Anda di halaman 1dari 81

KEPERAWATAN GERONTIK

QBL 4 Perubahan Fungsi Fisik

Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik


Dosen Pengampu : Ns. Chandra Tri Wahyudi,S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :
Syaffira Putri Afifah 1610711002
Nedya Asnurianti 1610711003
Rustiani Ayu Anggraeni 1610711005
Ammalia Rahmah Maulidia 1610711007
Puspita Lestari 1610711008
Luigisha Agusti 1610711012
Yuniar Kusumawardani 1610711015
Noer Aeni Zam Zam Mia 1610711016
Risma Awalia Permana 1610711017
Windi Kartika 1610711019
Kris Prihatin 1610711020
Lilis Sari 1610711022

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

1
JAKARTA
2019

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul Materi Keperawatan Gerontik -
Question Based Learning (QBL) 4 ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Gerontik.
Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaiakan rasa hormat dan
ucapan terimakasih kepada semua pihak yang tulus dan ikhlas, telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 23 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1. Latar Belakang .................................................................................1
2. Rumusan Masalah ............................................................................1
3. Tujuan Penulisan ..............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................3
1. Perubahan Fungsi Fisik : Pendengaran ............................................3
Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Pendengaran .....................7
Konsekuensi Masalah Pendengaran ..........……………………………….11
Pengkajian Pendengaran dalam Keperawatan................................15
2. Perubahan Fungsi Fisik : Penglihatan……………………………...21
Efek dari Perubahan Penglihatan Terkait Usia................................24
Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Pendengaran..........29
Konsekuensi Fungsional yang Mempengaruhin Kesehatan Mata …30
Kondisi Patologi yang Mempengaruhi Penglihatan ........……………......33
Pengkajian Penglihatan dalam Keperawatan ........…………………….....41
3. Perubahan Fungsi Fisik : Integumen………..................................45
Perubahan Terkait Usia yang Mempengaruhi Kulit.......................45
Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Kulit.......................50
Konsekuensi Fungsional ......………………………………………..……51
Kondisi Patologi ........……………………………………………..……..54
Pengkajian Kulit dalam Keperawatan…………………………..…..66
BAB III PENUTUP…………………………………………………………75
1. Simpulan…………………………………………………………….75
2. Saran…………………………………………………………………75
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..76

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyak kinerja / performen dari kegiatan sehari-hari yang penting termasuk


berkomunikasi, melindungi diri dari bahaya, menikmati musik, dan suara sangat tinggi
tergantung pada pendengaran yang baik. Pada orang dewasa yang lebih tua / lansia, terkait
perubahan usia di gabungkan/ditambahkan dengan faktor risiko dapat memengaruhi kesehatan
pendengaran, penglihatan dan integumen. Perawat mempromosikan kesehatan bagi orang
dewasa yang lebih tua, mereka menggunakan intervensi promosi kesehatan untuk memperbaiki
/ meningkatkan pendengaran penglihatan dan integumen dan komunikasi. Bab ini membahas
konsekuensi fungsional yang terkait dengan pendengaran penglihatan dan integumen pada
orang dewasa yang lebih tua dan memberikan panduan untuk penilaian dan intervensi
keperawatan. Agar kedepannya masyarakat khususny mahasiswa keperawatan dapat merawat
lansia yang sudah menurun fungsi fisiologis dan psikologis nya dengan benar.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Bagaimana Perubahan Fungsi Fisik : Pendengaran pada Lansia?


2. Apa saja Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Pendengaran pada Lansia?
3. Bagaimana Konsekuensi Masalah Pendengaran pada Lansia?
4. Bagaimana Pengkajian Pendengaran dalam Keperawatan pada Lansia?
5. Bagaimana Perubahan Fungsi Fisik : Penglihatan pada Lansia?
6. Bagaimana Efek dari Perubahan Penglihatan Terkait Usia pada Lansia?
7. Apa saja Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Pendengaran pada Lansia?
8. Bagaimana Konsekuensi Fungsional yang Mempengaruhin Kesehatan Mata pada
Lansia?
9. Bagaimana Kondisi Patologi yang Mempengaruhi Penglihatan pada Lansia?
10. Bagaimana Pengkajian Penglihatan dalam Keperawatan pada Lansia?
11. Bagaimana Perubahan Fungsi Fisik : Integumen pada Lansia?
12. Bagaimana Perubahan Terkait Usia yang Mempengaruhi Kulit pada Lansia?
13. Apa saja Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Kulit pada Lansia?

1
14. Bagaimana Konsekuensi Fungsional integumen pada Lansia?
15. Bagaimana Kondisi Patologi integumen pada Lansia?
16. Bagaimana Pengkajian Kulit dalam Keperawatan pada Lansia?

17. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui Perubahan Fungsi Fisik : Pendengaran Pada Lansia


2. Mengetahui Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Pendengaran pada
Lansia
3. Mengetahui Konsekuensi Masalah Pendengaran pada Lansia
4. Mengetahui Pengkajian Pendengaran dalam Keperawatan pada Lansia
5. Mengetahui Perubahan Fungsi Fisik : Penglihatan pada Lansia
6. Mengetahui Efek dari Perubahan Penglihatan Terkait Usia pada Lansia
7. Mengetahui Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Pendengaran pada
Lansia
8. Mengetahui Konsekuensi Fungsional yang Mempengaruhin Kesehatan Mata pada
Lansia
9. Mengetahui Kondisi Patologi yang Mempengaruhi Penglihatan pada Lansia
10. Mengetahui Pengkajian Penglihatan dalam Keperawatan pada Lansia
11. Mengetahui Perubahan Fungsi Fisik : Integumen pada Lansia
12. Mengetahui Perubahan Terkait Usia yang Mempengaruhi Kulit pada Lansia
13. Mengetahui Faktor Resiko yang Mempengaruhi Kesehatan Kulit pada Lansia
14. Mengetahui Konsekuensi Fungsional integumen pada Lansia
15. Mengetahui Kondisi Patologi integumen pada Lansia
16. Mengetahui Pengkajian Kulit dalam Keperawatan pada Lansia

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PERUBAHAN FUNGSI FISIK : PENDENGARAN

Perawat mempromosikan kesehatan bagi orang dewasa yang lebih tua, mereka
menggunakan intervensi promosi kesehatan untuk memperbaiki / meningkatkan pendengaran
dan komunikasi. Bab ini membahas konsekuensi fungsional yang terkait dengan pendengaran
pada orang dewasa yang lebih tua dan memberikan panduan untuk penilaian dan intervensi
keperawatan.

PROMOTING HEARING WELLNESS IN OLDER ADULTS

3
PERUBAHAN YANG BERKAITAN DENGAN USIA YANG MEMPENGARUHI
PENDENGARAN

Fungsi pendengaran tergantung pada sebuah urutan proses, dimulai dari tiga
kompartemen telinga dan berakhir dengan pemrosesan/pengolahan informasi di korteks
pendengaran otak. (lihat Tabel 16-1). Suara dikodekan sesuai dengan intensitas dan frekuensi.
Intensitas atau amplitudo mencerminkan kenyaringan atau kelembutan suara dan diukur dalam
desibel (dB). Frekuensi yang diukur dalam siklus per detik (cps) atau hertz (Hz) menentukan
apakah nada tinggi atau rendah. Intensitas dan frekuensi suara dapat diubah jika faktor risiko
tertentu ikut berperan. Bahkan dengan tidak adanya faktor risiko, perubahan yang berhubungan
dengan usia normal mempengaruhi frekuensi yang dapat menyebabkan masalah pendengaran
untuk banyak orang dewasa yang lebih tua.

1. External Ear (telinga luar)

Pendengaran dimulai di telinga eksternal atau luar, yang terdiri dari pinna dan saluran
pendengaran eksternal (Gambar 16-1). struktur tulang rawan ini melokalisasi suara sehingga
orang bisa mengidentifikasi sumber.
Pinna mengalami perubahan ukuran, bentuk, kelenturan, dan pertumbuhan rambut
seiring bertambahnya usia, tetapi perubahan ini tidak mempengaruhi konduksi gelombang
suara di orang tua yang sehat. Saluran pendengaran ditutupi oleh kulit dan dilapisi dengan
folikel rambut dan kelenjar penghasil serumen.

4
Serumen atau kotoran telinga adalah zat alami yang ditentukan secara genetik untuk
menjadi kering (terkelupas / bersisik dan abu-abu) atau basah (lembab dan coklat atau cokelat
gelap). Fungsi serumen adalah untuk membersihkan, melindungi, dan melumasi saluran
telinga.
Serumen secara alami dikeluarkan, tetapi dapat menumpuk pada orang dewasa yang
lebih tua karena perubahan terkait usia, seperti peningkatan konsentrasi keratin, pertumbuhan
rambut lebih panjang dan lebih tebal (terutama pada pria), penipisan dan pengeringan kulit
yang melapisi saluran.
Penurunan terkait usia dalam aktivitas kelenjar keringat semakin meningkatkan potensi
cerumen untuk menumpuk dengan membuat kotoran lebih kering dan lebih sulit untuk
dihilangkan. Saluran / kanal telinga yang prolaps atau kolaps adalah kondisi lain yang berkaitan
dengan usia yang dapat terjadi dan mempengaruhi lokalisasi dan persepsi suara frekuensi
tinggi.

2. Middle Ear (telinga tengah)

Membran timpani adalah transparan, abu-abu mutiara, lapisan sedikit berbentuk


kerucut dari jaringan fleksibel yang memisahkan telinga luar dan tengah. Fungsi utamanya
adalah untuk mengirimkan energi suara dan melindungi telinga tengah dan dalam. Dengan
meningkatnya usia, jaringan kolagen menggantikan jaringan elastis sehingga menghasilkan
gendang telinga yang lebih tipis dan kaku. Getaran suara melewati membran timpani ke tiga
ossicles pendengaran: malleus, incus, dan stapes. Tulang-tulang ini saling terhubung satu sama
lain tetapi bergerak secara independen dan bertindak sebagai tuas untuk memperkuat suara.
Fungsi utamanya adalah untuk mentransmisikan / mengirimkan getaran di telinga tengah yang
dipenuhi udara melalui jendela oval, ke telinga dalam yang berisi cairan.
Transmisi suara dipengaruhi oleh frekuensi dari setiap suara dan yang paling efektif
adalah rentang frekuensi menengah dari suara normal dan yang paling tidak efektif pada
frekuensi terendah dan tertinggi. Kalsifikasi/pengerasan tulang yang berhubungan dengan usia
dapat mengganggu transfer getaran suara dari membran timpani ke jendela oval.
Otot-otot telinga tengah dan ligamen berkontraksi sebagai respons terhadap suara keras,
merangsang refleks akustik, yang melindungi telinga bagian dalam yang halus dan menyaring
gangguan pendengaran yang berasal dari suara dan gerakan tubuh sendiri. Dengan
bertambahnya usia, otot-otot telinga tengah dan ligamen menjadi lebih lemah dan kaku dan

5
memiliki efek yang merugikan refleks akustik. Selain itu, perubahan degeneratif ini
mengurangi ketahanan membran timpani.

3. Inner Ear (telinga dalam)


Di telinga bagian dalam, getaran ditransmisikan ke koklea, di mana mereka dikonversi
menjadi impuls saraf dan diberi kode untuk intensitas dan frekuensi. Impuls saraf merangsang
serabut saraf kranial kedelapan dan mengirim pesan pendengaran ke otak. Proses ini terjadi
terutama di sel-sel rambut sensorik dari organ Corti di koklea.
Perubahan yang berkaitan dengan usia pada telinga bagian dalam termasuk hilangnya /
rontoknya sel-sel rambut, pengurangan suplai darah, berkurangnya produksi endolimfat,
penurunan fleksibilitas membran basilar, degenerasi sel ganglion spiral, dan hilangnya neuron
di inti koklea. Perubahan telinga bagian dalam ini mengakibatkan gangguan pendengaran
degeneratif yang disebut presbikusis.
Satu sistem klasifikasi untuk presbikusis didasarkan pada sumber struktural spesifik
dari penurunan nilai sebagai berikut:
1. Presbikusis sensorik, dikaitkan dengan perubahan degeneratif dari sel-sel rambut dan
organ Corti dan ditandai dengan gangguan pendengaran yang tajam pada frekuensi
tinggi.
2. Presbikusis saraf, yang disebabkan oleh degenerasi serabut saraf di koklea dan ganglion
spiral, ditandai oleh berkurangnya speech discrimination/ diskriminasi kata-kata
3. Presbikusis metabolik, disebabkan oleh perubahan degeneratif di stria vascularis dan
gangguan berikutnya dalam pasokan nutrisi penting. Awalnya, perubahan ini
mengurangi sensitivitas terhadap semua frekuensi suara; pada akhirnya, mereka
mengganggu speech discrimination / diskriminasi kata-kata
4. Presbikusis mekanis, dihasilkan dari perubahan mekanis di struktur telinga bagian
dalam dan ditandai dengan gangguan pendengaran yang awalnya melibatkan frekuensi
yang lebih rendah dan secara bertahap menyebar ke frekuensi yang lebih tinggi dan
mengganggu speech discrimination/ diskriminasi kata-kata.

Meskipun bermanfaat untuk menjelaskan dasar fisiologis untuk berbagai jenis


presbikusis, pada kenyataannya, biasanya presbikusis melibatkan beberapa proses yang
berkaitan dengan usia.

5. Auditory Nervous System (Sistem Saraf Pendengaran)

6
Dari telinga bagian dalam, serabut saraf pendengaran melewati meatus auditori internal
dan masuk ke otak. Fungsi dari jalur saraf pendengaran menyelaraskan rangsangan
pendengaran dan mentransfer informasi dari korteks pendengaran primer ke daerah asosiasi
pendengaran. Sistem saraf pendengaran dipengaruhi oleh semua perubahan terkait usia :
perubahan degeneratif di telinga bagian dalam, penyempitan meatus pendengaran dari aposisi
tulang, pasokan darah berkurang, dan perubahan sistem saraf pusat (mis., berkurangnya
kecepatan pemrosesan informasi).
penelitian baru menunjukkan bahwa perubahan terkait usia dalam auditori pusat fungsi
akun untuk komponen signifikan gangguan pendengaran
pada orang dewasa yang lebih tua (Gates, Feeney, & Mills, 2008)

FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN PENDENGARAN

Selain perubahan terkait usia yang memengaruhi pendengaran, faktor-faktor yang


berhubungan dengan gaya hidup, keturunan, lingkungan, kesehatan indikasi, dan kondisi
penyakit dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Pedoman berbasis bukti
mengidentifikasi tindak lanjut faktor risiko gangguan pendengaran .

● Usia 65 tahun atau lebih

● Tinggal di fasilitas keperawatan

7
● Gangguan kognitif atau visual

● Paparan terhadap kebisingan yang berlebihan

● Penggunaan obat ototoxic

● Jenis kelamin laki-laki

Banyak penelitian tentang faktor-faktor risiko berfokus pada hal yang dapat dimodifikasi,
seperti kebisingan, yang dapat diatasi intervensi promosi kesehatan. Penelitian juga berfokus
pada keterkaitan antara faktor-faktor risiko, seperti kebisingan dan zat ototoxic (mis., obat-
obatan atau racun lingkungan). Misalnya, orang yang secara genetis cenderung gangguan
pendengaran mungkin lebih rentan merusak terhadap efek dari paparan kebisingan atau obat-
obatan ototoxic. Karena terkait perubahan usia meningkatkan risiko gangguan pendengaran,
terutama penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada orang
dewasa yang lebih tua bahwa risiko tersebut dapat diatasi. Kemungkinan besar, beberapa
kerugian pendengaran yang dikaitkan dengan perubahan terkait usia sebenarnya hasil dari
faktor risiko, seperti pajanan terhadap kebisingan atau zat ototoksik. Kotak 16-1 merangkum
beberapa faktor yang mengganggu pendengaran kesehatan, baik sendiri atau dalam kombinasi.

1. Faktor Gaya Hidup dan Lingkungan

Faktor risiko yang sering terjadi untuk gangguan pendengaran adalah kontak yang
terlalu lama atau terputus-putus terhadap kebisingan, yang bisa jadi dipandang sebagai
pilihan gaya hidup dan faktor lingkungan. Bahkan, kebisingan lingkungan telah
dibandingkan dengan merokok di tangan karena itu adalah program pencemar udara yang
tidak diinginkan diinduksi oleh orang lain tanpa persetujuan dan pada waktu, tempat, dan
volume di mana pengamat tidak memiliki kontrol (Tompkins, 2009). Studi menunjukkan
bahwa meskipun perubahan terkait usia menghitung jumlah gangguan pendengaran yang
lebih besar daripada pekerjaan paparan kebisingan, gangguan pendengaran yang
disebabkan oleh kebisingan (NIHL) masih penyebab utama gangguan pendengaran yang
paling penting dicegah Amerika Serikat

Pekerjaan yang terkait dengan peningkatan risiko NIHL termasuk petani, musisi, pengemudi
truk, anggota angkatan bersenjata, dan pekerja penerbangan (Jansen, Hellerman, Dreschler, &
deLaat, 2009; Helfer et al., 2010; Karimi, Nasiri, Kazerooni, & Oliaei, 2010; McCullagh &

8
Robertson, 2009; Wagstaff, 2009). Penggunaan headphone dan earphone dengan pemutar
musik adalah kegiatan yang meningkatkan risiko NIHL (Kim, Hong, Shim, Cha, & Yeo, 2009;
Vogel, Verschuure, van der Ploeg, Brug, & Raat, 2010).

Beberapa orang dewasa yang lebih tua mungkin telah bekerja di lingkungan kerja. sebelum
rekomendasi tingkat kebisingan diberlakukan oleh Institut Nasional untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Misalnya, orang tua yang pernah dipekerjakan sebagai penenun atau pekerja
tekstil cenderung terpapar oleh lingkungan yang bising selama bertahun-tahun mereka kerja.
Karena efek NIHL dan perubahan terkait usia bersifat kumulatif, dari gangguan pendengaran
mungkin tidak diketahui sampai dewasa nanti. Paparan bahan kimia beracun di tempat kerja
atau lingkungan adalah faktor risiko lain untuk gangguan pendengaran yang telah terjadi
diselidiki sejak 1990-an, dengan penelitian saat ini cusing pada logam, pelarut, sesak napas,
dan pestisida / herbisida. Merokok, serta tinggal di rumah tahanan dengan perokok, adalah
faktor lain yang diselidiki keduanya sebagai risiko independen dan sebagai kondisi yang
mempotensiasi efek kebisingan menyebabkan gangguan pendengaran. Perburuan, pertukangan
kayu, dan kegiatan waktu senggang lainnya juga dapat berkontribusi untuk NIHL, terutama
jika orang yang terlibat kegiatan ini tidak menggunakan alat pelindung telinga. Aktivitas
lainnya yang cenderung menyebabkan kerusakan sensorineural kecuali mekanisme
perlindungan yang digunakan termasuk mendengarkan dengan musik keras, mengoperasikan
traktor, gergaji rantai, atau blower daun; dan mengendarai sepeda motor, pesawat terbang,
mobil salju, atau perahu motor. Gambar 16-2 menggambarkan tingkat kebisingan dari berbagai
kegiatan. Suara lebih keras dari 80 dB dianggap berpotensi ototoxic.

2. Terkena dampak Cerumen

Terkena dampak serumen yang umumnya terjadi pada orang dewasa yang lebih tua
sebagai penyebab gangguan pendengaran. Perubahan terkait usia, yang membuat pengering
cerumen, lebih keras, dan kasar, meningkatkan risiko. Penggunaan alat bantu dengar juga
meningkatkan kemungkinan lilin yang terkena dampak, yang dapat merusak atau
mengganggu fungsi alat bantu dengar. Selain menyebabkan kerugian, serumen yang
terkena dampak dapat menyebabkan rasa sakit, infeksi, tinitus, pusing, atau batuk kronis
(karena stimulasi cabang dari saraf vagus) (McCarter, Courtney, & Pollart, 2007; Fakultas
Keperawatan Universitas Texas, 2007).

9
Cerumen dapat dicegah dan diobati, yang paling penting, itu mudah menerima
intervensi keperawatan, seperti yang dibahas nanti dalam bab ini. Studi menunjukkan
bahwa hingga 57% lebih tua penghuni panti jompo telah memengaruhi cerumen (Roland
et al., 2008). Selain itu, penelitian terhadap orang dewasa yang dirawat di rumah sakit
menunjukkan bahwa 75% dari mereka yang memiliki kotoran telinga dihilangkan
peningkatan pendengaran.

3. Efek Obat

Obat-obatan dapat menyebabkan atau berkontribusi pada gangguan pendengaran


dengan merusak divisi koklea dan vestibular dari saraf pendengaran. Terlepas dari
kenyataan bahwa kina dan salisilat ototoxicities pertama kali diamati lebih dari seabad yang
lalu, efek ototoxic dari medikasi hanya mendapat sedikit perhatian dalam pengaturan klinis.
Meskipun usia saja tidak menambah risiko ototoxicity, orang dewasa yang lebih tua lebih
mungkin untuk mengambil obat ototoxic, seperti aspirin dan furosemide. Faktor lain yang
umumnya terjadi pada orang dewasa yang lebih tua dan meningkatkan risiko ototoxicity
termasuk gagal ginjal, istilah lama penggunaan obat ototoxic, dan potensiasi antara dua
obat ototoxic, seperti furosemide dan aminogly- antibiotik coside. Kotak 16-1 obat-obatan
yang mungkin menjadi ototoxic. Ototoxicity sering dikaitkan dengan dosis, dan kerugian
pendengaran dapat bersifat sementara jika obat dihentikan atau dosis dikurangi. Meskipun
ototoxicity berpotensi reversibel, obat dapat diabaikan sebagai faktor penyebab jika
gangguan pendengaran secara keliru dianggap berasal dari tak terhindarkan dan perubahan
degeneratif yang dapat dipahami.

4. Proses Penyakit

Otosclerosis adalah penyakit keturunan dari pendengaran ossicles yang


menyebabkan ankylosis dari alas kaki stape ke oval jendela. Otosclerosis biasanya dimulai
pada masa muda atau masa dewasa awal, tetapi gangguan pendengaran mungkin tidak
terdeteksi hingga pertengahan atau dewasa lebih, ketika telinga tengah yang berhubungan
dengan usia berubah menumbuk perubahan terkait penyakit. Otosclerosis terutama
menyebabkan gangguan pendengaran konduktif, tetapi beberapa kehilangan sensorineural
juga dapat terjadi. Awalnya, sulit untuk mendengar suara lembut dan rendah. suara

10
bernada; karena gangguan pendengaran semakin parah, orang tersebut mengalami
gangguan pendengaran kemungkinan mengalami pusing, tinitus, atau masalah
keseimbangan.

Penyakit Ménière dan neuroma akustik adalah sistem pendengaran penyakit yang
biasa menyebabkan gangguan pendengaran. Studi telah menemukan bahwa diabetes adalah
faktor risiko independen untuk gangguan pendengaran (Bainbridge, Hoffman, & Cowie,
2008). Kondisi lain dan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran
termasuk sifilis, miksedema, hipertensi, meningitis, hipotiroidisme, trauma kepala, demam
tinggi, penyakit Paget, radiasi untuk kanker kepala dan leher, dan infeksi virus (mis.,
campak dan gondok).

KONSEKUENSI FUNGSIONAL YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


PENDENGARAN

Pada tahun 2006, 32% orang berusia antara 65 dan 74 tahun, 46% dari mereka yang
berusia antara 75 dan 84 tahun, dan 62% dari mereka yang berusia 85 tahun ke atas mengalami
gangguan pendengaran (Federal Interagency Forum on Aging- Statistik Terkait, 2008).
Gangguan pendengaran paling mungkin terjadi pada pria, orang-orang dengan status ekonomi
rendah, dan orang-orang yang terpapar dengan kebisingan terkait pekerjaan atau rekreasi yang
berkepanjangan. Kesehatan yang buruk juga dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk
gangguan pendengaran, seperti riwayat keluarga otosklerosis.

Kehilangan pendengaran dikategorikan menurut lokasi penurunan nilai. Abnormalitas


telinga eksternal dan tengah merusak mekanisme konduksi suara dan diklasifikasikan sebagai
gangguan pendengaran konduktif. Abnormalitas telinga bagian dalam mengganggu struktur
sensorik dan saraf dan diklasifikasikan sebagai gangguan pendengaran sensorineural.
Gangguan pendengaran sensorineural sering disebabkan oleh usia atau kebisingan. Gangguan
pendengaran yang melibatkan gangguan konduktif dan sensorineural disebut gangguan
pendengaran campuran.

1. Efek pada Komunikasi

Pemahaman bicara yang akurat tergantung pada kecepatan bicara, frekuensi suara,
kebisingan lingkungan, dan fungsi pendengaran internal. Ketajaman pendengaran untuk
nada frekuensi tinggi mulai menurun di awal masa dewasa, dan pada usia 30 tahun untuk

11
pria dan 50 tahun untuk wanita, ada beberapa penurunan sensitivitas pendengaran di semua
frekuensi.

Pemahaman ujaran paling langsung dipengaruhi oleh frekuensi fonem, satuan bunyi
terkecil. Setiap fonem dalam suatu kata memiliki frekuensi yang berbeda; umumnya, vokal
memiliki frekuensi lebih rendah dan konsonan memiliki frekuensi lebih tinggi. Meskipun
sebagian besar kata fonem memiliki frekuensi rentang yang lebih rendah, konsonan
bersaudara (yang memiliki kualitas bersiul, seperti ch, f, g, s, sh, t, th, dan z) memiliki
frekuensi rentang yang lebih tinggi. Karena perubahan agerelated yang paling awal dan
paling universal mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengkodekan suara
frekuensi lebih tinggi, kata-kata yang kaya akan sibilants akan paling dipengaruhi oleh
perubahan agerelated dari sistem pendengaran.

Presbycusis, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah gangguan pendengaran


sensorineural yang terkait dengan degenerasi struktur pendengaran yang berkaitan dengan
usia. Presbikusis biasanya terjadi pada kedua telinga, tetapi tingkat gangguan pada masing-
masing telinga dapat bervariasi. Konsekuensi fungsional awal dari presbikusis adalah
hilangnya kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada tinggi dan konsonan yang
bersuara. Ketika suara bernada tinggi disaring, kata-kata menjadi terdistorsi dan campur
aduk, dan kalimat menjadi tidak jelas. Misalnya, seseorang dengan presbikusis mungkin
menafsirkan kalimat seperti "Saya pikir dia harus pergi ke toko" sebagai "Saya harap kita
bisa pergi ke pertunjukan." : pola bicara yang cepat, lambat, atau cadel membuatnya
semakin sulit bagi orang yang lebih tua untuk memahami kata-kata. Ketika gangguan
pendengaran berlangsung, konsonan eksplosif, seperti b, d, k, p, dan t, juga menjadi
terdistorsi.

Kebisingan latar belakang dan kondisi lingkungan, seperti menggema atau akustik
yang buruk, memperparah efek gangguan pendengaran sensorineural dan dapat
mengganggu kemampuan untuk mengenali kata-kata, bahkan tanpa adanya gangguan
pendengaran yang signifikan. Oleh karena itu, orang dewasa yang lebih tua di rumah sakit
atau fasilitas perawatan jangka panjang, untuk Misalnya, mungkin sangat sensitif terhadap
kebisingan latar belakang dimana staf mungkin sudah terbiasa. Satu menyusui Studi
mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan berikut yang paling banyak mengganggu
pasien: suara, kereta, lalu lintas pejalan kaki, halaman atas, dan alarm dari perangkat
pemantauan (Dube et al., 2008). Orang dengan gangguan pendengaran sensorineural

12
kadang-kadang hipersensitif terhadap suara frekuensi tinggi, menyebabkan sangat sempit
kisaran di mana suara terdengar secara memadai dan nyaman.

Gangguan pendengaran konduktif ditandai dengan penurunan intensitas suara dan


kesulitan mendengar vokal dan nada rendah. Berbeda dengan presbikusis, semua frekuens
suara terdengar sama setelah ambang suara tercapai, dan kebisingan latar belakang tidak
banyak mengganggu pemahaman bicara. Seringkali ada riwayat otosklerosis, gendang
telinga berlubang, atau penyakit telinga lainnya. Pada orang dewasa yang lebih tua,
cerumen yang terkena dampak adalah faktor yang berkontribusi umum. Tergantung pada
faktor penyebab, gangguan pendengaran konduktif terjadi dalam satu atau kedua
telinganya. Lihat Tabel 16-1 untuk ringkasan fungsional konsekuensi dari perubahan
terkait usia yang mempengaruhi pendengaran.

Informasi, berhubungan dengan orang lain, dan menanggapi ancaman. Demikian,


Defisit pendengaran pasti mempengaruhi kegiatan sehari-hari dan memiliki berbagai
dampak pada kualitas hidup, keselamatan, dan berfungsi. Karena gangguan pendengaran
melibatkan banyak kerugian terkait, orang mengalami pendengaran progresif kerugian
dapat melalui tahap-tahap penerimaan berikut (Kozak & Grundfast, 2009):

1. Penolakan: “Saya bisa mendengar dengan baik, tetapi orang lain tidak berbicara seperti
itu jelas seperti dulu. "

2. Kemarahan: "Mengapa orang tidak hanya berbicara dan melihat saya ketika mereka
berbicara?"

3. Tawar-menawar: “Saya ingin bertahan tanpa alat bantu dengar hanya sedikit lebih
lama. "

4. Depresi: “Saya tidak akan pernah memiliki kehidupan normal lagi."

5. Penerimaan: “Saya akan mengelola dan melakukan apa yang saya bisa untuk
mendapatkan kembali beberapa kenormalan. "

Pendengaran dapat mengganggu kinerja pemeriksaan status mental karena


berkurangnya rangsangan sensoris secara bersamaan. Selain itu, orang-orang yang tidak dapat
membedakan kata-kata mungkin enggan menanggapi pertanyaan dan mungkin menahan diri
untuk menjawab daripada mengambil risiko merasa bodoh. Performa yang buruk pada tes
kemampuan kognitif dapat keliru mengarah pada kesempurnaan bahwa orang tersebut

13
memiliki gangguan kognitif atau demensia ketika, pada kenyataannya, orang tersebut hanya
memiliki gangguan pendengaran. Konsekuensi psikososial tambahan gangguan pendengaran
termasuk jauh, kebosanan, apatis, kecemasan, depresi, isolasi sosial, dan rendah diri. Ketika
kehilangan pendengaran mengganggu kemampuan seseorang untuk memahami kenyataan
secara akurat, itu dapat menyebabkan kecurigaan, paranoia, dan kehilangan kontak dengan
kenyataan. Ketika hanya sebagian percakapan yang didengar, seseorang cenderung percaya
bahwa percakapan itu tentang dirinya, dan delusi penganiayaan dapat berkembang.

Sejauh mana konsekuensi psikososial dari gangguan pendengaran tergantung sampai


taraf tertentu pada gaya hidup orang yang terpengaruh. Sebagai contoh, gangguan pendengaran
relatif lebih merugikan bagi orang-orang yang pekerjaan atau minatnya sangat bergantung pada
pendengaran yang baik. Sebaliknya, gangguan pendengaran cenderung memiliki efek
merugikan bagi orang-orang yang memiliki sedikit hubungan sosial dan yang tidak bergantung
pada pendengaran untuk kegiatan pekerjaan atau rekreasi.

Selain memiliki pengaruh negatif pada kualitas hidup, defisit pendengaran dapat
mempengaruhi keselamatan dan fungsi orang dewasa yang lebih tua. misalnya, orang dengan
gangguan pendengaran cenderung kurang responsif ketika sinyal peringatan dibunyikan untuk
kebakaran, ambulan, dan keadaan darurat lainnya. Selain menciptakan bahaya keselamatan
aktual, defisit pendengaran dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan tentang keselamatan
pribadi. Bahkan gangguan pendengaran ringan pada orang dewasa yang lebih tua dikaitkan
dengan penurunan fungsional dan peningkatan ketergantungan dalam kegiatan sehari-hari.

Sikap masyarakat yang negatif tentang penuaan dan gangguan pendengaran dapat
berakibat pada efek negatif ganda pada orang yang sudah tua dan juga kekurangan
pendengaran, memilih untuk membatasi peluang komunikasi daripada menghadapi stigma
yang terkait dengan gangguan pendengaran. Sikap-sikap dan perilaku yang menyertainya dapat
menyebabkan penaklukan psikososial lainnya seperti kesepian, isolasi sosial, dan bahkan
perkembangan yang lebih cepat dari gangguan pendengaran. Geropsikolog yang mempelajari
hubungan antara stereotip usia dan gangguan pendengaran menemukan bahwa persepsi negatif
penuaan khususnya yang berkaitan dengan penampilan fisik dikaitkan dengan penurunan
pendengaran yang lebih besar selama periode 3 tahun (Levy, Slade, & Gill, 2006). Bahkan,
Levy dan koleganya mengetahui bahwa stereotip usia memiliki pengaruh yang lebih besar pada
gangguan pendengaran daripada faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin, depresi, atau
riwayat merokok.

14
PENGKAJIAN PENDENGARAN KEPERAWATAN

Penilaian pendengaran keperawatan bertujuan mengidentifikasi berikut:

1. Faktor-faktor yang mengganggu kesehatan pendengaran

2. Kekurangan pendengaran aktual

3. Dampak dari setiap defisit pendengaran pada keselamatan dan kualitas hidup

4. Kesempatan untuk meningkatkan kesehatan pendengaran

5. Batasi riers untuk mengimplementasikan intervensi.

Masing-masing faktor ini penting dalam membantu orang dewasa yang lebih tua dan pengasuh
mereka mengimbangi gangguan pendengaran. Penilaian dilakukan melalui wawancara,
mengamati isyarat perilaku, dan melakukan tes pendengaran.

Wawancara Tentang Perubahan Mendengar

Pertanyaan wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang

1. faktor risiko saat ini dan masa lalu,

2. kesadaran dan pengakuan orang tersebut akan gangguan pendengaran,

3. dampak psikososial dari setiap defisit pendengaran, dan

4. sikap yang mungkin memengaruhi promosi kesehatan antar usaha (Kotak 16-2).

Wawancara penilaian pendengaran dimulai dengan pertanyaan tentang riwayat keluarga


dengan gangguan pendengaran dan riwayat pribadi dari kontak yang terlalu lama dengan suara
keras. Identifikasi obat-obatan ototoxic sebagai aktor risiko dapat dimasukkan sebagai bagian
dari penilaian pendengaran atau sebagai bagian dari riwayat pengobatan. Perawat dapat
menggunakan pertanyaan untuk mendorong orang tersebut mengakui masalah pendengaran,
khususnya jika mereka membahas faktor-faktor ini dalam kaitannya dengan peningkatan risiko
gangguan pendengaran.

Jika orang dewasa yang lebih tua tidak memulai diskusi tentang masalah pendengaran,
perawat mengajukan pertanyaan langsung tentang pemahaman orang tersebut akan defisit

15
pendengaran. Jika orang dewasa yang lebih tua menyangkal memiliki masalah pendengaran
tetapi menunjukkan isyarat perilaku yang menunjukkan adanya kekurangan pendengaran,
perawat memunculkan informasi lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan utama seperti,
“Saya perhatikan Anda mengarahkan telinga kiri ke arah saya. Apakah pendengaran Anda
lebih baik di telinga itu? "

Perawat mengajukan pertanyaan tentang perubahan kegiatan sosial orang dewasa yang
lebih tua untuk mengidentifikasi konsekuensi psikososial dari gangguan pendengaran yang
dapat diatasi melalui intervensi. Jika tidak ada gangguan pendengaran, pertanyaan tentang gaya
hidup tidak harus dimasukkan sebagai bagian dari penilaian pendengaran. Ketika seseorang
mengakui adanya gangguan pendengaran, perawat kemudian bertanya tentang perubahan
terkait dalam kegiatan sosial dan pekerjaan.

Kotak 16-2 pedoman untuk menilai pendengaran


1. Pertanyaan untuk Mengidentifikasi Faktor Risiko untuk Gangguan Pendengaran
1. Apakah Anda memiliki riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran atau tuli?
2. Apakah Anda pernah mendengar suara keras dalam pekerjaan atau aktivitas santai
Anda?
3. Apakah Anda memiliki riwayat salah satu dari yang berikut: diabetes, hipotiroidisme,
penyakit Ménière, atau penyakit Paget?
4. Obat apa yang Anda minum? (Lihat Kotak 16-1 untuk mengidentifikasi obat-obatan
yang berpotensi ototoxic.)
5. Pernahkah Anda terkena dampak lilin di telinga Anda?

1. Pertanyaan untuk Menilai Kesadaran dan Kehadiran Defisiensi Pendengaran


1. Apakah Anda memiliki masalah dengan pendengaran Anda?
2. Pernahkah Anda memperhatikan adanya perubahan dalam kemampuan untuk
memahami percakapan atau mendengar kata-kata?
3. Apakah Anda terganggu oleh suara-suara di telinga Anda, seperti dering atau dengung?

1. Pertanyaan untuk Ditanyakan jika Gangguan Pendengaran Diakui


1. Berapa lama Anda merasakan adanya gangguan pendengaran?
2. Apakah Anda memperhatikan perbedaan pendengaran di telinga kiri Anda,
dibandingkan dengan telinga kanan?
3. Apakah ada kehilangan progresif, atau masalah pendengaran secara tiba-tiba?

16
4. Jelaskan kesulitan pendengaran Anda.
5. Apakah ada kondisi, seperti lingkungan yang bising atau khusus suara yang
mengganggu pendengaran Anda?
6. Apakah gangguan pendengaran Anda mengganggu kemampuan Anda untuk
berkomunikasi dengan orang lain, baik secara individu atau dalam kelompok?
7. Apakah ada kegiatan yang ingin Anda lakukan tetapi merasa tidak bisa karena masalah
pendengaran?
8. Apakah Anda pernah, atau berpikir untuk memiliki alat bantu dengar?
9. Pernahkah Anda mencoba menggunakan alat bantu dengar?

1. Pertanyaan untuk Mengidentifikasi Peluang untuk Pendidikan Tentang Pencegahan


Penyakit dan Promosi Kesehatan
1. Apakah orang tersebut terlibat dalam aktivitas apa pun yang membuat dirinya terpapar
suara keras, seperti memotong kayu atau memotong rumput? Jika demikian, apakah dia
memahami pentingnya mengenakan pelindung telinga?
2. Jika orang tersebut memiliki riwayat impaksi lilin, apakah ia mengambil tindakan
pencegahan?
3. Apakah orang itu merokok atau tinggal di rumah tangga dengan seorang perokok? Jika
demikian, apakah orang tersebut menyadari bahwa ini merupakan faktor risiko
gangguan pendengaran?
4. Bagaimana sikap orang tersebut tentang gangguan pendengaran?
5. Apakah gangguan pendengaran dianggap normal dan tidak dapat diobati?
6. Apakah alat bantu dengar dianggap stigma?
7. Jika orang tersebut tahan terhadap evaluasi audiologis, apa hambatannya? (Misalnya,
apakah ada keterbatasan finansial atau transportasi yang mengganggu dalam
memperoleh alat bantu dengar?)
8. Apakah gangguan pendengaran berkontribusi pada rasa isolasi, depresi, atau harga diri
yang rendah?
9. Apakah orang tersebut hidup di lingkungan yang bising dan merasa lega karena
gangguan pendengaran?

Perawat menilai sikap orang tua terhadap gangguan pendengaran, alat bantu dengar, dan alat
bantu dengar karena sikap ini memengaruhi penerimaan intervensi. Ini adalah aspek penting
dalam mempromosikan pendengaran kesehatan, karena lebih dari sepertiga orang dewasa yang

17
lebih tua bisa mendapat manfaat dari alat bantu dengar, tetapi 89,3% dari mereka tidak
memiliki satu (Hidalgo et al., 2009).

Ketika perawat mengidentifikasi hambatan sikap, mereka dapat merencanakan


intervensi pendidikan kesehatan untuk mengatasi mitos atau kesalahpahaman. Misalnya, orang
dewasa yang lebih tua mungkin percaya bahwa mendengar bantuan terlalu mahal atau sedikit
digunakan, atau mereka mungkin malu untuk menggunakan perangkat yang terlihat oleh orang
lain. Mereka mungkin juga tidak tahu bagaimana cara mengatur evaluasi dan mungkin tidak
percaya iklan tentang alat bantu dengar. Perlawanan terhadap Alat bantu dengar juga dapat
timbul dari kurangnya uang, transportasi, atau motivasi untuk berkomunikasi. Dengan
demikian, perawat fokus bagian dari penilaian tentang hambatan yang cenderung mengganggu
dengan intervensi untuk kesehatan pendengaran.

Persediaan Cacat Pendengaran untuk Lansia (HHIE-S) adalah kuesioner 10-item yang
dapat diberikan kepada yang lebih tua orang dewasa dalam waktu sekitar 5 menit (Gambar 16-
3). Alat ini dikembangkan pada awal 1980-an untuk digunakan dengan orang dewasa yang
lebih tua secara kognitif utuh dalam berbagai pengaturan klinis dan komunitas. Selama 25
tahun sejak publikasi, sudah diterjemahkan ke dalam sembilan bahasa dan penelitian
menemukan bahwa itu adalah alat yang valid untuk mengukur hasil klinis (Montano, 2007).
Kuesioner 10-item ini dapat diberikan dalam waktu sekitar 5 menit untuk menilai keberadaan
dan konsekuensi fungsional dari gangguan pendengaran. Screener Gangguan Pendengaran
Singkat adalah alat laporan diri penilaian 7-pertanyaan sederhana yang direkomendasikan oleh
Hartford Institute for Geriatric Nursing.

18
kurangnya peluang untuk komunikasi. Perasaan malu atau kesalahpahaman bahwa gangguan
pendengaran adalah konsekuensi penuaan yang tak terhindarkan dan tak terelakkan juga bisa
berkontribusi pada penolakan. Kotak 16-3 mencantumkan isyarat perilaku dari perawat harus
mengamati sebagai bagian dari penilaian pendengaran.

Menggunakan Alat Penilaian Pendengaran

Perawat menilai pendengaran dengan menggunakan otoskop untuk memeriksa telinga dan
garpu berputar untuk memeriksa pendengaran. Tujuan pemeriksaan otoskopik adalah untuk
mengidentifikasi impaksi lilin dan faktor-faktor lain yang dapat mengganggu pendengaran,
sedangkan tujuan dari tes garpu balik adalah untuk mendeteksi kehilangan pendengaran yang
merusak organorineural. Audiodoskop genggam adalah alat penilaian lain yang
direkomendasikan dalam pedoman keperawatan; Namun, alat ini tidak tersedia secara luas
seperti otoskop atau garpu putar. Ketika defisit pendengaran diidentifikasi, perawat dapat
merekomendasikan bahwa evaluasi lebih lanjut dilakukan di pusat bicara dan pendengaran atau
oleh dokter spesialis, seperti otolaryngologist.

Pedoman untuk Penilaian Otoscopic dan Tuning Fork

1. Menggunakan Otoscope untuk Menilai Faktor-Faktor Yang Dapat Mengganggu


Pendengaran

1. Pegang otoskop terbalik, sandarkan tangan Anda di kepala orang tersebut untuk
menstabilkan instrumen.

2. Sebelum memasukkan spekulum, tarik pinna ke atas dan ke belakang, sambil


memiringkan kepala orang itu sedikit ke belakang dan ke arah bahu yang berlawanan.

3. Jika serumen telah terakumulasi sampai mengganggu pemeriksaan atau menutup


saluran, ikuti prosedur pengangkatan serumen yang dijelaskan dalam bagian Intervensi
Keperawatan.

4. Temuan otoskopik normal pada orang dewasa yang lebih tua termasuk yang berikut ini.

1. Sejumlah kecil serumen

2. Lapisan epitel merah muda-putih, tidak ada kemerahan atau lesi

19
3. Membran timpani berwarna abu-abu mutiara, yang kurang tembus cahaya pada orang
dewasa yang lebih muda

4. Refleks ringan berlawanan dengan umbo

5. Landmark yang terlihat

2. Menggunakan Garpu Tala untuk Mendeteksi Gangguan Pendengaran

1. Gunakan garpu tala dengan frekuensi 512 hingga 1024 cps (Hz).

2. Pegang garpu tala dengan kuat di batangnya.

3. Tempelkan garpu pada telapak tangan Anda, atau pukul garpu dengan palu karet
refleks, untuk menggerakkannya.

3. Tes Weber

1. Prosedur: Tempatkan ujung garpu tala yang bergetar di tengah dahi orang tersebut.
Tanyakan di mana mereka mendengar suara itu dan apakah suaranya lebih keras di satu
telinga daripada di telinga lainnya.

2. Temuan normal: Suara dari garpu tala terdengar sama di kedua telinga.

3. Temuan abnormal: Suara dari garpu tala terdengar lebih baik di satu telinga,
menunjukkan kemungkinan gangguan pendengaran.

4. Rinne Test

1. Prosedur: Topeng satu telinga, kemudian tempatkan garpu tala yang bergetar pada
proses mastoid dari telinga yang berlawanan sampai orang tersebut menunjukkan
bahwa suara dari getaran tidak lagi dapat didengar. Kemudian, cepat-cepat letakkan
garpu tala di depan saluran telinga dengan bagian atas di dekat saluran telinga.

2. Temuan normal: Durasi getaran garpu tala dapat didengar melalui saluran telinga
sekitar dua kali lebih lama dari waktu saat itu dapat didengar di atas tulang mastoid.

3. Temuan abnormal: Lamanya waktu getaran garpu tala terdengar di depan telinga lebih
pendek dari dua kali selama waktu itu dapat terdengar ketika ditempatkan pada proses
mastoid. Dalam kasus seperti itu, orang tersebut harus menjalani tes lebih lanjut untuk
gangguan pendengaran.

20
1. PERUBAHAN FUNGSI FISIK : PENGLIHATAN

PERUBAHAN TERKAIT USIA YANG MEMPENGARUHI PENGLIHATAN

Fungsi visual tergantung pada urutan proses, dimulai dengan persepsi stimulus
eksternal dan diakhiri dengan pemrosesan impuls saraf di korteks serebral. Perubahan terkait
usia mempengaruhi semua struktur yang terlibat dalam fungsi visual; Namun, dengan tidak
adanya proses penyakit, perubahan bertahap hanya berdampak kecil pada aktivitas sehari-
hari orang yang lebih tua.

Penampilan Mata dan Saluran Air Mata

Perubahan yang berhubungan dengan usia dalam penampilan mata dan kelopak mata
biasanya tidak mempengaruhi penglihatan, tetapi mereka dapat mempengaruhi kesehatan
dengan menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan. Perubahan pada kelopak mata dan
kulit di sekitarnya termasuk hilangnya lemak orbital, perkembangan keriput, penurunan
elastisitas otot-otot kelopak mata, dan akumulasi pigmen gelap di sekitar mata. Perubahan-
perubahan ini berkontribusi pada keseluruhan penampilan mata yang cekung, yang disebut
enophtalmos. kehilangan lemak orbital dan elastisitas otot dapat berkembang sampai
menyebabkan lipatan kelopak mata dan mengganggu penglihatan. Kondisi ini, disebut
blepharochalasis, dapat diobati dengan pembedahan. Relaksasi otot-otot kelopak mata bawah
hingga tingkat yang ekstrem menghasilkan kondisi ectropion atau entropion yang berkaitan
dengan usia. Dalam ektropion, kelopak mata bawah jatuh dari konjungtiva, menghalangi aliran
air mata melalui punctum bawah dan mengurangi pelumasan konjungtiva. Dalam entropion,
kelopak mata bagian bawah menjadi terbalik dan bulu mata mengiritasi kornea, yang akhirnya
menyebabkan infeksi.

Arcus senilis, juga disebut corneal arcus, adalah perubahan lain yang berkaitan dengan
usia dalam penampilan mata yang dapat diamati di sebagian besar mata pada usia 80 atau 90
tahun. Arcus senilis adalah pengembangan cincin kuning atau abu-abu-putih antara iris dan
sklera, yang terjadi karena penumpukan lipid di bagian luar kornea. Studi menunjukkan
hubungan antara arcus senilis dan kondisi berikut: diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia,
merokok, dan penyakit jantung koroner (Fernandez, Sorokin, & Thompson, 2007). Perubahan

21
lain dalam penampilan mata termasuk berkurangnya tembus kornea, menguningnya sclera, dan
memudarnya pigmen pada iris.

Perubahan terkait usia di mata itu sendiri juga memengaruhi kesehatan visual. Struktur
spesifik mata yang berubah seiring bertambahnya usia termasuk kornea, lensa, iris dan pupil,
badan siliaris, cairan vitreus, dan retina.

Mata

Perubahan yang berkaitan dengan usia pada mata itu sendiri juga memengaruhi
kesehatan visual. struktur spesifik mata yang berubah seiring bertambahnya usia termasuk
kornea, lensa, iris dan pupil, badan silia, cairan vitreus, dan retina (gambar 17-1)

Kornea adalah tembus yang menutupi mata yang memantulkan sinar cahaya dan
memberikan 65% hingga 75% dari kekuatan fokus mata. Saat mata menua, kornea menjadi
buram dan kuning, mengganggu perjalanan cahaya, terutama sinar ultraviolet (UV), ke retina.
Perubahan kornea lain, seperti akumulasi endapan lipid, dapat menyebabkan peningkatan
hamburan sinar cahaya dan memiliki efek penglihatan yang kabur. Selain itu, perubahan terkait
usia dalam kelengkungan kornea mempengaruhi kemampuan refraksi

Lensa terdiri dari lapisan konsentris dan avaskular protein bening, kristal. Lensa tidak
memiliki suplai darah, jadi itu tergantung pada humor aqueous untuk fungsi metabolisme dan
dukungan. Serat lensa transparan terus membentuk lapisan baru tanpa menumpahkan lapisan
lama. Ketika lapisan baru terbentuk secara perifer, lapisan lama dikompresi ke dalam menuju
pusat, di mana mereka akhirnya diserap menjadi neclues. Proses ini secara bertahap
meningkatkan ukuran dan kerapatan lensa, menyebabkan tiga kali lipat massanya pada usia 70
tahun. Dengan demikian, lensa secara bertahap menjadi lebih kaku, lebih padat, dan lebih
buram.

Karena perubahan yang berkaitan dengan usia ini, lensa bergerak maju di mata dan
kurang responsif terhadap otot ciliary. Perubahan-perubahan ini juga mengganggu transmisi
sinar cahaya, menyebarkan sinar, menyebarkan sinar yang melewati lensa dan mengurangi
jumlah cahaya yang mencapai retina. Perubahan ini tidak memengaruhi semua panjang
gelombang secara merata; sebaliknya, efek yang paling merusak terjadi dengan panjang
gelombang biru dan ungu yang lebih pendek.

Iris adalah otot sfingter berpigmen yang melebar dan berkontraksi untuk mengontrol
ukuran kepompong dan mengatur jumlah cahaya yang mencapai retina. Dengan bertambahnya

22
usia, iris menjadi sklerotik dan kaku dan pupil menjadi lebih kecil. Perubahan-perubahan ini
mengganggu kemampuan untuk merespon tingkat cahaya yang rendah dan mengurangi jumlah
cahaya yang mencapai retina.B

Tubuh ciliary adalah massa otot, jaringan ikat, dan pembuluh darah yang mengelilingi
lensa. Otot ini mengatur lewatnya sinar cahaya melalui lensa dengan mengubah bentuk lensa.
Badan ciliary bertanggung jawab untuk akomodasi, suatu proses yang mengontrol kemampuan
seseorang untuk fokus pada benda-benda dekat. Selain itu, tubuh ciliary menghasilkan cairan
berair. Karena perubahan yang berkaitan dengan usia, sel-sel otot diganti dengan jaringan ikat,
dan tubuh ciliary secara bertahap menjadi lebih kecil, kaku, dan kurang fungsional. Dengan
bertambahnya usia, sekresi suram dari aqueous humor mengganggu nutrisi dan pembersihan
lensa dan kornea.

Vitreous adalah massa yang jernih, agar-agar yang membentuk zat dalam dan
mempertahankan bentuk bola mata. Perubahan terkait usia menyebabkan zat agar-agar
menyusut dan peningkatan proporsional dalam porsi cairan. Karena perubahan ini, tubuh
vitreous menarik diri dari retina, mengakibatkan gejala seperti floaters, penglihatan kabur,
gambar terdistorsi, atau kilatan cahaya. Selain itu, perubahan-perubahan ini dapat
menyebabkan cahaya menyebar lebih difus melalui cairan vitreus, mengurangi jumlah cahaya
yang mencapai retina.

Proses mengubah rangsangan visual menjadi impuls saraf dimulai pada batang dan
kerucut, yang merupakan pigmen yang memproduksi sel fotoreseptor di retina. Batang tidak
melihat warna, tetapi mereka bertanggung jawab untuk penglihatan di bawah cahaya rendah.
Kerucut membutuhkan tingkat cahaya yang tinggi untuk berfungsi secara efektif, dan mereka
bertanggung jawab untuk persepsi warna dan ketajaman, yang merupakan kemampuan untuk
mendeteksi detail dan membedakan objek. Batang didistribusikan ke seluruh retina perifer dan
kerucut terkonsentrasi di bagian tengah dan paling sensitif dari makula, yang disebut fovea.
Meskipun batang dan kerucut berkurang dengan bertambahnya usia, dampak dari perubahan
ini minimal karena kehilangan kerucut terjadi terutama di pinggiran retina, dengan hanya
sedikit kerugian di fovea. Selain itu, meskipun jumlah batang menurun di retina pusat, ukuran
batang yang tersisa bertambah dan mempertahankan kemampuan mereka untuk menangkap
cahaya. Perubahan terkait usia tambahan dalam struktur retina termasuk akumulasi lipofuscin
dan penipisan dan sklerosis pembuluh darah dan epitel pigmen.

Jalur Retinal-Neural

23
Sel-sel fotoreseptor bergabung dalam sel-sel ganglion dengan gabungan optik.
Neurosensorik dalam infotasi dilewatkan dari saraf optik, melalui thalamus, ke korteks visual.
Perubahan terkait usia yang memengaruhi neuron-neuron ini, serta perubahan sistem saraf
pusat lainnya yang memengaruhi fungsi kognitif, dapat mengganggu fungsi visual pada orang
dewasa yang lebih tua.

EFEK DARI PERUBAHAN PENGLIHATAN TERKAIT USIA

Ketajaman visual terbaik-koreksi mulai menurun pada orang dewasa, terlepas dari ras,
jenis kelamin, etnis, atau status sosial ekonomi, setelah usia 50, bahkan tanpa adanya faktor
risiko. Bahkan orang-orang luar biasa yang memiliki ketajaman visual 20/20 pada usia 90 tahun
mengalami perubahan halus dalam keseluruhan visi dan kualitas optik. Namun, terlepas dari
prevalensi universal dari perubahan penglihatan yang berkaitan dengan usia, kebanyakan orang
dewasa yang lebih tua dapat melakukan aktivitas mereka yang biasa dengan menggunakan alat
bantu penglihatan rendah dan memodifikasi lingkungan mereka. Kerusakan penglihatan, yang
didefinisikan sebagai kehilangan penglihatan yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau
lensa kontak saja, berkisar dari gangguan ringan hingga kebutaan. Gangguan penglihatan
ringan disebabkan oleh perubahan normal yang berkaitan dengan usia, tetapi mereka secara
signifikan diperburuk oleh kondisi lingkungan seperti cahaya yang menyilaukan dan buruk.
Intervensi kompensasi seperti silau dan pencahayaan yang buruk. Intervensi kompensasi untuk
efek perubahan penglihatan terkait usia cukup efektif untuk meningkatkan kesehatan visual.
Sebagai contoh, orang-orang yang menggunakan kacamata baca dan cahaya yang terang tetapi
tidak berani untuk meningkatkan kemampuan membaca mereka mengimbangi gangguan
penglihatan ringan. Gangguan penglihatan ringan ini dibahas pada bagian berikut, dan
konsekuensi dari gangguan penglihatan yang lebih signifikan dibahas dalam Bagian Kondisi
Pengaruhi yang Mempengaruhi Visi.

1. Kehilangan Akomodasi

Presbiopia adalah hilangnya akomodasi, yang merupakan kemampuan untuk fokus


dengan jelas dan cepat pada objek di berbagai jarak. Presbiopia adalah perubahan visi terkait
usia awal dan universal, yang dimulai pada awal masa dewasa dan memengaruhi semua
manusia sampai taraf tertentu pada pertengahan 50-an (Ferrer-Blasco, Gonzalez-Meijome, &

24
Montes-Mico, 2010). Perubahan visi ini disebabkan oleh perubahan degeneratif yang secara
bertahap memperluas titik dekat visi, yang merupakan titik terdekat di mana objek kecil dapat
dilihat dengan jelas. Sebuah contoh khas dari efek presbiopia adalah kebutuhan untuk
memegang bahan bacaan yang lebih jauh dari mata untuk fokus dengan jelas pada poin.

2. Ketajaman Visual

Ketajaman visual biasanya dinilai dengan menggunakan Snellen chart, dan


diukur dengan nilai normal 20/20. Ketajaman visual paling baik di sekitar usia 30 tahun,
setelah itu secara bertahap menurun. Ketajaman hasil berkurang dari perubahan mata
terkait usia, termasuk ukuran pupil menurun, hamburan cahaya di kornea dan lensa,
kekeruhan lensa dan cairan vitreus, dan hilangnya sel fotoreseptor di retina. Perubahan
ini mengganggu dengan masuknya cahaya ke retina, menyebabkan tiga kali lipat
pengurangan iluminasi retina antara usia 20 dan 60 tahun. Ketajaman juga dipengaruhi
oleh kondisi, seperti ukuran dan pergerakan objek dan jumlah cahaya yang dipantulkan
sebuah Objek. Karena pencahayaan yang buruk menambah efek perubahan mata terkait
usia sehubungan dengan ketajaman visual, lansia membutuhkan lebih banyak
penerangan untuk melihat objek dengan jelas. Selain itu, karena ketajaman visual lebih
terganggu untuk bergerak objek daripada objek stasioner, ini menjadi lebih terganggu
dengan meningkatnya kecepatan objek. Perubahan ini dalam ketajaman visual
khususnya dapat memengaruhi kompetensi mengemudi malam.

3. Adaptasi Gelap dan Terang Tertunda

Kemampuan untuk merespons cahaya redup, yang disebut adaptasi gelap, ini
mulai menurun sekitar usia 20 tahun dan berkurang lebih jelas setelah usia 60.
Penurunan ini dikaitkan dengan menurun penerangan retina dan perubahan terkait usia
di jalur retina dan retina-saraf. Akibatnya, orang dewasa yang lebih tua membutuhkan
lebih banyak waktu untuk beradaptasi dengan pencahayaan redup saat bergerak dari
lingkungan yang lebih terang ke yang lebih gelap. Misalnya ketika memasuki bioskop
gelap, orang tua perlu waktu ekstra untuk beradaptasi dengan perubahan pencahayaan
sebelum melanjutkan ke kursi. Perubahan yang berkaitan dengan usia pada lensa dan
pupil mengganggu respons terhadap cahaya terang karena mengurangi jumlah cahaya
mencapai retina. Secara ringkas, ini artinya orang yang lebih tua merespons cahaya

25
dengan lebih lambat, seperti melihat mobil atau lampu depan bus akan membutuhkan
lebih banyak waktu untuk pulih paparan cahaya silau dan terang.

4. Peningkatan Sensitivitas Silau

Silau terjadi ketika cahaya yang tersebar di media optik berkurang kejelasan
gambar visualnya. Silau dialami saat cahaya tercermin dari permukaan mengkilap,
ketika cahaya berlebihan terang atau fokus tidak tepat, atau ketika cahaya terang berasal
dari beberapa sumber sekaligus. Silau diklasifikasikan menurut ke tiga jenis: jilbab,
menyilaukan, dan scotomatic. Berjilbab silau disebabkan oleh hamburan cahaya di atas
permukaan retina dan menghasilkan kontras yang berkurang dari objek yang dilihat.
Silau berjilbab terjadi, misalnya, ketika cahaya neon lampu di toko kelontong
mencerminkan penutup plastik bening lebih dari produk makanan dalam kotak putih.
Cahaya menyilaukan, yang disebabkan oleh tampilan visual yang cerah, mengganggu
kemampuan untuk melihat detail yang jelas. Direktori berpenutup kaca di pusat
perbelanjaan yang terang mall menghasilkan cahaya yang menyilaukan yang
mengganggu kemampuan seseorang membaca kata-kata dalam direktori, terutama jika
ada perbedaan yang buruk antara huruf dan latar belakang. Silau Scotomatic adalah
silau yang menyilaukan disebabkan oleh hilangnya sensitivitas retina dan stimulasi
berlebih pigmen retina selama paparan cahaya terang. Sebagai contoh, sinar matahari
dapat membuat silau skotomatik, terutama saat matahari terbit atau terbenam.

Dimulai pada dekade kelima, perubahan terkait meningkatnya usia sensitivitas


seseorang terhadap cahaya dan waktu yang diperlukan untuk pulih dari cahaya.
Sensitivitas cahaya dipengaruhi terutama dengan kekeruhan lensa; Namun, itu juga
dipengaruhi oleh perubahan terkait usia pada pupil dan vitreous. Secara fungsional,
perubahan ini dapat secara signifikan mempengaruhi kemampuan orang tersebut untuk
membaca tanda-tanda yang berada di jalan, melihat objek, mengemudi di malam hari,
dan melakukan manuver dengan aman di lingkungan yang cerah. Di banyak bangunan
modern dan mall perbelanjaan, lampu yang terang, jendela yang besar, dan lantai
reflektif menghasilkan cahaya silau yang dapat menyebabkan kecelakaan dan persepsi
yang tidak akurat.

26
5. Bidang Visual berkurang

Bidang visual adalah area berbentuk oval yang mencakup total melihat bahwa
orang mempersepsikan sambil melihat pada titik tertentu lurus kedepan. Ruang lingkup
bidang visual sedikit menyempit antara usia 40 dan 50 tahun dan kemudian menurun
dengan stabil. Secara fungsional, bidang visual penting ketika orang terlibat dalam
tugas-tugas yang membutuhkan persepsi luas terhadap lingkungan dan benda bergerak.
Berjalan di tempat ramai dan mengendarai kendaraan adalah contoh kegiatan yang
bergantung di bidang visi.

6. Persepsi Kedalaman Berkurang

Persepsi kedalaman adalah keterampilan visual yang bertanggung jawab untuk


menemukan objek dalam ruang tiga dimensi, menilai perbedaan dalam kedalaman
objek, dan mengamati hubungan antar objek di ruang hampa. Secara fungsional,
persepsi mendalam memungkinkan orang untuk menggunakan benda secara efektif dan
bermanuver dengan aman di lingkungan. Stereopsis, atau perbedaan antara gambar
retina itu disebabkan oleh pemisahan kedua mata, adalah karakteristik mata utama
yang mempengaruhi persepsi kedalaman. Faktor tambahan yang mempengaruhi
persepsi kedalaman meliputi pengalaman persepsi periode sebelumnya dari pengamat;
pergerakan kepala pengamat atau tubuh; dan karakteristik objek, seperti ukuran, tinggi,
jarak, tekstur, kecerahan, dan bayangan. Meskipun Persepsi menurun dengan
bertambahnya usia, penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada perubahan terkait
usia dalam stereopsis, orang dewasa yang lebih tua bisa untuk membedakan perbedaan
kedalaman dengan cara yang serupa untuk orang dewasa yang lebih muda.

7. Penglihatan Warna Yang Berubah

Pigmen di kerucut retina menyerap cahaya dalam warna merah, biru, atau
rentang spektrum kuning. Seperti banyak fungsi visual lainnya Dalam hal ini, persepsi
warna dipengaruhi oleh jenis dan jumlah gelombang cahaya mencapai retina.
Akibatnya, segala usia terkait perubahan yang mengganggu iluminasi retina —
termasuk kekeruha lensa, miosis pupil, retina atau perubahan retina— dapat
mengganggu persepsi warna yang akurat. Opacfikasi dan menguningnya lensa
langsung mengganggu panjang gelombang yang lebih pendek, menyebabkan persepsi
perubahan biru, hijau, dan violet. Rendahnya tingkat pencahayaan dan lingkungan

27
lainnya. faktor lingkungan juga mengganggu persepsi warna. Secara fungsional,
persepsi warna yang diubah dimanifestasikan sebagai objek relatif biru gelap dan
persepsi menguning cahaya putih. Persepsi warna yang akurat tidak penting dalam
semua kegiatan sehari-hari, tetapi penting, misalnya, dalam berbagai antara obat yang
warnanya sama atau nada, terutama yang berwarna biru-hijau dan kuning-putih
rentang. Selain itu, persepsi warna yang berubah dapat mengganggu deteksi makanan
manja.

8. Fusi kedip Kritis Berkurang

Fusi kedip kritis adalah titik di mana cahaya terputus-putus. Sumber dianggap
sebagai cahaya yang kontinu, bukan berkedip. Kemampuan untuk memahami lampu
kilat secara akurat adalah fungsi reseptor retina dan dipengaruhi oleh faktor
ekstraokular, seperti ukuran, warna, dan pencahayaan objek. Terkait usia perubahan
pada retina dan jalur retina-saraf, juga perubahan yang mengurangi iluminasi retina,
mengganggu fusi kedip kritis. Rendahnya tingkat pencahayaan semakin memperburuk
efek dari perubahan ini. Secara fungsional, fusi kedip kritis berkurang mendistorsi
persepsi cahaya yang berkedip, membuatnya muncul menjadi cahaya kontinu. Dengan
demikian fusi kedip kritis yang berkurang dapat mengganggu penegasan kendaraan
darurat dan lampu konstruksi jalan, terutama di malam hari.

9. Memproses Informasi Visual Lebih Lambat

Perubahan terkait usia dari jalur retina-neural mempengaruhi akurasi dan


efisiensi pemrosesan informasi visual. Dengan demikian, orang dewasa yang lebih tua
umumnya membutuhkan lebih banyak waktu untuk memproses visual informasi, tetapi
efeknya minimal atau diabaikan ketika tugas sudah biasa. .

28
FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN PENGLIHATAN

Faktor gaya hidup, nutrisi, dan lingkungan — termasuk baik kondisi langsung maupun
jangka panjang — usia yang memburuk terkait perubahan visi dan mengganggu kesehatan
visual. Untuk contoh, jangka panjang paparan untuk sinar UV (yaitu, sinar matahari) adalah
terkait dengan perkembangan katarak (terkait usia perubahan lensa) dan hilangnya sel
fotoreseptor, khususnya kerucut. Selain itu, lansia lebih rentan terhadap mata kerusakan akibat
sinar matahari karena perubahan yang berkaitan dengan usia mengubah pelindung.
Menanggapi berbahaya Sinar UV. Lebih hangat lingkungan suhu terkait dengan usia onset dini
untuk presbyopia (mis., kehilangan penglihatan dekat). Kering mata dapat disebabkan oleh
lingkungan kondisi seperti angin, sinar matahari, rendah kelembaban,dan perokok pasif.
Lingkungan lainnya pengaruh pada visual kesehatan termasuk silau, pencahayaan redup, dan
kontras warna yang buruk. Merokok adalah faktor gaya hidup yang meningkatkan risiko
katarak dan degenerasi makula. Satu studi ditemukan bahwa merokok dikaitkan dengan sekitar
empat kali peluang gangguan penglihatan lebih tinggi (Jin & Wong, 2008).

Kondisi kronis dapat mempengaruhi fungsi visual dengan berbagai cara. Gangguan
penglihatan umumnya terjadi pada orang dengan penyakit Alzheimer atau Parkinson, bahkan
selama tahapan awal. Demensia dengan tubuh Lewy biasanya ditandai oleh halusinasi dan
gangguan visual visuospatial keterampilan (Hamilton et al., 2008). Orang-orang dengan
diabetes meningkat risiko untuk berkembang katarak, glaukoma, dan diabetes retinopati.
Orang-orang dengan hipertensi atau hiperkolesterolemia adalah berisiko lebih tinggi untuk
AMD. Malnutrisi telah dikaitkan dengan pengembangan katarak, dan vitamin A kekurangan
telah terkait dengan kering mata dari berkurangnya produksi air mata. Obat-obatan yang
berhubungan dengan efek buruk pada penglihatan termasuk aspirin, haloperidol, antiinflamasi
nonsteroid agen, antidepresan trisiklik, digitalis, antikolinergik, fenotiazin, isoniazid,
tamoxifen, amiodarone, sildenafil, dan lisan atau kortikosteroid inhalasi. Katarak umum terjadi
pada orang dengan glaukoma karena obat antikolinesterase. Digunakan dalam glaucoma
pengobatan. Obat-obatan yang dapat menyebabkan atau berkontribusi untuk kering mata
termasuk estrogen, diuretik, antihistamin, antikolinergik, fenotiazin, beta-blocker, dan agen
antiparkinson. Sistemik antikoagulan dapat mempercepat pendarahan intraocular di orang
dengan yang sudah ada sebelumnya degenerasi makula.

KONSEKUENSI FUNGSIONAL YANG MEMPENGARUNHI KESEHATAN VISUAL

29
Gangguan penglihatan paling serius yang memengaruhi lansia dikaitkan dengan
kondisi patologis, seperti katarak, glaukoma, atau AMD, yang semuanya semakin cenderung
terjadi dengan usia lanjut. Tunanetra dikategorikan sebagai "fungsional" ketika ketajaman
20/50 atau lebih buruk, seperti "visi rendah" saat itu antara 20/70 dan 20/200, dan sebagai
"buta" ketika 20/400 atau lebih buruk. Kesulitan melihat, bahkan dengan koreksi lensa,
mempengaruhi 13,6% orang di antara usia 65 dan 74 tahun, 20% dari mereka yang berada di
antara usia 75 dan 84 tahun, dan 26,5% dari 85 tahun tersebut dan lebih tua (Federal Interagensi
Forum Terkait Penuaan Statistik, 2008). Berikut menggambarkan konsekuensi fungsional yang
terkait dengan jenis gangguan penglihatan yang kemungkinan besar terjadi pada lansia.

1. Efek Keamanan dan Fungsi

Karena gangguan penglihatan berhubungan dengan banyak aspek keselamatan dan fungsi,
orang-orang yang tunanetra cenderung lebih tergantung pada aktivitas kehidupan sehari-hari
mereka. Terkait usia visi berubah paling langsung mempengaruhi berikut kegiatan:

1. Keluar

2. Mengemudi kendaraan

3. Belanja bahan makanan

4. Naik dan turun tangga

5. Masuk dan keluar dari tempat tidur atau kursi

6. Melakukan manuver dengan aman di lingkungan yang gelap atau asing

7. Melihat tanda pada jam, radio, termostat, peralatan, dan televisi

8. Membaca koran, direktori, tanda-tanda cetak kecil dan poster, dan label pada item
makanan dan wadah obat.

Sebagian besar kegiatan ini dipengaruhi tidak hanya oleh perubahan dalam keterampilan visual
tetapi juga oleh kondisi lingkungan, seperti silau dan pencahayaan. Gangguan penglihatan
mengancam fungsi yang aman karena mereka dapat mempengaruhi gaya berjalan,
keseimbangan, dan stabilitas postural. Mereka juga meningkatkan risiko jatuh, patah tulang,
dan cedera serius lainnya sekunder karena jatuh. Penelitian telah menemukan hubungan antara
gangguan penglihatan dan peningkatan risiko semua hal berikut: air terjun, kematian, patah
tulang pinggul, ketidakpatuhan pengobatan, kecelakaan mobil, dan penurunan kualitas hidup

30
(Kalinowski, 2008). Spesifik visi terkait usia mengubah hal itu meningkat risiko jatuh termasuk
ketajaman berkurang, berkurang visual bidang, persepsi kedalaman berkurang, gangguan
kontras kepekaan, dan peningkatan sensitivitas untuk melotot.

9. Kualitas Hidup

Perubahan visi terkait usia berkembang secara bertahap dan sering berubah tanpa disadari
selama bertahun-tahun. Saat perubahan berlangsung dan mengganggu dengan kegiatan biasa,
orang dewasa yang lebih tua mungkin menarik dari kegiatan daripada mengakui masalah
penglihatan atau sesuaikan dengan itu perubahan. Studi telah menemukan gangguan
penglihatan adalah terkait dengan kecemasan,depresi, dan lebih rendah level psikologis
kesejahteraan (Mabuchi et al., 2008). Satu studi ditemukan kehilangan penglihatan itu
prediktor kuat dari kedua onset dan kegigihan depresi (Chou, 2008). Tentu saja, gaya hidup
seseorang yang biasa mempengaruhi luasnya dari setiap dampak psikososial yang terkait
dengan perubahan visi. Jika kegiatan rekreasi yang disukai membutuhkan keterampilan visual
yang baik, semakin tua orang dewasa cenderung menjadi bosan dan bahkan tertekan saat
penglihatan perubahan mengganggu usaha, seperti membaca, jahit, atau menjahit. Demikian
pula, kapan artistik pengejaran dan hiburan acara penting kegiatan, berkurang visual fungsi
dapat mengganggu kualitas hidup orang tersebut. Oleh Sebaliknya, efeknya gangguan
penglihatan pada gaya hidup mungkin menjadi minimal untuk orang yang lebih suka musik
atau kegiatan lainnya bahwa kurang tergantung pada keterampilan visual. Lingkungan hidup
dan sistem pendukung seseorang adalah yang lain penentu konsekuensi psikososial penglihatan
perubahan. Keterampilan visual yang baik lebih penting bagi orang yang hidup sendiri atau
yang menyediakan perawatan untuk orang lain daripada mereka untuk orang-orang yang hidup
dengan, atau sering berhubungan dengan, orang lain yang memiliki visi yang baik. Juga, jika
tunanetra orang dapat memodifikasi lingkungan tempat tinggal mereka sebagai kompensasi
untuk gangguan, konsekuensi psikososial akan diminimalkan. Sebaliknya, orang yang hidup
dalam kelembagaan pengaturan mungkin mengalami konsekuensi negatif yang relatif lebih
besar karena ketidakmampuan mereka untuk mengubah lingkungan kondisi. Beberapa orang
dewasa yang lebih tua yang melihat penurunan penglihatan berkembang ketakutan yang secara
negatif mempengaruhi kualitas hidup mereka. Sebagai contoh, orang mungkin keliru takut
menjadi buta jika mereka mengira mereka memiliki penyakit serius dan progresif ketika, pada
kenyataannya, mereka memiliki kondisi yang dapat diobati. Ketakutan akan kebutaan mungkin

31
didasari pada mitos, informasi yang tidak akurat, atau pengalaman teman yang memiliki
gangguan penglihatan yang serius. Negatif atau sikap putus asa tentang perubahan visi dapat
menghalangi yang lebih tua orang dari mengakui masalah atau mencari bantuan. Ketakutan
akan jatuh adalah sumber kecemasan lain yang terkait gangguan penglihatan. Persepsi
kedalaman yang tidak akurat dapat menyebabkan sering menabrak benda, dan orang dewasa
yang lebih tua mungkin merasa tidak aman dan bahkan tidak aman dikenal lingkungan. Jika
orang telah berpengalaman air terjun atau tersandung, atau tahu siapa menderita fraktur akibat
jatuh, ketakutannya mungkin menjadi diperbesar.

10. Berkendaraan/ driving

Perubahan penglihatan dapat secara signifikan memengaruhi keterampilan mengemudi dan


memberikan dampak mendalam pada orang dewasa yang lebih tua, keluarga mereka, dan
masyarakat. Karena mengemudi dikaitkan dengan banyak hal masalah keamanan dan
kemandirian untuk pengemudi dan keluarga mereka — dan karena driver tidak aman
tempatkan orang lain dalam bahaya — di sana telah intens dan meningkatnya minat pada efek
visi perubahan saat mengemudi keterampilan orang dewasa yang lebih tua. Visual ukuran
pengaruh mengemudi itu kemampuan dekat visi, visual pencarian, visi dinamis, sensitivitas
kontras, dan visual pengolahan kecepatan. Konsekuensi dari gangguan penglihatan dengan
menganggap untuk mengemudi termasuk yang berikut ini:

1. Adaptasi gelap dan cahaya yang lambat menciptakan masalah saat mengemudi masuk
dan keluar dari terowongan dan saat mengemudi di malam hari jalan-jalan dengan
pencahayaan variabel.

2. Penglihatan tepi yang berkurang mengganggu visual yang luas bidang yang penting
untuk menghindari tabrakan.

3. Ketajaman yang menurun mengganggu persepsi bergerak benda, terutama kendaraan


yang bergerak cepat.

4. Akomodasi yang berkurang dan ketajaman menimbulkan masalah ketika orang dewasa
yang lebih tua mencoba membaca indikator dasbor setelah fokus di jalan.

5. Silau mengganggu persepsi objek dan bertambah karena kondisi hujan, salju, atau
cerah.

32
6. Sinar matahari cerah tak lama setelah matahari terbit atau sebelum matahari terbenam
bisa secara signifikan mengganggu persepsi merah dan hijau lampu lalu lintas karena
peningkatan sensitivitas terhadap silau.

7. Jika mobil memiliki jendela berwarna, iluminasi berkurang

8. lebih lanjut mengganggu keterampilan visual.

Dalam beberapa tahun terakhir, dokter gigi dan dokter gigi sedang focus perhatian pada
mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi mengemudi di yang lebih tua orang dewasa,
dan banyak penelitian menyebut keterampilan visual sebagai hal yang penting faktor. Untuk
contoh, Baldock, Berndt, dan Mathias (2008) menemukan driver itu dengan deficit dalam
sensitivitas kontras adalah mungkin untuk mendekati titik di jalan di mana sebuah manuver
diperlukan (mis., persimpangan) terlalu cepat. Studi telah juga menemukan hubungan antara
menyetir penghentian dan semua itu berikut ukuran fungsi visual: katarak, glaukoma,
sensitivitas kontras, ketajaman visual dasar, dan pe ripheral visual bidang deficit (Ackerman,
Edwards, Ross, Bola, & Lunsman, 2008; Ramulu, Barat, Munoz, Jampel, & Friedman, 2009).

KONDISI PATOLOGI YANG MEMPENGARUHI PENGLIHATAN

1. Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat


terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat keduanya. Merupakan kelainan lensa dimana lensa yang
seharusnya bening dan transparan berubah menjadi keruh sehingga
kehilangan daya akomodasinya.

Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat
kelainan kongenital atau penyakit penyulit mata lokal menahun.

Etiologinya dapat berupa proses penuaan, kongenital, penyakit lain ( Diabetes melitus,
Glaukoma, Uveitis, Ablatio retina ), keracunan obat, dan kecelakaan.

Tanda dan gejala :

1. penurunan penglihatan secara perlahan-lahan tanpa disertai dengan mata merah


2. lebih nyaman pada daerah yang lebih redup ( sore hari lebih nyaman daripada malam hari)

33
3. Myopia → karena hidrasi, lensa menjadi lebih cembung
4. Tidak ada gangguan lapangan pandang

Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Katarak developmental : kongenital atau juvenil


2. Katarak degeneratif : katarak senile
3. Katarak komplikata
4. Katarak traumatik
5. Katarak sekunder
Katarak Senille secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu :

1.Katarak Senille Stadium Insipien

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk
antara selat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak
insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan polipia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Senille Stadium Intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif


menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mangakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang
berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.

3. Katarak Senille Stadium Imatur

34
Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa, hanya sebagian lensa
yang keruh. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma
sekunder.

4. Katarak Senille Stadium Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.


Kekeruhan ini dapat terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Kedalamam bilik mata depan akan
normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.

5. Katarak Senille Stadium Hipermatur

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,


dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam
dan lipatan kapsul lensa (wrinkled capsul ). Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus
sehingga hubungan dengan Zonulla Zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut terus
disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan mencair tidak dapat
keluar. Maka korteks akan memperlihatkan bentuk seperti sekantung susu disertai disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat, dan korteks tersebut
akan membentuk air fluid level. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Pada keadaan
ini dapat timbul berbagai macam komplikasi.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat katarak adalah :

1. Glaukoma
Ada beberapa fase dari katarak yang dapat menyebabkan glaukoma, yaitu :

1. Phacomorphic Glaucoma

35
Pada keadaan ini, lensa menjadi bertambah besar ukurannya akibat menyerap cairan →
iris terdorong ke depan → pendangkalan dari bilik mata depan → sudut bilik mata
depan menjadi sempit bahkan menutup → menghambat trabecular meshwork → aliran
aqueous humor terhambat → tekanan intraokuler meningkat → glaukoma sudut
tertutup sekunder

2. Phacolytic Glaucoma
Pada katarak stadium hipermatur, terjadi pengkerutan korteks diikuti keluarnya masa
lensa ke bilik mata depan → iris terdorong ke belakang → trabecular meshwork
tehambat → aliran aqueous humor terhambat → tekanan intraokuler meningkat →
glaukoma sudut terbuka sekunder

3. Phacotopic Glaucoma
1. Kapsul lensa keriput → dislokasi lensa → blocking pupil → aliran aqueous
menuju bilik mata depan terganggu → peningkatan tekanan intraokular →
glaukoma
2. Perubahan bentuk vitreus → mendorong lensa ke depan → blokade pupil → aliran
aqueous terganggu → peningkatan tekanan intraokular → glaukoma
2. Uveitis
Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak hipermatur, dimana pada katarak hipermatur
terjadi pencairan korteks lensa sehingga masa lensa keluar ke bilik mata depan. Keadaan
ini menyebabkan timbulnya reaksi imun dari tubuh, karena protein pada masa lensa yang
seharusnya terdapat dalam lensa, dianggap sebagai benda asing oleh tubuh ketika protein
tersebut terdapat pada bilik mata depan. Hal ini menyebakan timbul reaksi inflamasi yang
mengenai iris dan badan siliar disebut Uveitis anterior.

3. Subluksasi dan dislokasi lensa


Komplikasi ini timbul pada keadaan katarak stadium hipermatur. Hal ini terjadi akibat
Zonula Zinn yang merupakan penggantung lensa menjadi lemah atau rapuh dan rusak pada
keadaan katarak stadium hipermatur, sehingga dapat menyebabkan subluksasi atau
dislokasi lensa.

Terapi

Pengobatan katarak senille adalah pembedahan atau ekstraksi, dimana lensa yang sudah keruh
tersebut diangkat.Dapat dilakukan dengan teknik intrakapsular ekstraksi dan ekstrakapsular
ekstraksi.

36
Operasi katarak intrakapsular atau Ekstraksi Katarak Intrakapsular ( EKIK ).

Pembedahan dilakukan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dapat


dilakukan pada keadaan dimana Zonula Zinn telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah putus.

Pada katarak ekstraksi intrakapsular tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan
tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Pembedahan ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dan pemakaian alat khusus sehingga penyulit yang terjadi bisa
minimal.

Katarak ekstraksi intrakapsular ini tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini adalah astigmatisme, glaukoma, uveitis,
endoftalmitis dan perdarahan.

Operasi katarak ekstrakapsular atau Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular ( EKEK )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat
keluar melalui robekan tersebut.

Termasuk dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, perencanaan sekunder implantasi lensa
intraokular, kemungkinan akan dilakukannya bedah glaukoma, mata dengan predisposisi
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolaps badan kaca, sebelumnya mata
mengalami ablasi retina, mata dengan sitosis makular edema, pasca bedah ablasi, sehingga
pencegahan menjadi sulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca.Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

Sekarang ini terdapat pembedahan katarak dengan teknik Phacoemulsification yang


merupakan teknik EKEK modern, dimana lensa dikeluarkan melalui lubang yang dibuat pada
kapsul anterior. Inti (nukleus) lensa dihancurkan dengan jarum ultrasonik yang kemudian
diaspirasi. Sayatan kornea pada teknik ini minimal sekali ± 2-3 mm, sehingga meminimalkan
komplikasi yang dapat terjadi. Teknik ini relatif lebih aman, tetapi biaya yang dibutuhkan lebih
besar dan alat-alat yang digunakan lebih kompleks.

37
4. Glaukoma

Glaukoma adalah penyakit mata yang umumnya terjadi pada usia di atas 40 tahun, ditandai
dengan :

Peningkatan tekanan Penyempitan lapangan Atropi papil saraf opticus


intraokular pandang

Ada 2 macam glaukoma, yaitu :

1. primer
2. sekunder

Glaukoma Primer

Glaukoma primer ada 2 macam yaitu :

Glaukoma sudut sempit atau tertutup Glaukoma sudut lebar atau terbuka

Glaukoma Sudut Tertutup

Pada glaukoma jenis ini melewati 4 stadium yaitu :

1. Stadium Prodormal

38
Stadium ini mempunyai ciri khas ialah terjadinya serangan ( Attack ) , tekanan intraokuler
mendadak meningkat, dengan keluhan pusing, visus menurun, mata sakit, mual muntah,
dan adanya halo disekitar benda yang dilihat. Gambaran obyektif ditemukan adanya tanda
kongestif berupa injeksi siliar, edema kornea dan iris, bilik mata depan yang dangkal, dan
pupil melebar.

2. Stadium Akut
Bila stadium prodormal tidak dikelola dengan baik,akan timbul stadium akut, keluhan
subyektif dan gambaran kongestif menetap, kadang-kadang disertai Cephalgia dan mual.
Pada funduskopi ditemukan Excavatio Glaucomatosa. Stadium ini merupakan kedaruratan
medis.

3. Stadium Kronis
Masih ada gambaran kongestif dengan tambahan kelainan yang disebabkan oleh proses
yang menetap dan lama, yaitu Keratophatia Bullosa dan Staphiloma Scelerae. Tekanan
intraokular yang tinggi, sulit diturunkan dengan obat.

4. Stadium Absolut
Terjadi kebutaan ( Ophtalmological Blind ) dengan visus nol, tidak dapat melihat atau
menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi dengan upaya apapun.

Gambar 11. Iridektomi Perifer

Upaya pencegahan kebutaan dan glaukoma harus dilakukan sedini mungkin ialah pada stadium
prodormal, dilakukan operasi Iridectomy. Bila terjadi perubahan ( Atrophy ) pada papil saraf
optik visus tidak lagi dapat normal.

Glaukoma Sudut Terbuka

39
Dalam perjalanan proses penyakit ini tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang
mencolok, visus turun perlahan dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak sakit
umumnya penderita datang berobat terlambat, pada pemeriksaan funduskopi sudah tampak
terjadi Excavatio Glaucomatosa dan atofi papil saraf opticus. Pengelolaan penyakit ini lebih
ditekankan pada pemakaian obat-obat anti glaukoma. Operasi baru dilakukan bila tekanan
intraokuler tinggi menetap tidak dapat turun dengan pemberian obat. Pemakaian obat anti
glaukoma dengan jangka panjang sering menimbulkan keluhan dan efek samping obat. Obat
dapat dihentikan sementara dan digantikan dengan tindakan Laser Trabeculoplasty. Obat
digunakan lagi setelah kira-kira 2 bulan.

Gambar 12. Laser Trabekulektomi

5. Age Related Macular Degeneration ( Armd )

Ada dua tipe ARMD yaitu :

1. Atrophic ARMD

2. Exudative ARMD

Beberapa faktor risiko terjadinya ARMD :

1. Aterosklerosis
2. Diet lipid tinggi
3. Kadar kolesterol serum tinggi
4. Merokok
5. Refraksi anomali hipermetropia
Teori mengemukakan bahwa ARMD disebabkan oleh kerusakan Retinal Pigment
Epithelium ( RPE ) akibat dari terkena paparan sinar yang kuat (Excessive Exposure to Light)
atau karena defisiensi vitamin anti oksidan dan mineral dalam diet, semua itu tidak pasti.

40
Patogenesis ARMD berpangkal pada peningkatan resistensi sirkulasi koroid (tekanan
Chorio-Capilar), menyebabkan gangguan perfusi, gangguan metabolisme dalam RPE,
degenerasi dan atrofi RPE, ini merupakan gambaran ARMD tipe atrofi.

Peningkatan tensi Chorio-Capillaris menyebabkan gangguan transpor metabolit di dalam


RPE terjadi akumulasi drusendan deposit pada membrana basalis juga deposit lipid dan
membrana Bruch mudah terjadi RPE detachment serta membran neo vaskuler Choroidal. Ini
gambaran klasik dari ARMD exudative dan proliferative.

Prognosis Qua ad vitam dari kedua jenis ARMD ini adalah malam, terutama pada tipe
proliferative sangat mudah terjadi perdarahan sub-retina, akibat visus mendadak hilang.

PENGKAJIAN PENGLIHATAN DALAM KEPERAWATAN

Penilaian Visi

Penilaian keperawatan tentang penglihatan bertujuan untuk mengidentifikasi berikut:

1. Faktor-faktor yang mengganggu kesehatan visual

2. Masalah penglihatan

3. Dampak perubahan visi pada keselamatan, kemandirian, atau kualitas hidup

4. Peluang untuk mempromosikan kesehatan visual

5. Hambatan untuk mengimplementasikan intervensi.

Penilaian fungsi visual keperawatan bukanlah pengganti untuk pemeriksaan oleh spesialis
perawatan mata. Sedangkan tujuan pemeriksaan oleh spesialis perawatan mata adalah untuk
mendeteksi dan memulai pengobatan yang tepat untuk masalah penglihatan, tujuannya
penilaian keperawatan adalah untuk membantu orang dewasa yang lebih tua dalam
meminimalkan konsekuensi negatif dari perubahan penglihatan. Perawatan penilaian juga
bertujuan mengidentifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dapat diatasi melalui
promosi kesehatan. Perawat memiliki kemampuan visual dengan mewawancarai orang dewasa
yang lebih tua (atau pengasuh orang dewasa yang lebih tua bergantung), dengan mengamati
orang yang lebih tua kemampuan orang dewasa untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari, dan dengan menguji keterampilan visual orang tua.

Wawancara Tentang Perubahan Visi

41
Perawat menggunakan pertanyaan wawancara untuk memperoleh informasi berikut:
faktor risiko masa lalu dan sekarang untuk gangguan penglihatan, yang kesadaran seseorang
akan perubahan visi, dampaknya perubahan kegiatan sehari-hari dan kualitas hidup, dan
perilaku orang tersebut tentang intervensi (Kotak 17-1). Wawancaradimulai dengan pertanyaan
langsung tentang kesadaran orang tersebut perubahan visi. Jika orang tersebut mengakui
gangguan visual, perawat mendapatkan detail tambahan tentang onset dan perkembangan
perubahan visi. Perawat juga bertanya tentang gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan
atau yang menunjukkan kemungkinan adanya proses penyakit. Perawat kemudian bertanya
tentang dampak perubahan penglihatan pada kegiatan orang biasa atau yang diinginkan. Jika
orang tersebut mengakui perubahan penglihatan, perawat dapat mengajukan pertanyaan
spesifik tentang bagaimana perubahan ini memengaruhi aktivitas biasa. Jika orang tersebut
tidak menyadari perubahan penglihatan, perawat bertanya tentang hal itu kesulitan melakukan
kegiatan yang kompleks, seperti mengemudi, belanja, dan persiapan makan. Pertanyaan
tentang waktu luang minat dimasukkan ke dalam wawancara untuk mendapatkan informasi
tentang konsekuensi psikososial dari peningkatan visi. Meskipun orang dewasa yang lebih tua
mungkin tidak bergaul perubahan gaya hidup dengan gangguan penglihatan, pertanyaan
tentang perubahan dalam hobi dan kegiatan rekreasi dapat membantu perawat mengidentifikasi
kebutuhan intervensi untuk meningkatkan kesehatan visual. Karena penglihatan yang buruk
meningkatkan risiko jatuh, terutama jatuh terkait tersandung, perawat bertanya tentang sejarah
tersandung, jatuh, dan hampir jatuh

Mengidentifikasi Peluang untuk Promosi Kesehatan

Perawat mengidentifikasi peluang untuk promosi kesehatan dengan bertanyatentang


praktik perawatan mata biasa orang tersebut dan tentang faktor-faktor yang dapat mengganggu
kesehatan visual. Informasi tentang Swap to Englishsumber, frekuensi, dan tanggal
pemeriksaan mata orang tersebut sangat berguna untuk merencanakan intervensi promosi
kesehatan yang membahas deteksi dini penyakit mata. Perawat juga dengarkan indikator mitos
atau kesalahpahaman itu harus ditangani melalui pendidikan kesehatan. Jika orang tersebut
memiliki katarak, glaukoma, atau kondisi kronis lainnya yang mempengaruhi penglihatan,
perawat mengajukan pertanyaan untuk memastikan praktik perawatan diri dan sikap orang
tersebut terhadap pemeriksaan mata dan manajemen penyakit. Jika tidak ada gangguan visual
yang dilaporkan, perawat menilai sikap tentang deteksi dini yang dapat diobati kondisi.
Terakhir, identifikasi faktor risiko yang dapat dimodifikasi memberikan peluang untuk
pendidikan kesehatan. Sebagai contoh, khususnya Penting untuk bertanya tentang merokok

42
katarak, AMD, atau riwayat keluarga AMD. Jika orang yang lebih tua cenderung
menghabiskan waktu di luar ruangan di iklim cerah, perawat tanya tentang paparan sinar
matahari. Menempatkan pertanyaan ini akhir wawancara menetapkan panggung untuk
pendidikan kesehatan tentang langkah-langkah perlindungan, seperti penggunaan kacamata
hitam.

Mengamati Isyarat untuk Fungsi Visual

Informasi yang dapat dipercaya tentang fungsi visual seseorang dapat diperoleh hanya
dengan menjadi jeli. Misalnya, perawat bisa amati kelainan kelopak mata, seperti serius
kelopak mata kelopak mata, yang mungkin mengganggu kesehatan visual. Perawat dapat
mendeteksi indikasi lain yang lebih halus dari fungsi visual terganggu dengan mengamati
penampilan dan kemampuan orang tersebut untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Akhirnya,
perawat berbasis komunitas mungkin memiliki kesempatan untuk mengamati orang dewasa
yang lebih tua dari biasanya lingkungan untuk menilai fungsi dan kondisinya dapat
memengaruhi kemampuan visual. Ketika penilaian tidak dapat dilakukan di lingkungan orang
biasa, perawat dapat bertanya orang tua dan pengasuh untuk informasi tentang kemampuan
person di pengaturan rumah.

Perawat mempertimbangkan pengamatan mereka sehubungan dengan pola kegiatan


dan perawatan pribadi yang biasa dilakukan per son. Sebagai contoh, observasi bintik-bintik
dan noda kotor pada pakaian akan ditafsirkan berbeda untuk seseorang yang dikenal teliti
tentang penampilannya daripada seseorang yang tidak pernah menunjukkan banyak
kekhawatiran tentang ini. Saat menilai orang tua dalam lingkungan klinis atau lingkungan biasa
mereka, perawat harus mencatat keadaan apa pun yang mungkin memengaruhi kinerja visual
mereka, baik secara positif maupun negatif. Sebuah contoh pengaruh positif mungkin
kehadiran yang baik pencahayaan dan kontras warna. Beberapa pengaruh negatif, seperti
seperti silau dari lampu neon yang memantulkan cahaya yang sangat halus lantai, lebih
mungkin ada dalam pengaturan kelembagaan daripada pengaturan rumah. Penilaian kinerja
visual orang tersebut juga harus memperhitungkan pengaruh factor seperti penyakit, efek obat,
tekanan psikologis, lingkungan asing (dalam pengaturan klinis), dan tidak tersedianya lensa
korektif (jika tidak digunakan). Pengaruh-pengaruh inimenjadi perhatian khusus karena
mereka cenderung memiliki dampak negatif pada kinerja orang tua setiap hari kegiatan. Saran

43
untuk mengamati isyarat perilaku dan lingkungan yang terkait dengan fungsi visual tercantum
dalam Kotak 17-2.

Menggunakan Tes Visi Standar

Perawat dapat menilai penglihatan dengan menggunakan formal dan informal tes.
Namun sebelum pengujian, hilangkan sumber silau, pastikan bahan pengujian memiliki
kontras warna yang baik, dan letakkan sumber cahaya di atas kepala orang tersebut untuk
memberikan kebaikan pencahayaan sambil menghindari bayangan. Kalau orangnya normal
memakai lensa korektif, pastikan bahwa lensa itu bersih dan masuk tempat. Tes setiap mata
secara terpisah, menggunakan mata yang tepat penutup; hindari menggunakan tangan sebagai
penutup. Ketahuilah bahwa keakuratan beberapa tes dipengaruhi oleh visi perawat sendiri. Itu
penilaian keperawatan tentang penglihatan bukanlah pengganti yang lengkap pemeriksaan
mata, tetapi tujuannya adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk merencanakan
perawatan dan mengidentifikasi kebutuhan evaluasi lebih lanjut. Alat penilaian visi yang dapat
digunakan perawat dalam pengaturan klinis termasuk grafik Snellen, penilaian lubang jarum,
Cardiff Tes Ketajaman, dan kotak Amsler (seperti yang dijelaskan secara terperinci oleh
Kalinowski, 2008). Perawat menggunakan tes ini dengan wawancara dan pengamatan, seperti
dijelaskan sebelumnya. Kotak Penilaian 17-3 meringkas pedoman untuk menggunakan bagan
Snellen dan Confrontation Test, yang dapat digunakan perawat untuk menilai jarak ketajaman
dan penglihatan tepi.

Perawat dapat secara tidak resmi menguji ketajaman dekat dengan meminta orang
tersebut untuk membaca koran atau bahan cetakan lainnya dari berbagai jenis jenis ukuran.
Metode lain adalah meminta orang tersebut untuk membaca sebuah baris atau dua formulir
yang perlu ditandatangani dan kemudian amati kemampuan seseorang untuk menemukan garis
tanda tangan. Perawat bisa menciptakan peluang tambahan untuk menilai ketajaman dengan
menyediakan materi pendidikan tertulis dan meminta orang tersebut untuk membaca bagian
tertentu, seperti nomor telepon. Perawat dapat secara informa menilai ketajaman jarak dengan
meminta orang tersebut untuk melihat keluar jendela atau menyusuri lorong dan untuk
menggambarkan detail tertentu, seperti sebagai kata-kata pada tanda.

6. PERUBAHAN FISIK : INTEGUMEN


Perubahan Terkait Usia Yang Mempengaruhi Kulit

44
Kulit adalah organ tubuh yang terbesar dan paling terlihat. Secara struktural, kulit
terdiri dari tiga lapisan: epidermis, yang dermis, dan jaringan subkutan. Rambut, kuku, dan
keringat kelenjar juga merupakan bagian dari sistem integumen. Seperti banyak aspek
fungsionalitas lainnya, sulit untuk membedakan antara perubahan yang secara ketat
dikaitkan dengan penuaan dan perubahan itu itu terjadi karena faktor risiko. Genetika, gaya
hidup, dan faktor lingkungan memberikan efek signifikan pada kulit secara keseluruhan
umur dan memiliki efek kumulatif pada orang dewasa yang lebih tua.
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar yang relatif tidak tembus air kulit yang
berfungsi sebagai penghalang, mencegah hilangnya kedua tubuh cairan dan
masuknya zat dari lingkungan. Itu kepadatan epidermis bervariasi, tergantung pada
bagian Tubuh itu meliputi. Epidermis terdiri dari lapisan sel itu menjalani siklus
regenerasi, cornifikasi, dan penumpahan. Sel epidermis berkembang di lapisan
paling dalam epidermis dan terus bermigrasi ke permukaan kulit tempat mereka
ditumpahkan. Dengan bertambahnya usia, sel-sel ini menjadi lebih besar dan lebih
bervariasi dalam bentuk, dan tingkat pergantian epidermis secara bertahap
menurun. Melanosit adalah sel epidermis yang memberi warna pada kulit dan
memberikan penghalang pelindung terhadap radiasi ultraviolet. Mulai sekitar usia
25 tahun, jumlahnya aktif melanosit berkurang 10% hingga 20% setiap dekade.
Meskipun penurunan ini terjadi pada sinar matahari dan matahari. melindungi
kulit, kepadatan melanosit pada kulit yang terpapar dua atau tiga kali lipat dari kulit
yang tidak terpapar. Dengan bertambahnya usia, jumlah sel Langerhans, yang
berfungsi sebagai makrofag, juga berkurang pada kulit yang terpapar sinar matahari
dan terlindungi dari sinar matahari; penurunan berkisar dari 50% hingga 70% pada
kulit yang terpapar sinar matahari. Perubahan lain yang berkaitan dengan usia
adalah penurunan kelembaban isi dari lapisan epidermis luar.
Papilla memberi tekstur pada kulit dan menghubungkan epidermis ke dermis
yang mendasari di persimpangan dermal-epidermal. Dengan bertambahnya usia,
papila menarik kembali, menyebabkan perataan dari persimpangan dermal-
epidermis dan mengurangi permukaan daerah antara epidermis dan dermis. Ini
terkait usia perubahan memperlambat perpindahan nutrisi antara dermis dan kulit
ari. Berbeda dengan perubahan epidermis lainnya yanglebih menonjol pada
permukaan kulit yang terbuka, perubahan ini terjadi pada tingkat tertentu pada
semua permukaan kulit

45
2. Dermi
Fungsi utama dermis adalah
1. Penyediaan dukungan untuk struktur di dalam dan di bawah ini lapisan
2. Makanan epidermis, yang tidak memiliki suplai darah sendiri
3. Warna
4. Persepsi sensorik
5. Pengaturan suhu.

Kolagen, yang merupakan 80% dari dermis, memberikan elasï eltitas dan
kekuatan tarik, yang membantu mencegah robeknya dan meregangkan kulit.
Elastin, yang merupakan 5% dari dermis, mempertahankan ketegangan kulit dan
memungkinkan peregangan sebagai respons terhadap gerakan. Zat tanah dermal,
yang memiliki kapasitas mengikat air, menentukan turgor kulit dan sifat elastis.
Pembuluh darah bermain pleksus dalam peran dalam termoregulasi, dan mereka
yang berada di pleksus superficial memasok nutrisi ke lapisan epidermis. Saraf
kulit di dermis menerima informasi dari lingkungan mengenai rasa sakit, tekanan,
suhu, dan sentuhan yang dalam dan ringan.
Dimulai pada awal masa dewasa, ketebalan kulit secara bertahap berkurang,
dengan penipisan kolagen pada tingkat 1% per tahun. Elastin meningkatkan
kuantitas dan menurunkan kualitas karena perubahan terkait usia dan lingkungan.
Derivatif vaskular menurun sekitar sepertiga dengan peningkatan usia; ini
berkontribusi pada atrofi dan fibrosis umbi rambut, keringat, dan kelenjar
sebaceous. Usia tambahan- perubahan terkait pada dermis termasuk penurunan
jumlah fibroblas dan sel mast.

6. Subkutan dan saraf cutaneous


Subkutis adalah lapisan dalam jaringan lemak yang melindungi jaringan yang
mendasari dari trauma. Fungsi tambahan termasuk penyimpanan kalori, isolasi
tubuh, dan regulasi kehilangan panas. Dengan bertambahnya usia, beberapa daerah
subkutan atrofi jaringan, khususnya di permukaan kaki plantar dan dalam daerah
yang terkena sinar matahari pada tangan, wajah, dan kaki bagian bawah. Lain
daerah hipertrofi jaringan subkutan, bagaimanapun, dengan efek keseluruhan
menjadi peningkatan bertahap dalam proporsi lemak tubuh antara dekade ketiga

46
dan kedelapan. Ini meningkat Lemak tubuh lebih jelas pada wanita daripada pria
paling terlihat di pinggang pria dan paha wanita. Perubahan yang berkaitan dengan
usia juga memengaruhi saraf kulit yang bertanggung jawab atas sensasi tekanan,
getaran, dan sentuhan ringan
MEMPROMOSIKAN KESEHATAN KULIT DI DEWASA TUA

Penilaian Keperawatan

• Kegiatan biasa yang memengaruhi kulit


dan risiko kanker kulit
• Kondisi kulit tidak normal
• Pengetahuan tentang risiko dan perilaku
protektif
• Risiko borok tekan

Faktor Risiko Terkait Fungsional NegatifKonsekuensi Faktor risiko


Perubahan Usia
• Kerutan, kulit kering • Paparan sinar ultraviolet
• Paparan sinar ultraviolet • Penyembuhan luka lebih lambat • Efek obat yang merugikan
• Efek obat yang merugikan • ↓ berkeringat, menggigil, • Praktik kebersihan pribadi
• Praktik kebersihan pribadi sensitivitas taktil • Kondisi yang ↑ berisiko terhadap
• Kondisi yang ↑ berisiko • ↑ kerentanan terhadap kulit tekanan bisul
terhadap tekanan bisul kanker
• ↓ proliferasi epidermis • ↑ kerentanan terhadap luka
• Dermis yang lebih tipis, pipih bakar, memar, dan kerusakan
persimpangan dermal-
epidermal
• ↓ kadar air
• ↓ keringat dan kelenjar
sebaceous

Intervensi Keperawatan
• Mengajar tentang perawatan diri untuk
kulit yang sehat
• Mengajar tentang deteksi dan perawatan
kanker kulit
• Mencegah dan mengelola ulkus tekan

Hasil kesehatan
• Meningkatkan kenyamanan
• Perawatan kulit yang utuh dan sehat
• Penghapusan risiko kanker kulit
• Tidak ada (atau penyembuhan cepat)
tekanan
bisul

47
7. Sweat and Sebaceous Glands (Kelenjar Keringat dan sebasea)
Ekrin dan apokrin kelenjar keringat berasal dari lapisan kulit dan yang paling
melimpah di telapak tangan, telapak kaki, dan aksila. Kelenjar ekrin, yang penting
untuk termoregulasi, terbuka langsung ke permukaan kulit dan yang paling
melimpah di telapak tangan, telapak kaki, dan dahi. Kelenjar apokrin lebih besar
dari kelenjar ekrin dan terbuka ke folikel rambut, terutama di aksila dan area genital.
Fungsi tunggal kelenjar ini adalah untuk menghasilkan sekresi, yang membuat bau
badan yang khas ketika mereka membusuk. Keduanya, kelenjar ekrin dan apokrin

48
mengalami penurunan jumlah dan kemampuan fungsional dengan peningkatan
usia. Kelenjar sebaceous yang hadir dalam lapisan kulit dermal atas setiap bagian
tubuh kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar ini terus mengeluarkan
sebum-zat yang menggabungkan dengan keringat untuk membentuk emulsi. Secara
fungsional, sebum mencegah hilangnya air dan berfungsi sebagai memperlambat
pertumbuhan bakteri dan jamur. Sekresi sebum mulai berkurang selama dekade
ketiga, dengan wanita yang memiliki penurunan lebih besar daripada laki-laki. Pada
orang dewasa muda, produksi sebum berkaitan erat dengan ukuran kelenjar
sebaceous; Namun, pada orang dewasa yang lebih tua, kelenjar sebaceous
bertambah besar tetapi menghasilkan kurang sebum.

8. Kuku
Laju pertumbuhan kuku dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk usia, iklim,
keadaan kesehatan, sirkulasi ke dan di sekitar kuku, dan aktivitas jari tangan dan
kaki. Pertumbuhan kuku mulai melambat pada awal masa dewasa, dengan
penurunan bertahap 30% sampai 50% dari umur individu. Berkaitan dengan usia
perubahan lain yang mempengaruhi kuku mencakup pengembangan pemggoresan
longitudinal dan penurunan lunula ukuran dan kuku tebal pelat. Karena perubahan
ini, kuku menjadi semakin lunak, rapuh, dan rapuh dan lebih rentan terhadap
membelah. Dalam penampilan, kuku lebih tua membosankan, buram, longitudinal
lurik, dan kuning atau abu-abu.

9. Rambut
Warna rambut dan perubahan distribusi untuk beberapa derajat di semua orang
dewasa yang lebih tua, dengan perubahan yang paling mencolok menjadi kebotakan
dan rambut abu-abu. Pada usia 50 tahun, sekitar 50% orang memiliki rambut
beruban dan sekitar 60% dari orang kulit putih memiliki gelar terlihat kebotakan.
Rambut beruban akibat dari penurunan produksi melanin dan penggantian bertahap
rambut berpigmen oleh yang nonpigmented. Perubahan terkait usia juga
mempengaruhi distribusi rambut, dengan bercak pangkal rambut kasar muncul pada
bibir atas dan bawah wajah pada wanita yang lebih tua dan di telinga, lubang
hidung, dan alis pria yang lebih tua. Perubahan terkait usia lainnya adalah hilangnya
progresif rambut tubuh, awalnya di batang badan, kemudian di daerah kemaluan
dan aksila. Selain itu, beberapa orang secara genetik cenderung untuk kebotakan,

49
FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KULIT
1. Usia
2. Pada masa bayi dan anak-anak, pertahanan kulit belum sempurna sehingga lebih rentan
terhadap bahan kimia, fisik, dan mikroorganisme.
3. Terjadi perubahan-perubahan struktur dan fungsi akibat proses penuaan, epidermis dan
dermis menipis, pembuluh darah berkurang namun menebal, berkurangnya zat
proteoglikan dan serat kolagen. Penyembuhan luka juga berlangsung lebih lambat dan
kurang sempurna.

4. Lingkungan
5. Fungsi utama kulit adalah sebagai barier, namun pada kondisi tertentu lingkungan dapat
menyebabkan kerusakan pada kulit. Misal: trauma akibat zat beracun/iritant, radiasi
sinar UV, parasit (infeksi), luka bakar, dll.

6. Kondisi Khusus
7. Kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan kulit, antara lain: perubahan pigmentasi
(kloasma, linea, striae, hiperpigmentasi areola). Ibu hamil yang mengalami gangguan
kulit perlu diwaspadaiterkait adanya infeksi yang dapat mempengaruhi kondisi janin.
8. Penurunan imunitas, seperti: HIV/AIDS, kanker, terapi imunosupresi.
9. Penyakit sistemik: Diabetes Mellitus = Gangren, Gagal Ginjal = pruritus, ikterus ;
malnutrisi = perubahan turgor ; stroke = dekubitus.

10. Genetik
1. Manifestasi alergi (Dermatitis).

KONSEKUENSI FUNGSIONAL MASALAH KESEHATAN KULIT


Berkaitan dengan usia perubahan dan faktor risiko negatif mempengaruhi banyak fungsi
dari kulit termasuk termoregulasi, sensitivitas taktil, dan respon terhadaP cedera. berkaitan
dengan usia perubahan tidak mengganggu fungsi pelindung kuku; Namun, kuku pada orang

50
tua yang rapuh dan lebih mungkin untuk membagi. konsekuensi psikososial dapat
mengakibatkan ketika perubahan dalam penampilan kulit dan rambut yang berhubungan
dengan sikap negatif tentang indikator penuaan.
1. Kerentanan terhadap Cedera
Perubahan degeneratif progresif dari kulit menggabungkan dengan efek paparan jangka
panjang untuk matahari dan kondisi lingkungan merugikan lain untuk meningkatkan
kerentanan orang dewasa yang lebih tua dengan gangguan kulit seperti air mata kulit, borok
tekanan, dermatitis stasis, kondisi kulit autoimun, dan obat reaksi (Farage, 2009). Selain itu,
lesi kulit sering mengembangkan, seperti yang dibahas dalam bagian Kanker Kulit dan
Penilaian.
Karena junction dermal-epidermal pipih, kulit yang lebih tua kurang tahan terhadap
kekuatan geser dan karena itu lebih rentan terhadap memar dan luka-luka geser-jenis.
Penurunan terkait usia ketebalan dermal senyawa efek dari pertemuan dermal-epidermal
pipih, lebih meningkatkan kerentanan kulit yang lebih tua untuk cedera dan efek dari stres
mekanik dan radiasi ultraviolet. Perubahan kolagen juga mengganggu kekuatan tarik kulit,
menyebabkan ia menjadi kurang tangguh dan lebih rentan terhadap kerusakan dari kekuatan
abrasif atau robek. Selain usia lanjut, faktor risiko yang terkait dengan air mata kulit meliputi
imobilitas; polifarmasi; nutrisi buruk; dan gangguan sensorik, kognitif, atau fungsional
(LeBlanc & Baranoski, 2009).
Regenerasi kulit yang sehat membutuhkan waktu dua kali lebih lama untuk orang 80 tahun
sebagai untuk orang 30 tahun. Pada kulit sempurna utuh, ini memperlambat regenerasi tidak
memiliki efek nyata. Ketika integritas kulit terganggu, bagaimanapun, perubahan usia-
terkait ini memberikan kontribusi untuk penyembuhan luka tertunda, bahkan untuk luka yang
dangkal. Konsekuensi dari perubahan yang berkaitan dengan usia yang mempengaruhi
penyembuhan luka yang mendalam mencakup peningkatan risiko untuk gangguan luka pasca
operasi, penurunan kekuatan tarik penyembuhan luka, dan peningkatan risiko infeksi.
2. Respon untuk Ultraviolet Radiasi
Penurunan berhubungan dengan usia pada melanosit menyebabkan orang dewasa yang
lebih tua untuk tan kurang dalam dan lebih lambat bila terkena radiasi ultraviolet, dan
peningkatan variabilitas dalam kepadatan melanosit di kulit terpajan dan tidak terpajan dapat
menyebabkan penampilan berbintik-bintik dan tidak teratur di pigmentasi keseluruhan kulit.
Konsekuensi fungsional positif dari perubahan melanosit yang berkaitan dengan usia adalah
penurunan terjadinya mol dimulai sekitar dekade keempat. Selain dari efek kosmetik,
konsekuensi fungsional yang lebih serius dari penurunan berhubungan dengan usia pada

51
melanosit adalah kejadian meningkatnya kanker kulit pada orang dewasa yang lebih tua.
Faktor lain yang meningkatkan kerentanan orang dewasa yang lebih tua untuk kanker kulit
meningkat usia, penurunan jumlah sel Langerhans, dan pajanan kumulatif terhadap radiasi
ultraviolet.
3. Kenyamanan dan Sensasi
Kulit kering adalah salah satu keluhan yang paling universal orang dewasa yang lebih tua;
memang, telah diamati pada sampai dengan 85% dari orang tua noninstitutionalized.
perubahan yang berkaitan dengan usia, seperti output berkurang dari sebum dan keringat
ekrin, berkontribusi pada penurunan kadar air dari kulit. Faktor risiko yang dapat
menyebabkan kulit kering termasuk stres, merokok, paparan sinar matahari, lingkungan yang
kering, keringat berlebih, reaksi obat yang merugikan, penggunaan berlebihan dari sabun, dan
kondisi medis tertentu (misalnya, hipotiroidisme).
Sensitivitas taktil mulai menurun sekitar usia 20 tahun, akhirnya menyebabkan orang
dewasa yang lebih tua untuk memiliki respon berkurang dan kurang intens untuk sensasi kulit.
Penurunan ini disebabkan, setidaknya sebagian, perubahan yang berkaitan dengan usia di
Pacinian dan Meissner corpuscles, yang merupakan reseptor kulit yang menanggapi getaran.
Faktor lain meliputi suhu tubuh lebih rendah dan perubahan fungsional dalam sistem saraf
pusat. Secara fungsional, orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap melepuh luka
bakar karena kemampuan berkurang mereka merasa suhu air berbahaya panas.
Termoregulasi juga dipengaruhi oleh penurunan terkait usia dalam keringat ekrin, lemak
subkutan, dan suplai darah dermal. berkaitan dengan usia perubahan ini mengganggu
berkeringat, menggigil, vasokonstriksi perifer dan vasodilatasi, dan isolasi terhadap suhu
lingkungan yang merugikan. Dengan demikian, orang dewasa yang lebih tua lebih berisiko
untuk pengembangan hipotermia dan penyakit yang berhubungan dengan panas.
4. Efek Kosmetik
Efek kosmetik keseluruhan perubahan kulit yang berkaitan dengan usia adalah bahwa kulit
tampak lebih pucat, lebih tipis, lebih tembus, dan tidak teratur berpigmen. indikator tambahan
dari perubahan kulit yang berkaitan dengan usia termasuk kendur, kerutan, dan berbagai
pertumbuhan dan lesi. Perubahan warna kulit yang disebabkan melanosit menurun dan
sirkulasi kulit. Kerutan dan kendur kulit yang disebabkan oleh perubahan yang berkaitan
dengan usia di epidermis dan dermis, terutama perubahan-perubahan yang mempengaruhi
serat kolagen. Jaringan subkutan menurun berkontribusi terhadap kendur kulit, khususnya
selama lengan atas, dengan memungkinkan gravitasi untuk menarik kulit ke bawah.

52
Umur Terkait Perubahan Konsekuensi
5. Tingkat penurunan epidermal 12. Tertunda penyembuhan luka; peningkatan
proliferasi kerentanan terhadap infeksi
6. Diratakan dermal-epidermal 13. Penurunan ketahanan; peningkatan kerentanan
junction; penipisan dermis dan terhadap cedera, memar, stres mekanik, kolagen;
kolagen; meningkat kuantitas, meningkat kuantitas, tapi penurunan kualitas,
tapi penurunan kualitas, elastin elastin radiasi ultraviolet, dan pembentukan
7. Penurunan suplai darah dermal blister
dan jumlah melanosit dan sel 14. Penurunan intensitas tanning; pigmentasi tidak
Langerhans teratur; peningkatan kerentanan terhadap
8. Pengurangan keringat ekrin, 15. Penurunan berkeringat dan menggigil;
lemak subkutan, dan dermal peningkatan kerentanan terhadap hipotermia
suplai darah atau hipertermia
9. Kadar air menurun 16. Kulit kering; tidak nyaman
10. Penurunan jumlah Meissner 17. Berkurang sensitivitas taktil; peningkatan
dan sel darah Pacinian kerentanan terhadap luka bakar
Pertumbuhan kuku melambat 18. Peningkatan kerentanan terhadap retak dan
11. Perubahan warna rambut, cedera; penyembuhan tertunda dampak negatif
kuantitas, dan distribusi pada diri sebanding dengan sikap negative
Meskipun perubahan ini dalam penampilan yang bertahap dan tidak mengganggu secara
signifikan dengan fungsi fisiologis, konsekuensi psikososial dari perubahan ini dapat menjadi
signifikan karena nilai social ditempatkan pada penampilan pribadi dan sikap negatif yang
mungkin akan diadakan tentang tumbuh tua. Tanpa memandang usia, penampilan fisik
seseorang telah terbukti menjadi faktor penting dari persepsi diri, dan masyarakat modern
asosiasi tarik dengan kulit muda yang tampak.
Karena visibilitas tinggi dari wajah dan leher, tanda-tanda peningkatan usia itu yang
menonjol di sekitar mata dan mulut mungkin sangat mengganggu untuk orang yang ingin
menghindari indikasi terlihat dari usia. tanda-tanda karakteristik usia lanjut yang jelas di sekitar
mata meliputi peningkatan pigmentasi, keriput gagak-kaki, dan lemak dan akumulasi cairan di
tutup atas dan bawah mata. Juga, karena elastisitas berkurang kulit dan kerugian dan pergeseran
lemak subkutan, mengecilnya kulit leher, dan dagu ganda dapat berkembang.

53
KONDISI PATOLOGI KANKER KULIT
1.pengertian
Secara umum, sel-sel kulit baru yang sehat mendorong sel-sel tua ke permukaan kulit,
di mana sel-sel tua akan mati dan terkelupas. Proses ini dikendalikan oleh DNA. Walaupun
demikian, jika DNA rusak, kerusakan akan terjadi selama tahapan proses ini, yang bisa
menyebabkan sel-sel baru berkembang di luar kendali dan membentuk kanker. Kanker kulit
biasanya berkembang pada bagian tubuh yang sering terpapar pada sinar matahari, seperti
wajah, bibir, dan leher. Namun kanker ini juga bisa terbentuk pada daerah yang biasanya tidak
terkena sinar matahari, seperti telapak tangan, telapak kaki, atau di antara jari-jari kaki

2.jenis kanker kulit


Kanker kulit diberi nama sesuai dengan jenis sel yang terpengaruh. Ada tiga jenis
kanker kulit utama: karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa (kanker kulit non-
melanoma), dan melanoma. Jenis kanker kulit lainnya, seperti tumor kulit ganas yang timbul
dari kelenjar keringat dan folikel rambut, tidak begitu umum ditemui.
A.Karsinoma sel basal (KSB)
Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling umum ditemui dan paling
mudah diobati. Kanker jenis ini mencakup sekitar 60% dari semua kasus kanker kulit yang
ditemui. Hal ini biasanya terjadi pada orang yang berusia di atas 40 tahun. Kebanyakan BCC
muncul di kepala, hidung, leher, dan badan bagian atas. Karsinoma sel basal biasanya dimulai
sebagai benjolan berbentuk mutiara di bagian wajah, telinga atau leher. Jika berkembang di
bagian dada atau punggung, kanker ini terlihat seperti bagian kulit yang bersisik atau kering.
Bagian ini bisa saja berdarah atau menjadi ulserasi, lalu sembuh dan kambuh lagi. Dan bisa
kambuh di tempat yang sama pada kulit.
B.Melanoma
Meskipun melanoma hanya mencakup 10% dari semua kasus kanker kulit yang
ditemui, penyakit ini merupakan bentuk kanker kulit yang paling berbahaya dan bertanggung
jawab atas sebagian besar kematian akibat kanker kulit. Sel melanoma bisa berkembang cepat
dan menyebar ke bagian tubuh lainnya seperti paru-paru, hati atau otak, bahkan pada stadium
awal sekalipun.

3.pencegahan kanker kulit

54
Penelitian menunjukkan bahwa 80% dari kanker kulit bisa dicegah. Cara terbaik untuk
mencegah kanker kulit adalah dengan melindungi kulit Anda dari sinar matahari. Berikut
adalah beberapa kiat yang berguna:
* Cobalah untuk menghindari sinar matahari:
- saat Indeks UV berada di angka 3 ke atas
- di antara pukul 11:00 hingga 15:00 setiap harinya, di mana sinar matahari memancar
dengan sangat terik
* Gunakan tabir surya dengan faktor pelindung matahari SPF15+ dan PA++ pada semua bagian
kulit yang tidak tertutup pakaian, termasuk bibir. Oleskan tabir surya 30 menit sebelum
keluar dari ruangan dan gunakan kembali setiap 2 hingga 3 jam. SPF15 menyerap 93%
radiasi UV, sedangkan SPF30 menyerap 97% radiasi UV. 
* Berteduhlah di bawah pohon, payung, atau kanopi.
* Kenakan topi yang lebar, kacamata hitam, dan pakaian tenun berwarna gelap yang menutupi
lengan dan kaki Anda.
* Jangan menggunakan tanning bed dan sunlamp (peralatan untuk berjemur dan
menggelapkan warna kulit).
* Waspada terhadap obat yang menimbulkan kepekaan pada sinar matahari. Beberapa resep
dan obat-obatan yang dijual dengan bebas bisa membuat kulit Anda lebih sensitif terhadap
sinar matahari. Termasuk di antaranya obat untuk penderita tekanan darah tinggi, diabetes,
dan obat anti jerawat. Tanyakan kepada dokter Anda tentang efek samping dari obat yang
Anda konsumsi. Lakukan tindakan pencegahan tambahan jika obat-obatan tersebut
meningkatkan sensitivitas Anda terhadap sinar matahari.
* Periksa kondisi kulit Anda secara berkala. Periksa perubahan tahi lalat yang ada pada kulit
Anda. Periksa apakah ada perubahan ukuran, bentuk atau warna. Dengan bantuan cermin,
periksa wajah, leher, kulit kepala, punggung, tangan, lengan, kaki, ujung kaki, telapak
kaki, dan di lipatan pantat Anda.

4.penyebab
Kanker kulit terutama disebabkan oleh paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari
atau sumber lainnya seperti mesin tanning di solarium. Sinar UV dibagi menjadi tiga pita
panjang gelombang yang berbeda: UVA, UVB, dan UVC. Sinar UVB merupakan
penyebab kanker sel basal dan kanker sel skuamosa. UVA juga merupakan penyebab

55
kanker kulit, terutama melanoma. Tanning bed mengirimkan UVA dengan dosis yang
tinggi dan bisa meningkatkan risiko melanoma

5.manifestasi klinis
Berbagai jenis kanker kulit bisa terlihat berbeda-beda. Gejala yang paling umum ditemui
adalah:
− Titik atau bintik baru yang berbeda dari tempat lain pada kulit di sekitarnya.
− Lesi yang gatal, sakit atau meradang
. − Rasa sakit yang tidak sembuh-sembuh.
− Tahi lalat atau titik yang menjadi semakin besar, berubah bentuk atau warna.
Perhatikan tahi lalat yang:
− memiliki bagian yang tidak sama dengan bagian lainnya
− memiliki perbatasan daerah yang tidak teratur atau tidak jelas
− berwarna-warni atau distribusi warna yang tidak merata
− lebih besar dari 6 mm atau semakin besar dari waktu ke wakt
− muncul ke permukaan kulit dengan bentuk yang tidak beraturan

6.penatalaksanaan
. Apa tindakan pengobatan terhadap Kanker Kulit? Pengobatan kanker kulit bisa
bervariasi, tergantung pada ukuran, jenis, lokasi, dan stadium kanker. Dokter akan
menggunakan teknik pengobatan yang sesuai dengan kondisi penyakit terkait.
A.Operasi Bedah
Kadang-kadang, kanker kulit bisa diangkat selama proses biopsi dan tidak
diperlukan adanya tindakan perawatan lebih lanjut. Jika kanker berukuran besar atau
telah menyebar ke luar dari permukaan kulit, lebih banyak jaringan yang perlu untuk
diangkat.
B. Bedah Mohs
Tindakan pengobatan ini merupakan tindakan bedah yang dikendalikan secara
mikroskopis untuk mengangkat sel-sel kanker tanpa perlu membuang jaringan yang
sehat secara berlebihan. Pertumbuhan kulit diangkat secara lapis demi lapis dan
diperiksa dengan bantuan mikroskop. Pengangkatan terus dilakukan hingga tidak ada
sel-sel kanker yang teramati. Prosedur ini digunakan untuk mengobati kanker kulit yang
berukuran besar yang telah menembus ke dalam kulit atau telah berulang-ulang terjadi.

56
Tindakan ini juga digunakan untuk mengobati kanker kulit di daerah yang sulit diobati,
seperti di daerah dekat mata.
C.Bedah Krio
Bedah krio sering digunakan untuk pasien yang tidak mampu menjalani jenis
operasi bedah lainnya. Tindakan bedah ini dilakukan dengan teknik pembekuan.
Nitrogen cair disemprotkan ke atas kanker kulit untuk membekukan dan membunuh
kankernya. Luka akan terasa sakit dan merah selama beberapa hari dan bisa melepuh.
Jaringan yang mati kemudian akan terkelupas. Proses penyembuhan bisa berlangsung
hingga beberapa minggu. Pengobatan ini bisa meninggalkan bekas luka berwarna putih

7.Komplikasi
Efek samping bisa terjadi selama masa pengobatan, seperti daerah kulit yang
kemerahan, bengkak, dan sakit. Namun, efek samping ini akan sembuh seiring dengan
berjalannya waktu. Jika daerah kulit yang luas harus diangkat dan luka bedah tidak bisa
dijahit, pencangkokan kulit atau bedah rekonstruksi diperlukan untuk memperbaiki
daerah tersebu

KONDISI PATOLOGI PRESSURE ULCER / LUKA DEKUBITUS


Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang
didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka
waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2009). (National pressure Ulcer Advisory panel
(NPUAP), dalam Potter & perry, 2010) mengatakan dekubitus merupakan nekrosis
jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan
tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama. Terjadi gangguan
mikrosirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Jaringan memperoleh
oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme melalui darah. Beberapa faktor yang
mengganggu proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dengan cara mengurangi atau
menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemi jaringan.
Iskemia jaringan adalah tidak adanya darah secara lokal atau penurunan aliran darah
akibat obstruksi mekanika .aliran darah menyebabkan daerah tubuh menjadi pucat. Pucat
terlihat ketika adanya warna kemerahan pada pasien berkulit terang. Pucat tidak terjadi
pada pasien yang berkulit pigmen gelap.
Kerusakan jaringan terjadi ketika tekanan mengenai kapiler yang cukup besar dan
menutup kapiler tersebut. Tekanan pada kapiler merupakan tekana yang dibutukan untuk

57
menutup kapiler misalnya jika tekanan melebihi tekanan kapiler normal yang berada pada
rentang 16 sampai 32 mmHg .

Setelah priode iskemi, kulit yang terang mengalami satu atau dua perubahan hiperemi.
Hiperemia reaktif normal (kemerahan) merupakan efek vasodilatasi lokal yang terlihat,
respon tubuh normal terhadap kekurangan aliran darah pada jaringan dibawahnya, area
pucat setelah dilakukan tekanan dengan ujung jari dan hyperemia reaktif akan menghilang
dalam waktu kurang dari satu jam. Kelainan hyperemia reaktif adalah vasodilatasi dan
indurasi yang berlebihan sebagai respon dari tekanan. Kulit terlihat berwarna merah muda
terang hingga merah. Indurasi adalah area edema lokal dibawah kulit. Kelainan hiperemia
reaktif dapat hilang dalam waktu antara lebih dari 1 jam hingga 2 minggu setelah tekanan
di hilangkan .
Faktor Resiko Dekubitus
Menurut Potter & Perry (2010), ada berbagai faktor yang menjadi predisposisi terjadi
luka dekubitus pada pasien yaitu:
Gangguan Input Sensorik
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan
beresiko tinggi menggalami gangguan integritas kulit dari pada pasien yang sensasinya
normal. Pasien yang mempunyai persesi sensorik yang utuh terhadap nyeri dan tekanan
dapat mengetahui jika salah satu bagian tubuhnya merasakan tekanan atau nyeri yang terlalu
besar. Sehingga ketika pasien sadar dan berorientasi, mereka dapat mengubah atau meminta
bantuan untuk mengubah posisi.
Gangguan Fungsi Motorik
Pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri beresiko tinggi terhadap
dekubitus. Pasien tersebut dapat merasakan tekanan tetapi, tidak mampu mengubah posisi
secara mandiri untuk menghilangkan tekanan tersebut. Hal ini meningkatkan peluang
terjadinya dekubitus. Pada pasien yang mengalami cedera medulla spinalis terdapat
gangguan motorik dan sensorik. Angka kejadian dekubitus pada pasien yang mengalami
cedera medula spinalis diperkirakan sebesar 85%, dan komplikasi luka ataupun berkaitan
dengan luka merupakan penyebab kematian pada 8% populasi ini

Perubahan Tingkat Kesadaran

58
Pasien bingung, disorientasi, atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak
mampu melindungi dirinya sendiri dari luka dekubitus. Pasien bingung atau disorientasi
mungkin dapat merasakan tekanan, tetapi tidak mampu memahami bagaimana menghilangkan
tekanan itu. Pasien koma tidak dapat merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah ke posisi
yang labih baik. Selain itu pada pasien yang mengalami perubahan tingkat kesadaran lebih
mudah menjadi binggung. Beberapa contoh adalah pada pasien yang berada di ruang operasi
dan untuk perawatan intensif dengan pemberian sedasi.

Gips, Traksi, Alat Ortotik dan Peralatan Lain


Gips dan traksi mengurangi mobilisasi pasien dan ekstermitasnya. Pasien yang
menggunakan gips beresiko tinggi terjadi dekubitus karena adanya gaya friksi eksternal
mekanik dari permukaan gips yang bergesek pada kulit. Gaya mekanik kedua adalah
tekanan yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips terlalu ketat dikeringkan atau
ekstremitasnya bengkak.
Peralatan ortotik seperti penyangga leher digunakan pada pengobatan pasien yang
mengalami fraktur spinal servikal bagian atas. Luka dekubitus marupakan potensi
komplikasi dari alat penyangga leher ini. Sebuah studi yang dilakukan plaiser dkk,
mengukur jumlah tekanan pada tulang tengkorak dan wajah yang diberikan oleh emapt jenis
penyangga leher yang berbeda dengan subjek berada posisi terlentang dan upright (bagian
atas lebih tinggi). Hasilnya menunjukkan bahwa pada beberapa penyangga leher, terdapat
tekanan yang menutup kapiler. Perawat perlu waspada terhadap resiko kerusakan kulit pada
klien yang menggunakan penyangga leher ini. Perawat harus mengkaji kulit yang berada di
bawah penyangga leher, alat penopang (braces), atau alat ortotik lain untuk mengobservasi
tanda-tanda kerusakan kulit (Potter & Perry, 2010).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan Luka Dekubitus


Gangguan integritas kulit yang terjadi pada dekubitus merupakan akibat tekanan.
Tetapi, ada faktor-faktor tambahan yang dapat meningkatkan resiko terjadi luka dekubitus
yang terjadi luka dekubitus yang lebih lanjut pada pasien. Menurut Potter & Perry (2010)
ada 10 faktor yang mempengaruhi pembentukan luka dekubitus diantaranya gaya gesek,
friksi, kelembaban, nutrisi buruk, anemia, infeksi, demam, gangguan sirkulasi perifer,
obesitas, kakesia, dan usia.
1. Gaya Gesek

59
Gaya gesek merupakan tekanan yang dberikan pada kulit dengan arah pararel
terhadap permukaan tubuh Gaya ini terjadi saat pasien bergerak atau memperbaiki posisi
tubuhnya diatas saat tempat tidur dengan cara didorong atau di geser kebawah saat berada
pada posisi fowler yang tinggi. Jika terdapat gaya gesek maka kulit dan lapisan subkutan
menempel pada permukaan tempat tidur, dan lapisan otot serta tulang bergeser sesuai
dengan arah gerakan tubuh. Tulang pasien bergeser kearah kulit dan memberi gaya pada
kulit (Maklebust & Sieggren, dalam Potter & Perry, 2010). Kapiler jaringan yang berada di
bawahnya tertekan dan terbeban oleh tekanan tersebut. Akibatnya, tak lama setelah itu akan
terjadi gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi, perdarahan dan
nekrosis pada lapisan jaringan. Selain itu, terdapat Penurunan aliran darah kapiler akibat
tekanan eksternal pada kulit. Lemak subkutan lebih rentan terhadap gesek dan hasil tekanan
dari struktur tulang yang berada di bawahnya.akhirnya pada kulit akan terbuka sebuah
saluran sebagai drainase dari area nekrotik. Perlu di ingat bahwa cedera ini melibatkan
lapisan jaringan bagian dalam dan paling sering dimulai dari kontrol, seperti berada di
bawah jaringan rusak. Dengan mempertahankan tinggi bagian kepala tempat tidur dibawah
30 derajat dapat menghindarkan cedera yang diakibatkan gaya gesek . Brayan dkk, dalam
Potter & Perry, 2010 mengatakan juga bahwa gaya gesek tidak mungkin tanpa disertai friksi.

60
2. Friksi
Friksi merupakan gaya mekanika yang diberikan pada kulit saat digeser pada
permukaan kasar seperti alat tenun tempat tidur . Tidak seperti cedera akibat gaya gesek,
cedera akibat friksi mempengaruhi epedermis atau lapisan kulit bagian atas, yang terkelupas
ketika pasien mengubah posisinya. Seringkali terlihat cedera abrasi pada siku atau tumit .
Karena cara terjadi luka seperti ini, maka perawat sering menyebut luka bakar seprei ”sheet
burns”Cedera ini terjadi pada pasien gelisah, pasien yang gerakan nya tidak terkontrol,
seperti kondisi kejang, dan pasien yang kulitnya diseret dari pada diangkat dari permukaan
tempat tidur selama perubahan posisi . Tindakan keperawatan bertujuan mencegah cedera
friksi antara lain sebagai berikut: memindahkan klien secara tepat dengn mengunakan teknik
mengangkat siku dan tumit yang benar, meletakkan benda-benda dibawah siku dan tumit
seperti pelindung dari kulit domba, penutup kulit, dan membran transparan dan balutan
hidrokoloid untuk melindungi kulit, dan menggunakan pelembab untuk mempertahankan
hidrasi epidermis.

3. Kelembaban
Adanya kelembaban pada kulit dan durasinya meningkatkan terjadinya kerusakan
integritas kulit. Akibat kelembaban terjadi peningkatan resiko pembentukan dekubitus
sebanyak lima kali lipat . Kelembaban menurunkan resistensi kulit terhadap faktor fisik lain
seperti tekenan atau gaya gesek.
Pasien imobilisasi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan higienisnya sendiri,
tergantung untuk menjaga kulit pasien tetap kering dan utuh. Untuk itu perawat harus
memasukkan higienis dalam rencana perawatan. Kelembaban kulit dapat berasal dari
drainase luka, keringat, kondensasi dari sistem yang mengalirkan oksigen yang
dilembabkan, muntah, dan inkontensia. Beberapa cairan tubuh seperti urine, feses, dan
inkontensia menyebabkan erosi kulit dan meningkatkan resiko terjadi luka akibat tekanan
pada pasien

4. Nutrisi Buruk
Pasien kurang nutrisi sering mengalami atrofi otot dan jaringan subkutan yang
serius. Akibat perubahan ini maka jaringan yang berfungsi sebagai bantalan diantara kulit
dan tulang menjadi semakin sedikit. Oleh karena itu efek tekanan meningkat pada jaringan
tersebut. Malnutrisi merupakan penyebab kedua hanya

61
pada tekanan yang berlebihan dalam etiologi, patogenesis, dekubitus yang tidak
sembuh Pasien yang mengalami malnutrisi mengalami defisiensi protein dan keseimbangan
nitrogen negatif dan tidak adekuat asupan vitamin C Status nutrisi buruk dapat diabaikan
jika pasien mempunyai berat badan sama dengan atau lebih dari berat badan ideal. Pasien
dengan status nutrisi buruk biasa mengalami hipoalbuminunea (level albumin serum
dibawah 3g/100 ml) dan anemia
Albumin adalah ukuran variable yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status
protein pasien. Pasien yang albumin serumnya dibawah 3g/100 ml beresiko tinggi. Selain
itu, level albumin rendah dihubungkan dengan lambatnya penyembuhan luka Walaupun
kadar albumin serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin
merupakan prediktor malnutrisi yang terbaik untuk semua kelompok manusia .
Level total protein juga mempunyai korelasi dengan luka dekubitus, level total
protein dibawah 5,4 g/100 ml menurunkan tekanan osmotik koloid, yang akan menyebabkan
edema interstisial dan penurunan oksigen ke jaringan. Edema akan menurunkan toleransi
kulit dan jaringan yang berada di bawahnya terhadap tekanan, friksi, dan gaya gesek. Selain
itu, penurunan level oksigen meningkatkan kecepatan iskemi yang menyebabkan cedera
jaringan .Nutrisi buruk juga mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada pasien
yang mengalami kehilangan protein berat, hipoalbuminimea menyebabkan perpindahan
volume cairan ekstrasel kedalam jaringan sehingga terjadi edema. Edema dapat
meningkatkan resiko terjadi dekubitus di jaringan. Suplai darah pada suplai jaringan edema
menurun dan produk sisa tetap tinggal karena terdapatnya perubahan tekanan pada sirkulasi
dan dasar kapiler .
5. Anemia
Pasien anemia beresiko terjadi dekubitus. Penurunan level hemoglobin mengurangi
kapasitas darah membawa nutrisi dan oksigen serta mengurangi jumlah oksigen yang
tersedia untuk jaringan. Anemia juga mengganggu metabolisme sel dan mengganggu
penyembuhan luka .
6. Kakeksia
Kakeksia merupakan penyakit kesehatan dan malnutrisi umum, ditandai kelemahan
dan kurus. Kakeksia biasa berhubungan dengan penyakit berat seperti kanker dan penyakit
kardiopulmonal tahap akhir. Kondisi ini meningkatkan resiko luka dekubitus pada pasien.
Pada dasarnya pasien kakesia mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk
melindungi tonjolan tulang dari tekanan .
7. Obesitas

62
Obesitas dapat mengurangi dekubitus. Jaringan adipose pada jumlah kecil berguna
sebagai bantalan tonjolan tulang sehingga melindungi kulit dari tekanan. Pada obesitas
sedang ke berat, jaringan adipose memperoleh vaskularisasi yang buruk, sehingga jaringan
adipose dan jaringan lain yang berada dibawahnya semakin rentan mengalami kerusakan
akibat iskemi .
8. Demam
Infeksi disebabkan adanya patogen dalam tubuh. Pasien infeksi biasa mengalami
demam. Infeksi dan demam menigkatkan kebutuhan metabolik tubuh, membuat jaringan
yang telah hipoksia (penurunan oksigen) semakin rentan mengalami iskemi akibat Selain
itu demam menyebabkan diaporesis (keringatan) dan meningkatkan kelembaban kulit, yang
selanjutnya yang menjadi predisposisi kerusakan kulit pasien .
9. Gangguan Sirkulasi Perifer
Penurunan sirkulasi menyebabkan jaringan hipoksia dan lebih rentan mengalami
kerusakan iskemia. Gangguan sirkulasi pada pasien yang menderita penyakit vaskuler,
pasien syok atau yang mendapatkan pengobatan sejenis vasopresor .
10. Usia
Studi yang dilakukan oleh kane et el mencatat adanya luka dekubitus yang terbasar
pada penduduk berusia lebih dari 75 tahun. Lansia mempunyai potensi besar untuk
mengalami dekubitus oleh karena berkaitan dengan perubahan kulit akibat bertambahnya
usia, kecenderungan lansia yang lebih sering berbaring pada satu posisi oleh karena itu
imobilisasi akan memperlancar resiko terjadinya dekubitus pada lansia. Imobilsasi
berlangsung lama hampir pasti dapat menyebabkan dekubitus ada tiga faktor penyebab
dekubitus pada lansia yaitu:
1. Faktor kondisi fisik lansia itu sendiri (perubahan kulit, status gizi, penyakit-penyakit
neurogenik, pembuluh darah dan keadaan hidrasi atau cairan tubuh).
1. Faktor perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
2. Faktor kebersihan tempat tidur, alat tenun yang kusut dan kotor atau peralatan medik
yang menyebabkan lansia terfiksasi pada suatu sikap tertentu.

Patogenesis Luka Dekubitus


Tiga elemen yang menjadi dasar terjadinya dekubitus yaitu:
3. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler
4. Durasi dan besarnya tekanan
5. Toleransi jaringan

63
Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antar waktu dengan tekanan (Stortts, dalam Potter
& Perry, 2005). Semakin besar tekanan dan durasinya, maka semakin besar pula insidensinya
terbentuknya luka .
Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tapi pada
tekanan eksternal terbesar dari pada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau
menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi hipoksia
sehinggan terjadi cedera iskemi. Jika tekanan ini lebih besar dari 32 mmHg dan tidak
dihilangkan dari tempat yang mengalami hipoksia, maka pembuluh darah kolaps dan
thrombosis. Jika tekanan dihilangkan sebelum titik kritis maka sirkulasi pada jaringan akan
pulih kembali melalui mekanisme fisiologis hiperemia reaktif, karena kulit mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk mentoleransi iskemi dari otot, maka dekubitus dimulai
di tulang dengan iskemi otot yang berhubungan dengan tekanan yang akhirnya melebar ke
epidermis .
Pembentukan luka dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang
terjadi saat menaikkan posisi klien di atas tempat tidur. Area sakral dan tumit merupakan
area yang paling rentan. Efek tekanan juga dapat di tingkatkan oleh distribusi berat badan
yang tidak merata. Seseorang mendapatkan tekanan konstan pada tubuh dari permukaan
tempatnya berada karena adanya gravitasi . Jika tekanan tidak terdistribusi secara merata
pada tubuh maka gradien tekanan jaringan yang mendapatkan tekanan akan meningkat dan
metabolisme sel kulit di titik tekanan mengalami gangguan.

Klasifikasi Luka Dekubitus


Menurut NPUAP dalam Potter & Perry, (2010) ada perbandingan luka dekubitus
derajat I sampai derajat IV yaitu:
6. Derajat I: Eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. Kulit tidak
berwarna, hangat, atau keras juga dapat menjadi indikator
1. Derajat II: Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka
superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.
2. Derajat III: Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliputi jaringan subkutan atau nekrotik
yang mungkin akan melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang berada di
bawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak
jaringan sekitarnya.

64
3. Derajat IV: Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif, nekrosis
jaringan; atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga misalnya kerusakan jaringan
epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.

Komplikasi luka Dekubitus


Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun dapat terjadi pada
luka yang superfisial. Menurut subandar (2008) komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
4. Infeksi, umumnya bersifat multibakterial baik aerobik maupun anaerobik.
5. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteotitis,
osteomielitis, dan arthritis septik.
6. Septikimia
7. Animea
8. Hipoalbuminea
9. Kematian.

Tempat terjadinya luka Dekubitus


Beberapa tempat yang paling sering terjdinya dekubitus adalah sakrum, tumit, siku,
maleolus lateral, trokonter besar, dan tuberostis iskial. Daerah tubuh yang sering terkena
luka dekubitus adalah:
1. Pada penderita pada posisi terlentang: pada daerah belakang kepala, daerah tulang
belikat, daerah bokong dan tumit.
2. Pada penderita dengan posisi miring: daerah pinggir kepala (terutama daun telinga), bahu,
siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian atas jari-jari kaki.
3. Pada penderita dengan posisi tengkurap: dahi, lengan atas, tulang iga, dan lutut.
Penatalaksanaan Dekubitus
Penatalaksanaan klien dekubitus memerlukan pendekatan holistik yang
menggunakan keahlian pelaksana yang berasal dari beberapa disiplin ilmu kesehatan.
Selain perawat, keahlian pelaksana termasuk dokter, ahli fisiotrapi, ahli terapi okupasi, ahli
gizi, dan ahli farmasi. Beberapa aspek dalam penatalaksanaan dekubitus antara lain
perawatan luka secara lokal dan tindakan pendukung seperti gizi yang adekuat dan cara
penghilang tekanan.
Selama penyembuhan dekubitus, maka luka harus dikaji untuk lokasi, tahap,
ukuran, traktusinus, kerusakan luka, luka menembus, eksudat, jaringang nekrotik, dan
keberadaan atau tidak adanya jaringan granulasi maupun epitelialisasi. Dekubitus harus

65
dikaji ulang minimal 1 kali per hari. Pada perawatan rumah banyak pengkajian
dimodifikasi karena pengkajian mingguan tidak mungkin dilakukan oleh pemberi
perawatan. Dekubitus yang bersih harus menunjukkan proses penyembuhan dalam waktu
2 sampai 4 minggu .

PENGKAJIAN KULIT DALAM KEPERAWATAN

Karena kulit adalah organ tubuh yang terbesar dan paling terlihat, relatif mudah untuk
mengidentifikasi masalah yang mempengaruhinya. Selain itu, kulit dapat menghasilkan
petunjuk untuk area lain fungsi fisiologis dan psikososial seperti nutrisi, hidrasi, dan
perawatan pribadi. Perawat mengumpulkan informasi tentang kulit, rambut, dan kuku selama
wawancara penilaian dan melalui prosedur pemeriksaan fisik. Peluang untuk pemeriksaan
langsung juga muncul selama kegiatan perawatan rutin seperti membantu dengan perawatan
pribadi atau mendengarkan paru-paru dan denyut jantung apikal. Memperhatikan karakteristik
kulit, rambut, dan kuku bisa juga memberikan informasi untuk memvalidasi atau mengajukan
pertanyaan tentang bidang fungsi lainnya. Sebagai contoh, pengamatan bahwa pria yang lebih
tua memiliki janggut dari pertumbuhan beberapa hari, ketika dikombinasikan dengan
informasi penilaian tentang fungsi keseluruhannya, dapat mendukung kesimpulan tentang
kemungkinan depresi atau kebutuhan akan bantuan dengan perawatan pribadi.
1. Mengidentifikasi peluang untuk promosi kesehatan
Pertanyaan penilaian ditujukan untuk mengidentifikasi persepsi orang tersebut tentang
masalah apa pun, faktor risiko apa pun yang mungkin berkontribusi terhadap masalah kulit,
dan perilaku perawatan pribadi orang itu yang memengaruhi status rambut dan kulit. Menilai
aspek-aspek perawatan kulit ini dapat membantu mengidentifikasi peluang untuk pendidikan
kesehatan tentang faktor risiko dan praktik perawatan kulit yang sehat. Orang dewasa yang
lebih tua dapat memulai diskusi tentang bintik-bintik usia atau perubahan kulit yang nyata,
dan mereka biasanya sangat menerima informasi tentang perawatan kulit dan rambut. Perawat
mendapatkan informasi tentang obat-obatan dan faktor risiko lain sebagai bagian dari
penilaian keseluruhan, dan mereka memasukkan informasi ini ke dalam penilaian kulit.
Demikian juga, informasi terkait lainnya yang diperoleh selama penilaian komprehensif,
seperti informasi tentang asupan cairan, status gizi, dan mobilitas dan keamanan, berlaku
untuk penilaian kulit.

66
2. Mengamati kulit, rambut, dan kuku.
Pemeriksaan ketat kulit di lingkungan yang hangat, pribadi, dan cukup terang adalah
komponen penting dari penilaian kulit. Pemeriksaan kulit sangat penting karena orang dewasa
yang lebih tua dapat fokus pada kondisi jinak, seperti xerosis, tetapi tidak melihat kondisi
yang lebih serius seperti kanker kulit. Perawat mengamati warna kulit, turgor, kekeringan,
kondisi keseluruhan, dan setiap pertumbuhan atau kondisi patologis. Perawat juga mengamati
dan mendokumentasikan variasi budaya. Misalnya, orang dewasa yang lebih tua dari
keturunan Latin, Asia, atau Afrika mungkin telah memudar bintik-bintik Mongolia (yaitu, area
tidak teratur dari warna biru yang umum di bokong dan punggung bawah dan kadang-kadang
di lengan, paha, dan perut) yang mungkin keliru karena memar. Juga, ketika menilai daerah
eritema atau tekanan, perawat harus ingat bahwa perubahan kulit dini mungkin sulit dideteksi
pada orang dengan kulit berpigmen gelap.
Kejadian umum dari berbagai lesi kulit mempersulit penilaian kulit pada orang
dewasa yang lebih tua. Meskipun sebagian besar perubahan ini tidak berbahaya, kecuali dalam
hal konsekuensi kosmetik mereka, beberapa bersifat kanker atau prekanker. Aspek penting
dari promosi kesehatan adalah meyakinkan orang dewasa yang lebih tua tentang perubahan
yang tidak berbahaya dan mendorong evaluasi medis terhadap yang dipertanyakan. Secara
umum, karakteristik lesi kulit berikut ini memerlukan evaluasi medis:
● Kemerahan

● Pembengkakan

● Pigmentasi gelap

● Kelembaban atau drainase

● Nyeri atau ketidaknyamanan

● Tepi yang terangkat atau tidak teratur di sekitar pusat datar.

Juga, setiap lesi yang mengalami perubahan, atau luka apa pun yang tidak sembuh
dalam waktu yang wajar, harus dievaluasi lebih lanjut. Evaluasi juga ditunjukkan ketika,
karena lokasinya, tahi lalat atau lesi kulit lainnya sering mengalami gosok atau iritasi. Ketika
perawat mengamati lesi kulit yang dipertanyakan, mereka menilai dan mendokumentasikan
semua karakteristik berikut: ukuran, bentuk, warna, lokasi, makula (datar) versus papular
(terangkat), dangkal versus penetrasi, batas diskrit versus difus, dan ada atau tidak adanya

67
peradangan, kemerahan, atau keputihan. Terminologi yang terkait dengan berbagai lesi kulit
pada orang dewasa yang lebih tua membingungkan, dan banyak istilah yang digunakan secara
bergantian.

Asesmen keperawatan pada kulit, rambut, dan kuku dapat memberikan petunjuk
tentang spektrum luas fungsi fisiologis, khususnya ketika observasi keperawatan digabungkan
dengan informasi asesmen tambahan. Sebagai contoh, ujung jari yang diwarnai cokelat
merupakan indikasi penggunaan rokok, dan tinja di bawah kuku dan di sekitar kutikula
mungkin merupakan petunjuk untuk sembelit Dalam beberapa keadaan, kuku kaki
memberikan petunjuk untuk kesulitan mobilitas, terutama ketika kuku yang sangat panjang
melengkung di bawah jari kaki. Pengamatan kulit dapat memberikan satu-satunya bukti
obyektif dari masalah fungsional serius yang orang tua mungkin tidak mengakui. Misalnya,
banyak memar, terutama dalam berbagai tahap penyembuhan, mungkin merupakan petunjuk
yang signifikan untuk jatuh, alkoholisme, pengabaian diri, atau penganiayaan fisik.
Pengamatan dan dokumentasi tanda-tanda ini sangat penting ketika kecurigaan atau pelecehan
dicurigai tetapi orang dewasa yang lebih tua atau pengasuh menyangkal masalah seperti itu
(lihat Bab 10 untuk penjelasan rinci tentang pelecehan yang lebih tua).

Dalam menilai kulit sebagai petunjuk terhadap aspek fungsi yang lebih luas, perlu
diingat bahwa beberapa manifestasi yang biasa dapat diubah pada orang dewasa yang lebih
tua. Sebagai contoh, perawat sering menilai turgor kulit pada tangan atau lengan sebagai
indikasi status hidrasi. Karena xerosis dan penurunan elastisitas pada kulit orang dewasa yang
lebih tua, bagaimanapun, turgor kulit tidak selalu menjadi indikator yang dapat diandalkan
untuk status hidrasi. Meskipun tangan atau lengan mungkin merupakan lokasi pemeriksaan
yang nyaman dan dapat diterima secara sosial, kulit di atas area yang dilindungi, seperti
sternum atau perut, merupakan indikator status hidrasi yang lebih akurat pada orang dewasa
yang lebih tua. Pada orang dewasa lanjut usia yang tidak berobat, selaput lendir mulut
biasanya merupakan indikator hidrasi yang andal. Namun, banyak obat, termasuk sediaan
bebas yang mengandung bahan antikolinergik, menyebabkan mulut kering. Perubahan lain
terkait usia yang mempersulit penilaian kulit adalah penyembuhan luka yang tertunda.
Perubahan ini membuatnya sulit untuk menilai pola penyembuhan luka menggunakan standar
yang sama yang diterapkan pada orang dewasa yang lebih muda.

Pengamatan rambut, kulit, dan kuku memberikan banyak petunjuk untuk harga diri
dan aspek lain dari fungsi psikososial. Keterbatasan fisik dapat mengganggu perawatan

68
pribadi, seperti halnya pengaruh psikososial seperti kurangnya motivasi atau kesadaran.
Dengan demikian, bukti pengabaian diri dalam perawatan dapat mengindikasikan depresi,
demensia, atau isolasi sosial. Penggunaan pewarnaan rambut dapat mencerminkan sikap orang
tersebut tentang penuaan, dan warna pewarnaan rambut atau kosmetik wajah yang luar biasa
dapat mengindikasikan persepsi warna yang terganggu.

1. Diagnosa Keperawatan
Ketika orang dewasa yang lebih tua mengalami kerusakan kulit, perawat dapat
menggunakan diagnosa keperawatan Impaired Skin Integrity, yang didefinisikan sebagai
“epidermis yang berubah dan / atau epidermis (NANDA International, 2009, p. 320). Ketika
orang dewasa yang lebih tua memiliki faktor risiko untuk borok tekanan, perawat dapat
menggunakan diagnosis keperawatan Risiko untuk Integritas Kulit yang Gangguan, yang
didefinisikan sebagai "berisiko kulit berubah secara buruk (NANDA International, 2009, p.
321). Faktor-faktor terkait yang umumnya mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua
termasuk obat-obatan, inkontinensia, dehidrasi, mobilitas terbatas, defisit nutrisi, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini. Jika orang dewasa yang lebih tua memiliki dugaan lesi kulit,
diagnosis keperawatan dari Perawatan Kesehatan yang Tidak Efektif mungkin berlaku. Ini
didefinisikan sebagai "ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan / atau
mencari bantuan untuk menjaga kesehatan" (NANDA International, 2009, hal. 57). Perawat
dapat menerapkan diagnosis ini pada orang yang tidak menggunakan tindakan perlindungan
saat mereka terpapar radiasi ultraviolet (dari sinar matahari atau tempat penyamakan kulit).

2. Merencanakan hasil kesehatan


Ketika orang dewasa yang lebih tua memiliki kondisi yang mempengaruhi
kenyamanan atau integritas kulit, perawat mengidentifikasi hasil kesehatan sebagai bagian
penting dari proses keperawatan. Demikian pula, ketika mereka memiliki risiko untuk kondisi
yang dapat menyebabkan masalah kulit (misalnya, kanker kulit atau borok tekan), tujuan
perawatan berfokus pada pencegahan. Untuk orang dewasa tua yang sehat dengan faktor risiko
(misalnya, riwayat kanker kulit) atau masalah kulit kecil (misalnya, xerosis), terminologi
Klasifikasi Hasil Perawatan (NOC) yang berlaku mencakup Tingkat Kenyamanan, Integritas
Jaringan: Kulit dan Selaput Lendir, Pengetahuan: Perilaku Kesehatan, Perilaku Mencari
Kesehatan, Status Gizi, Pengendalian Risiko: Kanker, dan Pengendalian Gejala. Untuk orang
dewasa yang lebih tua dengan tukak lambung atau jenis luka atau kerusakan kulit lainnya,
istilah NOC termasuk Integritas Kulit yang Terganggu, Penyembuhan Luka: Niat Primer, dan

69
Penyembuhan Luka: Niat Sekunder. Hasil dicapai melalui intervensi yang dibahas pada
bagian berikut.

3. Intervensi
Perawat memiliki banyak peluang untuk mempromosikan kesehatan sehubungan
dengan kenyamanan, harga diri, dan pemeliharaan sistem integumen yang sehat. Intervensi
keperawatan untuk orang dewasa tua yang sehat fokus pada pengajaran tentang praktik
perawatan diri, seperti mempromosikan tanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mencari
evaluasi lebih lanjut untuk lesi berbahaya atau pra-kanker. Intervensi untuk orang dewasa
yang lebih tua secara fisik terganggu fokus pada menjaga kulit yang utuh dan mengelola borok
tekanan. Perawat dapat menggunakan terminologi Intervensi Keperawatan (NIC) berikut
dalam rencana perawatan mereka: Perawatan Rambut, Pendidikan Kesehatan, Pemeriksaan
Kesehatan, Terapi Nutrisi, Penentuan Posisi, Manajemen Tekanan, Pencegahan Bisul
Tekanan, Manajemen Pruritus, Identifikasi Risiko, Peningkatan Harga Diri, Kulit Surveilans,
dan Perawatan Luka.
1. Mempromosikan Kulit Sehat
Karena kondisi kulit sangat tergantung pada kesehatan keseluruhan orang tersebut,
pemeliharaan nutrisi dan hidrasi yang optimal merupakan intervensi penting dalam perawatan
kulit orang dewasa yang lebih tua. Karena kondisi lingkungan dan praktik perawatan pribadi
juga memengaruhi kesehatan kulit, intervensi termasuk edukasi pada orang dewasa yang lebih
tua mengenai faktor-faktor ini. Kotak 23-3 merangkum poin-poin pengajaran yang harus
dimasukkan dalam pendidikan orang dewasa yang lebih tua, atau pengasuh orang dewasa
yang lebih tua tergantung, tentang kesehatan kulit. Meskipun banyak literatur keperawatan
gerontologis menyarankan membatasi mandi atau mandi hingga satu hingga tiga kali
seminggu, tidak jelas bahwa ada hubungan sebab akibat antara mandi atau mandi dan kulit
kering. Faktor-faktor lain, termasuk merokok, dehidrasi, paparan sinar matahari, kelembaban
lingkungan yang rendah, dan penggunaan produk pembersih yang keras, kemungkinan
berkontribusi terhadap xerosis pada orang dewasa yang lebih tua.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pertanyaan telah diajukan tentang apakah kejadian
umum kekurangan vitamin D adalah karena paparan sinar matahari yang terbatas yang
dianjurkan untuk pencegahan kanker kulit. Pertanyaan-pertanyaan ini valid karena sinar
matahari diperlukan untuk sintesis vitamin D pada manusia, tetapi sinar matahari juga
merupakan penyebab kanker kulit, keriput, dan photoaging yang dikenal baik. Selain
mencegah kekurangan vitamin D, manfaat kesehatan yang didokumentasikan dari sinar

70
matahari termasuk peningkatan suasana hati dan peningkatan energi (Sivamani, Crane, &
Dellavalle, 2009). Sebuah ulasan baru-baru ini mengenai bukti yang berkaitan dengan sinar
matahari dan vitamin D menyimpulkan bahwa paparan lengan dan kaki terhadap sinar
matahari selama 5 hingga 30 menit antara jam 10 pagi dan 3 sore dua kali seminggu dapat
mencegah kekurangan vitamin D tanpa memiliki efek yang merugikan (Kulie, Groff, Redmer,
Hounshell, & Schrager, 2009).

2. Mencegah Kerutan Kulit


Metode terbaik untuk mencegah lesi kulit dan keriput adalah menghindari paparan sinar
matahari terlalu banyak dan menggunakan tabir surya dengan faktor perlindungan matahari
(SPF) 15 atau lebih tinggi ketika paparan sinar matahari tidak dapat dihindari.Produk optik
yang mengandung asam alfa atau beta-hydroxy bermanfaat dalam membalikkan kerutan dan
mempromosikan regresi keratosis surya. Perawat harus waspada terhadap kemungkinan
bahwa orang dewasa yang lebih tua mungkin mengembangkan reaksi alergi atau sensitivitas
terhadap beberapa bahan dalam produk topikal. Informasi tentang efek berbahaya dari sinar
matahari harus dimasukkan dalam pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kulit yang
sehat dan pencegahan kosmetik yang tidak diinginkan dan perubahan kulit patologis. Selain
itu, perawat dapat mendorong orang yang khawatir tentang keriput dan kulit kering untuk
mendiskusikan intervensi medis dengan penyedia perawatan primer mereka.

3. Mencegah kulit kering


Petrolatum dan emolien lainnya efektif dalam mengurangi ketidaknyamanan kulit kering,
karena melembabkan dan melumasi kulit. Efektivitas emolien didasarkan pada
kemampuannya untuk mencegah penguapan air, sehingga efek yang menguntungkan akan
meningkat ketika diterapkan pada kulit yang sudah memiliki tingkat kelembaban tertentu.
Dengan demikian, agen emolien paling efektif bila diterapkan pada kulit yang lembab segera
setelah mandi.

4. Detecting
Deteksi dini dan pengobatan lesi kulit kanker atau prakanker adalah faktor kunci dalam
mencegah konsekuensi fungsional yang serius, karena tingkat penyembuhan untuk sebagian
besar kanker kulit mendekati 100% dengan eksisi dini. Peran perawat adalah untuk
mendeteksi lesi yang tampak mencurigakan dan untuk mendorong atau memfasilitasi evaluasi
lebih lanjut. Perawat dapat mendorong semua orang dewasa yang lebih tua untuk

71
menggunakan panduan berikut untuk mengidentifikasi sendiri setiap perubahan kulit yang
memerlukan evaluasi lebih lanjut:
5. Bentuk asimetris: sisi tidak beraturan atau tampak berbeda

6. Perbatasan yang tidak teratur: acak-acakan, berlekuk, kabur, tidak teratur

7. Perubahan warna: nuansa berbeda, distribusi tidak merata

8. Diameter: lebih besar dari seperempat inci (6 mm), meningkat.

Jika orang dewasa yang lebih tua atau pengasuh telah menghindari evaluasi
medis karena kekhawatiran tentang kanker, perawat dapat memberikan jaminan tentang
tingkat kesembuhan yang tinggi dan kemungkinan minimal masalah jangka panjang jika
pengobatan dini diperoleh. Demikian pula, jika mereka mengabaikan perubahan yang
mencurigakan karena mereka mengaitkannya dengan "penuaan normal," perawat dapat
mengajarkan tentang pentingnya evaluasi lebih lanjut. Kotak 23-3 mencakup informasi
promosi kesehatan tentang pencegahan dan deteksi dini kanker kulit.

9. Evaluasi
Perawatan keperawatan untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kulit kering atau
gatal dievaluasi dengan menentukan sejauh mana intervensi mengurangi keluhan orang
tersebut. Mungkin diperlukan beberapa minggu bagi orang dewasa yang lebih tua untuk
merasakan efek penuh dari intervensi perawatan kulit karena keterlambatan terkait usia dalam
respons dermal terhadap rangsangan eksternal. Juga, ada banyak variasi individu di antara
orang dewasa yang lebih tua dalam tanggapan mereka terhadap intervensi. Dengan demikian,
mungkin perlu untuk mengevaluasi efek dari satu jenis sabun atau lotion selama beberapa
minggu sebelum mencoba merek yang berbeda jika masalahnya tidak selesai. Karena
kelembaban lingkungan mempengaruhi kenyamanan kulit, kondisi lingkungan juga dapat
mempengaruhi evaluasi intervensi.
Efektivitas intervensi untuk orang dewasa yang lebih tua yang berisiko mengalami
kerusakan kulit diukur dengan tidak adanya ulkus tekan. Efektivitas intervensi untuk ulkus
tekan ditentukan oleh tingkat penyembuhan dan pencegahan komplikasi seperti osteomielitis.
Karena masalah biaya dan kualitas hidup yang signifikan terkait dengan borok tekanan,
mencegah kerusakan kulit dapat memiliki konsekuensi positif yang luas untuk orang dewasa
yang lebih tua yang berisiko mengembangkan borok tekanan.

72
1. Perubahan Terkait Usia yang Memengaruhi Kesehatan Kulit

2.Menurunnya tingkat proliferasi epidermis

3.Dermis yang lebih tipis, sambungan dermal-epidermis yang rata

4.Mengurangi kadar air

5.Pasokan darah kulit berkurang

6.Berkeringat lebih sedikit dan kelenjar sebaceous

7.Penurunan jumlah sel melanosit dan Langerhans

8.Perubahan pola distribusi rambut

9. Faktor Risiko Yang Memengaruhi Kesehatan Kulit

10. Faktor genetik (warna dan distribusi rambut, kanker kulit)

11. Paparan radiasi ultraviolet (sinar matahari atau cahaya tanning)

12. Efek obat yang merugikan

13. Praktik kebersihan pribadi

14. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kerusakan kulit

15. Konsekuensi Fungsional yang Memengaruhi Kesehatan Kulit (Tabel 23-1)

16. Xerosis (kulit kering), tidak nyaman

17. Pigmentasi tidak teratur dan perubahan kosmetik lainnya

18. Meningkatnya kerentanan terhadap cedera, tekanan mekanis, dan efek radiasi
ultraviolet

19. Penyembuhan luka yang tertunda, peningkatan kerentanan terhadap infeksi

20. Menurunnya sensitivitas sentuhan, peningkatan kerentanan terhadap luka bakar

73
21. Berkeringat dan menggigil berkurang, meningkatkan kerentanan terhadap hipotermia
dan kondisi terkait panas

22. Meningkatnya risiko kanker kulit

23. Meningkatnya risiko kerusakan kulit dan borok tekanan

24. Kondisi Patologis yang Memengaruhi Kesehatan Kulit

25. Kanker kulit

26. borok tekan (kotak Praktek Berbasis Bukti)

27. Penilaian Keperawatan Kulit

28. Kondisi kulit tidak normal

29. Praktek perawatan pribadi

30. Lesi kulit yang umum pada orang dewasa yang lebih tua

31. Risiko borok tekan

32. Diagnosis Keperawatan

1.Kesiapan untuk Peningkatan Pengetahuan: Kulit

2.Integritas Kulit yang Gangguan (atau Risiko untuk)

3.Pemeliharaan Kesehatan yang Tidak Efektif

33. Merencanakan Hasil Kesehatan

1. Tingkat Kenyamanan

2. Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Lendir

3. Status nutrisi

4. Kontrol Risiko: Kanker

5. Penyembuhan Luka

74
6. Intervensi Keperawatan untuk Kesehatan Kulit

1. Pengajaran promosi kesehatan tentang kulit yang sehat

2. Mencegah keriput kulit

3. Mencegah kulit kering

4. Mendeteksi dan merawat perubahan kulit yang dicurigai

5. Mencegah dan mengelola borok tekan

6. Mengevaluasi Efektivitas Intervensi Keperawatan

7. Pengurangan keluhan (mis., Kekeringan)

8. Evaluasi perubahan kulit yang dicurigai

9. Tidak adanya ulkus tekan pada orang dewasa yang berisiko tinggi

10. Penyembuhan luka

75
BAB III
PENUTUP

1. Simpulan
Saat sudah menginjak usia lanjut usia, terdapat beberapa perubahan fisik seperti
penglihatan, pendengaran, dan integument. Beberapa gangguan fisik tersebut bisa berasal
dari factor usia maupun penyakit penyerta yang meniringi nya. Terdapat pula konsekuensi
fungsional yang mempengaruhi kesehatan visual, pendengaran m aupun integument. Usia
lanjut juga memiliki beberapa konsekuensi fungsional yang mempengaruhi fisiologis .
kondisi patologis penyerta juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup para lansia. Oleh
sebab itu, Diperlukan penanganan dan komunikasi khusus dengan para lansia agar
intervensi yang diberikan lebih efektif.
2. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan UPN Veteran Jakarta khususnya, sebaiknya lebih
dipelajatri lagi terkait perubahan fisik yang dialami oleh para lansia, baik dari segi
penglihatan, pendengaran maupun integument agara asuhan keperawatan yang akan
diberikan nanti bisa lebih efektif .

DAFTAR PUSTAKA

76
Miller, C.A . 2010. Nursing Wellnes in Older Adults : Theory and Practice .6th edition.
Wolter Kluwer.
Meiner , S.E . 2015. Gerontologic Nursing . Molsby : Elseiver Inc
Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan edisi Bahasa Indonesia . Elseiver
Singapore

77

Anda mungkin juga menyukai