Anda di halaman 1dari 32

SEJARAH GEOMETRI NON EUCLID DAN

GEOMETRI MODERN

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Matematika


Dosen Pengampu : Dr. Rini Setianingsih, M.Kes.

Nama Anggota Kelompok 2:


1. Farah Syaifie Savania (18030174031)
2. Nur Izzatul Isslamiyah (18030174051)
3. Dwi Fatmarani (18030174059)
4. Chusnul Fadlilah (18030174064)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan karunia, taufik,
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sejarah
Matematika dengan judul “Sejarah Geometri Non Euclid dan Geometri Modern ”.
Makalah dengan judul “Sejarah Geometri Non Euclid dan Geometri Modern” ini
berisi tentang pengertian geometri non euclid dan geometri modern, macam-macam geometri
non euclid maupun modern, dan unsur-unsur geometri modern.
Terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang turut terlibat dalam
mensukseskan penyusunan makalah ini, diantaranya Ibu dosen yang memberikan bimbingan
kepada kami, Dr. Rini Setianingsih, M.Kes. dan teman-teman kami anggota kelompok
khususnya serta semua mahasiswa di kelas Pendidikan Matematika C 2018 pada umumnya.
Harapan kami semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan
para pembaca sekalian. Dalam makalah ini mungkin masih banyak yang kurang sempurna,
sehingga kami mengharapkan masukan, kritikan, dan saran yang membangun untuk makalah
ini.

Surabaya, 14 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................. 2
Manfaat............................................................................................................. 2

Bab II Pembahasan ........................................................................................... 3


Pengertian Geometri non Euclid ...................................................................... 3
Geometri Hiperbolik ........................................................................................ 3
Geometri Eliptik ............................................................................................. 3
Pengertian Geometri Modern ........................................................................... 4
Unsur-unsur geometri Modern ......................................................................... 5
Macam-macam geometri Modern .................................................................... 5

Bab III Penutup ................................................................................................ 7


Kesimpulan ..................................................................................................... 7
Saran ............................................................................................................... 7

Daftar Pustaka ................................................................................................. iii


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif adalah


Geometri dari Euclides. Kira-kira tahun 330 SM, Euclides menulis buku sebanyak 13
buah. Dalam bukunya yang pertama Euclid menjelaskan mengenai definisi, postulat,
aksioma dan dalil. Namun Geomerti Euclid ini memiliki kelemahan, salah satu
kelemahanya ada pada postulat kelima dari Euclid 2 yang terkenal dengan Postulat
Parallel atau Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehingga merisaukan para
matematikawan. Sehingga beberapa matematikawan menganggap bahwa postulat
kelima Euclid bukan postulat dan dapat dibuktikan dengan keempat postulat yang lain.
Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak Euclid masih hidup
sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha membuktikan ini antara lain
Proclus dari Aleksandria (410 - 485) Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl
Friedrich Gauss dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria
(1775 - 1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai Ivanoviteh
Lobachevsky (1793 – 1856).
Postulat kesejajaran kelima Euclid adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis
lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut-sudut dalam sepihak
kurang dari dua sudut siku-siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas,
akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut
siku-siku”
Gambar 1. Ilustrasi postulat ke lima

Pada gambar 1 garis c memotong garis a dan garis b yang mengakibatkan sudut 1
dan sudut 2 kurang dari 180°, garis a dan garis b akan bepotongan pada pihak sudut
yang kurang dari 180°, yang pada gambar adalah perpanjangan yang ke kanan.
Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa
matematikawan berusaha untuk membuktikan dan menggantikannya dengan postulat
yang ekuivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan sederhana adalah
Aksioma Playfair oleh John Playfair yang bunyinya: “Hanya ada satu garis sejajar
(parallel) pada garis yang melalui titik bukan pada garis tersebut”

Matematikawan lain, yaitu Proclus yang menulis komentar dari The Elements
yang menyebutkan usaha pembuktian untuk menyimpulkan dari postulat kelima.
Proclus kemudian memberikan bukti sendiri, dan memberikan postulat yang ekuivalen
dengan postulat kesejajaran “Jika suatu garis lurus memotong salah satu dari dua garis
parallel ia juga akan memotong yang lain, dan garis-garis lurus yang parallel dengan
suatu garis lurus yang sama, adalah parallel satu sama lain”. Sedangkan John Wallis
menggantikan postulat kesejajaran Euclid dengan postulat Wallis. John Wallis
menyerah mencoba membuktikan dalil paralel dalam Geometri Netral. Sebaliknya, ia
mengusulkan sebuah postulat baru, yang ia merasa lebih masuk akal daripada postulat
kelima Euclid.
Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha untuk
membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non Euclid masih
berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda pada 4 postulat
kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid yang pertama adalah ditemukan
hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri.
Tokoh-tokoh tersebut adalah Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari
Hongaria, dan Nicolai Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut
Geometri Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua
adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari Jerman,
Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan geometri non Euclid?
b. Apa saja pembuktian dalam geometri Hiperbolik?
c. Apa saja pembuktian dalam geometri Eliptik?
d. Apa yang dimaksud dengan geometri Modern?
e. Apa saja unsur-unsur geometri modern?
f. Apa saja macam-macam geometri modern?

C. Tujuan
a. Mengetahui engertian geometri non Euclid.
b. Mengetahui pembuktian geometri Hiperbolik.
c. Mengetahui Pembuktian geometri Eliptik.
d. Mengetahui geometri Modern.
e. Mengetahui Unsur-unsur geometri Modern.
f. Mengetahui Macam-macam geometri Modern.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Geometri Non Euclid

a. Pengertian Geometri non Euclid

Geometri berasal dari bahasa yunani geometrein yang memiliki arti mengukur
bumi. Bapak dari geometri ya itu Euclid atau Eukleides (sekitar 325 SM- sekitar
265 SM) dalam tulisannya “The Element” yang menjadi refensi utama dalam
bidang geometri geometri hingga abad ke-20.

Yang dimaksud dengan geometri non Euclid adalah salah satu dari dua
geometri yang diperoleh dengan meniadakan pararel postulat Euclid, yaitu
hiperbolik dan Eliptik.

b. Geometri Hiperbolik

Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang berupa


titik, garis, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis, bidang dan segmen
pada Geometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik Ini bidang direpresentasikan
oleh sebuah lingkaran O.
Berikut ini adalah tabel representasi untuk Geometri Hiperbolik.

Tabel 1. Representasi Geometri Hiperbolik

Geometri Hiperbolik Representasi Geometri Euclid


Titik Titik: Titik dalam lingkaran
Garis Penghubung terbuka lingkaran
Bidang Bagian dalam lingkaran
Segmen Segmen: Segmen penghubung dua titik

Postulat kesejajaran Hiperbolik

Untuk suatu titik dan suatu garis yang tidak melalui titik tersebut terdapat dua garis
yang melalui titik tersebut yang sejajar dengan garis pertama.
1. Jumlah besar sudut suatu segitiga di dalam Geometri
Hiperbolik Teorema 2.1 (Teorema sudut luar)
Sudut luar segitiga akan lebih besar daripada sudut interior (dalam) yang tidak
bersisian dengan sudut tersebut.

Gambar 21. Sudut luar segitiga

Bukti :

Misalkan ΔABC adalah sembarang segitiga, dan misalkan D


merupakan perpanjangan dari BC melalui C. Pertama akan ditunjukkan bahwa
m∠ACD lebih besar dari m∠A. Misalkan E merupakan titik tengah , dan misalkan
BE merupakan perpanjangan garis yang melalui E hingga F, maka m AE =m EC
, m BE = m EF dan m∠AEB=m∠CEF(sudut bertolak belakang sama besar). Jadi
ΔAEB≅ΔCEF (S,Sd,S), dan m∠BAE = m∠FCE (bagian segitiga kongruen sama
besar). Karena m∠ACD > m∠FCE (keseluruhan sudut selalu lebih besar dari
bagiannya), sehingga dapat disimpulkan m ∠ACD > m ∠BAE = m ∠ A.
Untuk menunjukkan bahwa m ∠ACD > m∠B, perpanjang AC melalui C
hingga H, yang membentuk m∠BCH > m∠B, dengan menggunakan prosedur
bagian pertama pembuktian: misalkan M merupakan titik tengah , perpanjang AM
melalui M, dan lain-lain. Untuk melengkapi bukti, perhatikan bahwa ∠BCH dan
∠ACD merupakan sudut bertolak belakang sehingga sudut tersebut sama besar.
Lemma 2.1

Jumlah besar dua sudut suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan sudut
luarnya.

Gambar 22. Jumlah besar dua sudut suatu segitiga

Bukti:

Menurut Teorema Sudut Eksterior m∠ACD > m∠ABC dan m∠ACD > m∠BAC.

Berikutnya, perhatikan bahwa


m ∠ ACD + m ∠ ACB = 180º
m ∠ ACD = 180º - m ∠ ACB
180º - m ∠ ACB > m ∠ ABC dan 180º - m ∠ ACB > m ∠ BAC

180º > m ∠ ACB + m ∠ ABC dan 180º > m ∠ ACB + m ∠ BAC

Dengan cara yang analog, dapat diperoleh m ∠ BAC + m ∠ ABC < 180º..

Lemma 2.2

Terdapat garis l, sebuah titik P yang tidak berada digaris l, dan titik Q berada
digaris l. Misal diberikan garis . sebagai sisinya, maka ada suatu titik R di l, pada sisi
𝑃𝑄 yang diberikan, sedemikian sehingga ∠PRQ lebih kecil atau kurang dari sudut
yang telah ditentukan, seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini.

Gambar 23. Sudut terkecil pada segitiga


Bukti:

Missal ά yaitu sudut yang ditentukan (berapapun ukuran sudutnya), perhatikan pada
gambar di atas yang terdapat titik R pada garis l, yang terbentuk dari sisi PQ,
sedemikian sehingga ∠PRQ <ά. Pertama dibuat langkah-langkah untuk mendapatkan
barisan sudut.
∠P𝑅1𝑄1∠P𝑅2𝑄2 . . .

Setiap sudut yang ditentukan tidak lebih besar dari setengahnya yaitu dari hasil yang
telah didapat.

Gambar 24. Sudut-sudut terkecil pada segitiga

Misal R1 adalah titik pada garis l pada sisi PQ sehingga QR1 = PQ (gambar 23), maka
ΔPQR1 sama kaki, dan
∠QP𝑅1 = ∠PR1Q = b1

Misal b adalah sudut luar ΔPQR1 pada Q, berdasar lemma 1 b1


+ b1 = 2b1 ≤ b
sehingga b1 ≤ ½ b ……………………(1)

Sekarang dibentuk sudut baru dengan langkah yang sama. Perpanjangan QR1 melalui
R1 dan R2 sehingga R1R2 = PR1. Digambar PR2, kemudian ΔP𝑅1R2 sama kaki dan
∠𝑅1P𝑅2 = ∠PR2R1 = ∠PR2Q = b2.
Dengan lemma 1 b2 + b2 = 2b2 ≤ b1
Sehingga b2 ≤ ½ b1
Dengan persamaan (1) didapat
b1 ≤ ½2 b.
dengan mengulangi proses pembagian dua n, sehingga didapat titik Rn di L, pda sisi PQ,
sehingga bn = ∠PRnQ ≤ ½n b.
Hasilnya nilai n sangat besar ½n b < ά. kemudian ∠PRnQ ≤ ά. Sehingga teorema yang
berlaku adalah R =Rn.
Dari kedua lemma yang disampaikan sebelumnya dapat diturunkan teorema berikut
ini.

Teorema 2.2 (Prenowitz, 1965: 59)

Pada segitiga jumlah besar sudut-sudutnya kurang dari 180°.

Gambar 25. Segitiga dengan jumlah sudutnya kurang dari 180°

Bukti:

Buat garis l dan itik P tidak pada l. Digambar garis m melalui P sejajar l, dengan cara
biasa. 𝑃𝑄 tegaklurus terhadap l pada Q dan m tegaklurus terhadap 𝑃𝑄 pada P. Menurut
postulat kesejajaran Hiperbolik, ada garis selain m melewati P sejajar l. Misal garis
tersebut adalah n, sehingga sudut yang dibentuk oleh garis n dan 𝑃𝑄 besarnya harus
kurang dari 90°. Y titik pada garis m, dan X titik pada garis n, terdapat ά = ∠XPY,
maka ∠QPX = 90° - ά.
Dengan menggunakan Lemma 2.2 buat titik R pada l, sedemikian sehingga ∠PRQ < ά.
terbentuk ΔPQR.
m∠PQR = 90°

m∠QRP < ά

m∠RPQ < m∠XPQ = 90° - ά

Dijumlahkan diperoleh
m∠PQR + m∠QRP + m∠RPQ < 90° + ά + 90° - ά = 180°

Jadi Δ PQR memiliki jumlah sudut kurang dari 180°.

2. Segiempat pada Geometri Hiperbolik

Dari teorema 2.2 di atas mengakibatkan adanya dua corollary untuk segiempat sebagai
berikut.
Corollary 2.2

Jumlah besar sudut-sudut dari segiempat kurang dari 360°.

Bukti:

Gambar 26. Segiempat yang jumlah besar sudutnya kurang dari 360°

Segiempat ABCD pada gambar 25 diatas, jika dibuat garis yang


menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I dan segitiga
II, berdasar teorema 2.2 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga kurang dari 180°, maka
segiempat tersebut jumlah besar sudut-sudutnya kurang dari 360°.

c. Geometri Eliptik

Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada postulat


kesejajarannya saja, Postulat kesejajaran dari Riemann adalah sebagai berikut:
“Tidak ada garis-garis sejajar dengan garis lain”

Berdasarkan pada Postulat diatas, pada Geometri Eliptik ini dua garis selalu
berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Pada Geometri Eliptik terdapat dua
macam pengkhususan yang pertama Geometri “single elliptic” dan yang kedua
Geometri “double elliptic”.

Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena tidak ada
dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Untuk dapat memudahkan dalil- dalil
berikut, maka sebagai model dari Geometri “double elliptic” ialah bola dan untuk
Geometri “single elliptic” adalah setengah bola.

Model Geometri Eliptik tunggal

Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada garis yang
memisahkan bidang tersebut.

Gambar 27. Model Geometri Eliptik tunggal


Model Geometri Eliptik ganda

Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis memisahkan bidang.

Gambar 28. Model Geometri Eliptik ganda


Tabel 2. Representai bola Euclid

Geometri Eliptik Ganda Representasi Euclid


Titik Titik pada bola
Garis Lingkaran besar bola
Bidang Bola
Segmen Busur dari suatu lingkaran bola
Jarak antara dua titik Panjang busur terpendek dari lingkaran

besar yang melalui kedua titik itu


Sudut yang dibentuk oleh dua garis Sudut pada bola yang dibentuk oleh dua

lingkaran besar

Dalam Geometri Eliptik melalui satu titik pada suatu garis hanya dapat dilukis
satu garis yang tegak lurus garis tersebut. Untuk setiap garis l ada kutup K sedemikian
sehingga semua garis melalui K tegak lurus pada l (gambarnya seperti semua meridian
melalui kutub tegak lurus melalui ekuator atau katulistiwa). Sifat kutub misalnya l
suatu garis, maka ada suatu titik K, yang disebut kutub dari l sedemikian sehigga :
1. Setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik l tegaklurus pada l.

2. K berjarak sama dari setiap titik pada l.

Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut jarak polar. Jarak polar suatu kutub
sampai garisnya adalah konstan, demikian juga panjang suatu garis adalah konstan.
Berikut ini adalah dalil-dalil yang berlaku pada Geometri Elliptik ini:

Dalil 3.1

Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik ujungnya.
Keabsahan dalil 3.1 diatas dapat ditunjukan oleh gambar 39 , garis a dan garis b
sama-sama tegaklurus pada garis l, dan bertemu pada satu titik yaitu titik C. Kemudian
untuk beberapa garis yang saling tegaklurus berlaku dalil 3.3 berikut ini.
Dalil 3.2

Semua garis tegak lurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang disebut kutub
dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu garis tegak lurus pada
garis itu.

Bukti Dalil 3.2

Pada dalil 3.1 dua garis yang tegaklurus pada suatu garis bertemu pada satu titik sudah
terbukti, titik itulah yang disebut titik kutub, disini akan berlaku untuk setiap garis yang
tegak lurus pada garis l, begitu sebaliknya jika pada titik C ditarik garis yang tegak
lurus terhadap garis l maka semua garis akan tegaklurus ke l.

Sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik

Pembahasan sudut-sudut segitiga pada Geometri Eliptik ini berlaku beberapa dalil
sebagai berikut

Dalil 3.3

Dalam sebarang ΔABC dengan ∠C = 90°, sudut A kurang dari, sama dengan atau lebih
besar dari 90°, tergantung dari segmen 𝐵𝐶 kurang dari, sama dengan atau lebih besar
dari jarak polar q.
Keabsahan dalil 3.3 diatas dapat ditunjukan dengan ilustrasi dibawah ini
Diketahui : segitiga ABC dengan ∠C = 90 °
a. Ditunjukkan ∠A < 90°, bila 𝐵𝐶 < dari jarak polar
Gambar 29. A < 90°, karena 𝑩𝑪 < jarak polar

b. Ditunjukkan ∠A = 90°, bila 𝐵𝐶 = dari jarak polar

Gambar 30. ∠A = 90°, karena 𝑩𝑪 = jarak polar

c. Ditunjukkan ∠A > 90°, bila 𝐵𝐶 > dari jarak polar


Gambar 31. ∠A > 90°, karena 𝑩𝑪 > jarak polar

Untuk jumlah besar sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik ini berlaku dalil 3.4
berikut ini

Dalil 3.4

Jumlah besar sudut-sudut segitiga lebih besar dari 180°.

Keabsahan dalil 3.4 diatas dapat ditunjukan dengan menggunakan gambar 30, dan
gambar 31:
Pada gambar 30: ∠A = 90°,∠C = 90°, ∠B positif
Sehingga m∠A + m∠B + m∠C = > 180°
Pada gambar 31: ∠C = 90°,∠A tumpul
Sehingga m∠A + m∠B + m∠C > 180°.

1. Segiempat pada Geometri Eliptik

Segiempat pada Geometri Eliptik ini yang dibahas adalah berikut ini

Dalil 3.5 (Moeharti, 1986: 5.21)

Jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari 360°.


Bukti Dalil 3.5

Gambar 32. ilustrasi jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari
360°.

Segiempat ABCD pada gambar 31 diatas, jika dibuat garis yang


menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I dan
segitiga II, berdasar dalil 3.4 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga lebih dari 180°,
maka segiempat tersebut jumlah besar sudutnya lebih dari 360°.

B. GEOMETRI MODERN

a. Pengertian Geometri Modern


Pengertian geometri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan Nasional, 2013), adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat
garis, sudut, bidang dan ruang, atau bisa juga disebut sebagai ilmu ukur. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional, 2013), arti kata
geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu geo, greek yang artinya bumi dan metro
yang artinya mengukur. Sehingga geometri lebih dikenal dengan ilmu ukur. Dan
menurut arti istilah, geometri adalah ilmu mengenai bangun, bentuk, dan ukuran
benda-benda, telaah atau sifat-sifat tetap (invarian) dari elemen-elemen yang
diketahui, di bawah pengaruh grup- grup transformasi khusus.

Geometri merupakan bagian dari matematika yang banyak mempunyai


kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Geometri bisa digunakan para ahli sipil dalam
bangun dan keruangan. Beberapa bangun geometri seperti segitiga, persegi, trapesium,
limas digunakan dalam bidang arsitektur dan industri. Jadi, geometri merupakan
cabang ilmu matematika yang mempelajari tentang sifat dan hubungan antara titik,
garis bidang dan ruang serta pengukuruan-pengukurannya.

b. Unsur-unsur Geometri

Menurut Defantri (Tampubolon, 2013), dalam buku Element karya Euclide ada
yang disebut dengan istilah primitive. Istilah primitive ditunjukkan untuk konsep-konsep
sederhana yang mudah dipahami dan sulit dibuatkan batasannya. Yang kemudian oleh
para ahli geometri modern, konsep-konsep tersebut dikelompokkan ke dalam
istilah-istilah yang tidak didefinisikan (undefined). Dalam struktur geometri modern
khususnya dan matematika pada umumnya, terdapat istilah-istilah yang telah disepakati
dan menjadi pedoman bagi semua orang yang mempelajari geomtri, matematika, atau
cabang matematika lainnya.

Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan,

2. Unsur-unsur yang didefinisikan,

3. Aksioma/ postulat, dan

Teorema/ dalil/ rumus.Berdasarkan istilah-istilah diatas, maka dapat disimpulkan


bahwa unsur-unsur dalam geometri terdiri dari 2 unsur, yakni unsur yang tidak dapat
didefinisikan dan unsur yang didefinisikan.

Unsur yang tidak didefinisikan adalah konsep primitif yang mudah dipahami
namun sulit untuk didefinisikan. Seperti titik, garis dan bidang. Apabila dipaksakan untuk
membuat definisi dari unsur primitif tersebut maka akan terjadi blunder. Misalnya ada
sebuah definisi mengenai titik, seperti titik adalah sesuatu yang menempati tempat.
Kemudian harus dilanjutkan lagi dengan mendefinisikan tempat itu apa, misal tempat itu
adalah noktah yang ada pada bidang. Selanjutnya harus mendefinisikan apa itu noktah,
dan seterusnya. Sehingga dalam definisi terdapat definisi, begitu seterusnya. Oleh karena
itu, semua sifat demikian termasuk kedalam kategori unsur yang tidak didefinisikan.
Unsur yang yang didefinisikan adalah konsep yang mempunyai definisi atau
batasan. Sehingga dengan adanya definisi, maka konsep-konsep tersebut menjadi jelas,
tidak ambigu atau bermakna ganda. Syarat sebuah definisi adalah harus singkat, padat,
jelas dan tidak mengandung pengertian ganda. Unsur yang didefinisian adalah konsep
yang dikembangkan dari unsur yang tidak didefinisikan. Misalnya sinar garis, ruas garis,
segitiga, segiempat adalah unsur yang dikembangkan dari konsep garis.

Karena unsur yang didefinisikan merupakan konsep yang dikembangkan dari unsur
yang tidak didefinisikan, maka dibawah ini dijelaskan beberapa unsur yang tidak
didefinisikan.

1. Titik

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa titik termasuk ke dalam unsur
yang tidak didefisikan. Unsur sederhana ini mudah dipahami namun akan menjadi
blunder (berbelit) ketika hendak didefinisikan.

Dalam geometri, titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak
berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat atau tidak mempunyai
panjang, lebar dan juga tinggi. Titik merupakan ide atau gagasan abstrak yang hanya ada
dalam benak orang yang memikirkannya.

Untuk melukiskan atau menggambarkan titik, diperlukan simbol atau model.


Gambar simbol atau model untuk titik digunakan noktah seperti di bawah ini. Noktah
sebuah titik biasanya diberi nama. Nama untuk sebuah titik umumnya menggukan huruf
kapital yang diletakkan dekat titik tersebut. Di bawah ini merupakan contoh titik A, titik B
dan titik C.

Gambar 2.1

Contoh pemberian nama pada titik


2. Garis

Garis adalah konsep ang tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan kata-kata
sederhana atau kalimat simpel. Karena garis juga dikelompokkan ke dalam unsur yang
tidak didefinisikan. Garis adalah ide atau gagasan abstrak yang bentuknya lurus,
memanjang ke dua arah, tidak terbatas atau tidak bertitik akhir dan tidak tebal.

Garis adalah ide atau gagasan yang hanya ada dalam benak pikiran orang yang
memikirkannya. Menggambar model garis dapat dilakukan dengan membuat goresan alat
tulis pada bidang tulis, kertas atau papan tulis dengan bentuk yang lurus. Atau model garis
dapat dibuat dengan menggambar salah satu sisi penggaris.

Berikut adalah model garis yang diberi tanda dengan anak panah pada kedua
ujungnya, yang menandakan bahwa garis tersebut memanjang ke-dua arah dan tidak
mempunyai titik akhir (Minds, 2003)

Gambar 2.2

Contoh garis yang tidak mempunyai titik akhir

Menamai sebuah garis dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, dibawah ini
adalah dua cara memberi nama terhadap garis. Pertama dengan sebuah huruf kecil pada
salah satu ujung garis, seperti pada gambar 2.3 (a) diberi nama garis y. kedua dua
menggunakan dua huruf besar yan diletakkan pada dua titik garis tersebut, pada gambar
2.3 (b) diberi nama garis AB.

Gambar 2.3 Contoh penamaan garis

2.3 (a) Garis y

2.3 (b) garis AB


2.3 (a)

2.3 (b)

Garis disebut juga unsur geometri satu dimensi. Karena garis adalah konsep yang
hanya memiliki unsur panjang saja (linier)

Istilah garis yang lain yang perlu diketahui adalah Sinar Garis dan Ruas Garis.
Gabungan antara sebuah titik dengan himpunan titik-titik setengah garis yang dinamakan
sinar garis. Sinar garis adalah bagian dari garis yang memanjang ke satu arah dengan
panjang tidak terhingga. Memodelkan sebuah sinar garis dapat dilakukan seperti
gambar-gambar di atas, dimulai dari sebuah titik yang dinamakan titik pangkal dan
memanjang ke satu arah memberi nama sebuah sinar garis biasanya menggunakan dua
huruf kapital. Berikut adalah contoh Sinar TB.

Gambar 2.4

Contoh penamaan Sinar Garis

Sedangkan ruas garis adalah bagian dari setengah garis. Ruas garis adalah
himpunan titik yang memanjang dengan posisi lurus dan dibatasi oleh dua buah titik.
Contoh Ruas garis AB

Gambar 2.5

Contoh penamaan Ruas Garis

3. Bidang

Bidang adalah unsur lain dalam geometri yang tidak dapat

dijelakan menggunakan definisi sederhana seperti halnya garis dan titik.


Bidang adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya ada dalam benak pikiran orang
yang memikirkannya. Bidang diartikan sebagai permukaan yang rata, meluas ke segala
arah dengan tidak terbatas. Bidang masuk kedalam bangun dua dimensi, karena bidang
dibentuk oleh dua unsur yaitu panjang dan lebar.
Model bidang dapat digambarkan oleh bagian dari benda, misalnya bagian
permukaan kaca, permukaan daun pintu, lembaran kertas atau dinding tembok kelas yang
rata.
Memberi nama sebuah bidang dapat menggunakan sebuah huruf kecil atau
huruf-huruf Yunani seperti α (alpa), β (Beta), γ (Gamma) yang diletakkan di daerah dalam
bidang tersebut. Atau menggunakan huruf-huruf kapital yang disimpan di titik-titik sudut
bidang tersebut. Berikut contoh penamaan bidang.

Gambar 2.6 Contoh penamaan bidang

2.6 (a) Bidang α (alpa)

2.6 (b) Bidang ABCD

2.6 (a)

4. Ruang

Ruang diartikan sebagai unsur geometri yang memiliki

panjang, lebar dan tinggi yang terus mengembang tidak terbatas. Oleh karenanya
ruang disebut sebagai bangun tiga dimensi karena memiliki unsur panjang, lebar dan
tinggi (Rich, 2005). Ruang didefinisikan sebagai kumpulan dari titik-titik.
c. Macam-macam Geometri

Geometri dapat dibedakan menjadi 2 macam, ada geometri bidang dan juga
geometri ruang.

• Geometri Bidang

Geometri bidang disebut juga geometri datar atau geometri dimensi dua merupakan
keseluruhan bangun itu terletak pada satu bidang. Ada beberapa bangun datar, di
antaranya terdapat persegi panjang, segitiga, trapesium, lingkaran, dan belah ketupat.
Persegi Panjang

Gambar 2.7 Persegi Panjang

D C

A B

Segitiga

Gambar 2.8 Segitiga

Rumus Luas segitiga ABC sama dengan setengah kali alas kali

tinggi

Trapesium
Gambar 2.9 Trapesium
Rumus Luas trapesium ABCD sama dengan setengah jumlah

panjang sisi yang sejajar kali tinggi atau

Belah Ketupat

Gambar 2.9 Belah ketupat

• Geometri Ruang

Geometri ruang mencakup bangun ruang dan bangun datar yang merupakan bagian
dari bangun ruang. Suatu bangun termasuk bangun ruang apabila titik-titik yang
membentuk bangun itu tidak semuanya terletak pada satu bidang yang sama.Terdapat
beberapa macam bentuk yang termasuk geometri ruang, di antaranya balok, prisma, dan
tabung.
• Pengukuran dalam Geometri

Mengacu pada buku „Sembilan bab tentang seni matematika‟ yang dibuat sekitar
tahun 179 oleh Liu Hui, bahwa pengukuran atau masalah yang dibahas dalam geometri
diantaranya adalah menghitung luas dan volume (Satyanegara & Aini, 2012).
• Luas

Luas menurut Kamus Matematika (Hollands, 1995) adalah besaran yang


menyatakan ukuran dua dimensi, suatu bagian permukaan yang dibatasi dengan jelas,
biasanya suatu daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup. Berdasarkan pembahasan pada
buku Kalkulus Jilid 1 (Purcell, Varberg, & Steven E. Rigdon, 2013), bila berbicara
masalah luas, maka hal tersebut tidak akan lepas dari pembahasan Integral tentu. (definite
integral). Newton dan Leibniz adalah tokoh-tokoh yang memperkenalkan versi awal
konsep integral tentu, namun Riemann-lah yang memberikan definisi modern.

Tinjaulah suatu partisi P dari selang [ ] menjadi n selang bagian (tidak perlu sama
panjang) menggunakan titik-titik

Pada tiap selang bagian , ambilah sebuah titik sembarang (yang mungkin
saja sebuah titik ujung); sebut saja titik tersebut sebagai titik sampel untuk selang bagian
ke-i. sebuah contoh dari konstruksi ini diperlihatkan dari gambar dibawah ini dengan n=6:

Gambar 2.7

Sebuah Partisi dari [ ] dengan titik sampel ̅

Dari gambar 2.1, maka terbentuklah penjumlahan:

∑ (̅ )

Sebut saja, sebagai jumlah Riemann untuk yang berpadanan dengan partisi P.
Jumlah Riemann ditafsirkan sebagai jumlah aljabar dari luas. Perhatikan gambar
dibawah ini:
Gambar 2.8

Tafsiran geometri pada jumlah Riemann


A1 didefinisikan sebagai luas dari segi-empat.

Jadi, untuk mencari luas sebuah daerah yang dibatasi oleh kurva tertutup dapat
terlebih dahulu membuat barisan-barisan polygon yang kemudian carilah jumlah luas dari
segi-4 yang terbentuk.

• Volume

Volume atau isi menurut Kamus Matematika (Hollands, 1995) adalah penghitungan
seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa berupa
benda yang beraturan ataupun benda yang tidak beraturan. Benda yang beraturan
misalnya balok, kubus, silinder, limas, kerucut, dan bola.sedang benda yang tidak
beraturan misalnya bebatuan yang ditemukan di jalan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyaknya pertentangan pada Geomerti Euclid yang memiliki kelemahan, salah satu
kelemahanya ada pada postulat kelima dari Euclid 2 yang terkenal dengan Postulat Parallel
atau Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehingga merisaukan para matematikawan.
Sehingga muncullah Geometri Non Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari
Euclides dan hanya berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non
Euclid yaitu Geometri Hiperbolik dan Geometri Eliptik.
DAFTAR PUSTAKA

Prayoga, Tambah. 2011. Perbandingan Segiempat Saccheri pada Geometri Euclid


dan Geometri Non Euclid. Tesis. Yogyakarta: Fakultas MIPA, Universitas
Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai