Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Wahyu Eka Wijayanto

NIM : P27904114041

Judul Kasus : Herpes Zoster

Tanggal Praktek : 22 November 2016

Ruangan : Paviliun Cempaka RSUD Kabupaten Tangerang

A. Definisi
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit dengan sifat
khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik
sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak, cacar ular) adalah penyakit yang
disebabkan infeksi virus varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa infeksi ini
merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer kadang-kadang infeksi
berlangsung sub kronis.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit sporadik yang
melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan radiks posterior syaraf
dan ganglia. Diikuti oleh kelompok vesikel di atas kulit yang dipersyarafi oleh syaraf
sensorik yang terkena.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan oleh virus
Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan sensorik.

B. Etiologi
Virus yang disangka sejenis dengan virus penyebab varisella. Virus tersebut
menyebabkan radang ganglion radiks posterior. Pencetusnya dapat berupa :
Penurunan imunitas pada :
1. Keganasan
2. Radiasi
3. Imuno suppressive
4. Penggunaan kortikosteroid yang lama

C. Patofisiologi
Masa tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul
berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan syaraf tepi dan
ganglion kronialis.
Lokasi kelainan kulit sekitar daerah persyarafan ganglion kadang-kadang virus
menyerang gangguan arterior bagian motorik kranolis sehingga memberikan gejala gangguan
motorik.

D. Manifestasi Klinik
Ada beberapa gelaja klinis yang muncul antara lain yaitu :
1. Gejala prodormal
Gejala sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal, pegal
dsb) pada dermatom yang terserang.
2. Stadium
Timbul popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan
vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan yang
jernih.

E. Stadium Krutasi
Vesikel menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel
mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu 1-2
minggu dapat timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyumbatan
tanpa sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama pada orangtua yang dapat
berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri Khas yang muncul, yaitu :
1. Nyeri radikuler
2. Unilateral
3. Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan dermatom yang meruasi oleh satu
ganglion syaraf sensorik.

Gejala lainnya :

1. Pembesaran KGB regional


2. Kelainan motorik berupa kelainan sentral daripada perifer
3. Fuper parostesi pada daerah yang terkena
4. Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus (dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis
& optikus (dari gangguan garikulotum)

F. Klasifikasi Herpes Zoster


1. Herpes Zoster Optalnikus
Terjadi infeksi cabang pertama N. Trigenimus yang menimbulkan kelainan pada mata
cabang kedua dan ketiga yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
2. Sindrom Ramsay Hurt
Diakibatkan gangguan N. Fasiolis dan optikus sehingga memberikan gejala paralysis
otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan, kliris vertigo,
gangguan pendengaran, regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
3. Herpes Zoster Abortif
Berlangsung dalam waktu singkat dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel
dan eritem.
4. Herpes Zoster Generaligata
Kelainan kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata
berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau
pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya penderita : Umforra malignum.

G. Komplikasi
Pada usia diatas 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan percobaan T. Zarck dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.

I. Diagnosa Banding
1. Herpes simplek
2. Varicella
3. Dermatis Contacta alergika
4. Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus vulgaris
5. Dermatis herpenformis dan dutega
6. Bulos pumfigord

J. Penatalaksanaan
1. Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk nyeri diberikan analgetik jika
disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
2. Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus terkena muka dirujuk ke arah mata
karena dapat terjadi perporasi kornea.
3. Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah timbulnya neuralgia post
herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
4. Therapi topical bergantung pada stadium :
a. Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
b. Bila erosif diberikan kompres terbuka.
c. Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
5. Kompres pada daerah yang terserang :
a. Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%, Oksisum Zursi 10% dan mentol
1%.
b. Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
6. Istirahat
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
DS : Pada stadium predermal/klien mengeluh nyeri otot , lemas.
DO : Klien tampak malaise, aktivitas klien tampak terbatas.
b) Eliminasi
DS : Tidak ada perubahan pola eliminasi.
DO : -
c) Sirkulasi
DO : Ada eritema daerah dermatom yang terserang pada awal gejala kemerahan.
DS : Klien merasa panas pada daerah yang terserang.
d) Nutrisi
DS : Adanya kehilangan nafsu makan, kehilangan sensasi pada lidah.
DO : Penurunan berat badan.
e) Neurologi
DS : Adanya pusing, nyeri, menurunnya penglihatan, gangguan penciuman,
neuralgia hebat pada orang tua.
DO : Paralise wajah, sukar berkomunikasi secara verbal, pendengaran berkurang,
paralise otot intrinsik dan ekstrinsik mata.
f) Integumen
DS : Klien mengeluh ada perubahan pada dirinya berupa tidak ada rasa pada daerah
yang terserang.
DO : Pada stadium prodormal belum terlihat kelainan pada kulit dan akar muncul
pada stadium erupsi berupa popula - vesikel berisi cairan yang jernih serta pada
stadium krusta berbentuk vesikel, purulen, prostula, krusta – ulpus – sikatrik.
g) Psikologik
DS : Klien merasa tidak berselera, tidak ada harapan merasa menarik dengan
keadaannya.
DO : Tidak kooperatif labil, moral kesukaran mengekspresikan perasaannya
perubahan citra tubuh.
h) Interaksi social
Kerusakan komunikasi, sukar bicara, perubahan peran.
i) Kenyamanan/nyeri
DS : Nyeri radikuler.
DO : Gelisah dan ekspresi wajah tegang.
j) Pendidikan kesehatan
DS : Adanya riwayat varisella, gangguan kontrikosteroid lama.

2. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan :
a) Gejala, gejala kurik.
b) Sitologi (64% Tzarck sinear +) adanya sel raksasa yang multi lokuler dan sel akan
tolitek.
c) Kultur virus (lembaga virology)

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :
1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan prunitus.
2) Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan erupsi dermal dan prunitus.
3) Resiko terhadap penularan infeksi baru berhubungan dengan sifat menular dari
organisme.
4) Perasaan rendah diri.
5) Resiko terhadap ketidak aktifan pelaksanaan aturan therapeutika berhubungan dengan
ketidak cukupan tentang kondisi (penyabab perjalanan penyakit) pencegahan,
pengobatan dan perawatan kulit.
4. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN (NOC) (NIC)
1. Kerusakan integritas Lesi mulai pulih dan area bebas 1. Kaji kerusakan, ukuran,
kulit sehubungan dari infeksi lanjut, kulit besih kedalaman, warna, cairan

dengan lesi dan kering. setiap 4 jam.


2. Perhatikan teknik aseptic.
pruritus. Kriteria Hasil :
3. Gunakan kompres
 Tidak gatal
basah/kering.
 Tidak menular
4. Pantau suhu tiap 4 jam,
 Jaga kebersihan
laporkan ke dokter jika ada
peningkatan.

2. Resiko terhadap Penularan infeksi tidak terjadi. 1. Cuci tangan sesudah dan
penularan infeksi baru Kriteria Hasil : sebelum tindakan
berhubungan dengan sifat  Tidak ada infeksi 2. Perhatikan kebersihan lokal.
menular dari organisme.  Jaga kebersihan diri 3. Pemberian antibiotik untuk

 Luka cepet kering mencegah perluasan bakteri


dan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Carperito, Lynda Juall (1998), Diagnosa Keperawatan, Jakarta, EGC.

Djuanda, Adhi (1999), Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Jakarta, EGC.

FKPP, SPK (1999), Perawatan VC, Jakarta.

Gayo, Buku Pintar Kesehatan, Jakarta, Mawar Gempita.

Geisseter Doerses (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Mansoer Arif dkk. (2000), Kapita Selecta Kedokteran, Jakarta, EGC.

Price Sylvia (1995), Patofisiologi, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai