Fakta Penciptaan Berpasang
Fakta Penciptaan Berpasang
“dan dari tiap – tiap sesuatu kami ciptakan berpasang- pasangan.” (qs adz-zariyat:49)
Berpasang – pasangan, artinya yang umum ialah yang berawal dan berakhir, berlahir berbatin,
berbesar berkecil, berhina bermulia, bertinggi berendah, berlaut berdarat, berdahulu berkemudian,
berbumi berlangit, bergelap berterang, berhidup bermati, beriman berkafir, berbahagia berbahaya,
bersurga berneraka, dan lain lain sebagainya.
Adapun makna terbatas ialah berpasang – pasangan, berlaki laki dan perempuan, dan lebih
diperkecil yang bersuami-istri. Semua dijadikan Allah segala dua atau sepasang dua. Maka, seluruh
alam yang diciptakan oleh Allah ini, tidaklah dijadikan dengan sendiri dan berarti, atau kuranglah
artinya selama dia masih sendiri. Hanya Allah saja yang ada sendirinya. Tidak ada sesuatu yang jadi
pasangan-Nya. Untuk itu, Allah menyatakan di ujung ayat.
“semuanya itu di landasan masing-masing dalam keadaan beredar.” (qs al anbiya :33)
“yasbahun” kita artikan beredar, boleh juga artikan berenang. Diibaratkan ruang angkasa itu adalah
ruang yang kosong, lapang, terluang. Maka bail malaikat ataupun bulan, ataupun berjuta-juta
bintang-bintang itu, termasuk bumi terdapat manusia hidup ini adalah beredar, laksana berenang di
ruang angkasa yang luas terbentang ini. Tetapi meski pun ruang angkasa luas terbentang, namun
semua itu, atau tiap-tiap itu adalah beredar di landasan masing-masing yang telah ditentukan Allah.
Landasan kita pakai jadi makna dari falak semua beredar menuruti garis-garis yang telah ditentukan
Allah, sampai-sampai kepada ukuran jarak masing-masing. Misalnya kalau edaran cepat bumi
mengelilingi matahari, yang beredar laksana bola kena sepak, dalam beredar masa 365 dalam
setahun dia pun berputar cepat, menimbulkan siang dan siang itu dalam 24 jam, maka ada bintang
yang edarannya lebih lama dari itu, dan jauh jaraknya. Kalau bumi mengelilingi matahari satu tahun
365 hari, maka ada bintang yang mengelilingi matahari satu edaran dibanding dengan edaran bumi
jadi 40 tahun.
Maka dapatlah kita umpamakan peredaran matahai, bulan dan bintang itu di atas falak masing-
masing laksana jalan raya yang dilalui lalu lintas oleh kendaraan-kendaraan bermotor di beri garis
putih di tengah-tengah agar pengemudi jangan melanggar garis dan mengambil jalan orang lain.
Karna kalau demikian akan terjadi pelanggaran dan hancurlah alam ini seluruhnya, sebab tidak
terdapat lagi apa yang dinamai tawazun, yaitu keseimbangan. Oleh sebab itu maka perjalanan falak
yang teratur sangat teliti itu adalah satu bukti pasti tentang adanya sang maha pengatur.
Matahari berjalan, tetapi di tempatnya peredarannya yang tetap. Yaitu bahwa matahari beredar
sekitar dirinya. Pada permulaan penyelidikan menunjukan bahwa, matahari itu pun berputar atau
berjalan juga, merjalan terus menuju suatu jurusan saja tidak pernah membelok –belok dalam
kecepatan yang menurut perhitungan ahli falak adalah 12 mil satu detik.
Ke mana perjalanan matahari itu dan mana satu tujuannya itu? Tidak ada yang tahu, kecuali Allah
SWT.
1. Bukti Keindahan Redaksinya
Abdur Razaq Nawfal dalam Al - ijaz Al - Adabiy li Al - qur’an Al - karim yang terdiri
dari 3 jilid mengemukakan sekian banyak contoh tentang keindahan redaksinya yang di
dalamnya terdapat keseimbangan yang sesuai antara kata - kata yang digunakan, keseimbangan
tersebut dapat disimpulkan secara singkat sebagai berikut : [11]
A. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya
Beberapa contoh, di antaranya :
- Al-hayyah (hidup) dan almawt (mati), masing - masing sebanyak 145 kali;
- Al-naf (manfaat) dan al-madharah (mudarat), masing - masing sebanyak 50 kali;
- Al-har (panas) dan al-bard (dingin), masing - masing 4 kali;
- Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan), masing - masing 167 kali;
- Al-thumaninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan dan kekesalan), masing -
masing 13 kali;
- Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin), masing - masing 8 kali;
- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk definite, masing - masing 17 kali;
- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman (iman) dalam bentuk datangite, masing - masing 8 kali;
- Al-shayf (musim panas) dan al-syita’ (musim dingin), masing - masing 1 kali
C. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada
akibatnya
- Al-infaq (infak) dengan al-ridha (kerelaan), masing - masing 73 kali;
- Al-bukhl (kekikiran) dengan al-hasarah (penyesalan), masing -masing 12 kali;
- Al-kafirun (orang - orang kafir) dengan al-narl/al-ahraq (neraka pembakaran), masing - masing
154 kali;
- Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-barakat (kebajikan yang banyak), masing - masing 32
kali;
- Al-fahisyah (kekejian) dengan al-ghadhp (murka), masing - masing 26 kali;
) Kemenangan Bizantium
Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur’an tentang peristiwa masa depan
ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium,
wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran
Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan. [12]
Q.S Ar - Rum 1- 4 :
Artinya :
“ Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi. Di negeri yang terdekat. Dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman. “
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, datang tujuh tahun setelah kekalahan
hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem.
Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal,
Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil
baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan
kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi
ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai
dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas
dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan
perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran
tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan
Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.
Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat
di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa
Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini
tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan
cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur’an takkan
pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada
Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di
Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia.
Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang
mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.
Akhirnya, “kemenangan bangsa Romawi” yang diumumkan oleh Allah dalam Al
Qur’an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta
geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.
Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di
daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan “Adnal Ardli” dalam bahasa Arab, diartikan
sebagai “tempat yang dekat” dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah
dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata “Adna” dalam bahasa Arab
diambil dari kata “Dani”, yang berarti “rendah” dan “Ardl” yang berarti “bumi”. Karena itu,
ungkapan “Adnal Ardli” berarti “tempat paling rendah di bumi”.
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar
terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut
Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania.
“Laut Mati”, terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti
dikemukakan dalam ayat ini.
Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu
diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk
mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al
Qur’an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini
memberikan bukti bahwa Al Qur’an adalah wahyu Ilahi.
Pada waktu Qur-an disampaikan kepada manusia oleh Nabi Muhammad, semua jenazah
Fir'aun-Fir'aun yang disangka ada hubungannya dengan Exodus oleh manusia modern terdapat
di kuburan-kuburan kuno di lembah raja-raja (Wadi al Muluk) di Thebes, di seberang Nil di
kota Luxor. Pada waktu itu manusia tak mengetahui apa-apa tentang adanya kuburan tersebut.
Baru pada abad 19 orang menemukannya seperti yang dikatakan oleh Qur-an jenazah
Fir'aunnya Exodus selamat.[14] Pada waktu ini jenazah Fir'aun Exodus disimpan di Museum
Mesir di Cairo di ruang mumia, dan dapat dilihat oleh penziarah. Kejadian ini sesuai dengan
ayat Al - Qur’an Q.S
Artinya :
“ Maka pada hari Ini kami selamatkan badanmu. supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami.”
Dalam Al - Qur’an banyah sekali bukti - bukti ilmu pengetahuan dan tekhnologi, baik
tentang ilmu astronomi, fisika, maupun obat - obatan, tetapi di sini akan kami ambil beberapa
sebagai contoh : [15]
Artinya :
“…Dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, ……“,
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rendahan (cavite)
Rahim (uterus). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur." Qur-an menamakan uterus
tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya (villis) yakni perpanjangan telor yang
akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor, seperti akar
tumbuh-tumbuhan masuk dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam
Rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern. Pelekatan ini
disebutkan dalam Qur-an 5 kali. Mula-mula dua ayat pertama surat 96 ayat 2.
" Yang menciptakan manusia dari sesuatu yang melekat."
Kesimpulan
1. Al - Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan dengan perantara malaikat Jibril ke dalam
hati Rasulullah dengan lafadz arab dan makna yang pasti sebagai bukti bagi Rasulullah bahwa
dia utusan Allah, sebagai undang - undang sekaligus petunjuk manusia.
2. Al - Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW. antara tahun 610 hingga 632 M. Diantara
sekian banyak fungsi Al - Qur’an diantaranya adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad
SAW dan petunjuk untuk seluruh umat manusia.
4. Bukti - bukti kebenaran Al - Qur’an adalah : hal - hal, sesuatu yang nyata yang dijadikan
pedoman bahwa Al - Qur’an itu otentik, asli tidak dibuat oleh manusia, tetapi benar - benar
bersumber dari Allah.