1. Jika suatu kutipan merupakan kutipan pertama atau langsung dikutip
dari penulisnya, kutipan ditulis dengan menggunakan dua tanda petik (“...”). 2. Jika suatu kutipan diambil dari kutipan, kutipan tersebut ditulis dengan menggunakan satu tanda petik (‘...’). 3. Jika bagian yang dikutip terdiri atas tiga atau kurang, kutipan ditulis dengan menggunakan tanda petik (sesuai dengan ketentuan a dan b), penulisannya digabung ke dalam paragraf yang ditulis oleh pengutip, dan ditik dengan jarak dua spasi. 4. Jika bagian yang dikutip terdiri atas empat baris atau lebih, kutipan ditulis tanpa tanda kutip dan ditik dengan jarak satu spasi. Baris pertama ditik mulai pada pukulan ke enam dan baris kedua ditik mulai pada pukulan ke empat. 5. Jika bagain yang dikutip ada bagian kalimat yang dihilangkan, penulisan tersebut diganti dengan tiga buah titik, jika bagian yang dihilangkan itu kalimat atau baris, kalimat yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris. 6. Terdapat beberapa kemungkinan dalam penulisan sumber kutipan sebagai berikut: a. Jika sumber kutipan ditulis setelah kutipan, urutan cara penulisannya ialah nama penulisan yang diikuti dengan tahun penerbitan., dan nomor halaman yang dikutip. Nama penulisan, tahun, penerbitan, dan nomor halaman semuanya ditulis di dalam kurung. Contoh: Menulis merupakan sebuah kegiatan aktif yang dilakukan guna mencurahkan gagasan yang dimiliki penulisnya. Dalam pengertian ini menulis memiliki arti “... sebuah usaha yang dilakukan untuk menyalurkan berbagai ide dan gagasan ke dalam media tulisan” (Darmaji,1999: 32) b. Jika sumber kutipan ditulis mendahului kutipan, urutan cara penulisannya sama seperti diatas, hanya tahun terbit dan nomor halaman yang ditulis di dalam kurung. Contoh: Santana (1996: 25) memandang menulis sebagai sebuah kegiatan menyenangkan yang dilakukan secara sengaja oleh seorang penulis. Menulis adalan wisata yang dilakukan oleh seorang penulis. Pada saat ia menulis, penulis akan mengembarakan pikirannya ke dalam berbagai dimensi pokok persoalan yang dibahasnya sehingga ia akan menemukan kepuasan batin setelah tulisannya selesai. Oleh karena itulah, menulis pada dasarnya adalah kegiatan menyenangkan dan sekaligus menghasilkan. c. Jika sumber kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang dikutip, sumber kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan yang digunakan oleh pengutip, tetapi dengan menyebutkan siapa yang mengemukakan pendapat tersebut. Contoh: Suyanto (Sasmita, 1999: 62) mengemukakan “... proses menulis adalah tahapan yang dilalui guna menghasilkan sebuah tulisan”. d. Jika penulis terdiri atas dua orang, nama belakang kedua penulis tersebut harus disebutkan, contohnya Darma dan Abidin (1996: 1). Jika penulis lebih dari dua orang maka nama belakang penulis pertama disebutkan dan diikuti oleh et al. Contoh: Halimahtul et al. (1960: 35). e. Jika masalah yang dikutip dibahas oleh beberapa orang dalam sumber yang berbeda, cara penulisan sumber kutipan tersebut sebagai berikut. Contoh: Beberapa studi tentang kelemahan pembelajaran menulis selama ini (Sondah, 1997; Maryati, 1999; Sandianto; 2000) Contoh tersebut menunjukkan bahwa (tulis rumusan yang dipadukan dari ketiga sumber tersebut). f. Jika sumber kutipan berasal dari beberapa karya tulis dari penulis yang sama pada tahun yang sama, cara penulisan sumber kutipan dilakukan dengan menambahkan huruf a, b, dst. Pada tahun penerbitan. Contoh: (Darmaji, 1985 a; 1985 b). g. Jika sumber kutipan tanpa nama, cara penulisan sumber kutipan tersebut sebagai berikut. Contoh: (Tn., 1999; 18). h. Jika sumber kutipan berasal dari situs internet, cara penulisannya adalah dengan mencantumkan nama penulis diikuti tahun pengunggahan artikel tersebut yang ditulis dalam kurung. Contoh: Kardimanto (2009) menyatakan “ Menulis itu mudah, hanya cukup memulai dengan sebuah kata dan mengakhirinya dengan sebuah titik, tanda tanya, dan tanda seru.” i. Jika sumber kutipan berasal dari surat kabar atau majalah, cara penulisannya adalah dengan mencantumkan nama penulis diikuti nama surat kabar dan edisinya yang ditulis dalam kurung. Contoh: Wardimanto (Pikiran Rakyat, 12 Desember 2006) menyatakan “Menulis cerpen pada dasarnya adalah berlayar ke dunia imajinasi tanpa batas.” j. Jika hanya diutarakan pokok pikiran seorang penulis tidak perlu ada kutipan langsung, cukup dengan menyebutkan sumbernya saja.