Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHALUAN

I.1. Latar Belakang

Mangan merupakan salah satu jenis endapan mineral logam atau bijih
golongan besi dan campuran(Bateman, 1981) yang kebutuhannya dewasa ini
semakain meningkat seiring dengan kemajuan teknologi. Peningkatan permintaan
bijih mangan antara lain dari Korea Selatan, China, Jepang dan negara lain
(Anonim 2015d) serta untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Hal
ini telah mendorong adanya eksplorasi untuk mencari dan menemukan sumber-
sumber baru endapan mangan untuk ditambang.

Kabupaten Belu adalah salah satu daerah di Pulau Timor, Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT) yang berdasarkan kajian geologi regional, juga dapat
ditemukan adanya endapan mangan, walaupun umumnya dijumpai di tempat
tertentu, memiliki sebaran yang tidak luas dengan cadangan yang tidak banyak
tapi dengan kualitas yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia (Anonim
2015d). Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Belu merupakan salah satu daerah
yang menjadi target eksplorasi hingga eksploitasi bijih mangan, baik secara legal
maupun ilegal oleh masyarakat setempat.

Mangan yang dijumpai di daerah ini berupa bongkahan, nodul dan belapis.
Pembentukan mangan di daerah ini masih terdapat banyak pendapat yaitu berupa
konkresi pada Kompleks Bobonaro, bongkahan pirolusit dan nodul hasil endapan
laut dalam (Sukandarrumimidi, 2007), berupa mangan dan besi mangan pada
Formasi Nakfunu (Rosidi dkk, 1979).

Prospek dan potensi bahan galian tersebut sampai sekarang belum


terungkap secara detail. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji dan mengungkap
lebih spesifik mengenai karakteristik dan genesa endapan mangan di daerah
Lamaknen Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur baik secara geologi,
mineralogi maupun geokimia.

1
I.2. Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang dapat dirumuskan terkait dengan penelitian yang


dilakukan, antara lain:

1. Bagaimana Kondisi Geologi daerah penelitian ?


2. Bagaimana karakteristik mineral dan geokimia endapan mangan?
3. Bagaimana genesa pembentukan endapan mangan?

I.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini beberapa batasan masalah yang dilakukan yaitu :

1. Penelitian dilakukan pada salah satu daerah prospek dalam lokasi Izin
Eksplorasi PT Asia Traco, yaitu Blok Builalu, Dusun Builalu, Desa
Lamaksenulu, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu.
2. Penentuan karakteristik dan asal endapan bijih mangan di daerah
penelitian berdasarkan data lapangan, analisis petrografi, mineragrafi dan
X-ray diffraction (XRD) dan X-ray fluorescence (XRF).

I.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik mineral dan geokimia endapan bijih mangan di


daerah penelitian.
2. Mengetahui genesa pembentukan endapan bijih mangan di daerah
penelitian

I.5. Manfaaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data sebagai


referensi dan gambaran bagi pengembangan perusahaan dan Pemerintah Daerah
dalam penentuan kebijakan pengelolaan bahan galian mangan secara optimal,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

2
I.6. Lingkup Penelitian

I.6.1. Lokasi Penelitian

Secara administratif lokasi penelitian terletak di Desa Lamaksenulu dan


sekitarnya, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara
Timur yang berjarak ± 50 km dari kota Atambua ke arah Timur. Lokasi penelitian
berada diantara koordinat UTM zona 51S 734000 – 740000 mE dan 8997000 –
9003000 mN. Lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan
roda dua maupun kendaraan roda empat dengan waktu tempuh kurang lebih dua
jam. Hal ini disebabkan kurang baiknya kondisi jalan raya yang sebagian besar
masih berupa pengerasan yang sudah rusak dan berlubang.

Gambar’ I.1. Peta indeks lokasi penelitian (Peta RBI, Skala 1:25.000, Sheet 231-134, sumber
Badan Informasi Geospasial)

I.6.2. Peneliti Terdahulu

Peneliti terdahulu yang pernah melakukan penelitian di Pulau Timor dan


sekitarnya serta penelitian lain yang berhubungan adalah:

1. Molegraf (1921), keberdaan red clayshale ( serpih lempungan berwarna


merah) yang mengandung nodul mangan, merupakan endapan laut dalam

3
pada masa Mesozoikum yang diperkirakan berumur Kapur Atas karena
banyak mengandung radiolaria dan serupa lempung merah resen serta
merupakan unsur penting dalam struktur soil di Timor karena dijumpai di
banyak tempat. Lempung ini memiliki kandungan silika yang tinggi
(61,3%).

Nodul mangan dilokasi ini dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis
pertama berbentuk bulat dan ellips, berukuran sebesar jeruk lemon sampai
yang paling kecil berukuran seperti kacang polong dengan ciri fisik yang
sama seperti waad. Hasil analisis kimianya menunjukan kandungan silika
dan besi yang tinggi melebihi kandungan mangan, sehingga disebut
sebagai nodul besi mangan. Terdapat juga jejak timah, sulfat dan posfat.
Komposisi nodul mangan ini serupa endapan nodul yang berasal dari
samudra saat ini, kecuali untuk kandungan alumina yang sangat tinggi.

Nodul mangan jenis kedua terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama
lebih bulat, lebih kompak dan keras dari jenis pertama, serta memiliki
permukaan yang licin. Tipe kedua berbentuk lempengan dengan
permukaan yang licin dan mirip dengan yang terdapat di Pulau Roti
(berumur Jura) maupun dengan mangan yang berasal dari Gunung
Somoholle di Timor-Timur pada lempung laut dalam berumur Trias.
Dalam penelitiannya tidak dilakukan analisis karena penulis tidak
mengetahui asal lempengan tersebut apakah insitu atau hasil transportasi
dari tempat lain. Hasil analisis kimia nodul mangan jenis kedua
menunjukkan memiliki kandungan mangan oksida yang sangat tinggi
(57,6%).

2. Kuenen, 1942 (dalam Wakeel and Riley, 1961), menambahkan bahwa


geosyncline Mesozoikum di Timor juga mengandung batuan-batuan lain
yaitu batugamping Cephalopoda dan batugamping tersilifikasi Halobia
yang mengindikasikan pengendapan pada kedalaman yang sangat besar.
Kedua jenis batuan ini ditutupi oleh kerak mangan.

4
3. Wakeel and Riley (1961), melakukan pengujian kimia dan mineralogi
terhadap sampel lempung merah yang juga bersal dari Noil Tobee. Sampel
pertama berasal dari dasar singkapan dan berwarna coklat, dan sampel
kedua berasal dari lapisan teratas dan berupa lempung berwarna merah.
Mineralogi lempung ini terdiri dari kuarsa, feldspar, ilit, klorit dan
sejumlah kecil montmorilonit yang pada umumnya hadir dalam sedimen
pelagik. Hasil analisis kimia secara umum mirip dengan yang berasal dari
laut dalam dan memiliki kandungan silika dan alumina yang relatif tinggi.
4. Audley-Charles (1972), bahwa nodul mangan endapan laut dalam pada
jaman kapur di Timor muncul dalam Olistostrom Bobonaro Scally Clay
atau Komplek Bobonaro (Rosidi dkk, 1996) yaitu suatu matriks berupa
lempung bersisik dengan berbagai bongkah asing yang bermacam-macam
ukurannya.
5. Margolis et all. (1978), meneliti nodul mangan fosil disekitar sungai Noil
Tobee, bahwa nodul tersebut berasal dari laut dalam pada zaman Kapur,
karena memiliki karakteristik yang sama dengan nodul yang ditemukan
saat ini di kedalaman 3500-5000 m di Samudra Pasifik dan Hindia. Sedikit
perbedaan dalam komposisi kimia dan struktur dari nodul mangan Timor
adalah berhubungan dengan alterasi diagenetik selama pengangkatan pada
Kala Miosen.
6. Glasby et all, (1978), telah meneliti distribusi Rare Earth Elements (REE),
logam mulia dan Trace Elements pada nodul mangan laut dalam dan resen.
Salah satu objek penelitiannya adalah nodul mangan Timor. Hasilnya
antara lain menunjukkan bahwa fosil nodul mangan Timor menunjukkan
ada perbedaan komposisi dari nodul laut dalam, terutama pada tingginya
Th, Pb dan Hf serta rendahnya U dan Y. Perbedaan ini menggambarkan
perubahan diagenetik terhadap pelapukan di darat. Secara keseluruhan
komposisi fosil nodul mangan Timor menunjukan berasal dari laut dalam.

Anda mungkin juga menyukai