Anda di halaman 1dari 12

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT METRO HOSPITALS


CIKARANG

NOMOR : 0132/SK/DIR./IX/2018
TENTANG

PANDUAN SKRINING

PANDUAN SKRINING

BAB I
DEFINISI

Rumah sakit seyogyanya mempertimbangkan bahwa pelayanan di rumah sakit merupakan


bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi dengan para profesional dibidang
pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas
pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan kebutuhan pasien dibidang
pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah sakit, mengkoordinasikan
pelayanan, kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.

Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan
berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi sesuai
misi dan sumber daya rumah sakit yang ada.

Skrining atau penapisan adalah penggunaan tes atau metode diagnosa lain untuk
mengetahui apakah seseorang memiliki penyakit atau kondisi tertentu sebelum
menyebabkan gejala apapun.

Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan
fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.

Panduan Skrining Hal. 1


Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau
apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk
mengobati, mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan
dan konsisten dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap
atau pasien rawat jalan.

Panduan Skrining Hal. 2


BAB II
RUANG LINGKUP
Skrining dilakukan :
1. Pasien dari luar Rumah Sakit baik itu pasien dari rumah atau dari rumah sakit lain,
skrining dilakukan melalui telepon.
2. Pasien yang sudah datang ke Rumah Sakit baik itu melalui poliklinik maupun melalui
IGD.

Panduan Skrining Hal. 3


BAB III
KEBIJAKAN

1. Skrining dilakukan pada kontak pertama, baik di dalam dan diluar rumah sakit,
termasuk pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk memastikan pasien dapat
dilayani sesuai dengan kebutuhanya atau dirujuk.
2. Berdasarkan hasil skrining, maka petugas harus memastikan bahwa Rumah Sakit
mampu melayani pasien tersebut dan adanya ketersediaan tempat. Apabila tempat
tidak tersedia, maka petugas harus mengirim ke Rumah Sakit lain terdekat yang
mampu memberikan pelayanan sesuai dengan keadaan pasien.
3. Pemeriksaan skrining membantu staf memahami pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif, paliatif yang diprioritaskan berdasarkan atas kondisi pasien rawat inap.
4. Pasien tidak dapat masuk ke ruang rawat inap, dipindahkan atau dirujuk ke Rumah Sakit
lain sebelum ada hasil pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan
diagnosa dan planned of care. Apabila dipindahkan atau dirujuk, maka harus seijin DPJP
dan hasil pemeriksaan disertakan bersama dengan form rujukan.
5. Keputusan pasien untuk dirawat inap, pulang atau dirujuk ditentukan oleh DPJP dan
didokumentasikan di Medical Record.
6. Penempatan ruang rawat inap pasien ditentukan oleh DPJP.
7. Kasus - kasus yang belum dapat dilakukan penanganannya di rumah sakit Metro
Hospitals Cikarang yaitu :

a. Jantung anak

b. Bedah anak

c. Bedah jantung

d. Transplantasi organ

e. Air bone Disease (SARS, flu burung, MERS Co.)

f. Ketergantungan obat

Panduan Skrining Hal. 4


g. HIV / AIDS (terapi definitif)

h. Kemoterapi

i. Bedah autopsi

BAB IV
TATALAKSANA

1. Rawat Jalan :
a. Pasien tiba di rumah sakit.
b. Petugas rumah sakit menanyakan kebutuhan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
c. Jika pasien menjawab akan berobat ke poliklinik, pemeriksaan laboratorium dan
atau radiologi pasien diarahkan untuk mendaftar.
d. Jika pasien tidak mengetahui tujuan pelayanan yang dibutuhkan, petugas registrasi
akan mengarahkan sesuai keluhan pasien.
e. Jika petugas registrasi rawat jalan mengalami kesulitan untuk mengarahkan pasien
karena keterbatasan, maka petugas registrasi rawat jalan akan menghubungi bagian
keperawatan untuk mendapatkan pengarahan pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
f. Jika pasien akan dirawat dengan membawa surat pengantar dari dokter RS. Bina
Sehat Mandiri, maka pasien diarahkan langsung ke Admission.
g. Jika pasien yang akan dirawat tidak membawa surat pengantar, maka pasien
diarahkan ke IGD.
h. Jika petugas melihat kondisi gawat darurat seperti sesak napas, pasien dewasa
mengeluh nyeri dada, kejang, pucat, muntah-muntah atau pasien terlihat lemas,
maka pasien diarahkan ke IGD.
i. Skrining dilaksanakan oleh petugas rumah sakit yang terlatih.
2. Instalasi Gawat Darurat
Skrining dilakukan sesuai dengan triase.
3. Pasien dari luar via telepon (Rumah Sakit lain atau dari rumah)
a. Petugas menerima telepon, menanyakan identitas pasien, kondisi/keluhan pasien,
pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan, terapi yang sudah dilakukan,

Panduan Skrining Hal. 5


kebutuhan layanan yang diinginkan, dan arahkan pasien untuk datang sendiri ke
Rumah Sakit atau dijemput dengan ambulance.
b. Pasien yang dijemput dengan Ambulance
 Keluarga pasien atau penanggungjawab pasien menghubungi IGD rumah sakit
 Petugas menanyakan kondisi pasien, untuk mengetahui kebutuhan yang perlu
disiapkan saat penjemputan dan untuk mengetahui apakah kebutuhan pasien
dapat dipenuhi.
 Petugas akan melakukan evaluasi terhadap kebutuhan pasien sesuai informasi
diatas.
 Bila memungkinkan untuk menerima pasien tersebut, petugas akan mencatat
alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi dari pasien tersebut.
 Petugas akan menyiapkan semua kebutuhan pasien untuk penjemputan,
termasuk menentukan petugas yang akan menjemput.

 Pada saat penjemputan pasien diperiksa : keadaan umum, tanda-tanda vital

4. Pemeriksaan Penunjang
Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis yang berkontak pertama dengan
pasien. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi pasien-pasien
asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan kesehatan serius. Melalui proses
skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau mortalitas penyakit dengan
penanganan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.
Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging.
Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim atau sebelum
pasien tiba di IGD, bisa dilakukan via telpon maupun datang sendiri.
Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat jalan dengan tepat.
Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan dalam melengkapi proses skrining antara
lain :
1. Kasus Anak
Pemeriksaan Hematologi
Darah Tepi (Haemoglobin, Hematrokrit , Lekosit, Trombosit dan Hitung Jenis).

Panduan Skrining Hal. 6


2. Kasus Umum
 Hematologi/Darah Lengkap :
Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Eritrosit, LED dan Hitung Jenis.
 Gula darah sewaktu

3. Perawatan Geriatri
 Darah Tepi (Haemoglobin, Hematrokrit, Lekosit, Trombosit, Hitung Jenis)
 Gula darah sewaktu
 EKG, Rontgen Thorax
4. Perawatan Perinatologi
 Hematologi Rutin
 Gula darah sewaktu
 Bilirubin Bayi (Bilirubin Total, Bilirubin Direct / Indirect)
5. Perawatan ICU
 Hematologi : Darah Lengkap
 Gula Darah Sewaktu
 Kimia Klinik Standar : Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax
7. Pasien dijemput Ambulance
 Gula darah sewaktu
8. Perawatan Pre Operatif
 Hematologi Rutin
 BT (masa perdarahan)
 GDS
 Rontgen : Foto Thorax
 EKG
 Konsul Pre Operatif : Spesialis Anestesi

9. Berdasarkan Gejala Penyakit


Skrining wajib diperiksa pada saat pasien masuk rumah sakit dengan
gejala penyakit tertentu. Pasien dengan gejala penyakit dan temuan

Panduan Skrining Hal. 7


pemeriksaan fi sik dibawah ini diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang sesuai dengan temuan .

N Gejala T emuan P emer ikaan F isik Pemeriksaan Penunjang


1. Demam > 3 hari Suhu > 38 °C DL, dan atau Widal
Nyeri tekan di titik Mc DL, urin lengkap, Test
Nyeri perut kanan
2. Burney, psoas sign (+) HCG EIA (pada wanita
bawah
usia subur)
Karakteristik nyeri :
tertusuk, seperti tertimpa DL, EKG, rontgen
3. Nyeri dada
benda berat, menjalar, thoraks
disertai keringat dingin

Sesak nafas/dyspnoe RR > 30 x/menit, DL, rontgen thoraks,


4. SPO2 < 95 % tanpa Thoraks: ronki (+) / wheezing
(+) EKG
oksigen
Batuk darah, warna merah
muda berbuih
Thoraks: suara nafas menurun, DL, rontgen thoraks,
5. Hemoptoe
ronki Sputum BTA
Abdomen : nyeri tekan
epigastrium (-)

Keluar darah dari mulut/


muntah darah, warna
merah kecoklatan
6. Hematemesis DL, rontgen thoraks
Thoraks : suara nafas tidak
menurun, ronki (-)

Abdomen : nyeri tekan (+)

Panduan Skrining Hal. 8


Ukuran, kedalaman luka,
lokasi luka

Sesak nafas, suara nafas


DL (Hb serial),
menurun, trakea terdorong golongan darah, rontgen
7. Luka tusuk dada
ke sisi dada tanpa luka thorax tegak atau
minimal ½ duduk, EKG
Suara jantung menjauh, nadi
lemah, tekanan darah turun
(tamponade jantung)

DL (Hb serial),
Ukuran, kedalaman luka, rontgen abdomen 3
8. Luka tusuk abdomen
lokasi luka posisi/USG abdomen,
rontgen thoraks
Nyeri tekan (+) di seluruh DL, urin rutin, Test HCG
9. Nyeri perut abdomen, rasa panas di EIA (pada wanita usia
dada subur), EKG

DL, golongan darah,


Perdarahan per
10. Darah di vagina Test HCG EIA (pada
vaginam
wanita usia subur)
Melena, Darah keluar dari anus, rectal DL, golongan darah,
11. touché wajib dilakukan
Hematoschezia feses rutin
Diare > 3 kali per hari, cair,
kadang ada lendir dan
Diare dengan atau darah. Mual DL, GDS, feses lengkap,
12.
dehidrasi muntah. elektrolit (bila perlu)

Tanda-tanda dehidrasi (+)


Ekstremitas: luka terbuka,
deformitas, memar, bengkak,
13. Fraktur Range Of Movement (ROM) DL, rontgen ekstremitas
terbatas
Penurunan DL, elektrolit, GDS,
Glasgow Coma Scale (GCS) <
14. kesadaran non SGOT, SGPT, ureum,
13
trauma kreatinin

Panduan Skrining Hal. 9


Besar, dalam, dan bentuk
ulkus. Ada tidaknya tanda-
Abses atau ulkus tanda
15. peradangan. Lebih dari 1 DL, GDS
lama
minggu dilakukan terapi
antibiotik, namun belum
ada perbaikan.

Panduan Skrining Hal. 10


BAB V
DOKUMENTASI

Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan dalam


berkas rekam medis, kertas copy-an dimasukkan dalam berkas rekam medis, baik berkas
rekam medis rawat jalan maupun berkas rekam medis inap.
Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti perkembangan penyakit dan evaluasi
pengobatan ataupun penanganan, serta nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan
pemulangan pasien.

DIREKTUR RUMAH SAKIT METRO HOSPITALS CIKARANG BARU

dr. Tara Judica

Panduan Skrining Hal. 11


Panduan Skrining Hal. 12

Anda mungkin juga menyukai