaran bidang kesehatan di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2017
sudah sesuai dengan aturan yaitu 11,78% sebagaimana yang tercantum dalam UU
Nomor 36 Tahun 2009. Alokasi anggaran tersebut digunakan untuk menunjang
program kesehatan yang sudah direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Dharmasraya untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Dalam pelaksanaan
program kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya tahun 2017 masih
ada yang belum mencapai target nasional. Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya
terus berusaha melakukan perbaikan dan peningkatan pencapaian program dari tahun
sebelumny. Data pencapaian program ini dapat dipergunakan semaksimal mungkin
untuk perencanaanan program dan anggaran, monitoring dan evaluasi. Namun
demikian untuk perbaikan terhadap substansi penyajian maupun waktu terbit dari
profil ini tetap akan dilakukan perbaikan, sehingga tujuan profil kesehatan sebagai
salah satu sumber data dan informasi kesehatan dapat tercapai.

Berdasarkan profil dan LkjIP Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya tahun


2017 dapat dilihat masih ada beberapa program kesehatan yang belum mencapai
target nasional. Salah satunya adalah persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan
(78%) dari target 93%. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor sumber daya, sarana
prasarana,informasi,dana dan pelaksanaan kegiatan yang belum maksimal.

B. Saran
Dari kesimpulan tersebut diatas maka disarankan :

1) Alokasi anggaran kesehatan tetap dipertahankan sesuai dengan aturan


2) Memanfaatkan dana secara efektif dan efisien untuk mencapai target yang telah
ditentukan
3) Pemanfaatan dana pat menyentuh seluruh lapisan mayarakat dan aturan dalam
birokrasi pemerintahan tidak sulit
4) Untuk meningkatkan peran Sistem Informasi Kesehatan sebaiknya dibentuk Bank
Data dan Pelaporan dan Pencatatan Satu pintu (Terintegrasi), sehingga keluar
masuknya data dan pelaporan pelayanan dan manajemen kesehatan dapat
terpantau/terawasi.
5) Membentuk Tim yang khusus mengelola data dan Informasi kesehatan.
6) Melakukan monitoring dan evaluasis ecara berkala terhadap pencapaian kegiatan
program dari masing-masing bagian dan bidang.
7) Pemanfaatan dana tepat sasaran,tepat cara dan tepat waktu

DAFTAR PUSTAKA
Handayaningrat Soewarno. 2002. Pengantar Study Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: Haji Masagung.
Hasibuan Malayu SP. 2011. Manajemen: Dasar, Pengertian dan Masalah, . Jakarta :
Bumi Aksara.
LKjIP Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
Muninjaya, Gde. 2012. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Perda APBD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
Permendagri Nomor 31 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Thun 2017
https://ebudgeting.surabaya.go.id/new_portal/asset/article/Lampiran%20Permendagri
%20Nomor%2031%20Tahun%202016.pdf. Diakses 23 Oktober 2018
Permenkes RI Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perencanaan dan Penganggaran Bidang
Kesehatan. Diakses 23 Oktober 2018
http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/PMK_No._7_ttg_Perencanaan_dan_Peng
anggaran_Bidang_Kesehatan_.pdf. Diakses 23 Oktober 2018
Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 Tentang SPM Bidang Kesehatan
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2016/bn1475-2016.pdf. Diakses 23 Oktober
2018
Profil Dinas Keshetan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2017
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016-2021
RPJMD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016-2021
UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/UU%20Nomor
%2036%20Tahun2%20009%20tentang%20Kesehatan.pdf. Diakses 23 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai