Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu, kami mengharapkan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Kediri, 08 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization


(WHO) menyebutkan bahwa penyakit Penyakit Jantung Koroner ( PJK)
menduduki urutan pertama penyebab kematian di dunia (WHO, 2017).
PJK yang termasuk didalam penyakit kardiovaskuler menjadi penyakit
yang mematikan dengan pravalensi 7,4 juta jiwa yang meninggal
disebabkan oleh penyakit ini. Data pada tahun 2015 menunjukkan bahwa
angka kematian yang disebabkan oleh PJK menduduki peringkat pertama
dan mengalahkan angka kematian yang disebakan oleh stroke (6,7 juta
kasus) yang sebelumnya menjadi penyakit mematikan nomer satu di dunia
(WHO, 2017). Angka kematian yang disebabkan oleh PJK diberbagai
negara mengalami peningkatan khususnya di negara-negara berkembang,
salah satu diantaranya berada di Asia Tenggara. Angka kematian yang
disebabkan oleh PJK mencapai 1,8 juta kasus ditahun 2014, yang artinya
PJK menjadi penyakit yang mematikan nomer satu di kawasan Asia
Tenggara. Hampir seluruh negara di kawasan Asia Tenggara mengalami
kenaikan kasus kematian yang disebabkan oleh PJK, salah satu negaranya
adalah Indonesia.

Angka kematian yang disebabkan oleh PJK di Indonesia cukup


tinggi mencapai 1,25 juta jiwa jika populasi penduduk Indonesia 250 juta
jiwa, PJK juga menjadi penyakit mematikan nomer satu di Indonesia.
(Kemenkes, 2014). Data dari 2013 menyebutkan bahwa pravalensi PJK
diIndonesia mencapai 883.447 berdasarkan diagnosis dokter, angka
tertinggi diduduki oleh provinsi Jawa Barat dengan angka 160.812,
sedangkan di Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga kasus PJK dengan
angka 120.447 (Kemenkes, 2014).
PJK merupakan penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh
penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah
ke otot jantung (Soeharto, 2009). Tingginya angka kematian yang
disebakan oleh PJK dan penyakit kardiovaskuler lainnya, pemerintah
khususnya menteri kesehatan membuat kebijakan dalam keputusan
menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 845/Menkes/SK/IX/2009
tentang pedoman pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah.
Dalam rangka penurunan angka kesakitan, angka kematian, angka
kecacatan penyakit jantung dan pembuluh darah, harus dilakukan
pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah secara terintegrasi dan
berkesinambungan, karena PJK memberikan dampak berupa gejala fisik
dan psikoemosional yang berdampak pada kualitas hidup.

Kualitas hidup yang buruk pada beberapa penyakit kronis


khususnya PJK ditunjukkan dari beberapa penelitian di dunia. Penelitian
yang dilakukan Srivastava, kualitas hidup pada pasien yang menderita PJK
cenderung tidak baik atau dapat dikatakan bahwa kualitas hidup pada PJK
rendah (Srivasta, dkk. 2017). Penelitian kualitas hidup pada PJK juga
dilakukan oleh Morys dkk, dalam penelitiannya pasien dengan PJK
memiliki kualitas hidup yang rendah atau buruk. Penelitian ini
juga menyebutkkan bahwa kecemasan pada PJK tinggi (Morys, dkk
2016).

Penelitian yang dilakukan Ghasemi dkk pada responden wanita


dengan PJK juga menunjukkan bahwa kualitas hidupnya rendah atau tidak
sesuai dengan yang diharapkan Ghasemi, dkk (2014). Kualitas hidup
yang terkait kesehatan atau Health Related Quality of Life (HRQoL)
pada beberapa penyakit kronis khususnya PJK menunjukkan bahwa
kualitas hidup pada penderita PJK rendah. Penelitian lain pada PJK
menunjukkan gejala depresi yang menonjol, dan menunjukkan bahwa
HRQoLnya juga rendah ( Megari, 2013).

Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan


sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktifitas sosial, emosional,
pekerjaan, hubungan antar keluarga, rasa senang dan bahagia, adanya
kesesuaian antara harapan dan kenyataan, adanya kepuasan melakukan
aktifitas fisik, sosial dan emosional. Kualitas hidup yang buruk akan
menimbulkan berbagai permasalahan yang buruk pula pada kesehatan dan
kehidupan pasien. Kualitas hidup menjadi indikasi keberhasilan terapi atau
pengobatan pasien, terutama pada pasien pasien yang menderita penyakit
kronis, khususnya penderita PJK. Dalam hal ini intervensi yang tepat
dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup atau meningkatkan kualitas
hidup pada penderita penyakit kronis ( Kemenkes, 2014).

Peningkatan kualitas hidup dan perbaikan kualitas hidup


merupakan tujuan akhir dari intervensi pada penyakit kronis, khususnya
penyakit PJK dan kecerdasan spiritual dapat menjadikan seseorang lebih
dapat memaknai kehidupan serta memiliki makna positif pada setiap
peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialami sehingga mampu
membangkitkan jiwanya, melakukan perbuatan dan tindakan yang positif
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup ( Zohar dan Marshall, 2007).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penderita PJK memiliki


kecerdasan spiritual yang buruk. Kecerdasan spiritual yang buruk yang
ditunjukkan oleh penderita PJK diantaranya adalah kecemasan dan depresi
yang tinggi, kurangnya kepercayaan diri tentang masa depan, dan
kekhawatiran akan kematian meningkat (Nekouei dkk, 2014). Studi lain
menyebutkan bahwa pada penderita PJK menunjukkan gejala stres, cemas,
emosi yang kurang stabil atau mudah marah (Morrys dkk, 2016).

Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik akan


merespon dengan baik tekanan-tekanan yang mempengaruhi kesehatan
fisik, juga dapat mengendalikan stresor dengan baik (Bayrami dan
Movavedi, 2014). Kecerdasan spiritual membantu seseorang dalam
mengahadapi masalah dan gangguan hidup (Kaheni, Haedar dan
Nasiri, 2013 ). Kecerdasan spiritual juga berperan penting dalam
menjaga kesehatan fisik dan mental, serta berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan mental di masyarakat(Ghana dkk, 2013).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah nya adalah sebagai berikut :
1. Apakah penyakit Jantung Koroner itu ?
2. Bagaimana etiologi penyaki Jantung Koroner ?
3. Bagaimana gejala penderita Jantung Koroner ?
4. Bagaimana cara pengobatan Jantung Koroner ?
5. Bagaimana cara penanggulangan atau pencegahan Jantung Koroner agar
tidak menjadi penyakit tertinggi penyebab kematian di tahun 2019 di
Indonesia ?
6. Mengapa Jantung Koroner menjadi penyebab kematian tertinggi di
Indonesia ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan nya sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu penyakit Jantung Koroner
2. Mengetahui etiologi penyaki Jantung Koroner
3. Mengetahui gejala penderita Jantung Koroner
4. Mengetahui cara pengobatan Jantung Koroner
5. Mengetahui cara penanggulangan atau pencegahan Jantung Koroner agar
tidak menjadi penyakit tertinggi penyebab kematian di tahun 2019 di
Indonesia
6. Mengetahui penyebab Jantung Koroner menjadi kematian tertinggi di
Indonesia
BAB I1
PEMBAHASAN

2.1 Etiologi

2.1.1 Pengertian
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah
jantung (arteri koroner) tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin
menumpuk, maka arteri akan makin menyempit, dan membuat aliran darah ke
jantung berkurang.
Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti
angina dan sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri
akan tersumbat sepenuhnya, dan memicu serangan jantung.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya
oksigen ke jantung. Terdapat dua jenis arteri koroner, yang sama-sama
bercabang dari aorta atau pembuluh darah besar, yaitu:
Arteri koroner kiri utama (left main coronary artery/LMCA) – Arteri
ini berfungsi mengalirkan darah ke serambi kiri dan bilik kiri jantung. LMCA
terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Left anterior descending (LAD) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian
depan dan kiri jantung.
- Circumflex (LCX) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian belakang dan
sisi luar jantung.
Arteri koroner kanan (right coronary artery/RCA) – Arteri ini
mengalirkan darah ke serambi kanan dan bilik kanan. Selain itu, RCA juga
mengalirkan darah ke nodus sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang
mengatur ritme jantung. RCA terbagi menjadi right posterior descending dan
acute marginal artery. Bersama LAD, RCA juga mengalirkan darah ke bagian
tengah jantung, dan septum (dinding pemisah antara bilik kanan dan bilik kiri
jantung).

2.1.2 Tanda dan Gejala


1. Nyeri dada (angina)
Angina adalah nyeri dada yang terjadi ketika area otot jantung tidak
mendapatkan cukup oksigen. Angina akan terasa seperti rasa menekan pada
dada, yang biasanya akan dirasakan ketika Anda terlalu banyak beraktivitas.
Selain pada dada, rasa nyerinya juga bisa menjalar ke bahu, lengan,
leher, rahang, atau punggung. Menurut American Heart Association, wanita
cenderung melaporkan serangan jantung yang menyebabkan rasa sakit secara
khusus di perut bagian bawah dan bagian bawah dada.
Namun perlu diingat juga, tidak semua nyeri dada adalah gejala
jantung koroner. Nyeri dada akibat angina juga dapat disertai oleh gejala
lainnya, seperti keringat dingin.

2. Keringat dingin dan mual


Ketika pembuluh darah menyempit, otot-otot jantung akan kekurangan
oksigen sehingga menyebabkan suatu kondisi yang disebut iskemia. Kondisi
ini akan memicu keluarnya keringat berlebih dan penyempitan pembuluh
darah, yang kemudian muncul sebagai suatu sensasi yang sering
dideskripsikan sebagai keringat dingin. Di sisi lain, iskemia juga dapat
memicu reaksi mual dan muntah.

3. Sesak napas
Jantung yang tidak berfungsi normal akan berimbas pada kelancaran
pernapasan penderitanya, sehingga membuat Anda rentan mengalami sesak
napas. Sesak napas gejala penyakit jantung biasanya mungkin terjadi
bersamaan dengan nyeri dada.

2.1.3 Penanggulangan penyakit Jantung Koroner


Pola makan sehat
Terapkan menu makan yang kaya serat dan cukup nutrisi,
perhatikan pula cara pengolahannya, sebaiknya hindari makanan
yang diolah dengan cara digoreng di dalam banyak minyak,
sebaliknya olah makanan dengan cara ditumis, direbus atau dikukus.
Jika harus mengolah makanan dengan cara menggoreng, sebaiknya
gunakan minyak zaitun daripada minyak goreng, sebab minyak
zaitun memiliki kandungan lemak yang rendah. Hindari makanan
makanan yang mengandung kolesterol dan lemak tinggi, misalnya
seafood – kandungan kolesterol tinggi di dalamnya dapat
membahayakan jantung. Pilih produk makanan yang rendah lemak
atau bahkan tanpa lemak. Konsumsi susu, keju atau mentega yang
rendah lemak. Selain lemak, hindari juga makanan yang
mengandung gula yang tinggi, misalnya soft drink. Konsumsi
karbohidrat secukupnya karena secara alami tubuh akan memproses
karbohidrat menjadi gula dan lemak. Mengkonsumsi oat atau
gandum dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
Berhenti merokok
Siapapun tahu bahwa rokok sangat buruk untuk kesehatan
jantung, oleh karena itu, hentikan kebiasaan merokok anda segera
agar jantung anda tetap sehat.
Hindari stres
Saat seseorang mengalami stres, otak memerintah tubuh
untuk mengeluarkan hormon kortisol untuk mengatasinya namun
jika hormon ini diproduksi berlebihan dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku, hormon norepinephrine juga akan
diproduksi oleh tubuh untuk mengatasi stres, namun jika diproduksi
berlebihan dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit
jantung, sebab tekanan darah yang berlebihan dapat melukai dinding
arteri dan memungkinkan kolesterol LDL memasuki arteri dan
berakibat pada meningkatnya timbunan plak.
Obesitas
Jaga pola makan agar tidak berlebihan sehingga anda
terhindar dari kegemukan, seseorang dengan lingkar pinggang lebih
dari 80 cm memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena serangan
jantung koroner. Selain itu, obesitas atau kelebihan berat badan
dapat meningkatkan resiko terkena tekanan darah tinggi dan
diabetes. Diabetes merupakan salah satu faktor yang mempercepat
terjadinya penyakit jantung koroner selain dapat meningkatkan
risiko terkena serangan jantung.
Olahraga teratur
Lakukan olahraga kardio seperti jogging, berjalan kaki,
renang atau bersepeda. Jenis olah raga tersebut dapat menguatkan
kerja otot jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh
tubuh.
Konsumsi antioksidan
Radikal bebas yang berasal dari polusi udara, asap rokok dan
asap kendaraan bermotor dapat menyebabkan endapan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan penyumbatan, radikal bebas
dalam tubuh dapat dihilangkan lewat konsumsi antioksidan dimana
antioksidan bekerja menangkap radikal bebas dalam tubuh dan
membuangnya. Antioksidan bisa diperoleh dari berbagai macam
sayuran dan buah.

2.1.4 Cara pengobatan Jantung Koroner


Berikut cara pengobatan jantung koroner :
Pengencer darah – Dokter dapat meresepkan pengencer darah jenis
antiplatelet, kecuali pada pasien dengan gangguan pembekuan darah.
Antiplatelet dapat membantu mencegah pembekuan darah, dan menurunkan
risiko angina serta serangan jantung. Contoh obat ini adalah aspirin dan
clopidogrel. Statin – Statin berfungsi menurunkan kolesterol tinggi, dengan
membuang LDL dari darah, sehingga memperlambat perkembangan penyakit
jantung. Contoh obat statin yang biasa diresepkan adalah atorvastatin dan
simvastatin.
Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors) –
Jenis obat ini digunakan untuk mengobati hipertensi, di antaranya captopril
dan enalapril. Angiotensin II receptor blockers (ARB) – Fungsi obat ini sama
seperti ACE inhibitors, yaitu mengatasi hipertensi. Contohnya adalah valsartan
dan telmisartan. Penghambat beta (beta blockers) – Obat ini berfungsi
mencegah angina dan mengatasi hipertensi. Contohnya adalah bisoprolol dan
metoprolol.
Nitrat – Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran
darah ke jantung meningkat, dan jantung tidak memompa darah lebih keras.
Salah satu jenis nitrat adalah nitrogliserin. Antagonis kalsium – Obat ini
bekerja melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun.
Contohnya adalah verapamil dan diltiazem. Diuretik – Jenis obat ini bekerja
mengurangi kadar air dan garam dalam darah melalui urine, dan melebarkan
pembuluh darah agar tekanan darah menurun.
Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami,
pasien akan disarankan untuk menjalani operasi. Dokter juga akan
menjalankan operasi bila penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh
penumpukan ateroma. Sejumlah tindakan yang dilakukan, antara lain:
Pasang ring jantung
Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan
memasukkan kateter ke bagian arteri yang mengalami penyempitan.
Kemudian, dokter akan mengembangkan balon kecil melalui kateter untuk
melebarkan arteri yang menyempit. Dengan demikian, aliran darah dapat
kembali lancar. Ring (stent) akan dipasang di arteri guna mencegah
penyempitan kembali. Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada
pasien dengan gejala angina, atau sebagai tindakan darurat pada seseorang
yang mengalami serangan jantung.
Bypass jantung
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian
tubuh lain, untuk ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar
(aorta) dan arteri, dengan melewati area yang menyempit. Dengan begitu,
darah akan mengalir lancar melalui rute baru tersebut. Bypass jantung
dilakukan dengan membedah dada pasien. Oleh karena itu, prosedur ini
umumnya hanya dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.
Transplantasi jantung
Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah, dan
sudah tidak dapat lagi diatasi dengan obat. Tranplantasi jantung dilakukan
dengan mengganti jantung yang rusak, dengan jantung yang sehat dari
pendonor.

2.1.5 Penyebab Jantung Koroner menjadi penyakit kematian tertinggi


Penyakit jantung koroner ini paling banyak terjadi pada kelompok
umur 65-74 tahun, kemungkinan orang-orang yang lebih muda untuk terkena
penyakit jantung koroner saat ini makin besar.
Selain faktor keturunan, pola hidup yang tak sehat berisiko
meningkatkan terjadinya penyakit jantung koroner ini di usia yang lebih muda.
Berikut ini beberapa hal yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner:

1. Obesitas
Kelebihan berat badan berdampak buruk bagi kesehatan. Imbangi
kebutuhan gizi harian Anda dan lakukan diet sehat rendah kolesterol yang
diikuti dengan olahraga teratur.
2. Umur
Setelah usia 55 tahun, risiko wanita untuk terkena penyakit jantung
akan meningkat, sementara pada pria terjadi lebih muda lagi yaitu di usia 45
tahun. Investasikan waktu Anda untuk menjalani gaya hidup sehat untuk
memperkecil risiko terkena penyakit jantung koroner ini.
3. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi berarti jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Pada kondisi ini jantung bisa menjadi sangat besar sehingga
pengiriman oksigen tidak lagi cukup memenuhi tuntutan tambahan dari
jantung. Akibatnya terjadi gangguan aliran oksigen yang menyebabkan
serangan jantung. Olahraga yang berlebihan juga tak baik bagi kesehatan
4. Faktor lain
Hidup sehat dan seimbang perlu agar kita tetap bugar, dan tentu saja
yang berlebihan tetap tak baik bagi tubuh. Olahraga berlebihan dan stres,
misalnya juga menaikan tekanan darah menjadi tinggi. Begitu juga dengan
penggunaan obat-obatan ilegal seperti amfetamin dan kokain. Hindari
berbagai aktivitas dan kebiasaan lain yang meningkatkan risiko untuk terkena
penyakit jantung.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner disebabkan karena terjadinya penumpukan plak pada
arteri koroner yang berlangsung lama. Plak yang menempel pada arteri koroner
lambat laun akan menyebabkan aterosklerosis. Penatalaksanaan hal ini dapat
dilakukan dengan cara non operatif dan operatif, non operatif meliputi penggunaan
obat-obatan dan perubahan gaya hidup sedangkan operatif dengan cara angioplasty
dan CABG. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk managemen lipid antara lain
adalah golongan resin, kolestiramin, lovastatin dsb yang mempunyai efek samping
yang berbeda-beda.

3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson, Phillip I., and Ward, Jeremy PT., 2010, At a Glance Sistem
Kardiovaskular 3th ed, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kusuma, D., Hanif, M., 2004, Patofisiologis Penyakit Jantung Koroner,
Buku Ajar Kardiologi, Editor Rilantono, L. S., Baraas, F., Karo, S.
K., Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Muchid, dkk., 2006, Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung
Koroner : Fokus Sindrom Koroner Akut, Penerbit Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Rilantono, LI., 2012, Penyakit Kardiovaskular (PKV) : 5 Rahasia, Edisi
Pertama, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Soeharto, 2001, Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner,


Edisi Kedua, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai