PENDAHULUAN
A. DEFENISI
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadi di
mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi neoplastik pada epitel tersebut belum
diketahui dengan pasti. Secara mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau
epitelium di dalam stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai
beberapa variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat
yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma biasanya
asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi rahang (Arif, 2001).
Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang menyebar ke bagian
lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang dihasilkan dapat menyebabkan
kelainan yang parah dari wajah dan rahang. Selain itu, karena pertumbuhan sel yang
abnormal mudah infiltrat dan menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas
diperlukan untuk mengobati gangguan ini.
B. ETIOLOGI
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas, tetapi
beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah pencabutan gigi,
pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga mulut. Ameloblastoma dapat
terjadi pada segala usia, namun paling banyak dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak
ada perbedaan jenis kelamin, tetapi prediksi pada golongan penderita kulit berwarna.
Ameloblastoma dapat mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada
mandibula sekitar 81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjasi di regio molar
dan ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis.
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari proses
pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
o Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis
dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer
berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian
tengah mengalami degenerasi serta menyerupai retikulum stelata.
o Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat
pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang
spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi
terbentuknya kista odontogenik
o Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma.
Pada kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957)
mengenai ameloblastoma yang berkembang dari kista periodontal atau kista
dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari kista
odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi menjadi ameloblastoma.
o Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber
(1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan
epiteluim oral
LAPOR
AN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA
C. PATOFISIOLOGI
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik. Lebih
dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio molar dan sisanya terjadi akibat
adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal
yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal dengan zat
Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan(poliferasi).
3. tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
D. PENYIMPANGAN KDM
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan, oleh karena itu
tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui setelah 4 sampai dengan 6
tahun.
Gambaran Klinik
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila massa tumor
telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita dengan
benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang terdapat
ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
Ameloblastoma merupakan tumor yang jinak tetapi merupakan lesi invasif secara
lokal, dimana pertumbuhannya lambat dan dapat dijumpai setelah beberapa tahun sebelum
gejala-gejalanya berkembang. Ameloblastoma dapat terjadi pada usia dimana paling umum
terjadi pada orang-orang yang berusia diantara 20 sampai 50 tahun dan hampir dua pertiga
pasien berusia lebih muda dari 40 tahun.
Hampir sebagian besar kasus-kasus yang dilaporkan menunjukkan bahwa
ameloblastoma jauh lebih sering dijumpai pada mandibula dibanding pada maksila. Kira-kira
80% terjadi dimandibula dan kira-kira 75% terlihat di regio molar dan ramus,
Ameloblastoma maksila juga paling umum dijumpai pada regio molar.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa gejala).
Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan tidak ditemui sampai
dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan
mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya, tulang menipis dan ketika
teresobsi seluruhnya tumor yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki
gambaran berlobul pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat
mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi
jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada
bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan kepermukaan lingual, suatu
gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan
tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih
lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga dapat goyang
bahkan tanggal.
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra oral yang
penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada penekanan saraf atau terjadi
komplikasi infeksi sekunder. Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan selama
beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat menimbulkan
ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang tidak terjadi. Pada tahap lanjut,
ukurannya bertambah besar dapat menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan.
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan dengan
perkembangan ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa tumor ini sering kali
diawali oleh pencabutan gigi, kistektomi atau beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti
kasus-kasus tumor lainnya pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang
menyebabkan hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri.
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian menjadi kista pada
pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan tumor jinak tetapi karena sifat
invasinya dan sering kambuh maka tumor ini menjadi tumor yang lebih serius dan ditakutkan
akan potensial komplikasinya jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi sudah
dinyatakan bahwa sangat sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan.
d. Prontosan gel
Protosan gel merupakan topical untuk membersihkan dan menjaga
kelembaban luka kulit dan luka bakar, serta dekontaminasi. Protosan gel
bekerja dengan mengurangi waktu penyembuhan, menghapus dan mencegah
biofilm, mencegah infeksi, mengurangi pergantian luka yang menyakitkan,
serta kompatibel dengan yang umum digunakan dressing luka
e. Foam dressing
Indikasi:
(1) Dapat digunakan pada luka full thickness atau partial thickness
(2) Paling sering digunakan pada luka yang berair/basah
(3) Juga dapat berguna untuk luka lembab
(4) Luka eksudat sedang-berat
Kontraindikasi:
(1) Luka dengan eksudat minimal
(2) Luka dengan jaringan nekrotik hitam
(3) Luka bakar derajat 3
(4) Luka yang tidak ada cairan karena balutan bisa lengket pada dasar luka
(5) Seharusnya tidak digunakan untuk mengisi saluran sinus
f. Calcium Alginate
Indikasi:
(1) Luka dengan warna dasar luka merah atau
granulasi sel
(2) Luka dengan eksudat sedang maupun banyak
(3) Luka mudah berdarah/luka dengan perdarahan
(4) Luka yang dalam hingga berlubang (sinus)
(5) Luka dengan ada slough/slaft dan nekrosis
(6) Luka akut maupun kronik
(7) Luka bakar derajat 1 dan 2
(8) Luka pasca operasi dan luka operasi tebuka
(9) Luka donor site (luka donor)
Kontraindikasi:
Luka dengan jaringan nekrotik dan kering
g. Hidroselulosa (hydrofiber)
Indikasi:
(1) Luka kaki (leg ulcers)
(2) Luka tekan/dekubitus (stadium II-IV)
(3) Luka diabetes melitus
(4) Luka bedah dan Traumatik
(5) Luka bakar yang tidak melebihi 10% dari
seluruh permukaan tubuh
(6) Penyerapan cairan luka pada luka kanker (onkologi)
h. Low adherent
Low adherent absorbent dressing memiliki
keunggulan tidak lengket pada luka, dapat mengontrol
eksudat, khususnya eksudat ringan, tiak merembes ke
permukaan dressing. Indikasinya sebagai dressing untuk
luka superficial, luka post op, luka dengan eksudat
ringan.
1) Balutan Antimikrobial
i. Hidrofobik
Indikasi:
(1) Digunakan pada luka yang disertai eksudat,
kotor, berkoloni, dan terinfeksi
(2) Luka yang berongga dan luka trauma
(3) Luka kronik seperti pada vena, arteri, luka
diabetic, dan luka dekubitus
(4) Luka setelah pemotongan fitula dan abses
j. Silver
(1) Silver ada yang berbentuk cream, pasta atau lembaran
(2) Indikasi: Untuk luka yang terinfeksi
(3) Dapat mempertahankan luka tetap lembab
(4) Penggunaan 2-3 minggu
k. Cadexomer Iodine
(1) Antiseptik : bakteri, jamur, virus, protozoa,
trichomonas, dan spora
(2) Bereaksi dengan asam amino dan enzim
mikroba
(3) Tidak toksik terhadap fibroblas (tidak bersifat
sitotoksik)
(4) Lama kerja panjang (48-72 jam)
(5) Indikasi: Untuk luka yang terinfeksi
l. Topical Therapy
Pemberian topical therapy bertujuan untuk mensupport, kelembaban
luka, menghilangkan bau. Adapun jenis topical therapy yang dapat diberikan,
contohnya yaitu Metcovazine dan Epitel Wound Zalf (EWZ).
1) Metcovazine
Metcovzine adalah salah satu sediaan zink yang telah
dikembangkan dalam bentuk cream. Zink (zinc oxide) memiliki ikatan
kima ZNO, Z untuk Zinc dan O untuk oksigen. Zinc oxide terdiri atas satu
atom zink dan satu atom oksigen yang saling berikatan. Ada sekitar 300
enzim yang membutuhkan Zinc dalam kegiatannya, sebagai mineral
esensial dalam pembentukan sintesis DNA, sintesis protein, pergantian
dan perbaikan jaringan.
Defisiensi Zink dapat menyebabkan gangguan dalam
penyembuhan luka, terutama penurunan jumlah protein dan sintesis
kolagen selama proses penyembuhan luka. Saat proses penyembuhan luka,
terjadi peningkatan kebutuhan zink, terutama pada fase inflamasi dan
proliferasi.
Metcovazin direkomendasikan untuk luka dengan warna dasar luka
hitam, kuning, dan merah. Metcovazin tidak dapat menyerap eksudat dan
tidak dapat membunuh kuman kecuali dikombinasikan dengan
antimikroba (Arisanty, 2013).
Ada 3 jenis Metcovazine yaitu:
Gold : luka dengan Kritikal kolonisasi
dan infeksi
Red: luka yang granulasi
2) Chohesive Bandage
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC