Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Pendekatan / Desain
Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam

melakukan sebuah prosedur penelitian (Hidayat, 2008). Dalam penulisan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan rancangan studi kasus. Penelitian deskriptif adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang terjadi di dalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Studi kasus merupakan metode untuk memahami individu yang di lakukan

secara integratif dan komprehensif agar diperoleh suatu pemahaman yang

mendalam tentang anak yang memiliki penyakit diare dengan gangguan

nutrisi bertujuan agar masalah dapat teratasi dan memperoleh perkembangan

diri yang baik (Lusianah, dkk 2012). Studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada anak diare dengan

gangguan kebutuhan nutrisi.


B. Tempat dan Waktu Penelitian
Studi kasus ini merupakan studi kasus individu (di rumah sakit) yang

akan dilakukan di Ruang Puspa nindra Rumah Sakit Daerah Kardinah Kota

Tegal pada bulan Februari 2019 dengan lama waktu penelitian sejak pasien

pertama kali masuk rumah sakit sampai pasien pulang atau pasien yang

dikelola/dirawat minimal selama 3 hari.

C. Subjek Studi Kasus

1
2

Subjek studi kasus dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah pasien anak yang

mengalami diare dengan gangguan kebutuhan nutrisi. Penulis menetapkan

kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan subjek studi kasus yaitu :
1. Kriteria inklusi
a. Pasien diare yang berada dirumah sakit umum daerah Kardinah

Kota Tegal, yang bersedia untuk menjadi studi kasus.


b. Pasien diare dengan usia balita (0-5 tahun).
c. Pasien dengan gejala klinis diare serta mendukung ke arah

gangguan kebutuhan nutrisi.


d. Pasien dengan keluhan BAB cair lebih dari 3× sehari.
2. Kriteria Eksklusi
Pasien diare yang mengalami dehidrasi berat.
D. Fokus Studi
Kebutuhan nutrisi pada pasien diare.
E. Definisi Operasional Fokus Studi
Diare merupakan keadaan Buang Air Besar (BAB) lebih dari dari

3×/hari dengan konsistensi feses cair.


Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dan

berperan di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak. untuk

mengetahui status nutrisi dapat menggunakan pengkajian ABCD yaitu

Antropometri, Biochemical, Clinical sign, Dietery History.


F. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode :
a. Biofisiologis
Dalam metode ini penulis akan melakukan pemantauan kondisi

pasien dengan metode mengukur menggunakan alat ukur pemeriksaan

seperti melakukan pengukuran tanda-tanda vital meliputi pengukuran

suhu, nadi, pernafasan, mengukur panjang badan dan menimbang berat

badan.
b. Observasi
Dalam observasi ini, penulis akan melihat kondisi dari pasien

seperti keadaan umum pasien. Selain itu juga penulis akan melakukan
3

observasi tanda-tanda terjadinya gangguan nutisi seperti anak lemas, bibir

pucat, berat badan menurun dan lain-lain.


c. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

melalui tanya jawab, sehingga didapatkan makna dalam suatu topik

tertentu. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data pengkajian

seperti : identitas, riwayat kesehatan (riwayat kesehatan sekarang, riwayat

kesehatan dahulu, dan riwayat kesehatan keluarga), keluhan utama, dll.


d. Dokumentasi
Dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan dokumen

dari rumah sakit untuk menunjang Kaya Tulis Ilmiah yang akan dilakukan.

Penulis menggunakan dokumentasi dari data laboratorium pemeriksaan

darah lengkap, pemeriksaan tinja, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin.


G. Analisis Data dan Penyajian Data
Analisa data adalah proses mengatur ukuran data dan

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian data

(Lexy, 2010). Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penyajian data ditulis

secara narasi yang berupa data subyektif dan data obyektif dan dapat disertai

dengan cuplikan verbal dari subjek studi kasus sesuai dengan kebutuhan

dasar manusia dan kasus penyakit. Data subyektif dari pasien diare dengan

kebutuhan nutrisi adalah pasien mengatakan lemas dan tidak nafsu makan

atau gangguan pemenuhan makanan sedangkan data obyektif meliputi :

mukosa bibir pucat, sklera anikterik, konjungtiva anemis dan berat badan

menurun. Penulis akan melakukan penyajian data pada pasien diare dengan

gangguan kebutuhan nutrisi pada anak.


Menurut NANDA (2018) data obyektif pasien dengan gangguan

kebutuhan nutrisi adalah membran mukosa pucat, bising usus hiperaktif,


4

nafsu makan berkurang, penurunan berat badan. Dengan data subyektif

adalah pasien mengatakan tidak nafsu makan dan gangguan pemenuhan

makanan.
H. Etika Studi Kasus
Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan akan memperoleh

dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Dalam melaksanakan

studi kasus ini penulis akan menekankan pada prinsip etika yang meliputi:
1. Prinsip manfaat (Nursalam, 2011)
a. Bebas dari penderitaan
Studi kasus harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan terhadap

subyek, terutama jika menggunakan tindakan khusus.


b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi dalam studi kasus harus dihindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan. Subyek harus diyakinkan bahwa pasrtisipasinya dalam

studi kasus atau informasi yang telah diberikan tidak akan dipergunakan

dalam hal yang dapat merugikan subyek dalam bentuk apapun.


c. Resiko (Benefits ratio)
Penulis harus berhati-hati mempertimbangkan resiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subyek pada setiap tindakan.


2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect human dignty)

menurut Nursalam (2011)


a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (Right to self

determination.)
Subyek harus diperlakukan secara baik. Subyek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subyek atau tidak, tanpa

adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap kesembuhannya jika

seorang pasien tidak mau.


5

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(Right to full discloure)


Seorang penulis harus memberikan penjelasan secara rinci dan jelas serta

bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subyek.


c. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penulis dan

responden dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed

consent agar subyek mengerti maksud dan tujuan studi kasus serta

mengetahui dampaknya. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi klien, tujuan

dilakukannya studi kasus atau tindakan, jenis data yang dibutuhkan,

komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat,

kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain (Hidayat,

2008).
3. Prinsip keadilan (Right to justce) menurut Nursalam (2011)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (Right in fair

treatment)
Subyek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan setelah

keikut sertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.


b. Hak dijaga kerahasiaannya (Right to privacy)
1) Masalah etika keperawatan tanpa nama (Anonimity) merupakan

masalah yang memberikan jaminan dalam menggunakan subyek studi

kasus dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus yang akan disajikan

(Hidayat, 2008). Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah


6

diisi responden, penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap,

responden cukup mencantumkan inisial nama saja.


2) Masalah etika keperawatan kerahasiaan (Confidentiality)

merupakan masalah etika memberikan jaminan kerahasiaan hasil studi

kasus, baik informasi masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penulis

(Hidayat, 2008). Penulis menentukan pasien kelolaan berdasarkan

kriteria inklusi yang telah ditetapkan dan memenuhi prinsip etik

terhadap pasien lain.


4. Hak perlindungan terhadap ketidaknyamanan
Menurut Supartini (2009) Atraumatic Care Merupakan suatu bentuk

perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan

pelayanan kesehatan anak, melalui tindakan yang dapat mengurangi distress

fisik maupun distress psikologis yang dialami anak maupun orang tua.

Dengan demikian Atraumatic Care sebagai bentuk perawatan terapeutik

dapat diberikan terhadap anak dan keluarga dengan mengurangi dampak

psikologi dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan

dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau

aspek lain yang kemungkinan berdampak terjadi trauma, untuk mencapai

perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat

antara lain:
a. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak berpisah dari keluarga maka anak mengalami gangguan

psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurang kasih sayang sehingga

gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat

menggangu pertumbuhan dan perkembangan anak.


7

b. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol

perawatan pada anak


Melalui peningkatan kontrol orang tua pada anak, diharapkan anak

mandiri dalam kehidupannya, anak akan selalu berhati-hati dalam

melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala

hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan pada orang

tua dalam mengawasi perawatan anak.


c. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak

psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam

keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri seringkali tidak bisa

dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai

teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan

pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung

lama pada anak sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan

anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang

sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam

proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan

akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat

tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.


e. Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat

meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan nyaman bagi lingkungan

anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di

lingkungannya.
8

Anda mungkin juga menyukai