Anda di halaman 1dari 14

BUKTI KEBENARAN AL-QUR'AN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita meyakini bahwa Al - Qur’an benar - benar mengandung pengetahuan dan petunjuk
yang akan mengarahkan kita kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Keyakinan tersebut tentu tidak akan ada hasilnya jika kita tidak mempelajari dan
mengamalkan pengetahuan serta petunjuk yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, untuk
memantapkan keimanan, kita harus mengetahui bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an supaya
keimanan kita mempunyai landasan yang kuat dan tidak akan goyah.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, maka kami akan memaparkan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian Al - Qur’an ?
2. Bagaimana sejarah dan fungsi Al - Qur’an ?
3. Keotentikan Al - Qur’an
4. Apa bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan

Supaya kita sebagai muslim mengetahui pengertian Al- Qur’an, sejarah diturunkan dan
fungsi Al - Qur’an serta mengetahui bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN

ertian Al - Qur’an

Menurut bahasa Al - Qur’an adalah bacaan atau yang di baca, Al - Qur’an merupakan
kata masdar dengan arti isim Maf’ul yang artinya dibaca

Menurut istilah ahli agama (‘uruf syara’) ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf.

Menurut Asy - Syaukani dalam Al - Irsyad yang dikatakan Al - Qur’an adalah


kalamullah yang diturunkan kepada Muhammad yang ditilawatkan dengan lisan mutawattir
penukilnya.

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa Al - Qur’an adalah firman Allah yang
diturunkan dengan perantara malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah dengan lafadz arab dan
makna yang pasti sebagai bukti bagi rasul bahwa dia utusan Allah, sebagai undang - undang
sekaligus manusia dan sebagai sarana pendekatan (seorang hamba kepada Tuhannya) sekaligus
ibadah bagi yang membaca.

Syari’at - syariat atau petunjuk dalam Al - Qur’an memiliki banyak rambu - rambu jalan,
ada yang berwarna merah, yang berarti larangan, ada pula yang berwarna kuning yang
memerlukan kehati - hatian, dan ada yang berwarna hijau yang melambangkan kebolehan
melanjutkan perjalanan. Ini semua persis dengan lampu - lampu lalu lintas. Lampu merah tidak
memperlambat seseorang sampai tujuan, bahkan ia merupakan salah satu datang utama yang
memelihara pejalan dari bahaya. Demikian juga halnya dengan Al - Qur’an yang berisi syari’at
- syari’at lampu merah atau larangan agama. [1]

rah Turunnya Al - Qur’an Serta Fungsi Al - Qur’an

Al - Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad yaitu pada saat nabi
berumur 40 tahun. Pada saat itu Nabi sedang dalam kebingungan atas kegoncangan iman yang
terjadi di masyarakatnya. Mereka menyembah berhala - berhala yang dianggap sebagai tuhan
mereka, karena keadaan yang demikian maka nabi mengasingkan diri di gua Hira untuk
bertafakur sehingga datanglah utusan Allah (Jibril) untuk menyampaikan wahyu yang pertama
yaitu Surat Al - Alaq 1 - 5 :
ù

Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”

Al - Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW. secara lisan dan berangsur - angsur antara
tahun 610 hingga 632 M atau selama kira - kira 22 tahun.[2]
Diantara sekian banyak fungsi Al - Qur’an diantaranya adalah sebagai bukti kebenaran
Nabi Muhammad SAW dan petunjuk untuk seluruh umat manusia.

entikan Al-qur’an

Al – qur’anul karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu
diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia
adalah kitab yang selalu dipelihara.
Firman Allah S. Al-Hijr : 9
Artnya :
“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya.”

Selain ayat di atas, kita dapat membuktikan keotentikan Al – Qur’an dengan bukti - bukti di
bawah ini :

1. Bukti - bukti dari Al - Qur’an itu sendiri

Sebelum menguraikan bukti - bukti kesejarahan, ada baiknya saya kutipkan pendapat
seorang ulama’ besar syi’ah kontemporer, Muhammad Husein Al - Thabathaba’iy, yang
menyatakan bahwa sejarah Al - Qur’an demikian jelas dan terbuka, sejak turunnya sampa masa
kini. Al - Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai firman Allah dan membuktikan hal tersebut
dengan menantang siapa pun untuk menyusun seperti keadaanya. Salah satu bukti bahwa Al -
Qur’an yang berada di tangan kita sekarang adalah Al - Qur’an yang turun kepada Nabi Saw,
tanpa pergantian, keadaannya tetap seperti dahulu.[3]

Dr. Mustofa Mahmud, mengutip pendapat Rasyad khalifah, juga mengemukakan


bahwa Al - Qur’an sendiri terdapat bukti - bukti sekaligus jaminan akan keotentikannya.[4]

Huruf - huruf hijaiyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al - Qur’an adalah
jaminan keutuhan Al - Qur’an sebagaimana diterima oleh Rasulullah saw, tidak berlebih atau
berkurang satu huruf pun. Kesemuanya habis terbagi 19.

2. Bukti - bukti kesejarahan

Ada beberapa faktor yang terlebih dahulu harus dikemukakan dalam rangka
pembicaraan kita ini, yang merupakan faktor - faktor pendukung bagi prmbuktian otentisitas
Al - Qur’an : [5]
1) Masyarakat Arab, pada masa turunnya Al - Qur’an adalah masyarakat yang tidak mengenal
baca tulis. Karena itu satu - satunya andalan adalah hafalan.
2) Masyarakat Arab, pada masa turunnya Al - Qur’an dikenal sebagai masyarakat sederhana dan
bersahaja, menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup, disamping menambah
ketajaman pikiran dan hafalan.
3) Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan.
4) Al - Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat
mengagumkan bukan saja bagi orang - orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
5) Al - Qur’an, demikian pula Rasul saw. menganjurkan kepada kaum muslim untuk
memperbanyak membaca dan mempelajari Al - Qur’an dan anjuran tersebut mendapat
sambutan hangat.
6) Ayat - Al - Qur’an turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa, serta
menjawab pertanyaan - pertanyaan mereka.
7) Dalam Al - Qur’an, demikian pula hadits - hadits Nabi ditemukan petunjuk - petunjuk yang
mendorong pada sahabat untuk selalu bersikap teliti dan hati - hati dalam menyampikan berita
tersebut firman Allah atau sabda Nabi.
Faktor - faktor di atas menjadi penunjang terpeliharanya dan dihafalkannya ayat Al - Qur’an.

3. Penulisan mushaf dan pembukuan Al - Qur’an

Setelah Rasulullah wafat, maka para sahabat baik anshor maupun muhajirin
mengangkat Abu Bakar menjadi khalifah. Pada awal masa pemerntahannya banyak diantara
orang - orang Islam yang belum kuat imannya sehingga menjadi murtad dari agama dan
menolak membayar zakat, sehingga terjadi peperangan penumpasan orang - orang murtad yang
mana pada perang tersebut gugur 70 orang penghafal Al - Qur’an.[6] Hal itu menjadikan Umar
bin Khatab menjadi risau tentang masa depan Al - Qur’an, karena itu beliau mengusulkan
kepada khalifah Abu Bakar agar mengumpulkan tulisan - tulisan yang pernah ditulis pada masa
Rasul. Akhirnya dibentuklah tim yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. [7]

Dalam usaha mengumpulkan ayat - ayat Al - Qur’an itu Zaid bin Tsabit bekerja amat
teliti sekalipun beliau hafal Al - Qur’an seluruhnya, tetapi untuk kepentingan pengumpulan Al
- Qur’an yang sangat penting untuk umat Islam itu, masih memandang perlu mencocokkan
hafalan atau catatan sahabat - sahabat lain dengan disaksikan 2 orang saksi.[8]
Banyak sekali kesulitan - kesulitan yang dihadapi oleh tim, tetapi akhirnya semua ayat
Al - Qur’an dapat terkumpul dan ditulis dalam mushaf tidak kurang satu ayat pun.
Meskipun sudah terkumpul namun sampai ke khalifah Abu Bakar wafat belum ada
pembukuan. Akhirnya pada masa Khalifah Utsman dibentuk panitia pembukuan Al - Qur’an
yang terdiri dari : Zaid bin Tsabit (ketua), Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Ash dan
Abdurrahman bin harits bin Hisyam.

Maka dari mushaf yang ditulis di zaman Utsman itulah kaum muslimin di seluruh
pelosok menyalin Al - Qur’an.
Dengan demikian, maka pembukuan Al - Qur’an di masa Utsman itu faedahnya yang
terutama ialah : [9]
1. Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2. Menyatukan bacaan, meskipun masih ada kelainan bacaan, tetapi bacaan itu tidak berlawanan
dengan ejaan mushaf - mushaf Utsman
3. Menyatukan tertib susunan surat - surat, menurut tertib urut seperti yang kelihatan pada mushaf
- mushaf sekarang.

i - Bukti Kebenaran Alqur’an

Bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an adalah hal - hal, sesuatu yang nyata yang dijadkan
sebagai pedoman bahwa Al - Qur’an itu otentik, asli tidak dibuat oleh manusia, tetapi benar -
benar bersumber dari Allah.

Kita sebagai generasi muslim harus mampu menemukan dan mengemukakan secara
jernih sebuah basis yang positif dan rasional bagi keimanan kepada asal - usul ilahiah kitab
suci kita yaitu Al - Qur’an.

Dalam rangka tujuan yang sama para penafsir klasik (penafsir terdahulu) telah
memberikan tekanan khusus kepada aspek kesusasteraan dari masalah ini. Skap ini dapat
dijelaskan dan dibenarkan oleh sebagian fakta bahwa keindahan tanpa bandingan dan
keagungan khas gaya Al - Qur’an merupakan aspek yang paling menyolok dari semua
karakteristik Al - Qur’an suci ini.[10]

Memang, Al - Qur’an merupakan sebuah mukjizat abadi dan tanda - tanda kebenarannya
tidak terletak hanya pada nilai kesusasteraannya saja, tetapi juga dalam bidang fisik dan
psikologis, sebagaimana yang dikatakan oleh Al - Qur’an sendiri : Q.S Fushsilat 53 :

Artinya :
“ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah
bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah
benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ? “

Selain bukti dari Al - Qur’an di atas, berbagai hal dan contoh di bawah ini akan
menunjukkan bukti - bukti kebenaran wahyu Al - Qur’an yang tidak terikat oleh ruang dan
waktu, kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang ditemukan umat
manusia pada masa jauh setelah Muhammad. Banyak sekali bukti - bukti kebenaran Al -
Qur’an tetapi di sini akan diambil beberapa contoh bukti dari kebenaran Al - Qur’an.

1. Bukti Keindahan Redaksinya

Abdur Razaq Nawfal dalam Al - ijaz Al - Adabiy li Al - qur’an Al - karim yang terdiri
dari 3 jilid mengemukakan sekian banyak contoh tentang keindahan redaksinya yang di
dalamnya terdapat keseimbangan yang sesuai antara kata - kata yang digunakan, keseimbangan
tersebut dapat disimpulkan secara singkat sebagai berikut : [11]
A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya
Beberapa contoh, di antaranya :
- Al-hayyah (hidup) dan almawt (mati), masing - masing sebanyak 145 kali;
- Al-naf (manfaat) dan al-madharah (mudarat), masing - masing sebanyak 50 kali;
- Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing - masing 4 kali;
- Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing - masing 167 kali;
- Al-thumaninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan dan kekesalan), masing -
masing 13 kali;
- Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing - masing 8 kali;
- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing - masing 17 kali;
- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk datangite, masing - masing 8 kali;
- Al-shayf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin), masing - masing 1 kali

B. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya


- Al-harts dan al-zira’ah (membajak/bertani), masing - masing 14 kali;
- Al-‘ushb dan al-dhuhur (membanggakan diri/angkuh), masing - masing 27 kali;
- Al-dhallun dan al-mawt (orang sesat/mati [jiwanya]), masing - masing 17 kali;
- Al-Qur’an, alwahyu dan al-Islam (Alqur’an,Wahyu dan Islam) masing - masing 70 kali;
- Al-aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing - masing 49 kali;
- Al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata), masing - masing 16 kali;

C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada
akibatnya
- Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing - masing 73 kali;
- Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing -masing 12 kali;
- Al-kafirun (orang - orang kafir) dengan al-narl/al-ahraq (neraka pembakaran), masing - masing
154 kali;
- Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing - masing 32
kali;
- Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhp (murka), masing - masing 26 kali;

D. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan penyebabnya


- Al-israf (pemborosan) dengan al-sur’ah (ketergesa - gesaan), masing - masing 23 kali;
- Al-maw’izhah (nasehat/petuah) dengan al-lisan (lidah), masing - masing 25 kali;
- Al-asra (tawanan) dengan al-ahrb (perang), masing - masing 6 kali;
- Al-salam (kedamaian) dengan al-thayyibat (kebajikan), masing - masing 60 kali;

E. Di samping keseimbangan - keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbangan khusus


1) Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari - hari dalam setahun,
sedangkan kata hari yang menunjuk kepada bentuk plural (ayyam) ada dua (yawmayni), jumlah
keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang
berarti “bulan” (syahr) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2) Al-qur’an menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulanginya sebanyak tujuh
kali pula, yakni dalam ayat - ayat Al-Baqarah 29, Al-Isra’ 44, Al-Mu’minun 86, Fushilat 12,
Al-Thalaq 12, Al-Mulk 3, Dan Nuh 15. Selain itu, penjelasannya tentang terciptanya langit dan
bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.

2. Pemberi Berita Untuk Peristiwa - Peristiwa Yang Akan Datang

Contoh - contoh dari peristiwa yang dikhabarkan dalam Al - Qur’an adalah :

) Kemenangan Bizantium
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur’an tentang peristiwa masa depan
ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium,
wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran
Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan. [12]
Q.S Ar - Rum 1- 4 :
Artinya :
“ Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat. Dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman. “

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, datang tujuh tahun setelah kekalahan
hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem.
Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal,
Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil
baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan
kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi
ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai
dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas
dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan
perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran
tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan
Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat
di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa
Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini
tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan
cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur’an takkan
pernah menjadi kenyataan.

Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada
Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di
Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia.
Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang
mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.
Akhirnya, “kemenangan bangsa Romawi” yang diumumkan oleh Allah dalam Al
Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan.

Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta
geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di
daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan “Adnal Ardli” dalam bahasa Arab, diartikan
sebagai “tempat yang dekat” dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah
dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata “Adna” dalam bahasa Arab
diambil dari kata “Dani”, yang berarti “rendah” dan “Ardl” yang berarti “bumi”. Karena itu,
ungkapan “Adnal Ardli” berarti “tempat paling rendah di bumi”.
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar
terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut
Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania.
“Laut Mati”, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti
dikemukakan dalam ayat ini.

Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu
diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk
mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al
Qur’an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini
memberikan bukti bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.

) Kemenangan di Khaibar dan Makkah


Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah
peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya,
memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan
Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala : [13]
" Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya
dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram,
insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya,
sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan
Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al Qur'an, 48:27)
Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya
kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana
dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng
Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah dengan aman.

) Ditemukannya jasad Fir’aun

Pada waktu Qur-an disampaikan kepada manusia oleh Nabi Muhammad, semua jenazah
Fir'aun-Fir'aun yang disangka ada hubungannya dengan Exodus oleh manusia modern terdapat
di kuburan-kuburan kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes, di seberang Nil di
kota Luxor. Pada waktu itu manusia tak mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan tersebut.
Baru pada abad 19 orang menemukannya seperti yang dikatakan oleh Qur-an jenazah
Fir'aunnya Exodus selamat.[14] Pada waktu ini jenazah Fir'aun Exodus disimpan di Museum
Mesir di Cairo di ruang mumia, dan dapat dilihat oleh penziarah. Kejadian ini sesuai dengan
ayat Al - Qur’an Q.S

Artinya :
“ Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu. supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan kami.”

3. Bukti - Bukti Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK)

Dalam Al - Qur’an banyah sekali bukti - bukti ilmu pengetahuan dan tekhnologi, baik
tentang ilmu astronomi, fisika, maupun obat - obatan, tetapi di sini akan kami ambil beberapa
sebagai contoh : [15]

a) Kejadian manusia di dalam rahim


Q.S Al - Hajj 5 :

Artinya :
“…Dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, ……“,
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rendahan (cavite)
Rahim (uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur." Qur-an menamakan uterus
tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni perpanjangan telor yang
akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor, seperti akar
tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam
Rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern. Pelekatan ini
disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama surat 96 ayat 2.
" Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat."

b) Peredaran benda - benda angkasa dalam garis edarnya


Sebagai contoh benda angkasa adalah matahari dan bulan, dalam Al Qur'an, ditegaskan
bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. Q.S Al - Anbiyaa’ 33

Artinya :
“ Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

Q.S Yaasiin 38 :
Artinya :
“ Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui.”

Fakta - fakta yang disampaikan dalam Al - Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomi di zaman kita.

Demikian pemaparan sedikit contoh bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


1. Al - Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril ke dalam
hati Rasulullah dengan lafadz arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasulullah bahwa
dia utusan Allah, sebagai undang - undang sekaligus petunjuk manusia.

2. Al - Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW. antara tahun 610 hingga 632 M. Diantara
sekian banyak fungsi Al - Qur’an diantaranya adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad
SAW dan petunjuk untuk seluruh umat manusia.

3. Bukti - bukti keotentikan Al - Qur’an dapat ditemukan dari :


- Bukti - bukti dari Al - Qur’an itu sendiri
- Bukti - bukti kesejarahan
- Bukti - bukti adanya penulisan mushaf dan pembukuan Al - Qur’an

4. Bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an adalah : hal - hal, sesuatu yang nyata yang dijadikan
pedoman bahwa Al - Qur’an itu otentik, asli tidak dibuat oleh manusia, tetapi benar - benar
bersumber dari Allah.

5. Sebagai contoh dari bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an adalah :


) Bukti keindahan redaksinya
) Al - Qur’an pemberi berita untuk peristiwa - peristiwa yang akan datang
) IPTEK bersumber dari Al - Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Bahrun. 2000. Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul. Bandung : Sinar Baru
Algensindo

Al - Azmi, MM. 2005. Sejarah Teks Alqur’an. Jakarta: Gema Insani

Al - Qur’an dan Terjemahannya

Ash shiddieqie, Hasbi. 1997. Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir. Semarang: PT. Pustaka

Dahlan, Rahman Abd. 1998. Kaidah - kaidah Penafsiran Alqur’an. Bandung : Mizan

Faiz, Fachruddin. 2003. Hemeneutika Penafsiran Alqur’an. Bandung : Mizan

Infokito.wordpress.com/2007/09/29/bukti - kebenaran - Al-qur’an/14 - 10 - 2010 09.00


Media.isnet.org/islam/quraish/membumi/14 -10 - 2010 / 09.00

Nabi, Ben Malik. 2002 Fenomena Al - Qur’an. Bandung : Marja’

Shihab, Quraish M. 1994. Membumikan Al - Qur’an. Bandung : Mizan

Shihab, Quraish M. 2000. Tafsir Al - Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al - Qur’an. Ciputat :
Lentera Hati

[1]. M. Quroisy Shihab, Membumikan Al - Qur’an. Bandung. Mizan : 1994


[2]. Malik bin Nabi. Fenomena Al - Qur’an. Bandung : Marja’. 2002
[3]. Muhammad Husain Al - tabhathaba’iy. Al - Qur’an fi Al - Islam, Markaz I’lam Al - Dzikra Al Khamisah li Intizhar Al - Tsawrah Al -
Islamiyah. Teheran. Hlm.175
[4]. Mustafa Mahmud, Min Asrar Al - Qur’an. Dar Al Ma’arif. Mesir 1981 hlm. 64 - 65
[5]. M. Quroisy Shihab, Membumikan Al - Qur’an. Bandung. Mizan : 1994
[6]. Al - Qur’an dan terjemahannya, hlm. 20
[7]. M. Quroisy Shihab, Membumikan Al - Qur’an. Bandung. Mizan : 1994
[8]. Al - Qur’an dan terjemahannya, hlm. 21
[9]. Al - Qur’an dan terjemahannya, hlm. 22 - 23
[10]. Malik bin Nabi. Fenomena Al - Qur’an. Bandung : Marja’. 2002
[11]. M. Quroisy Shihab, Membumikan Al - Qur’an. Bandung. Mizan : 1994
[12]. Malik bin Nabi. Fenomena Al - Qur’an. Bandung : Marja’. 2002
[13]. Al - Qur’an dan terjemahannya, hlm. 842
[14]. M. Quroisy Shihab, Membumikan Al - Qur’an. Bandung. Mizan : 1994
[15]. Al - Qur’an dan terjemahannya, hlm. 512 dan 710

Anda mungkin juga menyukai