Disusun Oleh :
NAMA : SAKA ADHIJAYA PENDIT
NIM : 14109
1) Anatomi Ginjal
Ginjal (ren) manusia berjumlah sepasang, terletak di rongga perut sebelah
kanan depan dan kiri depan ruas-ruas tulang belakang bagian pinggang. Ginjal
kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri karena di atas ginjal kanan terdapat
hati. Ginjal berbentuk seperti biji ercis dengan panjang sekitar 10 cm dan
berat sekitar 200 gram. Ginjal yang dibelah secara membujur akan
memperlihatkan bagian-bagian korteks yang merupakan lapisan luar. Medula
(sumsum ginjal), dan pelvis (rongga ginjal). Di bagian korteks terdapat jutaan
alat penyaring yang disebut nefron. Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi
dan tubulus kontortus. Badan Malpighi terdiri atas kapsula (simpai) Bowman
Dan glomerulus. Glomrerulus merupakan anyaman pembuluh kapiler.
Kapsula Bowman berbentuk mangkuk yang mengelilingi glomerulus.'I'ubulus
kontortus terdiri atas tubulus kontortus proksimal. tubulus kontortus distal.
Dan tubulus kontortus kolektivus. Di antara tubuIus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distal terdapat gelung /lengkung Henle pars ascenden (naik)
dan pars descenden (turun).
Ginjal meliputi :
Lapisan luar (korteks/ kulit ginjal) yang mengandung kurang lebih 1 juta
nefron. Tiap nefron terdiri atas badan malpighi (badan renalis) yang
tersusun dari kapsula bowman dan glomerulus.
Lapisan dalam (medula/ sumsum ginjal) yang terdiri atas tubulus kontortus
yang bermuara pada tonjolan papila di ruang (pelvis renalis). Tubulus
kontortus terdiri atas tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distal
Nefron terdiri dari :
Kapsula bowman: Mengumpulkan filtrat glomerulus
Tubulus proksimal (pars desendens): Reabsorpsi dan sekresi tidak
terkontrol zat-zat tertentu berlangsung disini dan Sangat permeable
terhadap H2O tetapi tidak secara aktif mengeluarkan Na+ (merupakan satu-
satunya segmen tubulus yang tidak melakukannya).
Lengkung Henle: Membentuk gradient osmotic di medulla ginjal yang
penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan berbagai
konsentrasi.
Tubulus distal (pars ascendens): Sekresi dan reabsorpsi tidak terkontrol zat-
zat tertentu berlangsng disini dan Secara aktif mengangkut NaCl keluar
dari lumen tubulus ke dalam cairan interstisium disekitarnya dan selalu
impermeable terhadap H2O, sehingga garam keluar dari cairan tubulus
tanpa secara osmotis diikuti oleh H2O.
Tubulus pengumpul: Reabsorpsi H2O dalam jumlah bervariasi berlangsung
disini, cairan yang meninggalkan tubulus pengumpul menjadi urin, yang
kemudian masuk ke pelvis ginjal.
2) Fungsi Ginjal
Ginjal merupakan alat ekskresi penting yang mempunyai beberapa fungsi,
antara lain menyaring darah sehingga menghasilkan urine;
mengekskresikan zat-zat yang membahayakan tubuh. misalnya protein-
protein asing yang masuk ke dalam tubuh, urea, asam urat. dan bermacam -
macam garam; mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan,
misalnya kadar gula darah yang melebihi normal, mempertahankan tekanan
osmosis cairan ekstraseluler; dan mempertahankan keseimbangan asam dan
basa. Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh, antara lain :
Urea, asam urat, amoniak, creatinin
Garam anorganik
Bacteri dan juga obat-obatan
Mengekskresikan gula kelebihan gula dalam darah
Membantu keseimbangan air dalam tubuh, yaitu mem-pertahankan
tekanan osmotik ektraseluler
Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa
darah.
Proses pembentukan urine dengan :
Filtrasi (penyaringan): kapsula bowman dari badan malpighi menyaring
darah dalam glomerus yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat
bermolekul besar (protein dan sel darah) sehingga dihasilkan filtrat
glomerus (urine primer). Di dalam filtrat ini terlarut zat yang masih
berguna bagi tubuh maupun zat yang tidak berguna bagi tubuh, misal
glukosa, asm amino dan garam-garam.
Reabsorbsi (penyerapan kembali) : dalam tubulus kontortus proksimal
zat dalam urine primer yang masih berguna akan direabsorbsi yang
dihasilkan filtrat tubulus (urine sekunder) dengan kadar urea yang
tinggi.
Agar dapat terjadi reabsorpsi H2O menembus suatu segmen tubulus,
ada dua kriteria yang harus dipenuhi: Harus terdapat gradien osmotic
melintasi tubulus dan Segmen tubulus harus permeabel terhadap H2O
3. Etiologi
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis.
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis.
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
4. Patofisiologi
Terlampir
5. Manifestasi klinik
1) Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
2) Sistem Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
3) Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau amonia
4) Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
5) Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
6) Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis
6. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium darah :
1) BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)Pemeriksaan Urin
2) Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
c. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate.
d. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
7. Penatalaksanaan
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
5) Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
6) Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
7) Transfusi darah
b. Dialysis
1) peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (
Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
c. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d peningkatan beban jantung
2. Kelebihan volume cairan b/d edema sekunder
3. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan suplai O2
4. Gangguan integritas kulit b/d efek uremia
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
mual,muntah
6. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
d. Intervensi Keperawatan
terlampir
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI