Anda di halaman 1dari 12

KAIDAH DASAR BIOETIKA KEDOKTERAN

LAPORAN KASUS
“Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Bioetika Dalam Problem Based Learning (PBL)”

Oleh:

Nama Anggota : Sultan Yosua Siriwa, Angelia, Filbert Nicklaus Gunawan,


Sesilia Bella Tanny, Atika Minnie Fantasi, Maria Novia Oxa
Solfani Dayuk, Tristi Ajrin, Sefnat Phanea Nerokou, Exaudia
Y. Makatita
NIM : 102019069, 102019014, 102019018, 102019045,
102019063, 102019087, 102019110, 102019152, 102019163
Modul : Blok 1 “Who Am I?”
Pelajaran : Problem Based Learning (PBL) dalam Bioetika Kedokteran
Nama Dosen : dr. Elli Arsita, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


JL. ARJUNA UTARA NO. 6, DURI KEPA, KEBON JERUK,
JAKARTA BARAT, 11510
TAHUN AJARAN 2019-2020
DAFTAR ISI

Abstrak...................................................................................................................................... ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
1.3 Sasaran Belajar .............................................................................................................. 2
1.4 Skenario .......................................................................................................................... 3
1.5 Perumusan Masalah ...................................................................................................... 3
1.6 Identifikasi Istilah .......................................................................................................... 3
1.7 Hipotesis .......................................................................................................................... 3
BAB II ....................................................................................................................................... 4
ISI (PEMBAHASAN) .............................................................................................................. 4
2.1 Pengertian Bioetika ........................................................................................................ 4
2.2 Pengertian Kaidah Dasar Bioetika (KDB) .................................................................. 4
1. Beneficence .............................................................................................................. 4
2. Non-Maleficence ...................................................................................................... 5
3. Autonomy ................................................................................................................. 6
4. Justice ...................................................................................................................... 7
BAB III...................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................. 8
3.1 KESIMPULAN .......................................................................................................... 8
BAB IV ..................................................................................................................................... iii
KATA PENUTUP ................................................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

i
Kaidah Dasar Bioetika (KDB) Kedokteran

Atika Minnie Fantasi


102019063/B1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510

E-mail : atika.102019063@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Pada era yang modern ini, setiap profesi ada aturan prinsip moral yang harus di pegang
sebagai dasar pengambilan keputusan, begitupun dalam dunia kedokteran, terdapat prinsip
yang harus di pegang dan digunakan tergantung situasinya guna menentukan pilihan terbaik
yang harus diambil. Masalah-masalah di dunia kedokteran juga semakin beragam, sehingga
dikembangkanlah etika kedokteran. Bioetika (Biomedical Ethics) Kedokteran adalah cabang
dari dasar etika kedokteran yang berguna sebagai pedoman dokter dalam mengambil keputusan
terbaik sesuai situasinya. Bioetika terdiri dari empat (4) Kaidah Dasar Bioetik (KDB), yaitu :
Beneficence, Non-Maleficence, Autonomy, dan Justice.
Kata Kunci : Bioetika, Beneficence, Non-Maleficence, Autonomy, Justice.

Abstract
In this modern era, every profession has rules of moral principles that must be held as
the basis for decision making, as well as in medicine, there are principles that must be upheld
and used depending on the situation to determine the best choice that must be taken. Problems
in medicine are also increasingly diverse, so medical ethics is developed. Bioethics
(Biomedical Ethics) Medicine is a branch of basic medical ethics that is useful as a doctor's
guide in making the best decisions according to the situation. Bioethics consists of four (4)
Basic Rules of Bioethics (KDB), namely: Beneficence, Non-Maleficence, Autonomy, and
Justice.
Keywords: Bioethics, Benefits, Non-Maleficence, Autonomy, Justice.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seluruh aspek kehidupan manusia berpusat dan di atur dalam aturan-aturan yang
berlandaskan pada etika, etis, etiket, moral, dan norma. Etika berhubungan dengan moral yang
menyatakan apakah sesuatu boleh dilakukan atau tidak. Etika bersifat absolut (dimanapun
sama) dan tetap berlaku meskipun tidak ada orang yang melihatnya, contohnya: jangan
mencuri, jangan berbohong, jangan membunuh, jangan berzinah, dan lain-lain. Etis adalah
perbuatan kita yang dilihat orang lain dan dinilai baik atau buruknya oleh orang lain. Jadi ini
hanya berlaku jika ada orang lain, contohnya: sopan santun, dan tata krama. Etiket adalah cara
yang benar atau yang tepat atau yang diharapkan dalam melakukan perbuatan manusia, bersifat
relatif (hanya berlaku jika ada saksinya), contohnya: sopan santun.
Moral berhubungan dengan etika, moral adalah dorongan seseorang untuk tidak
melakukan yang tidak sesuai etika, kebiasaan baik yang terus diajarkan dan dikatakan juga
akan menjadi norma. Norma-norma adalah aturan tingkah laku yang harus dan tidak boleh
dilakukan dan bersifat mengikat, contohnya: rajin beribadah dalam norma agama, tidak boleh
membunuh jika dilakukan akan dihukum dalam norma hukum. Ajaran moral diturunkan
menjadi asas-asas etika, lalu menjadi kaidah-kaidah dan terbentuklah kode etik profesi yang
berlaku sesuai profesinya. Kode etik profesi bisa langsung diturunkan dari ajaran moral.
Seiring perkembangan zaman, semakin banyak profesi di dunia ini. Setiap profesi ada
prinsip aturan yang harus di pegang dan berlandaskan moral, etika serta etis yang digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan. Begitu pula di dalam dunia kedokteran, terdapat prinsip
moral yang harus di pegang dan digunakan tergantung situasinya, guna menentukan pilihan
terbaik yang harus diambil. Masalah-masalah di dunia kedokteran juga semakin beragam,
sehingga semakin dikembangkanlah etika kedokteran. Etika kedokteran dibagi menjadi etika
praktis dan etika normatif. Etika praktis adalah alasan tertentu mengapa orang melakukan hal
tersebut, sedangkan etika normatif adalah sikap idealnya seorang dokter, seperti harus ramah,
baik, murah senyum, dan lain-lain. Akan tetapi dokter yang memiliki sikap etis yang baik
belum tentu memiliki etika yang baik.

1
Bioetika (Biomedical Ethics) Kedokteran termasuk dalam etika normatif, yang berguna
sebagai pedoman dokter dalam mengambil keputusan terbaik sesuai situasinya dan dalam
hubungan dokter terhadap pasiennya. Dalam Bioetika terdiri dari Kaidah Dasar Bioetik yang
merupakan hal dasar yang harus dikuasai dokter karena disinilah dasar dokter belajar
bagaimana berperilaku sesuai etika kedokteran.1,2
Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi
organ, teknologi reproduksi buatan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan,
faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Masalah bioetika
mulai diteliti pertama kali oleh Institude for the Study of Society, Ethics and Life Sciences,
Hasting Center, New York pada tahun 1969. Di Indonesia, bioetika baru berkembang sekitar
satu dekade terakhir yang dipelopori oleh Pusat Pengembangan Etika Universitas Atma Jaya
Jakarta. Perkembangan ini sangat menonjol setelah universitas Gajah Mada Yogyakarta yang
melaksanakan pertemuan Bioethics 2000.1,2

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tuntutan tugas PBL (Problem
Based Learning) Bioetika adalah harapannya pembaca dapat lebih memahami dan menerapkan
hal yang paling dasar dalam etika kedokteran, yaitu Kaidah Dasar Bioetika (KDB) untuk
membantu dokter dalam menghadapi pasien, dapat membuat keputusan terbaik sesuai situasi
yang dihadapi, mencegah dokter menyalahgunakan kewenangan yang dimilikinya, dan untuk
melindungi hak-hak pasien.

1.3 Sasaran Belajar


1. Memahami Kaidah Dasar Bioetika (KDB)Kedokteran secara umum.
2. Memahami KDB Autonomy.
3. Memahami KDB Non-Maleficence.
4. Dapat menerapkan KDB secara benar dan tepat.

2
1.4 Skenario
Seorang pemuda 21 tahun, telapak tangan sebelah kanannya masuk kedalam mesin
penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat
dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dokter B mendapatkan telapak
tangan pemuda tersebut hancur. Dokter B bertanya kepada orang-orang yang mengantar
pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan
orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda
tersebut. Dokter B menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang
harus dilakukan adalah amputasi.

1.5 Perumusan Masalah


Dokter B harus mengambil tindakan sesuai dengan Kaidah Dasar Bioetik (KDB)
Kedokteran, dan Dokter B harus memberitahu hal sebenarnya serta risiko, dan berusaha
memberikan mana yang lebih menguntungkan kepada si pasien, tanpa niat jahat sama sekali.

1.6 Identifikasi Istilah


Amputasi: berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung. Dalam ilmu
kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh anggota gerak, sesuatu yang
menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh.5

1.7 Hipotesis
Menurut saya berdasarkan rumusan masalah, saya berpendapat Kaidah Dasar Bioetik
(KDB) yang harus diambil adalah Non-Maleficence dan Autonomy, akan tetapi lebih dominan
yang Autonomy.

3
BAB II

ISI (PEMBAHASAN)

2.1 Pengertian Bioetika


Bioetika berasal dari kata bios = kehidupan dan ethos = norma-norma atau nilai-nilai
moral. Bioetika merupakan studi pembelajaran tentang masalah yang ditimbulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro maupun makro, masa
kini dan dampak yang akan di timbulkan di masa mendatang, sehingga dapat juga diartikan
Bioetika adalah dasar suatu tindakan dokter supaya tidak bahaya. Bioetika mencakup isu-
isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Dalam bioetik terdapat Kaidah Dasar
Bioetika yang merupakan acuan dasar dalam etika kedokteran.1,2

2.2 Pengertian Kaidah Dasar Bioetika (KDB)


Kaidah Dasar Bioetika (KDB) adalah hukum mutlak untuk seorang dokter. Dokter
wajib mengamalkannya. Prinsip dasar Bioetika adalah Prima Facie yang artinya pada kasus
dan kondisi tertentu, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah untuk digunakan sehingga
mengorbankan prinsip yang lain. Ada empat (4) Kaidah Dasar Bioetika (KDB) yang di
gunakan saat ini, berikut mind map dan penjelasannya:1,2

1. Beneficence

Prinsip Kaidah Dasar Bioetika (KDB) Beneficence adalah tindakan dokter yang benar
demi kepentingan pasien (berbuat kebaikan), berlaku pada pasien dalam keadaan sadar dan
bisa berpikir jernih.

4
Contoh tindakan Beneficence adalah: memberi nasehat kepada pasien, dokter harus tetap
mengutamakan pasien walaupun dokter mengalami kerugian.
Ciri-ciri Beneficence adalah:4
1. Mengutamakan alturisme (menolong tanpa pamrih dan rela berkorban demi
kepentingan orang lain), 4
2. Menjamin harkat dan martabat manusia serta perlakuan baik terhadap pasien. 4
3. Dokter harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat, memandang
pasien atau keluarga tidak hanya menguntungkan bagi seorang dokter. 4
4. Tidak ada pembatasan “goal based” (pemeriksaan lebih mendasar pada pendeteksian
penyakit pasien selain yang di keluhkan dan berusaha menyembuhkannya). 4
5. Dokter mengusahakan kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
suatu keburukannya. 4
6. Paternalisme (hubungan orang tua dengan anak) bertanggung jawab/kasih sayang. 4
7. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia. 4
8. Memaksimalkan hak-hak pasien secara keseluruhan. 4
9. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang
lain ingin lakukan terhadap kita. 4
10. Memberi suatu resep berkhasiat namun murah, dan minimalisasi akibat buruk. 4

2. Non-Maleficence

Pada dasarnya sama dengan Beneficence, poin utamanya Primum Non Nocere (yang
pertama jangan menyakiti). Ciri-cirinya:
1. Pasien sedang dalam keadaan tidak sadarkan diri/dalam keadaan gawat darurat,
sehingga dokter harus mengambil keputusan demi keselamatan pasien.3
2. Memberikan yang terbaik untuk pasien. Dalam hal ini, sang dokter harus melakukan
tindakan yang paling kecil risikonya, dokter sanggup mencegah bahaya dan melindungi
pasien dari serangan, dokter tidak membahyakan pasien karena kelalaian, tindakan
dokter terbukti efektif, mengobati pasien luka, dan tidak melakukan eutanashia
(membunuh pasien). 3
3. Jika pasien masih sadar lakukan Autonomy. 3

5
4. Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter. 3
5. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien. 3
6. Tidak memandang pasien sebagai objek. 3
7. Menghindari misrepresentasi (kesalahpahaman penjelasan dokter terhadap apa yang di
tangkap oleh pasien, gunakan Bahasa yang tidak sulit dan jangan bertele-tele sehingga
pasien dapat dengan mudah memahaminya). 3
8. Dokter memberikan semangat untuk hidup kepada pasien. 3
9. Tidak melakukan white collar crime (kejahatan di bidang profesinya, contohnya: hakim
yang menerima suap). 3

3. Autonomy

Prinsip utamanya adalah menghargai hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri.
Kaidah Dasar Bioetika (KDB) ini memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip moral ini berlaku untuk orang yang sudah dewasa dan kompeten untuk
menentukan nasibnya sendiri. Prinsip ini tidak berlaku pada pasien yang memiliki
gangguan jiwa, pasien yang sedang depresi, pasien yang mengalami penurunan
kesadaran, dan pasien yang keterbelakangan. 3
2. Prinsip ini berkaitan dengan informed consent (keadaan di mana pasien harus lebih dulu
memahami dan menerima informasi tentang kondisi mereka sehingga risikonya pun
sudah mereka terima). 3

6
3. Dokter tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan. 3
4. Dokter berterus terang dan menghargai/menjaga privasi pasien. 3
5. Mencegah pihak lain termasuk keluarga pasien sendiri untuk mengintervensi
(menghalangi) autonomi pasien, sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien
pada kasus tidak gawat darurat, dan menghargai rasionalitas pasien. 3
6. Dokter tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien, dan mejaga
hubungan atau kontrak. 3

4. Justice

Prinsipnya adalah memberlakukan segala sesuatu secara universal. Prinsip ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dokter mengambil porsi terakhir (membiarkan pasien atau keluarga pasien mengambil
keputusan terlebih dahulu), jika pasien atau keluarga pasien sudah tidak dapat
menentukan, baru dokter yang menentukan. 3
2. Dokter harus berlaku adil kepada semua orang tidak memandang SARA (Suku, Agama,
dan Ras), tidak memandang dari segi aspek ekonomi, ataupun jabatan, dan lain-lain.4
3. Dokter harus menghargai hak-hak pasien dan tidak melakukan penyalahgunaan.
4. Dokter memberikan kontribusi yang sama kepada setiap pasien. 3
5. Dokter bisa mengkalkulasi secara adil sesuai dengan kemampuan pasien. 3
6. Dokter tidak memberi beban secara tidak merata tanpa alasan yang sah dan tepat. 3
7. Menjaga kelompok rentan. 3

7
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Setelah saya memahami Kaidah Dasar Bioetika (KDB), untuk skenario 4 mengenai
pasien yang tangan kanannya harus diamputasi dan saya menganalisanya, ada 2 jawaban untuk
prinsip mana yang digunakan, yaitu:
 Kaidah Non - Maleficence dalam kasus dokter B:
Dokter B menunjukkan usahanya, yaitu melakukan amputasi untuk meminimalisasi
akibat buruk yang akan merugikan pasien, seperti kehilangan nyawa akibat pendarahan. 3
 Kaidah Autonomy pada kasus dokter B:
Dokter B berterus terang kepada pasien tanpa berbohong, bahwa tangannya harus di
amputasi. Dokter B juga harus menjelaskan sejujurnya risiko, jika tangan tersebut tidak di
amputasi, sehingga pasien dapat menentukan pilihannya sendiri. 3
Jadi, saya berfokus pada kaidah Autonomy untuk lebih dominan, karena di skenario
terdapat kalimat: dokter B bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah
diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar
seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter B
menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan
adalah amputasi. Maka dari sini kita dapat melihat bahwa dokter B melakukan informed
consent kepada perempuan yang mengaku sebagai istri pasien. Namun, dokter harus
membutuhkan keputusan pasien apakah dia setuju untuk di amputasi atau tidak. Oleh karena
itu balik lagi tergantung keputusan pasiennya maunya bagaimana (Autonomy). Dokter harus
menjelaskan risiko jika di amputasi, yaitu pasien mengalami kecacatan. Namun jika tidak
dilakukan amputasi, risiko kedepannya bisa lebih besar, yaitu lukanya kemungkinan besar
mengalami infeksi dan kerugian yang di alami akan lebih besar, tapi semua itu balik lagi pada
keputusan pasien apa, yang penting dokter B sudah berterus terang dan berkata sejujurnya
tanpa niat jahat sama sekali kepada pasien, dan telah menghargai hak otonomi pasien. Sisanya
tinggal tergantung kepada keputusan pasien, apapun keputusannya dokter hargai dan jangan
memaksakkan kehendak dokter, yang penting dokter B telah telah memberikan yang terbaik.

8
BAB IV

KATA PENUTUP

Akhir kata saya mohon maaf jika ada kata-kata yang salah atau kurang berkenan. Sekian dan
terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah MJ, Amri A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. 4th rev. ed. Rusmi,
editor. Jakarta: Kedokteran EGC, 2009. 1 p.
2. Chang W. Bioetika sebuah pengantar. 1 st rev. ed. Prapdi PR, imprimatur. Yogyakarta:
Kanisius, 2009. 1 p.
3. Saltike DA. Makalah bioetika kedokteran [Internet]. 2011 [cited 2019Sep24]. Avalaible
from: https://www.academia.edu/7245584/BIOETIKA_KEDOKTERAN
4. Alim Bryan. Makalah kaidah dasar bioetik [Internet]. 2016 [cited 2019Sep24].
Avalaible from: https://dokumen.tips/documents/makalah-kaidah-dasar-bioetik-
bryan.html
5. Hadi N. Makalah amputasi [Internet]. 2011 [cited 2019Sep24]. Avalaible from:
https://www.academia.edu/11383669/AMPUTASI

iii

Anda mungkin juga menyukai