Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA YANG DAPAT

MENYEBABKAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT


KERJA DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI GARMEN CV. AKURAT
MOJOLABAN SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:
YASMINA INTAN REISITA
J 410 151 005

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
J410151001

i
i
ANALISIS FAKTOR DAN POTENSI BAHAYA YANG DAPAT
MENYEBABKAN KECELAKAAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT
KERJA DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI GARMEN CV. AKURAT
MOJOLABAN SUKOHARJO

ABSTRAK
Tingginya kasus kecelakaan kerja menunjukkan kurangnya kesadaran pekerja
maupun pihak perusahaan dalam menangani masalah K3. Risiko kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja dapat dianalisa dengan metode identifikasi bahaya. CV.
Akurat selama ini belum pernah melakukan identifikasi faktor dan potensi bahaya.
Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya di bagian produksi
CV. Akurat Mojolaban Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan pendekatan critical incidents. Objek penelitiannya proses kerja, manusia,
alat serta bahan yang digunakan selama proses produksi. Hasil identifikasi
menunjukkan terdapat 38 sumber bahaya, 10 sumber bahaya kategori tingkat
bahaya tinggi, 7 sumber bahaya kategori bahaya sedang, dan 21 sumber bahaya
kategori bahaya rendah. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab
sumber bahaya antara lain lingkungan kerja yang tidak aman, peralatan/mesin dan
bahan yang tidak aman, dan sikap kerja yang tidak aman. Saran untuk perusahaan
diharapkan segera mengambil tindakan pengendalian terhadap sumber bahaya
terutama pada tingkat bahaya tinggi dan tingkat bahaya sedang.

Kata kunci : Analisis faktor dan potensi bahaya, Kecelakaan Kerja, Penyakit
Akibat Kerja

ABSTRACT

High rates of occupational accident indicates that there is still less of awareness
of the labors either the company regarding health and safety work issue. Accident
risk and occupational disease can be analyzed by hazard identification method.
CV. Akurat has never identified factors and potential hazards. The aim of the
research is to know the factors and potential hazard at the production part of CV.
Akurat Mojolaban Sukoharjo. This research is qualitative research with critical
incidents approach. The objects of the research are work process, human, tools
and materials used during the production process. The result of identification
shows that there are 38 hazard sources, 10 hazard sources in high hazard
category, 7 hazard sources in medium hazard category, and 21 hazard sources in
low hazard category. From the result of this research can be concluded that the
cause of hazard source such as the unsafe working environment, the unsafe of
equipment or machinery and materials, and the unsafe of working attitude. The
suggestions for the company is to take control immediately toward hazard sources
especially in high hazard and medium hazard level.

Keyword : Analysis of Factors and Potential Hazards, Work Accident,


Occupational Illness.

1
1. PENDAHULUAN
Industrialisasi di Indonesia telah mendorong tumbuhnya industri di
berbagai sektor. Hal tersebut yang mendukung penggunaan teknologi,
peralatan, mesin serta bermacam-macam bahan untuk menghasilkan produk
atau jasa yang bagus agar dapat bersaing di pasaran. Namun, seiring dengan
kemajuan dan perkembangan tersebut memicu berbagai masalah Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), seperti bertambahnya sumber bahaya,
meningkatnya potensi bahaya, risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja
(Notoatmodjo, 2011).
Aspek K3 pada perusahaan di Indonesia belum menjadi prioritas,
khususnya perusahaan swasta. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut
meminimalkan tenaga kerja dan pengeluaran dengan meraih keuntungan yang
sebesar-besarnya serta kurang pedulinya pihak perusahaan akan pentingnya
aspek K3, sehingga masih banyak peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang terjadi. Padahal dengan adanya peristiwa kecelakaan kerja di
suatu perusahaan akan mengurangi profit perusahaan itu sendiri karena harus
membayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja. Selain itu,
membayar kerugian bahkan mengganti alat atau mesin yang rusak akibat
kecelakaan tersebut (Rinanti, 2013). Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah menghimbau pada
setiap perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) maupun OHSAS: 18001 (Occupational Health and
Safety Series).
Identifikasi Bahaya (Hazards Identification), Penilaian Risiko (Risk
Assessment) dan Pengendalian Risiko (Risk Control) atau yang disingkat
HIRARC merupakan suatu elemen pokok dalam Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang berkaitan dengan upaya
pencegahan dan pengendalian bahaya. HIRARC dilakukan pada seluruh
aktivitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung
potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja. Keseluruhan proses dari HIRARC yang disebut juga dengan

2
manajemen risiko (risk management), kemudian akan menghasilkan dokumen
HIRARC yang sangat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
(Ramli, 2010).
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), pada
tahun 2012 ILO mencatat angka kematian yang diakibatkan karena kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Sedangkan
data pada tahun 2013 disebutkan bahwa setiap 15 detik terdapat 1 tenaga kerja
yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan 160 tenaga kerja mengalami
sakit akibat kerja (Kemenkes RI, 2014). Selanjutnya berdasarkan data ILO
pada tahun 2015, setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja yang
mengakibatkan korban fatal di dunia (Viva News, 2015).
Data dari Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kemenkes RI
2014, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengalami peningkatan dari
tahun 2011 hingga tahun 2013. Tercatat sebanyak 9.891 kasus pada tahun
2011, kemudian tahun 2012 angka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak
21.735 kasus, dan pada tahun 2013 terdapat 35.917 kasus kecelakaan kerja.
Data terakhir yang didapat pada tahun 2014 tercatat sebanyak 24.910 kasus
kecelakaan kerja, dan pada akhir tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja
sejumlah 105.182 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.375
orang. Demikian pula dengan jumlah kasus penyakit akibat kerja pada tahun
2011 sebanyak 57.929 kasus, tahun 2012 tercatat angka penyakit akibat kerja
yang terjadi 60.322 kasus, tahun 2013 sebanyak 97.144 kasus penyakit akibat
kerja dan data terakhir yang didapat pada tahun 2014 terjadi 40.694 kasus
(Safetyshoe, 2016).
Cooper (2009) berpendapat bahwa dari seluruh kecelakaan kerja yang
terjadi, 80-95% disebabkan oleh unsafe act. Pendapat Cooper tersebut
didukung oleh hasil riset dari National Safety Council (NSC) US (2011)
menunjukkan bahwa 88% kecelakaan kerja disebabkan adanya unsafe act, 10%
karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya. Penelitian lain
yang dilakukan oleh DuPont Company (2005) menyatakan bahwa 96%

3
kecelakaan kerja disebabkan oleh unsafe act dan 4% disebabkan oleh unsafe
condition (Retnani dan Ardyanto, 2013).
Di Indonesia pernah terjadi kecelakaan kerja di industri tekstil yaitu
pada tanggal 20 Desember 2011 di PT. Embee Plumbon Textile Cirebon
seorang karyawan mengalami kecelakaan kerja pada saat memperbaiki kelahar
mesin drawing. Kelahar pecah, serpihan besi bearing masuk ke bagian mata
dan dikeluarkan lewat operasi (Lion Indonesia, 2012). Kecelakaan kerja juga
terjadi di pabrik tekstil PT Budi Agung Sentosa kawasan Rancaekek,
Kabupaten Bandung pada tanggal 19 Januari 2017. Seorang karyawan pabrik
tersebut meninggal dengan kondisi mengenaskan akibat kaki terpeleset saat
hendak memasukan kain ke dalam mesin pengering pembuat kain hingga
badannya terseret dan masuk ke dalam mesin spin (Pikiran Rakyat, 2017).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiwin Listyowati pada tahun
2010 tentang analisis tingkat risiko keselamatan kerja pada proses pemintalan
(spinning) di bagian produksi PT. Unitex Tbk yang bergerak dibidang tekstil
menyatakan bahwa hasil identifikasi di bagian produksi adalah jari tangan
terjepit mesin. Selain itu terdapat bahaya lain seperti kaki terlindas mesin
shinomaki, kejatuhan babbin, kejatuhan cones, dan tersengat listrik. Hasil
konsekuensi yang paling tinggi adalah tersengat listrik dan risiko yang paling
kecil adalah terjepit mesin, kejatuhan cones, kejatuhan babbin dan terlindas
mesin shinomaki.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Wildan Zamani di Unit
Spinning I PT. Sinar Pantja Djaja Tekstil Semarang pada tahun 2013, diperoleh
hasil identifikasi bahaya menunjukan bahwa pada area carding terdapat 22
potensi bahaya dan pada area ring spinning terdapat 40 potensi bahaya. Hasil
penilaian risiko menunjukkan pada area carding terdapat 4 aktivitas dengan
risiko medium dan pada area ring spinning terdapat 5 aktivitas dengan tingkat
risiko medium.
CV. Akurat merupakan salah satu perusahan swasta yang bergerak di
bidang garmen (pembuatan pakaian jadi). Di industri ini terdapat beberapa unit
bagian, antara lain bagian cutting, loading, accesories, laser, press, sewing,

4
quality control dan packing. Masing-masing bagian dan seluruh kegiatan
operasional yang dilakukan di industri garmen tersebut memiliki berbagai
macam potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja karena melibatkan
berbagai macam bahan, peralatan, alat-alat listrik, mesin dan banyaknya
interaksi antara pekerja dengan peralatan.
Hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di industri
garmen CV. Akurat terhadap proses produksi dan lingkungan kerja dengan
cara observasi dan wawancara dengan beberapa tenaga kerja didapatkan hasil
bahwa masih terdapat banyak faktor bahaya yang dapat menyebabkan penyakit
akibat kerja, diantaranya tenaga kerja banyak yang mengeluhkan bising akibat
mesin cutting dan mesin jahit, merasa sering haus karena tempat kerja yang
panas, merasakan pegal-pegal di bagian punggung atas, bahu, lengan, tangan
dan kaki. Selain itu, juga terdapat potensi bahaya yang menyebabkan
kecelakaan kerja, antara lain terkena sengatan panas dan paparan panas dari
setrika, mesin press dan mesin laser, tersayat pisau potong pada saat
memotong kain di bagian cutting, tertusuk jarum pada saat menjahit di bagian
sewing.
Masih tingginya angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di
Indonesia khususnya di industri garmen maupun tekstil serta banyaknya faktor
dan potensi bahaya yang belum diidentifikasi dengan jelas, maka perlu
dilakukan analisis faktor dan potensi bahaya sehingga bisa ditemukan upaya
pengendalian dan solusi yang tepat sasaran agar angka kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja bisa diturunkan. Industri garmen CV. Akurat belum
pernah melakukan analisis faktor dan potensi bahaya pada bagian produksi,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis faktor dan
potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja di bagian produksi industri garmen CV. Akurat Mojolaban Sukoharjo.
2. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatn critical incidents. Subjek penelitian yang diambil
terdiri adalah 6 orang yang bekerja dibagian produksi. Teknik pengambilan

5
sample dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan kriteria yang
ditentukan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.Hasil
3.1.1 Hasil identifikasi potensi bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di
bagian produksi terdapat 12 potensi bahaya, dengan rincian: 1 potensi
bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 2 potensi bahaya kategori tingkat
risiko sedang dan 9 potensi bahaya kategori tingkat risiko rendah.
3.1.2 Hasil identifikasi faktor bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di
bagian produksi terdapat 26 faktor bahaya, dengan rincian: 9 faktor
bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 5 faktor bahaya kategori tingkat
risiko sedang, dan 12 faktor bahaya kategori tingkat risiko rendah.

3.2.Pembahasan
3.2.1 Potensi Bahaya
3.2.1.1 Pada tahap cutting yaitu pisau potong sudah sesuai Permenaker RI
No. 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi pasal 4
yaitu terdapat pelindung mesin.
3.2.1.2 Pada tahap loading yaitu alat numbering belum sesuai dengan
Permenaker RI No. 04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan
produksi pasal 4 karena belum terdapat pelindung mesin.
3.2.1.3 Tahap accesories belum sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor
PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) pasal 2
karena belum disediakan APD yaitu sarung tangan.
3.2.1.4 Tahap laser sudah sesuai dengan Permenaker RI No. 04/MEN/1985
tentang pesawat tenaga dan produksi pasal 4 karena sudah ada
pengaman mesin.

6
3.2.1.5 Tahap press belum sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.
08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) pasal 2 karena
belum disediakan APD yaitu sarung tangan.
3.2.1.6 Tahap sewing sudah sesuai dengan Permenaker RI No.
04/MEN/1985 tentang pesawat tenaga dan produksi pasal 4 karena
sudah ada pengaman mesin untuk melindungi pekerja dari tertusuk
jarum.
3.2.2 Faktor Bahaya
3.2.2.1 Tahap cutting sudah memenuhi peraturan Permenakertrans RI
Nomor PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD)
pasal 2 karena sudah disediakan masker untuk pekerja agar
terlindung dari bahaya debu kain.
3.2.2.2 Tahap loading sudah memenuhi peraturan PMP No.7 Tahun 1964
tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat
kerja pasal 2 karena sudah tersedia peredam panas, ventilasi, kipas
angin serta air minum di tempat kerja.
3.2.2.3 Tahap accesories sudah memenuhi peraturan PMP No.7 Tahun 1964
tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat
kerja pasal 2 karena sudah tersedia peredam panas, ventilasi, kipas
angin serta air minum di tempat kerja.
3.2.2.4 Tahap laser belum sesuai dengan Permenakertrans RI Nomor PER.
08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD) pasal 2 karena
belum tersedia APD berupa ear plug/ear muff.
3.2.2.5 Tahap press belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 (1) karena pekerja masih
banyak yang mengalami kelelahan akibat duduk terlalu lama.
3.2.2.6 Tahap sewing sudah memenuhi peraturan PMP No.7 Tahun 1964
tentang syarat kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat
kerja pasal 2 karena sudah tersedia peredam panas, ventilasi, kipas
angin serta air minum di tempat kerja.

7
3.2.2.7 Tahap quality control belum sesuai dengan Undang-Undang No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 3 (1) poin m karena
masih banyak pekerja yang mengalami kelelahan akibat bekerja
dengan berdiri pada waktu yang lama.
3.2.2.8 Tahap packing sudah memenuhi peraturan Permenakertrans RI
Nomor PER. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD)
pasal 2 karena sudah disediakan masker untuk pekerja agar
terlindung dari bahaya debu kain.
4 PENUTUP
4.1.Kesimpulan
4.1.1 Hasil identifikasi potensi bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di
bagian produksi terdapat 12 potensi bahaya, dengan rincian: 1 potensi
bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 2 potensi bahaya kategori tingkat
risiko sedang dan 9 potensi bahaya kategori tingkat risiko rendah.
4.1.2 Hasil identifikasi faktor bahaya di bagian produksi, diketahui bahwa di
bagian produksi terdapat 26 faktor bahaya, dengan rincian: 9 faktor
bahaya kategori tingkat risiko tinggi, 5 faktor bahaya kategori tingkat
risiko sedang, dan 12 faktor bahaya kategori tingkat risiko rendah.
4.1.3 Sumber potensi bahaya di bagian produksi CV. Akurat yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja antara lain: pisau potong, alat
numbering, gunting, peralatan berantakan, mesin laser, mesin cutting
sticker, mesin press, setrika, dan mesin jahit.
4.1.4 Faktor bahaya di bagian produksi CV. Akurat yang dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja antara lain: terpapar debu/serat kain dan aroma
khas kain, terpapar bising, terpapar iklim kerja panas, komputer,
kelelahan akibat berdiri, jongkok dan duduk, terpapar getaran dari
mesin, dan tempat duduk yang tidak ergonomis.
4.1.5 Pengendalian risiko yang telah diterapkan antara lain: rekayasa teknik
seperti pemberian cerobong asap pada mesin laser, pemberian peredam
panas, adanya ventilasi, pemberian kipas angin dan pengaman pada
mesin. Pengendalian administratif seperti istirahat 1 jam dari 8 jam

8
kerja dan pengecekan listrik secara berkala oleh mekanik serta
melakukan pengendalian dengan menyediakan APD berupa masker.
4.1.6 Penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja antara lain:
lingkungan kerja yang tidak aman seperti udara panas, bising, dan
getaran dari mesin; peralatan atau mesin dan bahan yang tidak aman
seperti mesin press yang tidak dilengkapi dengan pengaman, bahan
kain yang memiliki banyak serat sehingga debu dapat terpapar ke
pekerja; dan sikap kerja yang tidak aman seperti memotong kain
dengan sikap jongkok dan berdiri dalam waktu yang lama.

4.2.Saran
4.2.1 Manajemen Perusahaan
4.2.1.1 Diharapkan dapat mempunyai ahli K3 sesuai dengan Permenaker
RI No.2 Tahun 1992 tentang tata cara penunjukan, kewajiban dan
wewenang ahli K3.
4.2.1.2 Diharapkan dapat membentuk P2K3 sesuai dengan Kepmenaker RI
No.4 Tahun 1987 tentang panitia pembina keselamatan dan
kesehatan kerja serta tata cara penunjukan ahli K3.
4.2.1.3 Diharapakan dapat menerapkan SMK3 agar kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dapat diminimalkan yang sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan
SMK3.
4.2.1.4 Diharapkan melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber
bahaya potensial dan melakukan penilaian risiko secara rutin
sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian risiko kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
4.2.1.5 Diharapkan segera mengambil tindakan pengendalian terhadap
sumber potensi bahaya tingkat bahaya tinggi dan sedang berupa:

9
4.2.1.5.1 Melakukan pengendalian rekayasa teknik seperti:
memasang peredam bising dan penambah pendingin
ruangan.
4.2.1.5.2 Melakukan pengendalian administratif seperti:
melakukan housekeeping secara rutin, pemberian
Instruksi Kerja (IK) dan penerapan SOP sesuai dengan
aktivitas pekerjaan yang dilakukan, pemeriksaan
kesehatan secara berkala untuk pekerja, perawatan secara
rutin terhadap mesin dan peralatan, diharapkan
memberikan pelatihan dan training K3 kepada semua
pekerja secara rutin agar dapat meningkatkan kesadaran
pekerja tentang bahaya K3 dan kesadaran dalam
memakai APD secara baik dan benar, diharapkan
melakukan pengawasan secara rutin mengenai kepatuhan
karyawan dalam menggunakan APD dan memberikan
sanksi bagi pekerja yang tidak menggunakan APD secara
baik dan benar.
4.2.1.6 Melakukan pengendalian dengan menambah Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai dengan aktivitas pekerjaan seperti sarung tangan,
sepatu keselamatan, sumbat telinga dan masker.
4.2.2 Pekerja
4.2.2.1 Diharapkan pekerja mematuhi aturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
4.2.2.2 Selalu menggunakan APD pada tempat-tempat yang diwajibkan
harus memakainya.
4.2.2.3 Bekerja sesuai dengan Instruksi Kerja (IK) dan SOP yang ada.
4.2.3 Institusi Terkait
4.2.3.1 Melakukan sosialisasi tentang penerapan K3 di perusahaan.
4.2.3.2 Melakukan pengawasan dan penegakan peraturan perudang-
undangan K3 untuk dilaksanakan oleh perusahaan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, A. R. (2016). Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) Sebagai
Upaya Mengurangi Risiko Kecelakaan Kerja dan Risiko Penyakit Akibat
Kerja di Bagian Produksi PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.
[Skripsi Ilmiah]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.
Australian/ New Zealand Standard. (2004). Australian Standard/ New Zealand
Standard 4360: 2004 Risk Management. Diakses: 8 April
2017.Http://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=LQMgVfuSFseIuAT6m
YDQAw#q=Australian%2FNew+Zealand+Standard.+2004.+Australian+Sta
ndard%2FNew+Zealand+Standard+4360:2004+%E2%80%9CRisk+Manag
ement%E2%80%9D.
Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke 1. Bandung: Alfabeta.
Kemenkes RI. (2014). Satu Orang Pekerja di Dunia Meninggal Setiap 15 Detik
Karena Kecelakaan Kerja. Diakses: 25 Mei 2017.
Http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-
dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan -kerja.html
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata Cara Penunjukan
Ahli Keselamatan Kerja. Jakarta: Kepmenakertrans RI.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 609 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat
Kerja. Jakarta: Kepmenakertrans RI.
Lion Indonesia. (2012). Laporan Investigasi Kasus Pelanggaran K3 di PT. Embee
Plumbon Textile Cirebon Jawa Barat. Diakses: 8 April 2017.
Http://lionindonesia.org/blog/2012/04/01/laporan-investigasi-kasus-
pelanggaran-k3-di-pt-embee-plumbon-textile-cirebon-jawa-barat/
Listyowati, W. (2010). Analisis Tingkat Risiko Keselamatan Kerja pada Proses
Pemintalan (Spinning) di Bagian Produksi PT. Unitex Tbk, Tahun 2010
(Studi Kualitatif). [Skripsi Ilmiah]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

11
Notoatmodjo. (2011). Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Cetakan ke 2.
Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan serta Penerangan di Tempat Kerja. Jakarta: Kemenakertrans
RI.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per -04/MEN/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi. Jakarta: Kemenakertrans RI.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan Kewajiban dan Wewenang Ahli K3. Jakarta: Kemenakertrans
RI.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per-08/MEN/VII/2010
tentang Alat Pelindung Diri. Jakarta: Kemenakertrans RI.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Jakarta: Permen RI.
Pikiran Rakyat. (2017). Pekerja Pabrik Rancaekek Tewas Mengenaskan. Diakses:
8 April 2017. Http://www.pikiran-rakyat.com/bandung
raya/2017/01/19/pekerja-pabrik-rancaekek-tewas-mengenaskan-391110
Ramli, S. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS:18001. Cetakan ke 2. Jakarta: Dian Rakyat.
Rejeki, S. (2015). Sanitasi Hygiene dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Cetakan ke 1. Bandung: Rekayasa Sains.
Retnani, N.D., & Ardyanto, D. (2013). Analisis Pengaruh Activator dan
Consequence terhadap Safe Behavior pada Tenaga Kerja di PT. Pupuk
Kalimantan Timur Tahun 2013. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health. Vol. 2. No. 2. Juli-Desember 2013: 119–129.
Rinanti, E. (2013). Penerapan Hazard Identification and Risk Asessment (HIRA)
Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bagian Industri PT.
Hanil Indonesia Boyolali. [Naskah Publikasi]. Surakarta: Fakultas Ilmu
Kesehatan UMS.
Safetyshoe. (2016). Data Kecelakaan Kerja Tahun 2016. Diakses: 21 April 2017.
Http://www.safetyshoe.com/tag/data-kecelakaan-kerja-tahun-2016/

12
Saputra, A.D. (2015). Gambaran Potensi Bahaya dan Penilaian Risiko
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bagian Spinning IV Production PT.
Asia Pacific Fibers Tbk, Kabupaten Kendal. [Skripsi Ilmiah]. Semarang:
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Sitorus, A.T. (2010). Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Tahun 2009 (Studi Kasus di Unit Utility PT. S.K. Keris
Banten). [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.
Suma’mur, P.K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Edisi 2. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Swaputri, E. (2009). Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja (Studi Kasus di PT.
Jamu Air Mancur). [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Cetakan ke 1. Surakarta: Harapan
Press.
Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Viva News. (2015). Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Tinggi, Salah Siapa?
Diakses: 25 Mei 2017. Http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/644430-
angka-kecelakaan-kerja-di-indonesia-tinggi-salah-siapa
Zamani, W. (2013). Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning I
Menggunakan Metode HIRARC di PT. Sinar Pantja Djaja. [Skripsi Ilmiah].
Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

13

Anda mungkin juga menyukai