Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi
saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi
infeksi saluran kemih di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, penderita ISK di Indonesia
berjumlah 90 –100 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000
kasus baru pertahun (Depkes RI, 2014). ISK dapat menyerang segala usia dari
bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki–laki (Purnomo, 2009).
Penyebab infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan perkembangbiakan
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dalam jumlah (≥ 105per mL urin)
(Marlina dan Samad,R.A 2012).
Bakteri gram negative sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih
diantaranya Escherichia coli, Enterobakter, Citrobakter, Klebsiella, dan
Proteus (Aulia, D dan Lydia, A. 2014). Bakteri dalam urin disebut dengan
bakteriuria dapat dideteksi secara akurat dengan kultur urin, namun
pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga dibutuhkan
parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto, 2012).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami materi tentang asuhan keperawatan
infeksi saluran kemih (ISK).
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi infeksi saluran kemih (ISK)
b. Untuk mengetahui klasifikasi infeksi saluran kemih (ISK)
c. Untuk mengetahui etiologi infeksi saluran kemih (ISK)
d. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih (ISK)

1
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi saluran kemih (ISK)
f. Untuk mengetahhui komplikasi infeksi saluran kemih (ISK)
g. Untuk mengetahui pelaksanaann medis dan keperawatan infeksi
saluran kemih (isk)
h. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang atau diagnostic infeksi
saluran kemih (ISK)
i. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan infeksi saluran kemih

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba
tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna
(IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit
dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya
sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk,
2015).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit kedua yang paling banyak ditularkan
dan infeksi paling umum pada wanita, hanya sepertiga dari wanita yang
mengalami ISK sebelum usia 24 tahun. Berani seumur hidup, lebih dari separuh
dari wanita akan memiliki kehati-hatian dan hingga 50E dari ini akan
menyebabkan infeksi lain dalam tahun 'Wanita hamil memiliki risiko yang
meningkat untuk terkena ISK. UTs mengumpulkan EO 20% kehamilan dan
bertanggung jawab untuk 1 aniepartium penerimaan dari petugas per tahun dan
makan yang diasosiasikan dengan biaya langsung dari SI miliar. Lebih dari
100.000 orang dirawat di rumah sakit per tahun UTT menyumbang lebih dari 8
juta UTI. Lebih dari 15% pasien yang berkembang menjadi bakteremia negatif,
dan sepertiga dari caues ini adalah Causiedb, infeksi bakteri yang berasal dari
saluran usus. Inftarnasi saluran kemih tidak dapat dihubungkan dengan ari
gangguan, tetapi infeksi bakteri sejauh ini adalah yang paling utama. Kandung
kemih dan isinya bebas dari sebagian besar bakteri sehat. Namun, peradangan
(sangat parah akibat infeksi) parenkima ginjal dan sistem pengoleksian, eystitis
mengindikasikan iammamation pada dinding bladdler. dan urvthritis dapat
meradang uruthra. tirosepsin adalah suatu ISK yang telah menyebar ke dalam
sirkulasi sistemik dan merupakan kehidupan orang dewasa yang berhubungan
dengan minoritas yang secara aktif aktif, pria muda, mempunyai beberapa bakteri
yang mengklasifikasi suatu ISK sebagai terkonkplikasi atau tidak terkomplikasi

3
juga perawatan kandung kemih. disebut bakteriuria azimptomatik dan ul tidak
memuaskan skrining atau pengobatan kecuali wanita peegnant bijaksana saluran
kemih nornal dan biasanya hanya invotve kontras kandung kemih, infeksi sistem
winary tle didiagnosis ketika infeksi rumit mengindikasi mereka dengan bakteri
berdampingan invasi bakteri pada saluran kemih eccurs Escherichig coli adalah
penyakit patogen yang paling umum; perubahan yang disebabkan kehamilan;
atau infeksi yang menyebabkan UT1 berulang, dan terutama terlihat pada wanita.
Jumlah bakteri et. Orang dengan infeksi yang rumit beresiko untuk unit
pembentuk kolon per mililiter (CFUmD atau elooephnitis typi yang lebih tinggi,
urosepsis, dan kerusakan ginjal secara klinis mengindikasikan UTE Howeyer
yang signifikan secara klinis, dihitung sebagai rendahnya 1o hingga 1Q ceurml
pada orang dengan tanda dan gejala adalah Infeksi awal yang kadang-kadang
disebut infeksi pertama yang diisolasi) menunjukkan ISK Meskipun infeksi jamur
dan parasit dapat menyebabkan LTTI yang tidak rumit pada orang yang tidak
pernah memiliki penyebab UTL, mereka adalah LFT yang tidak umum dari
kasus-kasus ini yang bersifat infeksi atau pengalaman. pasang kembali dari ISK
apa pun yang kadang-kadang diamati pasien yang imunosuplai, telah (biasanya
direparasi dalam kurun waktu bertahun-tahun). Sebaliknya, diabetes mellitus yang
berulang, atau telah mengalami infeksi kronis akibat asibiotik UT, infeksi ulang
yang disebabkan oleh patogen kedua pada orang yang menjalani terapi Mereka
juga dapat dilihat pada orang yang hidup atau buving mengalami infeksi
sebelumnya yang berhasil diangkut ke tempat-tempat tertentu. negara-negara
dunia infeksi tanpa komplikasi berasal dari infeksi yang terjadi di tempat lain,
batu, atau eathcters, penyakit yang ada atau ISK neuroiogik juga dapat
diklasifikasi menurut riwayat alami mereka.

2.2. Klasifikasi
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis.
Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

4
a. Infeksi saluran kemih bawah berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2
yaitu :
1). Perempuan Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria
bermakna dan Sindroma uretra akut
2). laki-lakiBerupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis
b. Infeksi saluran kemih atas
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
1). Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
2). Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
a. ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
b. ISK berkomplikasi
ISK berulang terjadi karena infeksi asli tidak dapat segera diberantas, itu
diklasifikasikan sebagai bacteriuia yang tidak terselesaikan atau persistensi
bakteri tanpa bakteri bakteri yang tidak terselesaikan terjadi ketika bicteria adalah
Klasifikasi Beberapa sistem klasifikasi dapat digunakan. Sebagai contoh, awalnya
tahan terhadap antibiotik yang digunakan untuk infeksi, ketika cun dapat
diklasifikasikan secara luas sebagai yang lebih tinggi atau lebih rendah. ISK
menurut agen antibiotik gagal untuk mencapai konsentrasi yang memadai di
lokasi dalam syitem kemih. Infeksi pada Anda atau aliran darah untuk membunuh
bakteri, atau ketika obat dikeluarkan. saluran urinay (yang melibatkan parenkim
ginjal, panggul, dan tidak tertahan sebelum bakteriuria yang menggerogotinya
adalah ureter yang benar-benar di-cradicated) biasanya menyebabkan demam,
kedinginan, dan nyeri panggul, sedangkan persistensi bakteri UII juga dapat
terjadi ketika bakteri mengembangkan resis terbatas pada saluran kemih bagian
bawah. biasanya tidak memiliki manifestasi sistemik, istilah khusus digunakan
untuk menggambarkan lokasi lebih jauh. tubuh jinak dalam sistem kemih
berfungsi sebagai pelabuhan atau jangkar memungkinkan ISK atau infamimation

5
Misalnya, pielonefritis menyiratkan bakteri ke agen antibiotik yang dipilih untuk
pengobatan atau ketika suatu- untuk bertahan hidup terapi yang tepat dessite yang
sesuai.

2.3. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan
naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp,
Klebsiella, Enterobacter(Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi
infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi
tetapi jarang dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain
yang dapat memicu ISK yaitu faktor predisposisi (Faucidkk., 2008).
Saluran kemih di atas uretra biasanya steril. Beberapa mekanisme pertahanan
mekanis dan fisiologis membantu menjaga sterilitas dan mencegah ISK.
pertahanan ini termasuk berkemih normal dengan kompetensi, dan aktivitas
peristaltik yang mendorong urin ke arah kandung kemih. Karakteristik
antibakteri urin dijaga oleh pH asam (<6,0), konsentrasi urea tinggi dan
glikoprotein berlimpah yang mengganggu pertumbuhan bakteri dan perubahan
dalam mekanisme pertahanan ini meningkatkan risiko tertular ISK.
Menopause juga tampaknya menjadi faktor dalam kejadian ISK pada wanita.
Sebelum haid, sel-sel epitel kaya glikogen dan flora bakteri normal lactobacillius
menjaga pH vagina bersifat asam (3,5 hingga 4,5). Lingkungan akustik ini
membantu mencegah pertumbuhan berlebihan dari organisme yang biasanya
hanya berkembang biak dalam pH di atas 4,5 pada wanita postmenepousal, kadar
estrogen yang lebih rendah menyebabkan atrofi vagina penurunan lactobaclili
vagina dan peningkatan pH vagina. Hal ini menyebabkan pertumbuhan berlebih
dari organisme lain, khususnya E. coli, dan meningkatkan kecurigaan terhadap
ISK.

6
Organisme yang biasanya menyebabkan ISK diperkenalkan melalui rute naik
dari uretra dan origiante dalam perinium rute lain yang kurang umum adalah
melalui aliran darah atau sistem limfatik. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh
bakteri basil gram negatif yang ditemukan di saluran gastrointensial (GI),
walaupun organisme gram positif seperti steptokokus, entercocci, dan
staphylococcus saprophytius juga dapat menyebabkan infeksi urinaria. Faktor A
common yang berkontribusi terhadap infeksi infeksi adalah instrumentasi
urologis (mis, Kateterisasi, cheterization, pemeriksaan cystoscopic).
instrumentasi memungkinkan bakteri yang biasanya hadir pada pembukaan
uretra untuk memasuki uretra kandung kemih. mempromosikan hubungan
seksual “Miking '' dari bakteri dari vagina dan perinium dan dapat menyebabkan
trauma uretra minor yang membuat wanita rentan terhadap ISK.
Jarang terjadi ISK akibat rute hematogeneus di mana bakteri yang ditularkan
melalui darah menginvasi ginjal, ureter, atau kandung kemih dari tempat lain di
dalam tubuh. untuk infeksi ginjal terjadi dari transmisi hematogen, harus ada
cedera sebelumnya pada saluran kemih, seperti obstruksi kerusakan ureter yang
disebabkan oleh batu, atau bekas luka ginjal.
ISK adalah didapat di rumah sakit, atau infeksi nosokomial sering berupa E.
coli dan lebih jarang, organisme pseudomonas. Infeksi saluran kemih yang
diperoleh kateter adalah infeksi nosokomial yang paling umum dan disebabkan
oleh perkembangan biofilm bakteri yang ditemukan pada permukaan bagian
dalam kateter yang paling sering infeksi ini seperti abses ginjal, radang sendi,
epididmytis, infeksi kelenjar periutral, dan bakteri.
1. Faktor predisposisi infeksi saluran kemih
a. Faktor peningkatan statistik urinarius
a) Obstruksi intrinsik (tumor batu saluran kemih, striktur uretra, BPH)
b) Ekstra eksternal (tumor, fibrosis menekan saluran kemih)
c) Retensi biasa (termasuk kandung kemih neurogenik dan kepatuhan
dinding kandung kemih rendah)
d) mandarah

7
b. Tubuh Foreigen
a) kalkulus saluran kemih
b) kateter (berdiam di dalam, kateter kondom eksternal, tabung
stentnephstomy uretral, kateterisasi intermttent)
c) Instrumentasi saluran kemih (sistoskopi, urodinamik)
c. Faktor Anatomi
a) cacat cognietal yang mengarah ke obstruksi atau statistik urunari
b) fistula (pembukaan abnormal) yang mengekspos aliran urin ke
kulit, aliran vagina atau fecal
c) Uretra wanita lebih pendek dan kolonisasi dari flora normal
vagina
d) Kegemukan
d. Faktor kompromi respon imun
a) Pengiriman
b) penyakit infeksi manusia yang tidak manusiawi
c) diabetes melituus
e. Gangguan fungsional
a) Sembelit
b) Menutup disfuntion dengan destrusor sphincter dyssynergia
f. Faktor lainnya
a) Pregenancy
b) Keadaan-hipoestrogenik
c) multi-sexparteners (wanita)
d) penggunaan agen spermicdal atau diafrgma kontrasepsi (wanita)
e) Kebersihan pribadi yang buruk

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi infeksi saluran kemih (ISK) umumnya melibatkan infeksi bakteri
yang dapat terjadi melalui jalur ascending atau hematologi dan

8
limfatik. E.Coli adalah bakteri yang paling umum untuk menyebabkan infeksi
seluran kemih.
Patofisiologi ISK melalui jalur hematogen melibatkan mikroorganisme
seperti Staphylococcus aureus, Candida sp., Salmonella
sp. dan Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan infeksi primer
ditempat lain pada tubuh manusia. Ginjal merupakan lokasi yang sering
ditemukan abses pada pasien dengan bakterimia atau endokarditis yang
disebabkan oleh bakteri gram positif, Staphylococcus Aureus
Pada sebagian besar kasus ISK, infeksi awal bermula dari uretra lalu ke
kandung kemih melalu jalur ascending. Infeksi yang naik dan berkelanjutan
ke ureter dan ginjal merupakan jalur utama penyebab infeksi pada parenkim
ginjal. Hal ini memberikan penjelasan yang logis terhadap tingkat kejadian
ISK yang lebih tinggi pada wanita, dimana saluran uretra wanita yang lebih
pendek dibandingkan pria akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi
saluran kemih. Kemunculan bakteri pada kandung kemih tidak selalu
mengarah kepada infeksi yang berkelanjutan dan bergejala. Interaksi antara
inang, bakteri patogen dan faktor lingkungan menentukan apakah invasi
jaringan dan infeksi yang bergejala akan terjadi.
a. Faktor Inang
Individu memiliki mekanisme pertahanan untuk menghalangi akses
bakteri ke saluran kemih, yaitu aliran urin yang tinggi, frekuensi
berkemih yang sering, efek baterisidal dari mukosa kandung kemih,
sekresi protein yang berikatan dengan adhesi fimbrial pada dinding
bakteri, dan respon inflamasi yang dimediasi oleh PMN
(polymorphonuclear leukocytes) dan sitokin.
Faktor predisposisi pada wanita usia muda adalah:

1. Anatomi uretra yang pendek


2. Hubungan seksual
3. Tidak berkemih setelah berhubungan seksual

9
4. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang terpasang di
serviks
5. Pemakaian spermisida yang akan meningkatkan pH vagina dan
bersifat toksik terhadap flora normal juga meningkatkan
pengikatan E. coli terhadap sel epitel vagina

Pada wanita tertentu dengan antigen p1 dalam darah, ditemukan reseptor


sel epitelial yang dapat berikatan dengan E.coli sehingga memudahkan
terjadinya invasi dan kolonisasi bakteri.

b. Bakteri Patogen

E.coli memiliki faktor virulensi berupa fimbrae (P fimbrae dan tipe-1


fimbrae) yang bersifat spesifik berikatan dengan sel uroepitelial, hal
tersebut meningkatkan patogenitas bakteri untuk menginvasi dan
menginfeksi saluran kemih.

Beberapa bakteri uropatogen gram negatif yang dapat menyebabkan ISK


adalah Proteus mirabilis dan Klebsiela sp yang juga mampu menempel
atau berikatan pada sel periuretral dan vaginal.

Staphylococcus saprophyticus (bakteri gram positif) memiliki potensi lebih


tinggi untuk menyebabkan infeksi pada saluran kemih dibandingkan
dengan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidirmidis. Hal
tersebut disebabkan kemampuanya dalam berikatan dengan sel uroepitelial.

Pada individu dengan kelainan struktural dari saluran kemih ataupun pada
pemakaian kateter, beberapa organisme dengan patogenitas yang
rendahpun dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.

c. Faktor lingkungan

10
Ekologi vagina merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya
ISK. Kolonisasi flora saluran pencernaan (biasanya E. coli) pada introitus
vagina dan area periuretral merupakan tahap awal yang penting dalam
terjadinya ISK.
Setiap kondisi yang menyebabkan stasis urin ataupun obstruksi akan
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya ISK, seperti; refluks
vesikoureteral, obstruksi ureteral sekunder akibat hipertrofi prostat,
neurogenic baldder, operasi pengalihan urin, batu saluran kemih, dan
pemasangan kateter urin.
Adanya benda asing seperti batu atau kateter urin akan membuat perlukaan
pada mukosa saluran kemih sehingga memudahkan kolonisasi bakteri dan
membentuk biofilm yang persisten.
Woc:

Invasi mikroorganisme
(bakteri, virus)

Ke saluran kemih

Inflamasi/kerusakan
infeksi
TU

Pertahanan tubuh Hipertermi

menurun

Ginjal ureter Vesika


uretra
ureterine
Penurunan sel darah iritasi iritasi iritasi

Penurunan Hb Ureum, kreatinin Nyeri pinggang Daya tampung vesika

meningkat urinaria turun


Suplai O2 kurang Krisis situasional

11
disuria
nause

Lemah Leukosit anoreksia Kurang pengetahuan nyeri


fisik meningkat Perubahan
Ketidakseimbang ansietas
pola eliminasi
Intoleransi Resiko an nutrisi kurang
aktivitas infeksi dari kebutuhan
tubuh

2.4. Manifestasi klinis


Gejala saluran kemih bagian bawah (LUTS) dialami pada pasien yang
memiliki ISK pada saluran kemih bagian atas, serta yang terbatas pada trcat
bagian bawah. Gejala-gejala ini terkait dengan penyimpanan kandung kemih
atau pengosongan kandung kemih.
Gejala-gejala ini termasuk disuria sering buang air kecil (lebih dari sepuluh
dari setiap 2 jam) urgensi dan ketidaknyamanan suprapubik atau tekanan. urin
mungkin mengandung darah yang terlihat kasar (hematuria) atau sedimen,
membuatnya tampak keruh. Nyeri panggul, cabai dan adanya demam
menunjukkan infeksi yang melibatkan saluran kemih bagian atas
(pielonefritis) penting untuk diingat bahwa gejala-gejala yang dianggap
sebagai karakteristik ISK sering tidak ada pada orang dewasa yang lebih tua.
orang dewasa yang lebih tua cenderung mengalami ketidaknyamanan perut
yang tidak terlokalisasi daripada disuria dan nyeri suprapubik selain itu
mereka mungkin hadir dengan gangguan koognitif atau kemunduran klinis
umum karena orang dewasa yang lebih tua cenderung mengalami sedikit
penurunan suhu orang dengan bakteriuria yang signifikan mungkin tidak
memiliki gejala atau mungkin memiliki gejala nonpesifik seperti kelelahan
atau anoreksia beberapa faktor dapat menghasilkan LUT( lower urinary track)
yang mirip dengan ISK. Sebagai contoh, pasien dengan tumor kandung kemih
atau mereka yang menjalani kemoterapi intravesikal atau radisi panggul
biasanya mengalami urgensi frekuensi urinari dan disuria interrestial cystitis,

12
kondisi inflamatori kronis dari etikologi unkwon juga menghasilkan gejala
urinaria yang kadang-kadang bingung dengan ISK.

2.5.Komplikasi
Ketika kondisi ini dirawat dengan cepat dan tepat, infeksi saluran kemih
bagian bawah jarang menyebabkan komplikasi. Tetapi jika tidak diobati,
infeksi saluran kemih dapat memiliki konsekuensi serius.
Komplikasi infeksi ini dapat meliputi:

a. Infeksi berulang, terutama pada wanita yang mengalami dua atau lebih
ISK dalam periode enam bulan atau empat atau lebih dalam setahun.
b. Kerusakan ginjal permanen akibat infeksi ginjal akut atau kronis
(pielonefritis) karena Infeksi saluran kemih yang tidak diobati.
c. Pada wanita hamil, ada peningkatan risiko untuk melahirkan dengan berat
badan lahir rendah atau bayi prematur.
d. Penyempitan uretra (striktur) pada pria akibat uretritis rekuren, yang
sebelumnya terlihat dengan uretritis gonokokal.
e. Sepsis, suatu komplikasi infeksi yang berpotensi mengancam jiwa,
terutama jika infeksi berjalan dengan cara naik ke saluran kemih ke ginjal
Anda.

2.6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. keperawatan
a. Istirahat
b. Diet : perbanyakvitamin A dan C untuk mempertahanka epitel
saluran kemih
2. Medis
a. Antibiotik sesuai kultur, jika hasil kultur belum dapat diberikaan
antibiotik antara lain cefotaxime, ceftriaxone, kotrimoxsazol,
trimetropin, doksisiklin
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1-2 mingu

13
c. Antibiotik jangka panjang (baik dengan obat yang sama atau di ganti)
dalam jangka waktu 3-4 minggu
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3-6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut
Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan impenem atau kombinasi
penisilin dengan aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat diberikan
amoksilin, nitrofurotoin atau sefalosoprin
Penanganan infeksi saluran kemih yang ideal adalah agens antibacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan
efek minimal terhadap flora fekal dan vagina
Pemakaian antimicrobacterial jangka panjang menurunkan resiko
kekambuhan infeksi penggunaan medikasi yang umum mencakup :
sulfisoxazole (grastrisin) trimethropin / sulfamethoxazole
(tpm/smz,bactrim,septra), kadang ampicilin atau amoksilin digunakan
tetapi E.coli telah resisten terhadap bakteri ini pyridium.suatu analgesic
urinarius juga dapat digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat infeksi dan di anjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai
kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra
untuk wanita harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari
kontaminasi lubang feces.

2.7. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan
diagnosa atau pengobatan antara lain adalah :
1. Laboratorium
a. Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
b. Urine kultur :

14
1) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran
kemih misalnya : streptococcus, E. Coli, dll
2) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
c. Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
2. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a. Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b. Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
c. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih.
3. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
4. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan : Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP),
msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk
menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius,
adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

2.8. Asuhan keperawatan ISK

15
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa, Pekerjaan,
Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah
Sakit.
b. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan klien
Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab
infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama
infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien dengan ISK pada
waktu dulu pernah mengalami penyakit infeksi saluran kemih
sebelumnya atau penyakit ginjal polikistik atau batu saluran
kemih, atau memiliki riwayat penyakit DM dan pemakaian
obat analgetik atau estrogen, atau pernah di rawat di rumah
sakit dengan dipasangkan kateter.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk
keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit
turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit
turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi
reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang,
namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat
memperburuk atau memperparah keadan klien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : kesadaran menurun
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : meningkat
Nadi : meningkat
Pernapasan : meningkat
Suhu : meningkat

16
c. Pemeriksaan fisik head to toe

No. Bagian Tubuh Pemeriksaan Fisik


1. Rambut keadaan kepala klien ISK biasanya baik
(tergantung klien): distibusi rambut merata,
warna rambut normal (hitam), rambut tidak
bercabang, rambut bersih. pada saat di palpasi
keadaan rambut klien ISK biasanya lembut,
tidak berminyak, rambut halus.
2. Mata keadaan mata penderita ISK biasanya normal.
Mata simetris, tidak udema di sekita mata,
sklera tidak ikterik, konjugtiva anemis,
pandangan tidak kabur.
3. Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan
,tidak ada secret, hidung bersih
4. Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan, bentuk
daun teling normal, tidak terdapat
serumenm,keberihan telinga baik.
6. Mulut mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut
bersih(lidah,gigi,gusi).
7. Leher biasanya pada klien ISK Normal
I : leher simetris,tidak ada penonjolan
JVP,terlihat pulsasi
Pa: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada pembesaran nodus limfa
8 Thorak-Paru I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dada sama, pernapasan cepat dan dangkal,
tidak ada penonjolan rusuk.
Pa : Normal.tulang rusuk lengkap, tidak ada
nyeri tekan dan nyeri lepas serta edema atau

17
massa.tractil fremitus positif kiri dan kanan.
Pe: suara dullness pada daerah payudara, dan
suara resonan pada intercosta.
Au: Normal.tidak terdengar suara tambah pada
pernapasan (ronchi,whezing)
9 Jantung biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu
Tidak ada terjadi ganguan pada jantung klien
(kecuali klien memilki riwayat sakit
jantung).teraba pulsasi pada daerah jantung
klien pada intercosta 2 dan pada intercosta 3-5
tidak teraba, pada garis mid klavikula teraba
vibrasi lembut ketukan jantung.suara jantung
S1 dan s2 terdengar dan seimbang pada
intercosta ke 3 dan pada intercosta ke 5 bunyi
s1 lebih dominan dari pada s2.
8. Abdomen I : perut rata, tidak ada pembesaran hepar yang
di tandai dengan perut buncit, tidak ada
pembuluh darah yang menonjol pada
abdomen, tidak ada selulit.
Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian
bawah akibat penekanan oleh infeksi
Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
9. Ekstermitas kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik, dapat
melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak
ada nyeri tekan atau lepas pada ekstermitas,
tidak ada bunyi krepitus pasa ekstermitas

Analisis Data

18
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Nyeri Inflamasi dan peningkatan
- Biasanya Klien aktivitas penykit
mengatakan rasa sakit
saat pipis (berkemih)
- Biasanya Klien
mengatakan rasa tidak
enak saat berkemih
pada punggung bawah
- Biasanya Klien
mengeluhkan nyeri
terasa sejak 3hari lalu
DO:
- Wajah meringis
- Biasanya Dari
pemeriksaan urinalisis
akan terdapat
leukouria positif dan
terdapat 5 eritrosit
pada lapang pandang
besar(LPB) sedimen
air kemih.
- Biasanya Klien
tampak memenggang
daerah supra pubik
- Biasanya Klien
tampak meringis, dan
terdapat nyeri tekan
dan lepas pada daerah

19
sekitar kandung kemih
klien
2. DS: Gangguan Nyeri saat BAK dan kurang
- Klien mengatakan eliminasi menjaga kebersihan organ
sering BAK dimalam bawah
hari
- Klien mengatakan saat
BAK terasa sakit dan
BAK sedikit
- DO:
- Klien tanpak kurang
memperhatikan
kebersihan organ bawah
- Klien tanpak menahan
kencing
- Klien tanpak mengalami
nokturia
3. DS: Kurang Kurangnya pengetahuan
- Klien mengatakan tidak pengetahun akibar dari ketidaktahuan
tahu tentang klien tentang penyakit
penyakitnya
- DO:
- Klien tampak
bingung ketika
ditanya tentang
penyakitnya

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan
struktur traktus urinarius lain.

20
2. Gangguan eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kiteria Hasil Intervensi Aktivitas
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Nyeri dan Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nyeri:
ketidaknyamanan tindakan keperawatan selama O: Pantau haluaran
berhubungan 24 jam diharapkan nyerinya urine terhadap
dengan inflamasi teratasi perubahan warna,
dan infeksi baud an pola
uretra, kandung Kiteria hasil : berkemih,
kemih dan - Skala nyeri 0-3. masukan dan
struktur traktus - Wajah klien tidak meringis. haluaran setiap 8
urinarius lain. - Klien tidak memegang jam dan pantau
. daerah nyeri. hasil urinalisis
ulang
N: a. Catat lokasi,
lamanya
intensitas skala
(1-10)
penyebaran
nyeri.
b. Berikan
tindakan
nyaman, seprti
pijatan
punggung,

21
lingkungan
istirahat;
c. Bantu atau
dorong
penggunaan
nafas berfokus
Relaksasi:
membantu
mengarahkan
kembali
perhatian dan
untuk relaksasi
otot.
d. Berikan
perawatan
perineal untuk
mencegah
kontaminasi
uretra
E: ajarkan metode
farmakologi yang
di pakai pasien

C: a. Konsul dokter
bila: sebelumnya
kuning gading-
urine kuning,
jingga gelap,
berkabut atau

22
keruh. Bila
berkemih
berubah, sring
berkemih dengan
jumlah sedikit,
perasaan ingin
kencing, menetes
setelah
berkemih. Nyeri
menetap atau
bertambah sakit
b. Berikan analgesic
sesuai kebutuhan
dan evaluasi
keberhasilannya
c. Berikan
antibiotic. Buat
berbagai variasi
sediaan minum,
termasuk air
segar. Pemberian
air sampai 2400
ml/hari.
Pemberian analgesic:
a. Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali

23
b. Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat nyeri
hebat
c. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek
samping)

2. Perubahan pola Tujuan: setelah di lakukan O:


eliminasi tindakan perawatan selama 24 a. Awasi pemasukan
berhubungan jam klien mampu BAK dengan dan pengeluaran
dengan obstruksi normal karakteristi urin
mekanik pada Kiteria hasil : b. Observasi perubahan
kandung kemih · Klien dapat mengontrol status mental:,
ataupun struktur pengeluaran urine setiap 4 perilaku atau tingkat
traktus urinarius jam kesadaran
lain. · Tidak ada tanda-tanda
retensi dan inkontinensia N: a. Tentukan pola
urine berkemih pasien
· Klien berkemih dalam b. Dorong
keadaan rileks meningkatkan
pemasukan
cairan
c. Kaji keluhan
kandung kemih
penuh.

E: ajarkan pasien cara

24
perawatan diri pada
saat eliminasi
C:
a. Awasi pemeriksaan
laboratorium;
elektrolit, BUN,
kreatinin
b. Lakukan tindakan
untuk memelihara
asam urin:
tingkatkan masukan
sari buah berri dan
berikan obat-obat
untuk meningkatkan
asam urin..
3. Kurangnya Tujuan: Setelah di lakukan O: Kaji ulang prose
pengetahuan tindakan keperawatan selama pemyakit dan
tentang kondisi, 24 jam diharapkan klien T harapan yang akan
prognosis, dan kembali normal datanng
kebutuhan Kiteria hasil : N:
pengobatan - Kondisi klien a. Berikan informasi
berhubungan kembali normal tentang: sumber
dengan kurangnya - pemeriksaan infeksi, tindakan
sumber informasi. diagnostic normal untuk mencegah
- rencana pengobatan penyebaran,
- tindakan perawatan b. jelaskan pemberian
diri preventif. antibiotic,
pemeriksaan
diagnostic: tujuan,

25
gambaran singkat,
persiapan yang
dibutuhkan
sebelum
pemeriksaan,
perawatan sesudah
pemeriksaan.
c. Pastikan pasien
atau orang terdekat
telah menulis
perjanjian untuk
perawatan lanjut
dan instruksi
tertulis untuk
perawatn sesudah
pemeriksaan
d. Instruksikan pasien
untuk
menggunakan obat
yang diberikan,
inum sebanyak
kurang lebih 8
gelas per/hari
khususnya sari
buah berri.
e. Berikan
kesempatan kepada
pasien untuk
mengekspresiukan

26
perasaan dan
masalah tentang
rencana
pengobatan.
E: Ajarkan pasien
pasien untuk
menjaga pola
hidup bersih agak
tidak
meningkatnya
infeksi
C: Berikan dukungan
keluarga dan
sahabat, dan
kerabat dekat

27
BAB III
MCP KONSEP

DX 1: Nyeri berhubungan DX 2: Perubahan pola


dengan inflamasi dan infeksi eliminasi berhubungan
uretra, kandung kemih dan MD: Infeksi Saluran Kemih dengan obstruksi mekanik
struktur traktus urinarius lain. KA: pada kandung kemih ataupun
DS: a. Pasien demam, mual struktur traktus urinarius
- Klien mengatakan rasa sakit muntah dan nyeri lain.
saat pipis (berkemih) punggung DS:
- Klien mengatakan rasa tidak b. Pasien merasakan - Klien mengatakan
enak saat berkemih pada tekanan pada pelvis sering BAK dimalam
punggung bawah depan (perut bawah), hari
- Klien mengeluhkan nyeri sering buang air kecil, - Klien mengatakan saat
terasa sejak 3hari lalu dan kencing berdarah BAK terasa sakit dan
DO: c. Pasien merasa nyeri saat BAK sedikit
- Wajah meringis kencing dan keluar - DO:
- Dari pemeriksaan cairan dari uretra - Klien tanpak kurang
urinalisis akan terdapat memperhatikan
leukouria positif dan kebersihan organ
DX 3: Kurangnya pengetahuan
terdapat 5 eritrosit pada bawah
tentang kondisi, prognosis, dan
lapang pandang - Klien tanpak menahan
kebutuhan pengobatan
besar(LPB) sedimen air kencing
berhubungan dengan kurangnya
kemih. - Klien tanpak
sumber informasi
- Klien tampak mengalami nokturia
DS:
memenggang daerah supra
- Klien mengatakan tidak tahu
pubik
tentang penyakitnya
- Klien tampak meringis, dan
- DO:
terdapat nyeri tekan dan
- Klien tampak bingung ketika
lepas pada daerah sekitar
ditanya tentang penyakitnya
kandung kemih klien

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih Infeksi saluran
kencing merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang di
setiap tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi nomor 2
yang paling banyak menyerang manusia di muka bumi.Umumnya penyakit ini
menyerang kaum wanita tapi sering juga ditemukan laki-laki yang menderita
Infeksi Saluran Kemih.
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi ketika suatu organisme penginfeksi,
biasanya suatu bakteri gram negatif seperti E.coli, masuk ke saluran
kencing.Radang area lokal terjadi, diikuti dengan infeksi ketika organisme
bereproduksi.Bakteri radang muncul di kulit area genital dan memasuki
saluran perkemihan melalui pembukaan uretra. Ada dua jalur utama terjadi
isk, yaitu ansending dan hematogen. Dalam penyakit ISK ini terdapat
beberapa klasifikasi yaitu Infeksi Saluran Kemih Bawah dan Infeksi Saluran
Kemih Atas. Pemeriksaan diagnostik penyakit ISK ada beberapa macam
pemeriksaan seperti, tes kultur dan sensitivitas, cystoscopy, studi sinar x
ginjal, ureter, kandung kemih (KUB), prostate spesific antigen (PSA) test,
pengumpulan urin 24 jam, urinalysis, urine flow studies, voiding cystogram.

B. Saran
Untuk perawat atau teman sejawat agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, dan rencana
tindakan dapat dilakukan dengan baik. Untuk perawat agar dapat
mendokumentasikan semua data pada klien baik subjektif maupun obyektif
dengan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik. Untuk

29
menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit harus menyediakan
lembaran renpra untuk perawat ruangan.
Dan saran untuk penderita penyakit ISK agar lebih menjaga kebersihan alat
genital supaya tidak terjadi atau menderita penyakit yang sama, dan juga
seperti memperhatikan kelembaban daerah kelamin ketika cebok atau
membersihkan alat kelamin harus benar-benar bersih dan dikeringkan dengan
handuk.

30
Daftar Pustaka

Gupta, K., & Trautner, B. W. (2015). Urinary Tract Infections, Pyelonephritis,


and Prostatitis. In D. L. Kasper, S. L. Hauser, J. L. Jameson, A. S. Fauci, D. L.
Longo, & J. Loscalzo, Harrison's Principles of Internal Medicine (19th ed., pp.
861-868). United States of America: McGraw-Hill Education.

31

Anda mungkin juga menyukai