Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Topik : Penyakit HIV/AIDS


Subtopik : Pencegahan HIV/AIDS
Sasaran : Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah Palembang
Hari / tanggal : Selasa, 08 Juli 2019
Waktu : 10.00 s/d 10.30 WIB
Tempat : Kelas PSIK 2B Stikes Muhammadiyah Palembang

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah
Palembang dapat berhati-hati dalam bergaul, dan pintar menjaga dan merawat
diri sendiri

II. Tujuan Instruksional Khusus


a. Menuntun Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah Palembang untuk
mengerti apa itu PMS, apa saja yang termasuk dari PMS
b. Menuntun Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah Palembang untuk
tahu apa itu HIV/AIDS, bagaimana cara penularannya, siapa saja yang
dapat tertular, dalam kondisi seeperti apa virus tersebut akan menyerang
sistem imun tubuh
c. Meningkatkan pengetahuan Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah
Palembang terhadap bahaya,dampak dan cara pencegahan/cara
menghindari HIV/AIDS
d. Menjelaskan kepada Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah
Palembang bagaimana cara untuk mengetahui apakah mereka terkena
virus HIV/AIDS, dan bagaimana cara pengobatannya
e. Menjelaskan kepada Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhammadiyah
Palembang bagaimana cara menghadapi ketika bertemu dengan teman
yang terkena virus HIV/AIDS

III. Materi (Terlampir)

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi / tanya jawab

V. Media (pilih yang digunakan saja)


1. Poster

VI. Pengorganisasian
Penyaji 1 : Helison
Penyaji 2 : Mutiara Fransiska
Notulen : Indah Ayu Hoca
Moderator : Pariska Rahma Dia
Dokumentasi : Hesti Yuniarti & Larisa
Konsumsi : Rahma Arifah Putri & Nursyamsi Oktarina
(dll jika diperlukan)

VII. Kegiatan Pembelajaran


WAKTU AGENDA PEMBICARA KETERANGAN
Senin, 08 Juli 2019 – Kelas PSIK 2B Stikes Muhammadiyah Palembang
07.30-08.00 Persiapan Panitia
Mahasiswa PSIK 2B Stikes
08.00-08.15 Muhmmadiyah Palembang Panitia
memasuki ruangan 12
08.15-08.45 Pembukaan Moderator

08.45-09.30 Materi : Penyakit HIV/AIDS Penyaji 1

Materi : Pencegahan
09.30-10.30 Penyaji 2
HIV/AIDS
10.30-11.20 Diskusi / Tanya Jawab Moderator
11.20-11.30 Penutupan dan selesai Panitia

VIII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Semua Mahasiswa PSIK 2B Stikes Muhmmadiyah Palembang hadir/ikut
dalam kegiatan penyelenggaraan penyuluhan yang dilakukan di Kelas
PSIK 2B Stikes Muhammadiyah Palembang. Pengorganisasian
penyuluhan dilakukan satu hari sebelumnya.

2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Mahasiswa tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
c. Mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil
Memberikan pertanyaan secara langsung kepada Mahasiswa, meliputi :
a. Apa Pengertian HIV/Aids ?
b. Apa penyebab dan tanda dan gejala HIV/Aids?
c. Bagaimana cara perawatan pada orang yang terkena HIV/Aids ?
d. Apa saja upaya mencegah HIV/Aids?

Mengetahui, Palembang, 15 Juli 2018


Pembimbing Ketua,
MATERI

A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan
tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan
tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita
tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia
akibat terkena pilek biasa.

B. Penyakit AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus
HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan
dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4
pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

C. Bahaya Aids
Orang yang telah mengidap virus AIDS akan menjadi pembawa dan
penular AIDS selama hidupnya, walaupun tidak merasa sakit dan tampak sehat.
AIDS juga dikatakan penyakit yang berbahaya karena sampai saat ini belum
ada obat atau vaksin yang bisa mencegah virus AIDS. Selain itu orang
terinfeksi virus AIDS akan merasakan tekanan mental dan penderitaan batin
karena sebagian besar orang di sekitarnya akan mengucilkan atau menjauhinya.
Dan penderitaan itu akan bertambah lagi akibat tingginya biaya pengobatan.
Bahaya AIDS yang lain adalah menurunnya sistim kekebalan tubuh. Sehingga
serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun akan menyebabkan sakit
atau bahkan meninggal.
Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia
tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus
manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam
ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk
ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan
HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia.
Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek
siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan
yaitu bahwa protein HIV-1,Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya
diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infeksi-vitas (daya
tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr
diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali
diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat (warga Senegal) pada
tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tampaknya kurang patogenik
dibandingkan dengan HIV-.

D. Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS


HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa
seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan
peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan
kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS.
Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga
(anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif
terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV.
Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-
gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan
kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan
tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan
mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara
bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang
yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan
tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3
sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV
tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah
hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk
mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya
jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus
HIV.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS
diantaranya adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas
sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus
lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit
HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan
gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami
penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami
diarhea yang kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah
normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh
seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan
absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang
mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan
pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu
mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus
cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai
macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit.
Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit
(Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta
Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali
mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal
terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit
syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya
yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita
banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal
sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa
haid yang tidak teratur (abnormal).

E. Cara Penularan
Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau
peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia,
kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar
disbanding seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive
dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI).
Saat ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau
mengapa hanya terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi
yang lain. Di ASI terdapat lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru
saja terkena infeksi dan ibu-ibu yang telah memperlihatkan tanda-tanda
penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare
dan infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan
memberikan makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat
manfaat ASI dengan resiko lebih kecil untuk terkena HIV.

F. Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS


Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang
lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-
penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau
yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui
penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun
melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.
Penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat
dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari
segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus AIDS.

G. Penanganan HIV/AIDS
Penanganan Umum
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan
untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat khusus
yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis tinggi dan
obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin untuk mencegah
infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin parah

Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan atas
permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS dan
hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi virus
(30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip
pencegahan infeksi).

H. Pemeriksaan Laboratorium
Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Yang pertama, enzymelinked immunosorbent assay(ELISA),
bereaksi terhadap adanya antibodi dalam serum dengan memperlihatkan warna
yang lebih jelas apabila terdeteksi antibodi virus dalam jumlah besar. Karena
hasil positif-palsu dapat menimbulkan dampak psikologis yang besar, maka
hasil uji ELISA yang positif diulang, dan apabila keduanya positif, maka
dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji Western blot juga
dikonfirmasi dua kali.
Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-palsu atau
negatif-palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat
ELISA atau Western blot bereaksi lemah dan agak mencurigakan. Hal ini dapat
terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang sedang berkembang (sampai
semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau pada
reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau
HTLV-1. Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini,
dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat
penyakit dan dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya
virus atau komponen virus sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi
antibodi. Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus, pengukuran antigen
p24, dan pengukuran DNA dan RNA HIV yang menggunakan reaksi berantai
polimerase (PCR) dan RNA HIV-1 plasma. Uji-uji semacam ini bermanfaat
dalam studi mengenai imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit, pada
deteksi dini infeksi, dan pada penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu
positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-HIV ibu dalam darah mereka sampai
usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka terinfeksi atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog
Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series

Anda mungkin juga menyukai