Anda di halaman 1dari 50

KEPALA DESA SINARTANJUNG

KOTA BANJAR

PERATURAN DESA SINARTANJUNG


NOMOR 2 TAHUN 2019

TENTANG
RENCANA TATA RUANG DESA SINARTANJUNG
TAHUN 2019 - 2038

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA SINARTANJUNG,

Menimbang : a. bahwa ruang merupakan komponen lingkungan hidup


yang bersifat terbatas dan tidak terbaharui, sehingga
perlu dikelola secara bijaksana dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan
generasi yang akan datang;
b. Bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di Desa
Sinartanjung secara serasi, selaras, seimbang, berdaya
guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan, serta
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
yang berkeadilan perlu disusun Rencana Tata Ruang
Wilayah sesuai dengan Pasal 125 Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2015
tentang Perubahan Peraturan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Desa tentang Rencana Tata Ruang Desa
Sinartanjung.

1
Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 27 Tahun 2002
tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi
Jawa Barat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 130, Tambahan
Negara Republik Indonesia 4246);
2. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
4. Undang - Undang No 6 Tahun 2014 Tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
beberapa kali diubah,terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten
/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

2
8. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 21);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 45 Tahun 2015 tentang Perubahan
Peraturan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
11. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 51
Tahun 2007 tentang Pembangunan Kawasan
Perdesaan Berbasis Masyarakat;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan di Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 2019);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 2094);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 110 Tahun 2016 tentang
Badan Permusyawaratan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 89);
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Penataan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 155);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang

3
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);
17. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman
Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
158);
18. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata
Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
19. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan Peraturan Kepala Desa Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013
tentang Pedoman Tata Cara Pengadaan Barang
dan Jasa di Desa;
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9
Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025);
21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor
10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
Provinsi Jawa Barat;
22. Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 2 Tahun
2009 tentang Pembentukan Desa Sinartanjung
sebagai Desa Pemekaran dari Desa Mulyasari
Kecamatan Pataruman Kota Banjar (Lembaran
Daerah Kota Banjar Tahun 2009 Nomor 2 Seri
E);
23. Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 9 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Kota Banjar Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kota Banjar
Tahun 2009 Nomor 9 Seri E);
24. Peraturan Daerah Kota Banjar Nomor 9 Tahun
2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Banjar Tahun 2013-2033;

4
25. Peraturan Wali Kota Banjar Nomor 5 Tahun
2015 tentang Pemerintah Desa (Berita Daerah
Kota Banjar Tahun 2015 Nomor 5);
26. Peraturan Wali Kota Banjar Nomor 37 Tahun
2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
(Berita Daerah Tahun 2018 Nomor 37)
27. Peraturan Desa Sinartanjung Nomor 4 Tahun
2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMDesa) Sinartanjung
Tahun 2017 – 2022 (Lembaran Desa
Sinartanjung Tahun 2016 Nomor 4);
28. Peraturan Desa Sinartanjung Nomor 3 Tahun
2018 tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKPDesa) Sinartanjung Tahun 2018 (Berita
Desa Sinartanjung Tahun 2018 Nomor 3).
29. Peraturan Desa Sinartanjung Nomor 4 Tahun
2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa Sinartanjung Tahun 2018 (Berita Desa
Sinartanjung Tahun 2018 Nomor 4)

Dengan Persetujuan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SINARTANJUNG
dan
KEPADA DESA SINARTANJUNG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DESA SINARTANJUNG TENTANG RENCANA


TATA RUANG DESA SINARTANJUNG TAHUN 2019 – 2038.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Bagian Kesatu
Pengertian

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :


1. Desa adalah Desa Sinartanjung Kecamatan Pataruman Desa
Sinartanjung yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

5
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa
Sinartanjung sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
3. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
4. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.
6. Peraturan Desa adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan
olah Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan
Permusyawaratan Desa.
7. Kepala Desa atau Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat
yang ditunjuk dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban Kepala Desa dalam
kurun waktu tertentu.
8. Perangkat Desa adalah seseorang yang diangkat Kepala Desa dan
mempunyai tugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya.
9. Rencana Tata Ruang Wilayah Desa adalah suatu rencana kegiatan yang
diperlukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan penduduk Desa
guna mencapai sehat cerdas produktif bahagia dan berkelanjutan
10. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan
ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara
kelangsungan hidupnya.
11. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola ruang.
12. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
13. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
14. Penataan Ruang adalah suatu proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
15. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.

6
16. Pemanfaatan Tata Ruang adalah upaya mewujudkanstruktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
17. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang.
18. Tujuan Penataan Ruang Desa adalah tujuan yang ditetapkan
pemerintah desa yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi
pembangunan pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung
terwujudnya ruang wilayah desa yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan.
19. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, mahluk hidup lain dan
keseimbangan keduanya.
20. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk
atau dimasukan kedalamnya.
21. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan Pemerintah Daerah Desa guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah.
22. Strategi Penataan Ruang Wilayah adalah penjabaran kebijakan
penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang
lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan rencana struktur dan
pola ruang wilayah.
23. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek fungsional dan serta memiliki ciri tertentu.
24. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
25. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai,
termasuk sungai buatan / kanal / saluran irigasi primer yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungai.
26. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
27. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang
memungkinkan lingkungan perumahan dan permukiman dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
28. Sarana adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan
budaya.
29. Utilitas adalah sarana penunjang untuk pelayanan lingkungan.
30. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area
memanjang / jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
7
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman
secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
31. Kawasan Yang Diprioritaskan Penangananya adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting dalam lingkup Desa terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau
Lingkungan Hidup (LH).
32. Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki
dua situs cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan atau
memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.
33. Kawasan Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis,
biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik,
ekonomi, dan teknologi pada satu wilayah untuk jangka waktu tertentu
yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan,
dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
34. Pengendalian Pemanfataan Ruang adalah kegiatan yang berkaitan
dengan pengawasan dan penertiban agar pemanfaataan ruang sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
35. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
36. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Bagian Kedua
Fungsi dan Kedudukan

Pasal 2

(1) RTR Desa Sinartanjung merupakan matra ruang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang yang berfungsi sebagai acuan pelaksanaan
pembangunan di Desa Sinartanjung.
(2) Kedudukan RTR Desa adalah sebagai pedoman untuk :
a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka MenengahDesa;
b. Pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam wilayah desa;
c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah, serta keserasian antar sektor dan
antar tingkat pemerintahan;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
e. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Desa.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup Pengaturan

8
Paragraf 1
Muatan

Pasal 3

RTR Desa memuat:


a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah;
b. Rencana struktur ruang wilayah yang meliputi sistem pusat kegiatan dan
sistem jaringan prasarana kawasan;
c. Rencana pola ruang wilayah yang meliputi kawasan lindung dan kawasan
budidaya;
d. Rencana wilayah yang diprioritaskan penangananya
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah yang terdiri dari indikasi program
utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan
waktu pelaksanaan; dan
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah yang berisi arahan
peraturan zonasi kawasan, arahan ketentuan perizinan, arahan
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

Paragraf 2
Wilayah Perencanaan

Pasal 4

(1) Wilayah perencanaan RTR Desa meliputi seluruh wilayah administrasi


Desa Sinartanjung dengan total luas wilayah kurang lebih 692 Ha (Hektar)
yang mencakup dari 4 (empat) Dusun, 9 (sembilan) Rukun Warga (RW)
dan 42 (empat puluh dua) Rukun Tetangga (RT) yaitu Dusun Pananjung,
Dusun Pananjung Timur, Dusun Pananjung Barat, Dusun Sinargalih
(2) Batas-batas wilayah Desa Sinartanjung sebagai mana yang dimaksud
dalam ayat (1) adalah daerah dalam pengertian wilayah administratif
seluas dengan batas wilayah yaitu:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Purwaaharja
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Mulyasari
c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Langensari
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Pataruman
(3) Administrasi WilayahDesa Sinartanjung digambarkan dalam peta
sebagaimana tercantum pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Desa

Pasal 5
9
Tujuan Penataan Ruang Wilayah adalah mewujudkan tata ruang Desa
Sinartanjung sebagai wilayah agrowisata termaju di Kecamatan Pataruman
yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang

Paragraf 1
Umum

Pasal 6

Kebijakan penataan ruang wilayah terdiri atas:


a. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana
desa yang terpadu dan merata;
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana prasarana
umum skala lokal;
c. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung;

d. Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di


seluruh wilayah desa;
e. Pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung; dan
f. Pengembangan kawasan yang diprioritaskan penangannya dari
perspektif ekonomi, sosial budaya dan lingkungan serta fungsi dan daya
dukung lingkungan hidup.

Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang

Pasal 7

(1) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan


prasarana desa yang terpadu dan merata, meliputi :
a. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas transportasi lokal;
b. Meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang mendorong interaksi
kegiatan antar dusun;
c. Meningkatkan pelayanan moda transportasi untuk mendukung
tumbuh dan berkembangnya kegiatan desa secara terintegrasi; dan
d. Mengembangkan sarana perekonomian untuk mendukung kegiatan
Agrowisata Desa.
(2) Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem sarana
prasarana umum skala lokal, meliputi :
a. Mendistribusikan sarana lingkungan di dusun ;
b. Mengembangkan sistem prasarana energi;
10
c. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dan informasi;
d. Mengembangkan prasarana sumber daya air;
e. Meningkatkan sistem pengelolaan persampahan;
f. Meningkatkan jangkauan pelayanan air bersih;
g. Meningkatkan prasarana pengelolaan air limbah; dan
h. Mengembangkan sistem prasarana drainase secara terpadu.
(3) Strategi Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung,
meliputi :
a. Mempertahankan dan melestarikan kawasan yang berfungsi lindung
sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
b. Mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah berubah;
c. Melestarikan daerah resapan air untuk menjaga ketersediaan
sumber daya air;
d. Mencegah dilakukannya kegiatan budidaya di sempadan mata air
yang dapat mengganggu kualitas air, kondisi fisik dan mengurangi
kuantitas debit air;
e. Menetapkan daerah evakuasi bencana;dan
f. Mengamankan benda cagar budaya dengan melindungi tempat serta
ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah.
(4) Strategi peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang
proporsional di seluruh wilayah desa, meliputi :
a. Mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau yang ada;
b. Mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih fungsi;
c. Meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau;
(5) Strategi pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung, meliputi :
a. Mengendalikan perkembangan pusat-pusat kegiatan antar desa;
b. Mengoptimalkan pengembangan desa;
c. Mengendalikan kegiatan non pertanian pada kawasan yang berfungsi
lindung untuk memelihara kelestarian lingkungan;
d. Membatasi pengembangan kawasan industri.
(6) Strategi Pengembangan kawasan yang diprioritaskan pengembanganya
dari perspektif ekonomi, sosial budaya dan lingkungan serta fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup, meliputi :
a. Menetapkan kawasan prioritas pertumbuhan ekonomi desa yang
berbasis agrobisnis dan kegiatan ekonomi lokal;
b. Menetapkan kawasan strategis sosial budaya berbasis pendidikan,
penelitian, dan pelestarian peninggalan bersejarah.

BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8
11
(1) Rencana struktur ruang wilayah terdiri atas :
a. Sistem jaringan prasarana dan sarana dasar; dan
b. Sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana Struktur Ruang Wilayah digambarkan dalam peta sebagaimana
tercantum pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Desa ini.

Bagian Kedua
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Dan Sarana Dasar

Pasal 9

Sistem jaringan prasarana dan sarana dasar sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 Ayat (1) huruf a, adalah sebagai berikut :
a. Sistem Jaringan Transportasi,
b. Sistem Jaringan Energi,
c. Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan,
d. Sistem Jaringan Telekomunikasi, Persampahan, Drainase, dan Air
Limbah.
Paragraf 1
Rencana Sistem Transportasi

Pasal 10

(1) Rencana sistem transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal


9 berupa Sistem jaringan jalan;
(2) Sistem Jaringan Jalan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini,
meliputi :
a. Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Pemukiman / Jalan Desa di
Desa Sinartanjung sepanjang 10.000 M2,
b. Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Desa Antar Pemukiman Ke
Wilayah Pertanian di Desa Sinartanjung sepanjang 5.000 M2,
c. Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Keep / Rabat Beton di Desa
Sinartanjung sepanjang 3.000 M2,
d. Pembangunan Dan Pemeliharaan Jembatan Jalan Desa / Keep di
Desa Sinartanjung sepanjang 3.000 M2,
e. Pembangunan Dan Pemeliharaan Turap / Talud / Bronjong di Desa
Sinartanjung sepanjang 3.000 M2,
f. Peningkatkan Kualitas Jalan Dengan Melakukan Pengaspalan Jalan
di wilayah sebagai berikut :
‐ Pananjung Barat RT. 001, 002, 003, 004, 005 - RW. 001 sepanjang
650 M2,
‐ Pananjung Barat RT. 06, 07, 08 - RW. 02 sepanjang 750 M2,
‐ Pananjung RT. 012, 013, 014 – RW. 003 sepanjang 6.000 M2,
‐ Pananjung RT. 020, 021, 022 – RW. 005 sepanjang 650 M2,
g. Peningkatkan kualitas Jalan di wilayah sebagai berikut :
12
‐ Pananjung Barat RT. 001, 002, 003, 004, 005 - RW. 001 sepanjang
280 M2,
‐ Pananjung Barat RT. 06, 07, 08 - RW. 02 sepanjang 2.100 M2,
‐ Pananjung RT. 012, 013, 014 – RW. 003 sepanjang 600 M2,
‐ Pananjung RT. 016, 017, 018, 019 – RW. 004 sepanjang 810 M2,
‐ Pananjung RT. 020, 021, 022 – RW. 005 sepanjang 650 M2.

Paragraf 2
Rencana Sistem Jaringan Energi

Pasal 11

Rencana Sistem Jaringan Energi sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 9


huruf b, meliputi :
a. Peningkatan kualitas dan akses informasi energi,
b. Peningkatan pengelolaan bidang energi,
c. Pembinaan dan Pengawasan Bidang Energi,
d. Pembinaan dan Pengembangan Bidang Ketenagalistrikan.

Paragraf 3
Rencana Sistem Jaringan Air Bersih Dan Sanitasi Lingkungan

Pasal 12

Rencana Sistem Jaringan Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan sebagimana


yang dimaksud pada Pasal 9 huruf c, meliputi :
a. Pengembangan Studi Alternatif Sumber Air Baku,
b. Pengembangan Pipa Transmisi,
c. Operasi dan Pemeliharaan Instalasi,
d. Pembangunan dan Pemeliharaan Saluran Irigasi Desa di Desa
Sinartanjung sepanjang 500 M2,
e. Pembangunan Pintu Air Irigasi di Desa Sinartanjung sebanyak 4 lokasi,
f. Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi yang tersebar di seluruh
Dusun,
g. Pembangunan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Sanitasi
Lingkungan di Desa Sinartanjung sebanyak 42 unit,
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Air Minum dengan membuat Sumur Bor,
Saluan Pipa Air Minum, dan Bak Penampungan Air PDAM di wilayah
sebagai berikut :
‐ Pananjung Barat RT. 001, 002, 003, 004, 005 – RW 001 sebanyak 7
unit,
‐ Pananjung Barat RT. 006, 007, 008 – RW. 002 sebanyak 3 unit,
‐ Pananjung RT. 013, 014, 015 – RW 003 sebanyak 2 unit,
‐ Pananjung RT. 016, 017, 018, 019 – RW 004 sebanyak 3 unit,
‐ Pananjung RT. 020, 021, 022 – RW. 005 sebanyak 1 unit,
i. Penataan Pipanisasi yang telah ada,
13
j. Pembangunan Bak Reservoar,
k. Pembangunan Pipanisasi,
l. Pemasangan Sambungan Rumah,
m. Penyediaan Air Bersih di MCK,
n. Penambahan Kapasitas Air Bersih,
o. Peningkatan Akses Air Minum Aman,
p. Meningkatkan Ketersediaan Kebutuhan Air Masyarakat sesuai standar
kebutuhan.

Paragraf 4
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi, Persampahan, Drainase, dan
Air Limbah

Pasal 13

Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi, Persampahan, Drainase, dan Air


Limbah sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 9 huruf d, sebagai berikut :
1. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi, meliputi :
a. Pengembangan Telepon Desa yang murah dan terjangkau;
b. Pembangunan BTS Multi-User melalui kebijakan Daerah.
2. Rencana Sistem Persampahan dilakukan dengan meningkatkan kualitas
dalam penanganan persampahan dengan cara sebagai berikut :
a. Di wilayah Pananjung Barat RT. 001, 002, 003, 004, 005 – RW. 001
membuat tempat sampah sebanyak 88 unit, gerobak sampah sebanyak
2 unit, dan Tempat Penampungan Akhir (TPA) sebanyak 1 unit;
b. Di wilayah Pananjung Barat RT. 006, 007, 008 – RW, 002 membuat
tempat sampah sebanyak 200 unit, gerobak sampah 7 unit, dan
Tempat Penampungan Akhir (TPA) sebanyak 1 unit;
c. Di wilayah Pananjung RT. 013, 014, 015 – RW. 003 membuat tempat
sampah sebanyak 65 unit, gerobak sampah sebanyak 4 unit, dan
Tempat Penampungan Akhir (TPA) sebanyak 2 unit;
d. Di wilayah Pananjung RT. 016, 017, 018, 019 – RW. 004 membuat
tempat sampah sebanyak 104 unit, gerobak sampah sebanyak 2 unit,
dan Tempat Penampungan Akhir (TPA) sebanyak 1 unit;
e. Di wilayah Pananjung RT. 020, 021, 022 – RW. 005 membuat tempat
sampah sebanyak 87 unit, gerobak sampah sebanyak 2 unit, dan
Tempat Penampungan Akhir (TPA) sebanyak 1 unit;
f. Menyediakan Insenerator sebanyak 1 unit.
3. Rencana Sistem Drainase, meliputi :
a. Pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase / gorong-gorong
sepanjang 7.000 M2;
b. Meningkatkan kualitas pelayanan saluran air:
‐ Di wilayah Pananjung Barat RT. 001, 002, 003, 004, 005 – RW. 001
membuat saluran drainase dan membuat tali air jalan yang masing-
masing sepanjang 1.750 M2;

14
‐ Di wilayah Pananjung Barat RT. 06, 007, 008 – RW. 002 membuat
saluran drainase sepanjang 2.975 M2 dan saluran grevel sepanjang
2.100 M2;
‐ Di wilayah Pananjung RT. 013, 014, 015 – RW. 003 membuat
saluran drainase sepanjang 1.750 M2 dan saluran grevel sepanjang
1.200 M2;
‐ Di wilayah Pananjung RT. 016, 017, 018, 019 – RW. 004 membuat
saluran drainase sepanjang 1.910 M2 dan saluran grevel sepanjang
600 M2;
‐ Di wilayah Pananjung RT. 020, 021, 022 – RW. 005 membuat
saluran drainase sepanjang 900 M2 dan saluran grevel sepanjang
400 M2.
4. Rencana Sistem Air Limbah, meliputi :
a. Membangun septictank komunal di wilayah, sebagai berikut :
‐ Pananjung Barat RT. 001, 002, 003, 004, 005 – RW. 001
sebanyak 9 unit,
‐ Pananjung Barat RT. 006, 007, 008 – RW. 002 sebanyak 34 unit,
‐ Pananjung RT. 013, 014, 015 – RW. 003 sebanyak 22 unit,
‐ Pananjung RT. 016, 017, 018, 109 – RW 004 sebanyak 12 unit,
‐ Pananjung RT. 020, 021, 022 – RW. 005 sebanyak 5 unit.
b. Pembangunan MCK.

BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 14

(1) Rencana pola ruang wilayah mencakup :


a. Rencana kawasan lindung; dan
b. Rencana kawasan budidaya.
(2) Rencanapola ruang wilayah digambarkan dalam peta sebagaimana
tercantum pada Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Desa ini.

Pasal 15

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 Ayat (1) huruf a,


meliputi :
a. Kawasan perlindungan setempat; dan
b. Kawasan rawan bencana.

15
Paragraf 1
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 16

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


huruf a, meliputi :
a. Sempadan sungai;
b. Sempadan kereta api; dan
c. Embung;
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf
a pada pasal ini dengan luas 65,59 Hektar berupa sungai citanduy
beserta anak sungainya.
(3) Kawasan sempadan kereta api sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
huruf b dengan luas 1,42 Hektar.
(4) Embungsebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c dengan luas 5,87
Hektar.
(5) Rencana pengelolaan sempadan sungai meliputi :
a. Delinasi kawasan sempadan sungai berupa perlindungan dan
penguatan dinding pembatas sungai; dan
b. Pembangunan dan pemeliharaan fasilitas pengaman sungai berupa
peningkatan fungsi ekologis dan hidrologis sempadan sungai secara
bertahap.
(6) Arahan pengelolaan sempadan sungai sebagaimana yang dimaksud
dalam Ayat (5) pada pasal ini, sebagai berikut :
a. Melakukan upaya preservasi dengan penghijauan sempadan sungai,
b. Pengembangan jalan inspeksi,
c. Perlindungan dan penguatan dinding pembatas sungai,
d. Pencegahan kegiatan budidaya dengan tidak memberikan IMB, di
sepanjang sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air,
kondisi fisik, dan dasar sungai serta alirannya,
e. Mengendalikan kegiatan yang telah ada di sekitar sungai,
f. Pembuatan tanggul di sepanjang sempadan sungai yang telah
menjadi lahan terbangun.
(7) Rencana pengelolaan sempadan kereta api, meliputi deliniasi kawasan
sempadan Kereta Api dan Pembangunan serta pemeliharaan fasilitas
pengaman disepanjang sempadan Kereta Api.
(8) Arahan pengelolaan garis sempadan jalan rel kereta api sebagaimana
yang dimaksud pada Ayat (7) dalam pasal ini, sebagai berikut :
a. Garis sempadan jalan rel kereta api adalah ditetapkan dari jalan rel
terdekat apabila jalan rel kereta api itu lurus;
b. Garis sempadanjalan rel kereta api yang terletak di tanah
timbunan diukur dari kakitanggul;
c. Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak di dalam galian,
16
diukur dari puncak galiantanah atau atas serongan;
d. Garis sempadan jalan rel kereta api yang terletak pada tanah datar
diukur dari jalan rel kereta api;
e. Garis sempadan jalan rel kereta api pada belokan adalah lebih dari
23 M diukur darilengkung dalam sampai jalan. Dalam peralihan jalan
lurus ke jalan lengkung diluar as jalan harus ada jalur tanah yang
bebas, yang secara berangsur-angsur lebar dari jarak lebih dari 11 M
sampai lebihdari 23 M. Pelebaran tersebut dimulai dalam jarak 20 M
di muka lengkungan untuk selanjutnya menyempit lagi sampai jarak
lebih dari 11 M;
f. Garis sempadan jalan rel kereta api tidak berlaku apabila jalan rel
kereta api terletak di tanah galian yang dalamnya 3,5M;
g. Garis sempadan jalan perlintasan sebidang antara jalan rel kereta
api denganjalan raya adalah 30 M dari as jalan rel kereta api
pada titik perpotongan jalan rel kereta api denganjalan raya dan
secara berangsur-angsur menuju pada jarak lebih dari 11 M dari as
jalan kereta api pada titik 600 M dari titik perpotonganjalan kereta
api dengan jalan raya;
h. Permukiman eksistingyang ada pada garis sempadan rel kereta
apisecara bertahap ditata dan mengembangkan konsep rumah
menghadap rel kereta api; dan
i. Pemanfaatan garis sempadan rel kereta apidiarahkan untuk jalan
danRTH, gunamembatasi kegiatan masyarakat dengan rel kereta api.
(9) Rencana pengelolaan embung meliputi pembangunan dan pemeliharaan
Embung Desa.
(10) Arahan pengelolaan embung sebagaimana yang dimakud dalam Ayat (9)
pada pasal ini, sebagai berikut :
a. Pembangunana embung, meliputi :
‐ Apabila lahan bertopografi miring (Iereng), maka air dapat
dialirkan dari petak ke petak lahan usahatani secara gravitasi;
‐ Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik irigasi
pompa (bertekanan seperti tetes, sprinkler, atau disalurkan
langsung ke lahan), atau dengan alat manual lainnya.
b. Pemeliharaan embung, meliputi :
‐ Buat tiang peneduh di pinggir bibir embung kemudian di atas
embung dibuat anyaman untuk media rambatan tanaman dan
ditanami dengan tanaman merambat.
‐ Tiang penahan angin disamping embung ( wind breaker) pada sisi
datangnya angin dan bisa ditanam tanaman merambat atau pohon
sebagai pengganti tiang,
‐ Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak terhadap
tanggul embung,
‐ Pengangkatan endapan Lumpur,
‐ Perbaikan tanggul yang bocor,
‐ Tidak membuang sampah padat / cair ke dalam embung.
17
Paragraf 2
Kawasan Rawan Bencana

Pasal 17

(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf


b, berupa kawasan rawan bencana alam.
(2) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana tercantum pada Ayat
(1)berupa kawasan rawan longsor.
(3) Luas kawasan rawan bencana mencapai kurang lebih 53,27 Ha.
(4) Arahan pengelolaan kawasan rawan bencana, meliputi :
a. Mengurangi resiko gangguan dan ancaman langsung maupun
tidak langsung dari terjadinya bencana lingkungan;
b. Melindungi aset-aset sosial ekonomi masyarakat yang berupa
prasarana,permukiman, dan kawasan budidaya dari gangguan
dan ancaman bencana lingkungan;
c. Menyelenggarakan tindakan preventif dalam penanganan bencana
alam berdasarkan siklus bencana melalui upaya mitigasi
bencana, pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang,
kesiapsiagaan masyarakat yang berada di kawasan rawan
bencana, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali
pasca bencana;
d. Menyiapkan peta bencana lingkungan;
e. Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci
dalam rangka penetapan kawasan rawan bencana lingkungan dan
wilayah pengaruhnya.

Pasal 18

(1) Kawasan rawan bencana longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal


17 Ayat (2), berupa desa Sinartanjung dengan luas lahan kurang lebih
53,27 Ha.
(2) Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana longsor dilakukan,
melalui :
a. Penetapan potensi bahaya gerakan tanah dan longsor;
b. Relokasi bangunan di kawasan rawan gerakan tanah dan longsor;
dan
c. Penetapan kawasan rawan gerakan tanah dan longsor sebagai RTH.

Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya
Umum

Pasal 19

18
Rencana pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud
dalamPasal 14 Ayat (1) huruf b ditetapkan sebagai berikut :
a. Kawasan peruntukan perumahan;
b. Kawasan peruntukan industri;
c. Kawasan peruntukan pariwisata;
d. Kawasan peruntukan pertanian;dan
e. Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum.
f. Tempat Pemakaman Umum

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Perumahan

Pasal 20

(1) Kawasan peruntukan perumahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


19huruf a, meliputi :
a. Perumahan kepadatan sedang; dan
b. Perumahan kepadatan rendah.
(2) Luas perumahan yang memiliki kepadatan sedang sebesar 120,50 Ha
dan yang memiliki kepadatan rendah sebesar 6,19 Ha.
(3) Arahan pengelolaan kawasan perumahan kepadatan
sedangsebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a pasal ini dilakukan,
melalui:
a. Peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan
penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau;
b. Penyediaan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 40%
(empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan;
c. Penetapan koefisien dasar bangunan maksimal 60% dalam setiap
pembangunan kawasan perumahan; dan
d. Penyediaan sumur resapan pada setiap pembangunan kawasan
perumahan.
(4) Arahan pengelolaan kawasan perumahan kepadatan rendah
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b dilakukan, melalui :
a. Peningkatan kualitas prasarana lingkungan perumahan dan
penyediaan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau;
b. Penyediaan prasarana dan sarana umum dengan proporsi 60%
(enam puluh persen) dari keseluruhan luas lahan perumahan;
c. Penetapan koefisien dasar bangunan maksimal 40% dalam setiap
pembangunan kawasan perumahan; dan
d. Penyediaan sumur resapan pada setiap pembangunan kawasan
perumahan.

Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 21

19
(1) Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf b, berupa kawasan industri dan pergudangan.
(2) Kawasan Industri dan pergudangan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) pasal ini, meliputi :
a. Industri bata; dan
b. Industri besar.
(3) Arahan pengelolaan kawasan yang peruntukannya industri
sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (1) pada pasal ini, meliputi :
a. Mengembangkan kawasan industri hijau (green Industrial park)
b. Menjaga dan mempertahankan kualitas daya dukung lingkungan
kawasan industri
c. Mengembangkan perekononomian, pertumbuhan industri besar,
industri kecil menengah (UKM) yang sehat, melalui upaya
peningkatan kerja sama dan pembentukan jaringan bisnis antar
industri dalam kawasan
d. Mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan pemerintah
yang tepat, transparan dan akuntabel
(4) Pengaturan Kawasan Peruntukan Industrisecara lebih detail akan diatur
tersendiri dalam Peraturan Kepada Desa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 22

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf c, berupa pengembangan dan peningkatan wisata cagar budaya di :
a. Situs Batu Jeni;
b. Situs Rajegwesi; dan
c. Situs Cagar Budaya Kokoplak.
(2) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana yang
dimaksud dalam Ayat (1) pada pasal ini, meliputi :
a. Membangun sinergisitas dan mengembangkan pola kerjasama antar
pemangku kepentingan dengan jalan melakukan program kerja
bersama
b. Mengintegrasikan pembangunankawasan pariwisata desa dengan
arahantata ruang dan pembangunan infrastruktur daerah desa.
c. Penyediaan dana khusus dan juga sarana penunjang penelitian dan
pengembangan pariwisata
d. Pemerintah Desa membangun fasilitas-fasilitas khusus pariwisata
dan prasarana umum untuk mendukung pengembangan rintisan
kawasan pariwisata;

20
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 24

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 19 huruf d meliputi :
a. kawasan perkebunan;
b. kawasan pertanian;
c. kawasan LP2B.
(2) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 223,75 Ha.
(3) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) huruf b, berupa pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering.
(4) Luas kawasan pertanian di Desa Sinartanjung sebesar 76,03 Ha; yang
mana arahan pengelolaannya, meliputi :
a. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak
boleh dialih-fungsikan memperhatikan ketentuan pokok tentang
perencanaan dan penyelenggaraan budidaya tanaman serta tata
ruang dan tata guna tanah budidaya tanaman; dan
b. Tidak mengganggu permukiman penduduk terkait denganlimbah
yang dihasilkan pada lingkungan dengan kepadatan rendah
memperhatikan ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air
untuk usaha peternakan; serta penertiban dan keseimbangan tanah
untuk ternak.
(5) Kawasan LP2B luasnya 56,48 Ha; yang mana arahan pengelolaannya,
meliputi :
a. Melakukan koordinasi kembali terkait LP2B, terutama di tingkat
pusat, yang dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional untuk melakukan reposisi kembali atas tugas dan fungsi
masing-masing pada program LP2B;
b. Pembatasan pemberian izin pendirian bangunan pada lahan sawah
produktif;
c. Meningkatkan peran Lembaga Adat dan tokoh Masyarakat dan
memberikan penyuluhan mengenai lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
d. Memperbaiki jaringan irigasi lahan sawah yang rusak;
e. Memberikan sanksi yang tegas kepada masyarakat yang
mengkonversi lahan sawah yang ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan.

21
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum

Pasal 25

(1) Kawasan Peruntukan Pelayanan Umum sebagaimana dimaksud


dalamPasal 19 huruf e, meliputi :
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;dan
c. Peribadatan.
(2) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pelayanan umum
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Mengembangkan fasilitas pendidikan secara berjenjang yang terdiri
dari : fasilitas pendidikan taman kanak – kanak, fasilitas pendidikan
dasar (SD) dan sejenisnya, fasilitas pendidikan Sekolah Menengah
Pertama dan sejenisnya, fasilitas sekolah menengah atas (SMA) dan
sejenisnya.
b. Fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tetap mempertahankan
yang telah ada dan menambah kebutuhan baru sesuai jumlah
penduduk pendukung di setiap unit lingkungan yang di layani atau
berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan.
c. Fasilitas pendidikan Sekolah Dasar dengan meningkatkan kualitas
yang telah ada dan menambah kebutuhan baru disesuaikan dengan
jumlah penduduk pendukung di setiap kelurahan yang di layani.
d. Fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Pertama dan sejenisnya
dengan meningkatkan kualitas yang telah ada dan fasilitas tambahan
diarahkan tersebar pada pusat – pusat sub kawasan sesuai jumlah
penduduk pendukung dan memperhatikan aksesibilitas untuk
mencapainya.
e. Fasilitas pendidikan Sekolah Menengah Atas dan sejenisnya dengan
meningkatkan kualitas yang telah ada dan fasilitas tambahan
diarahkan tersebar pada pusat – pusat sub kawasan sesuai jumlah
penduduk pendukung dan memperhatikan aksesibilitas untuk
mencapainya.
f. Fasilitas pendidikan non-formal kursus – kursus yang berpotensi
membangkitkan lalu lintas dialokasikan bercampur dengan kegiatan
perdagangan dan jasa dengan memperhatikan aksesibilitas untuk
mencapainya dan penyediaan fasilitas parkir minimal 20% dari total
luas lantai bangunan.
(3) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pelayanan umum
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Peningkatan Kualitas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
pembantu dengan skala pelayanan kelurahan, dan penambahan
fasilitas baru sesuai kebutuhan sampai akhir tahun perencanaan.
22
b. Pengaturan lokasi praktek Dokter bersama agar berada pada kawasan
– kawasan yang mudah di jangkau dan memiliki tempat parkir yang
memadai agar tidak mengganggu lalu lintas.
(4) Arahan pengelolaan kawasan peruntukan pelayanan umum
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Mempertahankan fasilitas peribadatan yang ada dan menjaga
kesuciannya.
b. Menyediakan fasilitas peribadatan baru bagi kampung yang belum
terdapat fasilitas ibadah dengan tetap menjaga kerukunan antar
umat beragama.
c. Mengarahkan masjid sebagai landmark dan vocal point kawasan
permukiman.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Tempat Pemakaman Umum

Pasal 26

Arahan pengelolaan kawasan yang peruntukan tempat pemakaman umum


pada Pasal 19 hurf f, meliputi :
a. Tempat Pemakaman Umum dikelola oleh Pemerintah Desa.
b. Tempat Pemakaman Bukan Umum dikelola oleh Badan atau Badan
Hukum yang bersifat Sosial atau Keagamaan.
c. Pemerintah Desa berkewajiban membangun sarana dan prasarana
pada lahan Tempat Pemakaman Umum yang dikerjasamakan dengan
pihak ketiga.
d. Tempat Pemakaman Umum harus dirawat dengan sebaik-baiknya
untuk menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban dengan
memperhatikan aspek sosial, budaya dan agama.
e. Pemeliharaan dan perawatan tempat pemakaman dilaksanakan oleh
Pemerintah Desa, dan secara teknis operasional di lapangan dilakukan
oleh petugas pengelola makam

BAB V
PENETAPAN KAWASAN YANG DIPRIORITASKAN PENANGANYA

Bagian Kesatu
Fungsi Penetapan

Pasal 27

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan


penanganannya berfungsi :
a. Mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki,
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan, dan/atau melaksanakan
revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap memiliki
prioritas tinggi dibandingkan bagian dari wilayah perencanaan lainnya;

23
b. Sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan
rencana teknis pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan
c. Sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR.

Bagian Kedua
Dasar Penetapan

Pasal 28

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan


penanganannya ditetapkan berdasarkan :
a. Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan;
b. Nilai penting di bagian dari wilayah perencanaan yang akan ditetapkan;
c. Kondisi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan di bagian dari wilayah
perencanaan yang akan ditetapkan;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup di wilayah
perencanaan; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

Bagian Ketiga
Kriteria Penetapan
Pasal29

Penetapan bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan


penanganannya ditetapkan dengan kriteria :
a. Dapat merupakan faktor kunci mendukung perwujudan rencana pola
ruang, rencana jaringan prasarana, dan pelaksanaan peraturan
kawasansi di wilayah perencanaan;
b. Dapat mendukung tercapainya agenda pembangunan;
c. Dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang memiliki nilai
penting dari sudut kepentingan ekonomi, sosial-budaya, pendayagunaan
sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai penting lainnya yang sesuai
dengan kepentingan pembangunan wilayah perencanaan; dan
d. Dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang dinilai perlu
dikembangkan, diperbaiki, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai
standar tertentu berdasarkan pertimbangan ekonomi, sosial-budaya,
dan/atau lingkungan.

Bagian Keempat
Lokasi
Pasal30
(1) Kawasan yang diprioritaskan penangananya meliputi :
a. Prioritas Penanganan Rawan Bencana, lokasi penanganan rawan bencana
berlokasi di Dusun Sinargalih dan Dusun Pananjung Timur
24
b. Prioritas Kawasan Agroindustri yang berlokasi di Dusun Pananjung
c. Prioritas Kawasan Permukiman yang berlokasi di Dusun Pananjung dan
Dusun Sinargalih
d. Prioritas Kawasan Pariwisata yakni:Situs Batu Jeni, Situs Cagar Budaya
Kokoplak, Situs Rajegwesi dan Potensi City View/ Cafe Pasanggrahan
(2) Rencana kawasan yang diprioritaskan penanganya digambarkan dalam
peta sebagaimana tercantum pada Lampiran IV yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG

Pasal 31

(1) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Desa meliputi :


a. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur
ruang dan pola ruang wilayah dan kawasan yang diprioritaskan
penanganannya; dan
b. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan
ruang Desa dan kawasan yang diprioritaskan penanganannya.
(2) Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang
dan pola ruang wilayah dan kawasan strategis sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) huruf a pasal ini merupakan prioritas pelaksanaan
pembangunan yang disusun berdasarkan atas kemampuan pembiayaan
dan kegiatan yang mempunyai efek pengganda sesuai arahan umum
pembangunan desa.
(3) Prioritas pelaksanaan pembangunan disusun dalam indikasi program
terdiri atas :
a. Usulan program utama;
b. Lokasi;
c. Besaran biaya;
d. Sumber pendanaan;
e. Instansi pelaksana; dan
f. Waktu pelaksanaan.
(4) Indikasi program utama sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dalam
pasal ini tercantum dalam Lampiran Vyang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Desa ini.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 32

25
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah digunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah sebagaimana yang
dimaksud dalam Ayat (1) pada pasal ini, yaitu ketentuan umum
peraturan zonasi.

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 33

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal32Ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman dalam menyusun
peraturan kawasan/zonasi.
(2) Muatan materi yang dibahas dalam ketentuan umum peraturan zonasi
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) pasal ini adalah ketentuan:
a. Kegiatan yang diperbolehkan bersyarat;
b. Kegiatan yang diperbolehkan terbatas; dan
c. Kegiatan yang dilarang.
(3) Ketentuan Umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1)dalam pasal ini terdiri atas :
a. Ketentuan umum kawasan lindung; dan
b. Ketentuan umum kawasan budidaya.

Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Untuk Kawasan Lindung

Pasal 34

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 33 Ayat (3) huruf a, terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan
setempat;dan
b. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana.

Paragraf 2
Peraturan Zonasi UntukKawasan
Perlindungan Setempat

Pasal 35

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal34 huruf a berupa kawasan sempadan
sungai, meliputi:
a. Sungai bertanggul dan berada dalam kawasan permukiman dengan lebar
sempadan paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar.

26
b. Sungai tidak bertanggul dan berada diluar kawasan permukiman dengan
lebar sempadan minimal paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai.
c. Sungai tidak bertanggul pada sungai kecil diluar kawasan permukiman
dengan lebar sempadan paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
d. Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau.
e. Dilarang mendirikan bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan
untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air.
f. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan
kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai.
g. Dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun
prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan, yaitu tidak
menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di
sepanjang jaringan prasarana tersebut.
h. Diizinkan kegiatan pemasangan papan reklame secara terbatas, papan
penyuluhan dan peringatan, rambu-rambu pengamanan, serta sarana
bantu navigasi pelayaran.
i. Diizinkan kegiatan pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan
pipa air minum.
j. Dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai.
k. Dilarang melakukan kegiatan yang mengancam kerusakan dan
menurunkan kualitas sungai.
l. Diizinkan terbatas pendirian bangunan untuk menunjang fungsi
pengelolaan sungai dan taman rekreasi tanpa mengganggu fungsi sungai.

Pasal 36

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal34 huruf a berupa kawasan sempadan
Kereta Api, meliputi:
1. Pemanfaatan ruang di kawasan sempadan rel kereta api untuk ruang
terbuka hijau dan/atau ruang terbuka non hijau;
2. Pembatasan kegiatan di kawasan sempadan rel kereta api yang dapat
membahayakan penggunanya; dan
3. Pemanfaatan ruang di sekitar kawasan sempadan rel kereta api dengan
intensitas sesuai peruntukan dan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4. Menetapkan jarak sempadan dan pengembangan fungsi lindung untuk
kepentingan keamanan Kereta Api.

Pasal 37

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a berupa kawasan embung,
meliputi :

27
a. diizinkan kegiatan perikanan, wisata, dan pertanian dengan tanaman
tertentu yang tidak merusak embung beserta sempadannya; dan
b. Dilarang mendirikan bangunan atau kegiatan yang dapat mengganggu
kelestarian daya tamping embung.

Paragraf 3
Peraturan Zonasi UntukKawasan
Rawan Bencana

Pasal 38

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana,


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b berupa kawasan rawan
longsor,meliputi :
1. Dilarang membangun bangunan pada di bawah/diatas lereng dan pada
lereng yang terjal (>40%);
2. Dilarang memotong tebing jalan menjadi tegak;
3. Kawasan dengan kemiringan diatas 40% harus dikonservasi;
4. Areal aman / sempadan longsor minimal lebarnya sama dengan tinggi
tegakan tebing;
5. Diizinkan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik,
jenis, dan ancaman bencana;
6. Diizinkan pemasangan pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari
permukiman penduduk;
7. Dilarang pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan
ancaman bencana; dan
8. Dilarang pengembangan kawasan budidaya terbangun.

Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
UntukKawasan Budidaya

Pasal 39

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 33 Ayat (3) huruf b, terdiri atas :
a. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perumahan;
b. Ketentuanumum peraturan zonasi kawasan peruntukan pendidikan;
c. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan kesehatan;
d. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukanperibadatan;
e. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan industri;
f. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pertanian dan
LP2B;
g. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan perkebunan;
dan
h. Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peruntukan pariwisata.

28
Pasal 40
Zonasi Kawasan Peruntukan Perumahan

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan perumahan


sebagaimana pada Pasal 39 huruf a, meliputi :
1. Peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana
pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan
peraturan yang berlaku;
3. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun prasarana
wilayah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;
4. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan;
5. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan
industri skala rumah tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan
skala pelayanan lingkungan;
6. Kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan
lindung/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi teknis;
7. Dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan
kegiatan yang mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan
kehidupan sosial masyarakat.
8. Pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai ketentuan
peraturan yang berlaku di bidang perumahan dan permukiman;
9. Pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman
harus sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku
( KDB, KLB, sempadan bangunan, dan lain sebagainya)
10. Pada kawasan permukiman perkotaan harus disediakan prasarana dan
sarana dasar pendukung permukiman yang tersambung dengan sistem
prasarana perkotaan yang sudah ada.

Pasal 41
Zonasi Kawasan Peruntukan Pendidikan

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan pendidikan


sebagaimana pada Pasal 39huruf b, meliputi :
a. Penempatan sarana pendidikan dasar dan sarana pendidikan menengah
disesuaikan dengan ketentuan jarak jangkau maksimum dari
permukiman serta menjadi orientasi pelayanan lingkungan untuk sarana
pendidikan dasar dan menengah
b. Jumlah sarana pendidikan dasar dan menengah dalam satu wilayah
disesuaikan dengan jumlah penduduk minimum yang terlayani.

29
c. Sarana pendidikan tinggi pada lingkungan padat minimum dengan
aksesibilitas jalan kolektor dan dikembangkan secara vertikal, perletakan
tidak boleh berbatasan langsung dengan perumahan
d. Sarana pendidikan formal meliputi sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah umum dan pendidikan tinggi serta akademi
e. Sarana pendidikan informal meliputi kursus pendidikan dan
perpustakaan tingkat kelurahan, perpustakaan subwilayah dan
perpustakaan wilayah dikembangkan sesuai dengan jumlah penduduk
minimum penduduk terlayani
f. Pengembangan kawasan pendidikan dikembangkan dengan koefisien
dasar bangunan paling tinggi 60 % (enam puluh persen);
g. Pengembangan pendidikan tinggi harus mampu menyediakan ruang bagi
aktivitas akademik dan penunjangnya; dan
h. Pembangunan fasilitas pendidikan di tepi ruas jalan diwajibkan
mendukung kelancaran pergerakan pada ruas jalan tersebut.

Pasal 42
Zonasi Kawasan Peruntukan Kesehatan

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan kesehatan


sebagaimana pada Pasal 39huruf c, meliputi :
a. Penempatan penyediaan fasilitas kesehatan mempertimbangkan
jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana
yang harus dipenuhiuntuk melayani pada area tertentu
b. Sarana kesehatan yang dikembangkan dalam satuzona tersendiri adalah
saranakesehatan dengan skalapelayanan tingkat desa/kelurahan atau
lebih yang meliputi rumahbersalin, laboratorium kesehatan, puskesmas
kecamatan, RS Pembantu Tipe C, RS Wilayah Tipe B, Dan RS Tipe A
c. Sarana kesehatan berupa pos kesehatan, apotik, klinik, praktek dokter
tidak dikembangkan dalam satu zona terpisah dan akan diatur lebih lanjut
dalam peraturan zonasi
d. Rumah sakit dikembangkan dengan dengan jalan akses minimum jalan
kolektor, perletakan tidak boleh berbatasan langsung dengan perumahan
e. Puskesmas dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan lingkungan
utama
f. Diwajibkan memiliki ruang parkir yang mencukupi;
g. Diizinkan membangun fasilitas yang mendukung kegiatan pelayanan
umum; dan
h. Dikembangkan dengan koefisien dasar bangunan paling tinggi 60 % (enam
puluh persen).

Pasal 43
Zona Kawasan Peruntukan Peribadatan

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan kesehatan


sebagaimana pada Pasal 39huruf d, meliputi :
30
a. Diwajibkan memiliki ruang parkir yang mencukupi;
b. Diizinkan membangun fasilitas yang mendukung kegiatan pelayanan
umum; dan
c. Pengembangan kawasan pelayanan umum dikembangkan dengan
koefisien dasar bangunan paling tinggi 60 % (enam puluh persen).
d. Penempatan penyediaan fasilitas ini perlu mempertimbangkan jangkauan
radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasarsarana yang harus
dipenuhi untuk melayani area tertentu.

Pasal 44
Zona Kawasan Peruntukan Industri

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan kesehatan


sebagaimana pada Pasal 39huruf e meliputi:
a. Pengembangan kawasan industri dikembangkan dengan komposisi
kaveling paling tinggi adalah 70 % (tujuh puluh persen) dari luas kawasan;
b. Pengembangan kawasan industri dikembangan dengan koefisien dasar
bangunan paling tinggi 60 % (enam puluh persen);
c. Pengembangan jalan dan saluran dengan komposisi 8 (delapan) sampai
12 % (dua belas persen) dari luas kawasan;
d. Diwajibkan menyediakan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk
hijau (green belt) dan RTH sekurang-kurangnya 10 % (sepuluh persen) dari
luas kawasan;
e. Diwajibkan menyediakan fasilitas penunjang kegiatan industri dengan
komposisi 6 (enam) sampai 12 % (dua belas persen) dari luas kawasan;
f. Diwajibkan menyediakan dan mengelola IPAL terpadu;
g. Diwajibkan melakukan pengelolaan hidrologi untuk memperkecil dan
mengatur debit limpasan air hujan ke wilayah luar disesuaikan dengan
daya dukung kawasan;
h. Kegiatan industri yang masih berada di luar kawasan industri akan
direlokasi secara bertahap ke kawasan-kawasan yang direncanakan
sebagai kawasan industri;
i. Perusahaan industri yang akan melakukan perluasan dengan menambah
lahan melebihi ketersediaan lahan kawasan peruntukan industri,
diwajibkan berlokasi di kawasan industri;
j. Industri kecil dan rumah tangga diizinkan di luar kawasan industri dengan
mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan keserasian kawasan;
k. Luas lahan Kawasan Industri paling sedikit 50 (lima puluh) hektar dalam
satu hamparan;
l. Luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro, kecil, dan
menengah paling sedikit 5 (lima) hektar dalam satu hamparan; dan
m. Setiap pengembangan kawasan industri diwajibkan menyediakan ruang
bagi sektor informal.

31
Pasal 45
Zona Kawasan Peruntukan Pertanian dan LP2B

1. Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan pertanian


sebagaimana pada Pasal 39 huruf f, meliputi :
a. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus
memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan
produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;
b. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak
boleh dialihfungsikan;
c. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat
dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh
pemerintah daerah setempat dan atau oleh dinas pertanian setempat;
d. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik
lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;
e. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya
dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan;
f. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan),
baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus
terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal;
g. Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida
yang terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-
bau dan asap, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL
dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;
h. Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit
ternak, bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang
dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam
dokumen Amdal;
i. Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang)
dan polusi (udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan
RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;
j. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan),
harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat;
k. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan
kesesuaian lahan;
l. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering
tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain
harus dilakukan tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat.
2. Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan LP2B sebagaimana
pada Pasal 38 huruf f, meliputi :
a. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan
kesesuaian lahan;
b. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus

32
memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan
produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;
c. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya
dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan.

Pasal 46
Zona Kawasan Peruntukan Perkebunan

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan LP2B sebagaimana


pada Pasal 39huruf g, meliputi :
a. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan
kesesuaian lahan;
b. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus
memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan
produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan mencegah kerusakannya;
c. Kawasan perkebunan tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan
syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan
atau oleh institusi pertanian terkait;
d. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik
lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;
e. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan
indikasi geografis dilarang dialihfungsikan.

Pasal 47
Zona Kawasan Peruntukan Pariwisata

Ketentuan umum perihal zonasi kawasan peruntukan LP2B sebagaimana


pada Pasal 39huruf h, meliputi :
a. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan
yang dapat menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi
obyek wisata alam;
b. Dalam kawasan pariwisata dilarang dibangun permukiman dan industri
yang tidak terkait dengan kegiatan pariwisata;
c. Dalam kawasan pariwisata diperkenankan adanya sarana dan prasarana
yang mendukung kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d. Pada kawasan pariwisata diperkenankan dilakukan penelitian dan
pendidikan.
e. Pada kawasan pariwisata alam tidak diperkenankan adanya bangunan
lain kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata alam;
f. Pengembangan kawasan wisata dikembangkan dengan koefisien dasar
bangunan paling tinggi 60 % (enam puluh persen);
g. Diizinkan pembangunan fasilitas pendukung; Diizinkan kegiatan lain
sepanjang tidak mengganggu fungsi utama kawasan;
33
h. Diizinkan pemanfaatan peringatan hari besar keagamaan sebagai bagian
dari atraksi wisata;
i. Diwajibkan menyediakan ruang parkir yang memadai; dan
j. Diwajibkan menyediakan ruang bagi sektor informal

BAB VIII
HAK KEWAJIBAN DAN PERAN
SERTA MASYARAKAT

Pasal 48

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk :


a. Mengetahui rencana tata ruang;
b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang;
dan
f. Mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/ atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

Pasal 49

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib :


a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 50

(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap:


a. Perencanaan tata ruang;
b. Pemanfaatan ruang; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf a pasal inimeliputi :
a. Memberikan masukan mengenai:
1. Persiapan penyusunan rencana tata ruang;
34
2. Penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. Pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah
atau kawasan;
4. Perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. Penetapan rencana tata ruang.
b. Kerja sama dengan Pemerintah Desa dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
(3) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) huruf b pasal ini, meliputi :
a. Memberikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. Kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. Kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal
dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam
pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di
dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam; dan
f. Kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) huruf c pasal ini,meliputi :
a. Memberikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan
sanksi;
b. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
c. Pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam
hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. Pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.

BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 51

(1) Koordinasi penataan ruang dilakukan secara terpadu dan komprehensif


untuk mencapai kesinambungan regional melalui kerjasama antara

35
Pemerintah Desa dan pihak-pihak lain yang terkait dengan penataan
ruang dan pelaksanaan kegiatan pembangunan.
(2) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang
dan kerjasama antar sektor/antar daerahantar tingkat pemerintahan
bidang penataan ruang perlu dibentuk kelembagaan tata ruang di Desa.
(3) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja kelembagaansebagaimana
dimaksud pada Ayat (2) pasal ini diatur dengan Keputusan Kepala Desa.

BAB X
PENINJAUAN KEMBALI
DAN PENYEMPURNAAN

Pasal 52

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Desa Sinartanjung adalah
20 (dua puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
rencana alam skala besar, perubahan batas teritorial negara, dan/atau
perubahan batas wilayah yang ditetapkan dengan undang-undang,
Rencana Tata Ruang Wilayah Desa dapat ditinjau kembali lebih dari
1(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) pasal ini juga
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan dan strategi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang Desa dan/atau dinamika internal
Desa.
(4) Peninjauan kembali RTR Desa dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan.
(5) Penyempurnaan RTR Desa ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana
Rinci Tata Ruang Desa.
(6) Rencana Rinci Tata Ruang Desa ditetapkan oleh Pemerintah Desa
setelah mendapatkan persetujuan dari DPD.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 53

(1) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka semua peraturan


pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada
dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan rencana pola
ruang dan pengaturan zonasi serta belum diganti berdasarkan Peraturan
Desa ini.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka :
a. Ijin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Desa ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya; dan
36
b. Ijin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Desa ini tetap berlaku sampai
habis masa berlaku ijinnya dengan ketentuan sebagai berikut :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, ijin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan peraturan desa
ini; dan
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunan dan telah
melakukan kegiatannya maka semua ijin yang sudah
dikeluarkan dinyatakan tetap berlaku dengan tidak memperluas
bangunan dan/atau lahan usahanya.
(3) Dengan berlakunya Peraturan Desa ini maka seluruh ijin yang akan
diajukan dan/atau masih dalam proses penerbitan ijin wajib mengacu
atau dengan tidak melanggar syarat-syarat dan ketentuan dalam
Peraturan Desa ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 54

Peraturan Desa ini berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Desa
Sinartanjung.

Ditetapkan di Sinartanjung
pada tanggal 4 Februari 2019
KEPALA DESA SINARTANJUNG,

TTD

ASEP HENDRA SUGIHARTO


Diundangkan di Sinartanjang
pada tanggal 4 Februari 2019

SEKRETARIS DESA,

TTD

DEDE SAIDIN

LEMBARAN DESA SINARTANJUNG TAHUN 2 NOMOR 2019


37
LAMPIRAN I
PERATURAN DESA SINARTANJUNG
NOMOR : 2 TAHUN 2019
TANGGAL : 4 Februari 2019
TENTANG : RENCANA TATA RUANG DESA SINARTANJUNG TAHUN 2019 - 2038

Gambar 1.1 Peta Administrasi Desa Sinartanjung

38
LAMPIRAN II
PERATURAN DESA SINARTANJUNG
NOMOR : 2 TAHUN 2019
TANGGAL : 4 Februari 2019
TENTANG : RENCANA TATA RUANG DESA SINARTANJUNG TAHUN 2019 - 2038

Gambar 1.2 Peta Rencana Struktur Ruang Desa Sinartanjung Tahun 2019-2038

39
LAMPIRAN III
PERATURAN DESA SINARTANJUNG
NOMOR : 2 TAHUN 2019
TANGGAL : 4 Februari 2019
TENTANG : RENCANA TATA RUANG DESA SINARTANJUNG TAHUN 2019 - 2038

Gambar 1.3 Peta Rencana Pola Ruang Desa Sinartanjung

40
LAMPIRAN IV
PERATURAN DESA SINARTANJUNG
NOMOR : 2 TAHUN 2019
TANGGAL : 4 Februari 2019
TENTANG : RENCANA TATA RUANG DESA SINARTANJUNG TAHUN 2019 - 2038

Gambar 1.4 Peta Kawasan Yang Diprioritaskan Penangananya

41
LAMPIRANV
PERATURANDESASINARTANJUNG
NOMOR : 2 TAHUN2019
TANGGAL : 4 Februari 2019
TENTANG : RENCANATATARUANGDESASINARTANJUNGTAHUN2019 - 2038

Indikasi Program Pembangunan Desa Sinartajung Tahun 2019 – 2038


Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
A. PERWUJUDANSTRUKTURRUANG
1 Pusat Kegiatan Penataan Kawasan Pemerintahan Desa Desa 1
Sinartanjung Sinartanjung Kegiatan Pemerintahan Desa
APBD Desa
Peningkatan Kualitas Sarana Ekonomi, Desa 1 Sinartanjung
Kesehatan Dan Pendidikan Sinartanjung Kegiatan
2 SistemPrasarana& SaranaDasar
2.1 Transportasi Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Desa 10.000
Pemukiman/ Jalan Desa Sinartanjung meter
Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Desa Desa 5.000
Antar Pemukiman Ke Wilayah Pertanian Sinartanjung Meter
APBD Kota
Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Keep/ Desa 3000 Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Rabat Beton Sinartanjung Meter Penataan Ruang
Desa
Pembangunan Dan Pemeliharaan Jembatan Desa 3000
Jalan Desa/ Keep Sinartanjung Meter
Pembangunan Dan Pemeliharaan Turap/ Desa 3000
Talud/ Bronjong Sinartanjung Meter
Peningkatkan Kualitas Jalan Dengan Pananjung
Melakukan Pengaspalan Jalan Barat
RT001,002,00 650 M
3,004,005-
RW001
Pananjung
Barat 750 M
Pekerjaan Umum dan
APBD Kota
RT06,07,08- dan APBD
Penataan Ruang
RW02 Desa
Pananjung
RT12,13,014- 6000 M
RW03
Pananjung
RT020,021,02 650 M
2-RW.05
Peningkatkan kualitas Jalan Pananjung
Barat Pekerjaan Umum dan
APBD Kota
RT001,002,00 280 M dan APBD
Penataan Ruang
3,004,005- Desa
RW001

42
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Pananjung
Barat 2100 M
RT06,07,08-
RW02
Pananjung
RT12,13,014- 600 M
RW03
Pananjung
RT016,017,01 810 M
8,019-RW004
Pananjung
RT020,021,02 650 M
2-RW.05
2.2 Sistem Peningkatan kualitas dan akses informasi Desa 4
Jaringan energi Sinartanjung Kegiatan
Energi Peningkatan pengelolaan bidang energi Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
PLN PLN
Pembinaan Dan Pengawasan Bidang Energi Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
Pembinaan Dan Pengembangan Bidang Desa 4
Ketenagalistrikan Sinartanjung Kegiatan
2.3 Air Bersihdan Pengembangan Studi Alternatif Sumber Air Desa 4
Sanitasi Baku Sinartanjung Kegiatan
Lingkungan Pengembangan Pipa Transmisi Desa 1 PDAM dan
PDAM
Sinartanjung Kegiatan APBD Kota
Operasi Dan Pemeliharaan Instalasi Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
Pembangunan Dan Pemeliharaan Saluran Desa 500
Irigasi Desa Sinartanjung Meter
Pembangunan Pintu Air Irigasi Desa 4 Lokasi Pekerjaan Umum dan
APBD Kota
Sinartanjung Penataan Ruang
Pemeliharaan Dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa 4
Yang Tersebar Di Seluruh Dusun. Sinartanjung Kegiatan
Pembangunan Dan Pemeliharaan Sarana Dan Desa
42 Unit
Prasarana Sanitasi Lingkungan Sinartanjung
Peningkatan Kualitas Pelayanan Air Minum Pananjung
Dengan Membuat Sumur Bor, Saluran Pipa Air Barat
Minum Dan Bak Penampung Air,PDAM RT001,002,00 7 unit
3,004,005-
RW001 Pekerjaan Umum dan
APBD Kota
Pananjung Penataan Ruang
Barat 3 unit
RT06,07,08-
RW02
Pananjung
RT13,14,015- 2 unit
RW03

43
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Pananjung
RT016,017,01 3 unit
8,019-RW004
Pananjung
RT020,021,02 1 unit
2-RW.05
Penataan Pipanisasi Yang Telah Ada Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
Desa 4
Pembangunan Bak Reservoar
Sinartanjung Kegiatan
Desa 4
Pembangunan Pipanisasi
Sinartanjung Kegiatan
Desa 4
Pemasangan Sambungan Rumah
Sinartanjung Kegiatan PDAM dan
PDAM
Desa 4 APBD Kota
Penyediaan Air Bersih Di MCK
Sinartanjung Kegiatan
Desa 4
Penambahan Kapasitas Air Bersih
Sinartanjung Kegiatan
Desa 4
Peningkatan Akses Air Minum Aman
Sinartanjung Kegiatan
Meningkatkan Ketersediaan Kebutuhan Air Desa 4
Masyarakat Sesuai Standar Kebutuhan Sinartanjung Kegiatan
2.4 Jaringan Pengembangan Telepon Desa (Murah Desa 4
Telkom/Swasta
Telkom/Swa
Telekomunikas Terjangkau) Sinartanjung Kegiatan sta
i Pembangunan BTS Multi User Melalui Desa 4 Telkom/Swa
Telkom/Swasta
Kebijakan Daerah Sinartanjung Kegiatan sta
2.5 Persampahan Peningkatan Kualitas Penanganan
Persampahan Dengan Cara :
Membuat Tong Sampah Pananjung 88 unit
Gerobak Sampah Barat 2 unit
RT001,002,00
Tempat TPA 3,004,005- 1 unit
RW001
Membuat Tong Sampah Pananjung 200 unit
Gerobak Sampah Barat 7 unit
RT06,07,08- Lingkungan Hidup; dan APBD Kota
Tempat TPA 1 unit Perumahan Rakyat dan dan APBD
RW02
Membuat Tong Sampah Pananjung 65 unit Kawasan Permukiman Desa
Gerobak Sampah RT13,14,015- 4 unit
Tempat TPA RW03 2 unit
Membuat Tong Sampah Pananjung 104 unit
Gerobak Sampah RT016,017,01 2 unit
Tempat TPA 8,019-RW004 1 unit
Membuat Tong Sampah Pananjung 87 unit
Gerobak Sampah RT020,021,02 2 unit
Tempat TPA 2-RW.05 1 unit

44
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Penyediaan Bak Sampah, Gerobak Sampah, Desa
Truk Sampah Dan TPS Sinartanjung
Penyediaan Insenerator Desa
1 unit
Sinartanjung
Lingkungan Hidup; dan APBD Kota
Pembentukan Kelompok Sampah/Bank Desa 1
Perumahan Rakyat dan dan APBD
Sampah Sinartanjung kegiatan
Kawasan Permukiman Desa
Pelatihan Pengolahan Sampah Desa 1
Sinartanjung kegiatan
Sosialisasi Pola Pegelolaan Persampahan Desa 1
Sinartanjung kegiatan
2.6 Drainase Pembangunan Dan Pemeliharaan Saluran 7000
Drainase/ Gorong-Gorong meter
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Saluran
AirDengan Cara :

- Membuat Saluran Drainase Pananjung


- Membuat Tali Air Jalan Barat
RT001,002,00 1750 M
3,004,005-
RW001
- Membuat Saluran Drainase Pananjung 2975 M
Pekerjaan Umum dan
APBD Kota
- Saluran Grevel Barat Penataan Ruang
dan APBD
RT06,07,08- 2100 M Desa
RW02
- Membuat Saluran Drainase Pananjung 1750 M
- Saluran Grevel RT13,14,015-
1200 M
RW03
- Membuat Saluran Drainase Pananjung 1910 M
- Saluran Grevel RT016,017,01
600 M
8,019-RW004
- Membuat Saluran Drainase Pananjung 900 M
- Saluran Grevel RT020,021,02
400 M
2-RW.05
2.7 Air Limbah Pembangunan MCK Desa
Sinartanjung
Membangun Septictank Komunal Pananjung
Barat
RT001,002,00 9 unit
3,004,005-
APBD Kota
RW001 Perumahan Rakyat dan
Pananjung dan APBD
Kawasan Permukiman
Barat Desa
34 unit
RT06,07,08-
RW02
Pananjung
RT13,14,015- 22 unit
RW03

45
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Pananjung
RT016,017,01 12 unit
8,019-RW004
PananjungRT
020,021,022- 5 unit
RW.05
B. PERWUJUDANPOLARUANG
Kawasan
B.1 Lindung
1 Kawasan Identifikasi Dan Deliniasi Kawasan Sempadan Desa 1
Sempadan Sungai Sinartanjung Kegiatan
APBD Kota
Sungai Sosialisasi Aturan Mengenai Sempada Sungai Desa 1 Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Sinartanjung Kegiatan Penataan Ruang
Desa
Pembangunan Dan Pemeliharaan Fasilitas Desa 1
Pengaman Sungai Sinartanjung Kegiatan
2 Kawasan Identifikasi Dan Deliniasi Kawasan Sempadan Desa 4
APBD Kota
Sempadan Kereta Api Sinartanjung Kegiatan Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Kereta Api Pembangunan Dan Pemeliharaan Fasilitas Desa 4 Penataan Ruang
Desa
Pengaman Disepanjang Sempadan Kereta Api Sinartanjung Kegiatan
3 Embung Pembangunan Dan Pemeliharaan Embung Desa 4 APBD Kota
Desa Pekerjaan Umum dan
Kegiatan dan APBD
Sinartanjung Penataan Ruang
Desa
4 Mitigasi
Peningkatkan Kegiatan Mitigasi Bencana
Pananjung 1 LS
Bencana Barat RW 01
Peningkatkan Kegiatan Mitigasi Bencana
Pananjung 1 LS
Barat RW 02
Pananjung APBD Kota
Peningkatkan Kegiatan Mitigasi Bencana 1 LS BPBD dan APBD
RW003
Desa
Peningkatkan Kegiatan Mitigasi Bencana
Pananjung 1 LS
RW004
Peningkatkan Kegiatan Mitigasi Bencana
Pananjung 1 LS
RW005
Peningkatan Kualitas Sistem Proteksi Pananjung
Kebakaran Dengan Embuat Perencanaan Barat
Intelasi Infrastruktur Hydran RT001,002,00 88 unit
3,004,005-
RW001
Pananjung
Barat 7 unit
APBD Kota
RT06,07,08- BPBD dan APBD
RW02 Desa
Pananjung
RT13,14,015- 65 unit
RW03
Pananjung
RT016,017,01 104 unit
8,019-RW004

46
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Pananjung
RT020,021,02 20 unit
2-RW.05
Pembentukan Kelompok Tanggap Darurat APBD Kota
Desa 4
Proteksi Kebakaran BPBD dan APBD
Sinartanjung Kegiatan
Desa
B.2
KAWASAN
BUDIDAYA
5 Peningkatan Peningkatkan Kualitas Bangunan Rumah Tidak Pananjung
Kualitas Layak Huni Yang Presentasi Barat (RW
Perumahan 01), terdiri 4 Unit
dari :
RT01- RW01
RT02- RW.01 1 Unit
RT03- RW01 3 Unit
Pananjung
Barat (RW
02), terdiri 11 Unit
dari :
RT006-
RW002
RT007-RW002 13 Unit
RT008-
3 Unit
RW002
Pananjung
(RW03),
terdiri dari : 8 Unit APBD Kota
Perumahan Rakyat dan
RT012- dan APBD
Kawasan Permukiman
RW003 Desa
RT013-
5 Unit
RW003
RT014-
10 Unit
RW003
Pananjung
(RW04), 16 Unit
erdiri dari :
RT016-RW004
RT017-RW004 5 Unit
RT018-RW004 2 Unit
Pananjung
RW(05), 4 Unit
terdiri dari:
RT020- RW05
RT021- RW05 5 Unit
RT022- RW05 8 Unit
Penambahan Dan Penyediaan Sarana Desa 4
Permukiman (RTH, MCK Umum) Sinartanjung Kegiatan

47
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Penataan Permukiman Di Areal Sempadan Desa 4
Sungai Sinartanjung Kegiatan
Pembangunan Dan Pemeliharaan Lingkungan Desa 4
Permukimam Masyarakat Desa Sinartanjung Kegiatan
7 Kawasan Penyediaan Tambahan Sarana Pendidikan 20 Unit
Peruntukan Taman Kanak-Kanak Dan Sekolah Dasar Desa TK dan
Pendidikan APBD Kota
Sinartanjung 20 Unit
Pendidikan dan APBD
SD
Desa
Peningkatan Kualitas/Kondisi Sarana Desa
2 unit
Pendidikan Yang Sudah Ada Sinartanjung
8 Kawasan Pengembangan Balai Pengobatan
Desa
4 unit
Peruntukan Sinartanjung
Kesehatan Peningkatan Derajat Kesehatan Desa 4
APBD Kota
(Penyuluhan/Kampanye) Sinartanjung Kegiatan
Kesehatan dan APBD
Penyuluhan/Kampannye Kesehatan Desa 4
Desa
Sinartanjung Kegiatan
Peningkatan Kualitas Dan Kuantitas Paramedis Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
9 Kawasan Peningkatan Sarana Ibadah Desa 4
Peruntukan APBD Kota
Sinartanjung Kegiatan
Peribadatan Sosial dan APBD
Pemeliharaan Sarana Ibadah Desa 4
Desa
Sinartanjung Kegiatan
10 Kawasan Meningkatkan Jumlah Industri Pengolahan 4
Peruntukan Unggulan Daerah Kegiatan
Industri APBD Kota
Meningkatkan Serapan Tenaga Kerja Pada Desa 4 Koperasi Usaha Kecil
dan APBD
Industri Olahan Sinartanjung Kegiatan dan Menengah
Desa
Mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, 4
Menengah, Dan Koperasi Kegiatan
11 Kawasan Pembinaan Kelembagaan Masyarakat Lokal
Desa
4
Pertaniandan Pendukung Keberlanjutan Lahan Pertanian
Sinartanjung
Kegiatan
LP2B Pangan
Penyaluran Benih/Bibit Tanaman Pangan Serta Desa 4
Pupuk Bersubsidi Sinartanjung Kegiatan
Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian Desa 4 APBD Kota
Pangan; dan
Sinartanjung Kegiatan dan APBD
Pertanian
Pengembangan Pertanian Dan Kawasan Desa 4 Desa
Perdesaan Berbasis Eco-Region Sinartanjung Kegiatan
Pemberdayaan Penyuluh Pertanian Lapangan Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
Pengembangan One Village One Product Sektor Desa 4
Pertanian Pangan Sinartanjung Kegiatan
12 Kawasan Peningkatan Kesejahteraan Petani Desa 4
Perkebunan Sinartanjung Kegiatan
APBD Kota
Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Desa 4 Pertanian dan APBD
Perkebunan Sinartanjung Kegiatan Desa
Peningkatan Penerapan Teknologi Perkebunan Desa 4
Sinartanjung Kegiatan

48
Tahun Pelaksanaan
Jumlah/ Bidang Sumber
No Program Rencana Program / Kegiatan Lokasi 2024- 2029- 2034-
Besaran Urusan/Instansi/lembaga Pembiayaan 2019 2020 2021 2022 2023
2028 2033 2038
Peningkatan Produksi Perkebunan Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
Fasilitasi Inventasi Pabrik Pengolahan Hasil Desa 4
Perkebunan Sinartanjung Kegiatan
Pemberdayaan Penyuluh Perkebunan Lapangan Desa 4
Sinartanjung Kegiatan
13 Kawasan Pengembangan Destinasi Pariwisata Desa 4
Pariwisata Sinartanjung kegiatan
Pariwisata APBD Desa
Pengembangan Daerah Wisata Desa 4
Sinartanjung kegiatan
C. Perwujudankawasanyang diprioritaskanpengembanganya
1 Prioritas Peningkatkan Kegiatan Mitigasi Bencana Dusun
Penanganan Sinargalih APBD Kota
2
Rawan Bencana dan Dusun BPBD dan APBD
kegiatan
Pananjung Desa
Timur
2 Prioritas Pembuatan Studi Kelayakan Kawasan 1
APBD Kota
Kawasan Agroindustri Dusun kegiatan Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Agroindustri Membuat Studi Detail Engineering Desain Pananjung 1 Penataan Ruang
Desa
(DED) Kawasan Agroindustri kegiatan
3 Prioritas Peningkatkan Kualitas Bangunan Permukiman Dusun
APBD Kota
Kawasan Pananjung 2 Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Permukiman dan Dusun kegiatan Penataan Ruang
Desa
Sinargalih
4 Prioritas
Kawasan
Pariwisata,
terdiri dari :
‐ Situs Batu Pembuatan Studi Kelayakan Situs Batu Jeni 1
APBD Kota
Jeni Dusun kegiatan Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Membuat Studi Detail Engineering Desain Pananjung 1 Penataan Ruang
Desa
(DED) Situs Batu Jeni kegiatan
‐ Situs Cagar Pembuatan Studi Kelayakan Situs Cagar 1
Dusun APBD Kota
Budaya Budaya Kokoplak kegiatan Pekerjaan Umum dan
Penanjung dan APBD
Kokoplak Membuat Studi Detail Engineering Desain 1 Penataan Ruang
Barat Desa
(DED) Situs Cagar Budaya Kokoplak kegiatan
‐ Situs Pembuatan Studi Kelayakan Situs Rajegwesi 1
APBD Kota
Rajegwesi Dusun kegiatan Pekerjaan Umum dan
dan APBD
Membuat Studi Detail Engineering Desain Sinargalih 1 Penataan Ruang
Desa
(DED)) Situs Rajegwesi kegiatan
‐ Potensi Cafe Pembuatan Studi Kelayakan Cafe Pasanggrahan 1
Pasanggrahan kegiatan APBD Kota
Dusun Pekerjaan Umum dan
Membuat Studi Detail Engineering Desain dan APBD
Sinargalih 1 Penataan Ruang
Desa
(DED) Cafe Pasanggrahan kegiatan

49
50

Anda mungkin juga menyukai