Anda di halaman 1dari 3

A.

Transfer dalam Psikologi Belajar


Perbandingan struktur antara B1 dan B2 yang akan dipelajari oleh peserta didik
menghasilkan identifikasi perbedaan antara kedua bahasa tersebut. Perbedaan kedua bahasa
merupakan hal yang menimbulkan kesulitan belajar bahasa dan kesalahan berbahasa yang
akan dihadapi oleh para peserta didik.
Menurut James dalam Tarigan, dasar psikologi Anakon adalah teori transfer yang
diuraikan dan diformulasikan di dalam suatu teori psikologi Stimulus-Responsi kaum
behavior. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman teori belajar yang berdasar pada psikologi
behaviorisme untuk mengetahui batasan Anakon. Mengenai dasar psikologi Anakon, Tarigan
membaginya menjadi dua, yaitu:
1. Teori Asosiasionisme
Dalam psikologi belajar kita mengenal istilah “assosiative learning” atau “belajar
asosiatif” yang mengandung makna bahwa “belajar terjadi apabila suatu koneksi atau asosiasi
terlaksana, biasanya antara dua hal atau benda”. Sebagai contoh:
a) Apabila seseorang mendengar kata meja maka dia mungkin teringat/berpikir akan kata
kursi, karena kata tersebut sering digunakan bersama-sama dengan atau berepsangan
dengan kata meja. Ini disebut “assosiation by contiguity” asosiasi kontak”.
b) Apa bila seseorang mendengar kata kitab maka dia mungkin teringat/terpikir akan buku
karena mempunyai makna yang sama. Ini disebut “assosiation by similarity” atau asosiasi
dengan (cara) kesamaan”.
c) Apabila seseorang mendengan kata senang maka dia mungkin teringat/berpikir akan kata
susah, karena mempunyai makna yang berlawanan. Ini disebut “assosiation by contrast”
atau “asosiasi dengan (cara) kontras”.
Teori belajar asosiatif ini, digunakan dalam telaah-telaah atau studi mengenai ingatan,
belajar, dan belajar verbal.
2. Teori S-R
Teori S-R atau teori stimulus-respon atau Stimilus Response Theory adalah suatu teori
belajar yang terutama sekali dikaitkan dengan psikologi Amerika B. F. Skinner (1904) yang
memberikan pelajaran sebagai formasi atau pembentukan asosiasi-asosiasi antara berbagai
responsi. Suatu “stimulus” adalah yang menghasilkan suatu perubahan atau reaksi pada
seseorang atau organisme. “responsi” adalah perilaku yang dihasilkan sebagai reaksi terhadap
stimulus. “penguatan” atau “reinforcement” adalah suatu stimulus yang mengikuti terjadinya
suatu responsi dan mengakibatkan atau mempengaruhi kemungkinan/probalitas apakah
responsi tersebut terjadi atau tidak terjadi lagi.
Penguatan yang menunjang suatu responsi dikenal sebagai “penguatan positif”. Dan
sebaliknya, penguatan yang mengurangi/memperkecil kemungkinan suatu responsi dikenal
sebagai “penguatan negatif”. Kalau tidak ada penguatan yang terasosiasikan dengan suatu
responsi maka responsi itu mungkin hilang pada akhirnya. Ini dikenal sebagai “extinction”
atau “pemadaman”. Belajar membedakan antara berbagai jenis stimulus dikenal sebagai
“deskriminasi”.
Para pakar telah mengamati bahwa dalam kegiatan belajar ternyata aktivitas belajar
sebenarnya turut mempengaruhi aktivitas belajar berikutnya. Hal ini mengarah dan mengacu
kepada hipotesis “transfer” yang, menurut pendapat Ellis (1965) “mungkin merupakan
konsep tunggal yang sangat penting dalam teori dan praktek pendidikan”. Selanjutnya Ellis
membatasi “transfer” sebagai “suatu hipotesis yang mengemukakan bahwa mempelajari B1
akan mempengaruhi cara belajar B2 berikutnya”. Jadi jelas bahwa landasan atau dasar
psikologi Anakon adalah “teori transfer”.
Transfer (dalam teori belajar) adalah suatu proses pengoperan perilaku yang telah
dipelajari dari satu situasi kepada situasi lainnya. Kita mengenal dua jenis transfer, yaitu
“transfer positif” dan “transfer negatif” “transfer positif” adalah pembelajaran dalam satu
situasi yang memberi kemudahan pembelajaran pada situasi berikutnya. “transfer negatif”
adalah pembelajaran dalam satu situasi yang menggangu atau mempersukar pembelajaran
pada situasi berikutnya.

B. Beberapa Masalah Definisi


1. Dalam pembelajaran non-verbal yang melibatkan 'pengondisian' respon tertentu, yaitu,
hubungan mereka dengan rangsangan tertentu, respon diasumsikan tersedia untuk pelajar,
sudah menjadi bagian dari pembelajarannya: bukan ini yang harus ia pelajari. Tetapi
hubungan stimulus dalam pembalajaran L2. Harus dipelajari serta dengan stimulus mana
mereka terkait.
2. CA lebih peduli dengan mengajar daripada belajar. Yang pertama melibatkan penentuan
dan konvensionalisasi dari apa S dan R yang harus dikaitkan. Sedangkan yang terakhir
tidak: keputusan bisa sangat sewenang-wenang. Seperti contoh, dari sudut pandang
belajar itu tidak penting apakah 'hijau' atau 'merah' harus dikaitkan dengan 'berhenti' -
tidak ada banding yang dibuat untuk konvensi; tetapi dari sudut pandang instruktur
mengemudi, hal itu sangat penting. Dengan kata lain, respons peserta didik L2 harus
dikaitkan dengan tepat untuk mengatur rangsangan.
3. Apa yang dimaksud dengan S atau R dalam Pembelajaran L2? S adalah definisi yang
paling sulit dipahami. Yang terbaik adalah menetapkan definisi prelinguistik, seperti
halnya Jakobovits (1970) dan seperti yang dilakukan Bloomfield (1933: 24) dalam
perumpamaannya tentang Jack dan Jill berjalan-jalan. Jill, merasa lapar (S), 'merespons'
dengan meminta Jack untuk mengantarkan sebuah apel. Jakobovits melihat S sebagai
terdiri dari "... kondisi lingkungan yang merupakan anteseden terhadap ucapan
linguistik". Saya akan menambahkan "... dan kondisi mental" untuk mencakup
rangsangan yang tidak dapat diamati dan pribadi atau afektif untuk berbicara dan untuk
memenuhi keluhan mentalis tentang perilaku empiris: Jill mungkin tidak lapar, tetapi
rakus. A, kemudian, adalah apa yang disebut Richterich (1974) sebagai 'kebutuhan
komunikatif', atau kebutuhan untuk komunikasi.
4. Suatu 'respons' dalam perilaku bahasa, ucapan itu sendiri, studi yang merupakan perhatian
linguistik yang tepat. Namun, sebelum ujaran dijelaskan, mereka diserahkan kepada,
suatu proses abstraksi yang mengubahnya menjadi kalimat: Corder (1973: 162)
mengatakan: "Deskripsi Linguistik bukan ucapan". Ada satu ke-banyak hubungan antara
kalimat dan ucapan: satu kalimat (St.) mendasari banyak ucapan konkret
Referensi
Tarigan, Henry Guntur.1989. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Jakarta: Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Ellis, R. 1986.Understanding Second Language Acquisition.Oxford: Oxford University Press.
James, Carl. 1986.Contrastive Analysis. London: Longman

Anda mungkin juga menyukai