Anda di halaman 1dari 74

PERAN ROKOK TERHADAP KUALITAS HIDUP

(Evaluasi menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok


laki-laki)

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memeroleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH:

FARUQ YUFARRIQU MUFAZA


NIM: 1112103000078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1436 H/2015 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, baik nikmat
iman, islam, dan kesehatan, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
penelitian dengan judul “Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup (Evaluasi
menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki)”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu menjadi tauladan bagi umat-Nya. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penelitian ini tidak akan pernah
selesai. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Jakarta beserta jajarannya.
3. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku pembimbing I, terima kasih atas
waktu, tenaga, pikiran, dan semangatnya untuk membimbing penulis dari
nol hingga akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan.
4. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL selaku pembimbing 2, terima kasih
atas waktu, tenaga, pikiran, dan semangatnya untuk membimbing penulis
menyusun laporan penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku penanggung jawab
modul riset PSPD angkatan 2012, terima kasih atas bimbingannya pada
kami dalam menjalani penelitian ini.
6. Dengan penuh rasa hormat, terima kasih yang tak terhingga kepada kedua
orang tua penulis dan keluarga, ayahanda tercinta Fatchur Rochman sebagai
the greatest motivator ever untuk penulis serta ibunda tercinta Mustati’ul
Walidah atas bimbingan, pengorbanan, doa yang selalu dipanjatkan untuk
anak-anaknya, dan semuanya sehingga dapat menjadikan suatu washilah
bagi penulis untuk bisa menjadi seperti ini.

v
7. Adik-adik tercinta, Sahhillana Naila Salsabila dan Indana Fauzah Adzimah,
terima kasih atas rindu yang selalu diucapkan.
8. Jajaran Direktorat Pendidikan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI,
terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk kuliah
di PSPD, tanpa kesempatan itu sangat sulit bagi penulis untuk bisa masuk
kuliah di PSPD ini.
9. Teman-teman sejawat seperjuangan kelompok riset, yaitu Reza, Sari, Qori,
dan Nabila. Terima kasih atas kerja sama, dan dukungan yang sudah
diberikan.
10. Saudara satu cita-cita untuk merubah takdir bangsa 2025, seluruh keluarga
besar CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus keluarga
angkatan 2012 yang selalu mendukung penulis.
11. Responden yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi berkas
penelitian. Semoga kebaikan yang sudah diberikan dibalas oleh Allah SWT
dengan balasan yang berlipat ganda.
12. Teman-teman sejawat PSPD 2012 yang saya cintai.
13. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini.

Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk sempurna.
Segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Demikian laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu
pengetahuan, agama, dunia, dan setelahnya nanti. Aamiin.

Ciputat, Oktober 2015


Penulis

Faruq Yufarriqu Mufaza


1112103000078

vi
ABSTRAK
Faruq Yufarriqu Mufaza. Program Studi Pendidikan Dokter. Peran rokok
terhadap kualitas hidup: Evaluasi menggunakan kuisioner SF-36v2 antara
perokok dan non perokok laki-laki.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan skor kualitas hidup laki-
laki perokok dengan non perokok. Metode: Pengumpulan data dilakukan dengan
metode potong-lintang selama bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2015. Data
yang terkumpul terdiri dari formulir data pribadi, kuisioner Fagerstrom Nicotine
Dependence dan SF36v2 yang diisi lengkap oleh 146 responden laki-laki (83
perokok dan 63 non perokok) usia 25 – 55 tahun. Hasil: Median skor kesehatan
jiwa, dan transisi kesehatan perokok lebih rendah dibanding non perokok (p<0,05).
Sedangkan median skor kesehatan fisik tidak didapatkan perbedaan bermakna
antara keduanya. Berdasarkan indeks Brinkman terdapat perbedaan skor kualitas
hidup antara non perokok dengan perokok berat (p<0,05). Simpulan: Merokok
dapat memengaruhi skor kualitas hidup dengan perbedaan bermakna pada non
perokok dan perokok berat. Simpulan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
nasihat kepada perokok agar berhenti merokok sebelum terjadi efek akibat sudah
menjadi perokok berat.
Kata kunci: Merokok, kuisioner SF-36v2, kualitas hidup.

ABSTRACT
Faruq Yufarriqu Mufaza. Medical Education Study Program. The role of
smoking to the quality of life: evaluation between smoker and non smoker using
SF-36v2.
Objective: To compare the score of quality of life between male smoker and male
non smoker. Methods: This research is cross-sectional surveys that conducted from
February till July 2015. Personal form, Fagerstrom Nicotine Dependence
questionnaire, and SF-36v2 questionnaire that were completed by 146 respondents
aged 25 – 55 years (83 smoker and 63 non smoker). Results: The median of
smokers’s mental, and health transition scores were lower than non-smokers’s
(p<0,05). Whereas, there is no difference between median of the mental score from
both of them. Based on Brinkman index, there is difference score of quality of life
between non-smoker and heavy smoker (p<0,05). Conclusion: smoking cigarette
affects the score of quality of life with the statistical different between non smoker
and heavy smoker. This findings can be a valuable advice for smokers that they
should stop smoking because it lowering the quality of life.
Keywords: smoking, SF-36v2 questionnaire, quality of life.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................v
ABSTRAK ........................................................................................................vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Hipotesis Penelitian...........................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian ..............................................................................2
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................2
1.4.2 Tujuan Khusus ...............................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................2
1.5.1 Bagi Peneliti ....................................................................3
1.5.2 Bagi Masyarakat ..............................................................3
1.5.3 Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah .........3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................4
2.1 Landasan Teori ................................................................................4
2.1.1 Kualitas Hidup...............................................................4
2.1.1.1 Definisi Kualitas Hidup ............................................4
2.1.1.2 Aspek-Aspek dalam Kualitas Hidup ........................4
2.1.1.3 Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup ..............5
2.1.1.4 Pengukuran Kualitas Hidup ......................................6
2.1.2 Kuesioner SF-36v2 ........................................................7
2.1.2.1 Definisi Kuesioner SF-36v2 .....................................7
2.1.2.2 Skala Kesehatan Fisik ...............................................8
2.1.2.3 Skala Kesehatan Jiwa ...............................................10
2.1.3 Konsep Dasar Merokok .................................................11
2.1.3.1 Definisi Merokok ......................................................11
2.1.3.2 Klasifikasi Merokok .................................................12
2.1.3.3 Kandungan Rokok ....................................................13
2.1.3.4 Bahaya Merokok.......................................................14
2.1.4 Ketergantungan Terhadap Nikotin ................................16
2.2 Kerangka Teori ................................................................................18

viii
2.3 Kerangka Konsep ............................................................................19
2.4 Definisi Operasional ........................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................22
3.1 Desain Penelitian .............................................................................22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................22
3.3 Alat Penelitian .................................................................................22
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................22
3.5 Jumlah Sampel .................................................................................23
3.6 Cara Kerja Penelitian .......................................................................25
3.7 Pengolahan Data ...............................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................27
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................27
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .......................................29
4.1.2 Karakteristik Responden Perokok ...................................29
4.1.3 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup .................................29
4.1.4 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada indeks Brinkman,
Ketergantungan Nikotin, dan Aktivitas Fisik ..................29
4.1.5 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada Daerah Asal ...30
4.2 Pembahasan ......................................................................................30
4.2.1 Karakteristik Responden ..................................................30
4.3 Aspek Keislaman..............................................................................33
4.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................34

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................35


5.1 Simpulan ...........................................................................................35
5.2 Saran ..................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37
Lampiran 1 ........................................................................................................41
Lampiran 2 .......................................................................................................42
Lampiran 3 .......................................................................................................54
Lampiran 4 .......................................................................................................60
Lampiran 5 ........................................................................................................61

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian ...........................................................27


Tabel 4.2 Karakteristik responden perokok .......................................................28
Tabel 4.3 Skor kualitas hidup perokok dan non perokok.............................................. 29
Tabel 4.4 Analisis perbedaan skor kualitas hidup ...............................................30
Tabel 4.5 Perbandingan skor kualitas hidup antara daerah asal ..........................30

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema skoring pada kusioner SF-36v2 ............................................. 8

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat persetujuan etik ......................................................................41


Lampiran 2 Formulir biodata dan riwayat merokok responden ..........................42
Lampiran 3 Formulir Kuesioner SF-36v2 ...........................................................54
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian ...................................................................60
Lampiran 5 Riwayat hidup peneliti .....................................................................61

xii
DAFTAR SINGKATAN

SF-36v2 : Short Form 36 versi 2


QoL : Quality of life
HRQoL : Health related quality of life
PCS : Physical component summary
MCS : Mental component summary
HT : Health Transition
IB : indeks Brinkman
ND : Nicotine Dependence
UMR : Upah Minimum Regional

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di belahan dunia banyak yang


tidak bisa terlepas dari rokok. Bahkan angkanya cukup tinggi. Rokok merupakan
potongan daun tembakau yang dibalut dalam kertas khusus. Menurut Rodgman dan
Perfetti di dalam rokok terdapat sekitar 5300 bahan kimia. Reinskje (2011) lebih
spesifik menyatakan bahwa baru 98 bahan kimia rokok yang sudah terukur rerata
kadarnya yang dapat berpotensi menimbulkan penyakit kanker dan non-kanker.
Oleh karena itu, merokok dalam jangka tertentu akan memberikan efek penurunan
kesehatan. Efek yang ditimbulkan dari yang terburuk adalah kematian. Selain
kematian, bahan yang ada di dalam rokok dapat meningkatkan resiko kanker paru
dan organ lain dalam sistem pernafasan. Merokok juga meningkatkan resiko stroke
dan serangan jantung. 1-3

Banyaknya penelitian tentang efek merokok terutama pada kualitas hidup


di berbagai negara menandakan bahwa rokok merupakan masalah global. Berbagai
negara di penjuru dunia baik negara maju maupun negara berkembang sangat
perhatian terhadap permasalahan ini. Terlepas dari manfaat komoditas tembakau
sebagai bahan dasar rokok, kebiasaan masyarakat merokok dapat memberikan efek
penurunan kesehatan. Lebih buruknya lagi jika ditinjau dari segi epidemiologi
global, rokok membunuh satu orang setiap 6 detik. Angka ini bisa terus meningkat
dalam beberapa dekade ke depan jika tidak ada upaya untuk menurunkannya.1

Di Indonesia, menurut data Riskekdas 2013 secara umum ada sekitar 29,3%
penduduk Indonesia merokok dengan rincian 24,3% perokok setiap hari dan 5,0%
perokok kadang-kadang. Angka ini mengalami peningkatan dibanding dengan
tahun 2007. Ironisnya usia paling muda yang terdata adalah 10 tahun, usia yang
terlalu dini untuk mengenal rokok. Ditinjau dari segi jumlah batang yang dihisap
per hari bervariasi di setiap provinsi mulai dari yang terendah adalah DIY 10 batang
dan tertinggi Bangka Belitung 18,3 batang per hari.12

1
2

Dengan efek yang diberikan, rokok secara tidak langsung akan


memengaruhi kualitas hidup individu. Namun pada penelitian di Kroasia pada
tahun 2009, dengan metode self assesment (pengukuran dengan kuesioner SF-36v2)
didapatkan simpulan bahwa penurunan kualitas hidup pada perokok tidak akan
memberikan efek pada durasi merokok dan usia yang masih awal. Sedang
penelitian yang dilakukan di Jepang pada tahun 2010 menyimpulkan bahwa
penurunan kualitas hidup (diukur dengan kuesioner SF-36v2) akibat merokok tidak
begitu disadari oleh individu jika belum memberikan gejala klinis.1-3

Tingginya angka perokok di Indonesia, buruknya efek yang ditimbulkan


terhadap kesehatan fisik, serta munculnya permasalahan lain akibat rokok
mengakibatkan dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai peran rokok terhadap
kualitas hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

- Bagaimana peran rokok terhadap kualitas hidup?

1.3 Hipotesis Penelitian

- Rokok dapat memengaruhi kualitas hidup laki-laki perokok

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran rokok terhadap kualitas


hidup.

1.4.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

- Untuk mengetahui perbedaan skor kualitas hidup antara perokok dan non
perokok.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk:


3

1.5.1. Bagi peneliti

- Menambah pengetahuan mengenai skor kualitas hidup perokok pada laki-


laki perokok dibandingkan dengan non perokok.
1.5.2. Bagi Masyarakat
- Menambah pengetahuan mengenai dampak merokok terhadap skor kualitas
hidup.
- Semakin yakin bahwa rokok memberikan dampak negatif ke tubuh dan
kehidupan sehari-hari.
1.5.3. Bagi Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah
- Sumber pengetahuan dan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang
akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Kualitas Hidup

2.1.1.1 Definisi Kualitas Hidup

Mengenai definisi kualitas hidup, setiap orang, setiap ahli di bidang/disiplin


ilmu tertentu akan memberikan definisi yang berbeda. Perbedaan definisi selain
karena standar kualitas hidup berbeda-beda antar individu, juga karena dimensi
yang secara penting memengaruhi pencapaian kualitas hidup juga banyak,
diantaranya adalah kesehatan, budaya, nilai-nilai, dan spiritual. Sehingga dengan
perbedaan cara pandang akan membedakan definisinya juga. Kualitas hidup yang
terkait dengan kesehatan (Health Related Quality of Life / HRQoL) dapat
didefinisikan sebagai penilaian diri (persepsi pasien) yang fokus pada efek keadaan
kesehatan diri pada kemampuan untuk melangsungkan sebuah kehidupan yang
memuaskan. Terkait dengan kesehatan itu sendiri, WHO pada tahun 1948
mendefinisikan sehat sebagai kesejahteraan menyeluruh secara fisik, jiwa, dan
sosial, serta tidak selalu dengan ketiadaan penyakit. Sejalan dengan dua pernyataan
tersebut, HRQoL digunakan sebagai sebuah alat ukur tingkat kesehatan fisik,
fisiologis, dan sosial individu yang dipengaruhi oleh pengalaman, keyakinan,
1,4-6
harapan, dan persepsi individu.

2.1.1.2 Aspek-Aspek dalam Kualitas Hidup

Sekalipun istilah kualitas hidup sudah sangat sering digunakan dalam berbagai
publikasi namun konsep kualitas hidup masih sebagai konsep yang sulit untuk
didefinisikan baik pengertian maupun aspek yang memengaruhi. Karena aspek
yang memengaruhi kualitas hidup begitu luas maka banyak peneliti yang tidak bisa
memaparkan kualitas hidup secara pasti. Banyak peneliti pada akhirnya membatasi
penelitian mengenai kualitas hidup pada domain / dimensi tertentu saja.15

4
5

Jika ditinjau dari aspek yang memengaruhi kualitas hidup berkaitan dengan
kesehatan berdasarkan dimensi kuesioner SF-36v2 maka terdapat 3 bagian besar
aspek kualitas hidup, yaitu7:

1. Kesehatan fisik

Kesehatan fisik berkaitan dengan kondisi kesehatan secara umum, kemampuan


aktivitas fisik sehari-hari, keterbatasan akibat keadaan kesehatan fisik, serta
intensitas kesakitan.

2. Kesehatan jiwa

Kesehatan jiwa berkaitan dengan kondisi kejiwaan secara umum, semangat dalam
menjalani aktivitas, adanya gangguan emosional seperti ansietas, depresi,
kehilangan kontrol emosi, dan kesejahteraan psikologis (ketenangan), serta peran
dari masalah kejiwaan terhadap peran sosial sehari-hari.

3. Transisi Kesehatan

Transisi kesehatan berkaitan dengan perkembangan kesehatan dari waktu ke waktu


apakah keadaan berkembang kea rah yang lebih baik atau sebaliknya.

2.1.1.3 Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup

Selain konsep kualitas hidup yang samar dan sulit untuk didefiniksan karena
tergantung dari pendekatan masing-masing disiplin ilmu / bagian, secara umum
faktor yang memengaruhi kualitas hidup adalah semua yang berhubungan dengan
individu sehingga setiap aspek akan saling memengaruhi kepada aspek yang lain.15

Jika meninjau pada kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan maka
faktor yang memengaruhi kualitas hidup meliputi:38

a. Usia : Kualitas hidup inidividu akan berbeda-beda tergantung


dengan tingkatan usia. Kualitas hidup akan semakin
menurun dengan semakin meningkatnya usia.
b. Jenis kelamin : Jenis kelamin laki-laki memiliki skor yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan.
6

c. Pendidikan : Semakin tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuannya


juga akan lebih baik. Pengetahuan yang dimiliki individu
berkaitan dengan sikap dan perilakunya sehari-hari.
d. Pekerjaan : Masing-masing pekerjaan dapat memengaruhi kesehatan
individu baik kesehatan fisik maupun jiwa sehingga dapat
memengaruhi kualitas hidupnya.
e. Gaya hidup : Gaya hidup meliputi perilaku berisiko maupun perilaku
yang dapat memperbaiki kualitas hidup.
f. Penyakit : Penyakit kronis yang dialami individu dapat menyebabkan
menurunnya kualitas hidup.
g. Status : Individu dengan penghasilan lebih tinggi akan memiliki
ekonomi kualitas hidup yang lebih baik.
h. Akses : Akses pelayanan kesehatan yang mudah dan terjangkau
pelayanan dapat meningkatkan kesehatan individu sehingga jika
kesehatan kesehatan terpelihara maka kualitas hidup akan baik.

2.1.1.4 Pengukuran Kualitas Hidup

Terdapat bermacam instrumen untuk mengukur kualitas hidup. Prinsip dari


pengukuran tersebut adalah dengan merubah persepsi kualitas hidup yang ada
dalam pemikiran seseorang menjadi nilai kuantitatif. Proses ini cukup rumit.
Pengukuran dilakukan dengan menentukan domain-domain tertentu yang berkaitan
dengan kualitas hidup baik secara umum maupun spesifik pada kondisi tertentu.
Kemudian membuat pertanyaan yang berhubungan dengan domain tersebut.29

Spesifik pada pengukuran kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan.


Terdapat dua jenis instrumen pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan
(HRQoL). Instrumen yang pertama adalah instrumen dengan cakupan yang luas
(general instrument). Instrumen ini digunakan untuk pengukuran kualitas hidup
pada populasi luas. Karena penggunaannya untuk populasi yang luas maka syarat
yang harus dipenuhi adalah isntrumen tersebut harus dapat diaplikasikan pada
populasi luas dimana populasi tersebut terdapat variasi kondisi kesehatan, termasuk
di dalamnya adalah populasi dengan kondisi sehat dan juga populasi dengan kondisi
7

sakit. General instrument dapat digunakan untuk membandingkan HRQoL secara


umum antara populasi dengan atau tidak dengan kondisi tertentu. Salah satu contoh
instrumen ini adalah kuesioner SF-36. Instrumen yang kedua adalah isntrumen
pengukuran kualitas hidup spesifik pada kondisi tertentu. Isi domain yang
ditanyakan pada intrumen spesifik hanya domain yang berkaitan dengan kondisi
atau penyakit tertentu dimana kemungkinan penyakit tersebut memberikan efek
pada domain tersebut. Penggunaan isntrumen spesifik sering pada saat klinisi atau
peneliti ingin membandingkan kualitas hidup pada pasien dengan atau tanpa
perawatan tertentu. Karena sifatnya yang spesifik maka sebelum menggunakan
instrumen ini harus diperhatikan apakah instrumen yang digunakan sudah sesuai
dengan kondisi pasien.29,30

2.1.2 Kuesioner SF 36v2

2.1.2.1 Definisi Kuesioner SF-36v2

SF-36v2 adalah alat yang digunakan untuk menilai status kesehatan


individu secara subyektif menurut pandangan diri sendiri. Versi 2.0 ini merupakan
hasil pengembangan dan improvisasi dari versi sebelumnya. Perubahan yang
diterapkan pada versi kedua diantaranya adalah perbaikan instruksi dan item
pertanyaan agar lebih mudah dipahami serta untuk mengurangi ambiguitas, serta
perubahan skala pilihan.1,2,8

Di dalam kuesioner SF-36v2 terdapat 36 pertanyaan yang mengarah pada


peninjauan 8 aspek status kesehatan. 8 aspek kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi 2 kelompok besar, yaitu status kesehatan fisik dan status kesehatan jiwa.
Selain dua kelompok besar tersebut, terdapat satu pertanyaan pada kuesioner SF-
36v2 (pertanyaan nomor 2) yang menilai pandangan responden terhadap perubahan
status kesehatan diri secara umum pada saat pengisian kuesioner dibanding dengan
satu tahun yang lalu (kuesioner SF-36v2 standar). Pada gambar 2.1 berikut akan
digambarkan mengenai pemetaan masing-masing pertanyaan terhadap pengukuran
8 skala status kesehatan7.
8

Gambar 1.1 Skema skoring pada kusioner SF-36v2

2.1.2.2. Skala Kesehatan Fisik

Skala kesehatan fisik mengukur status kesehatan fisik. Berdasarkan gambar


2.1 dapat disimpulkan bahwa skor kesehatan fisik paling banyak dipengaruhi oleh
4 aspek, yaitu: 1) Fungsi fisik (PF), 2) pembatasan oleh stasus kesehatan fisik (RP),
3) nyeri seluruh badan (BP), 4) pandangan kesehatan secara umum (GH). Selain
itu, sebenarnya ada beberapa aspek lain yang memengaruhi skor skala kesehatan
fisik, namun tingkat pengaruhnya rendah. Aspek yang memengaruhi skor kesehatan
fisik dengan tingkat pengaruh rendah itu adalah: 1) vitalitas hidup (VT), 2) efek
9

kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF), 3) Pembatasan oleh status kesehatan jiwa
(RE), 4) Kesehatan jiwa secara umum (MH) 7.

Berikut adalah penjelasan mengenai keempat aspek yang paling banyak


memengaruhi skor kesehatan fisik7:

1. Fungsi Fisik (PF)

Penilain fungsi fisik pada kuesioner SF-36v2 didapatkan dengan mengukur rerata
dari jawaban responden pada pertanyaan no.urut 3a sampai dengan 3j. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menggambarkan tingkat limitasi fungsi fisik terhadap
aktivitas fisik, mulai dari aktivitas fisik berat sampai aktivitas ringan. Jika skor yang
didapatkan rendah maka mengindikasikan adanya pembatasan fungsi fisik yang
signifikan terhadap aktivitas fisik, dan jika skor yang didapatkan tinggi makan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada atau hanya ada sedikit pembatasan fungsi fisik.

2. Pembatasan oleh status kesehatan fisik (RP)

Pembatasan oleh status kesehatan fisik ini meliputi: a) pembatasan pada jenis
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya, b) pengurangan jumlah waktu yang
dipakai untuk bekerja, c) kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, d) hasil
pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan. Skor RP didapatkan dengan
mengambil rerata dari jawaban responden pada pertanyaan no.urut 4a sampai
dengan 4d. Skor yang rendah mengindikasikan bahwa terdapat pembatasan
kesehatan fisik terhadap pekerjaan sehari-hari, dan jika skor yang didapatkan tinggi
maka menggambarkan sedikit atau tidak ada pembatasan oleh kesehatan fisik
terhadap pekerjaan sehari-hari.

3. Nyeri seluruh badan (BP)

Skor BP menggambarkan dua hal, yaitu intensitas dari nyeri seluruh badan serta
pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari. Skor BP didapatkan dari pertanyaan
nomor 7 untuk gambaran intensitas nyeri seluruh badan, dan nomor 8 untuk
gambaran pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari. Jika skor yang didapatkan
tinggi maka menunjukkan bahwa responden menilai tidak ada nyeri seluruh tubuh
dan tidak ada efek pada aktivitas sehari-hari, dan sebaliknya, jika skor yang
10

didapatkan rendah maka menunjukan bahwa adanya nyeri seluruh badan, dan
memengaruhi aktivitas sehari-hari.

4. Pandangan kesehatan secara umum (GH)

Penilaian pada bagian GH bertujuan untuk mengetahui penilain dan harapan


responden terhadap keadaan kesehatannya. Skor GH diperoleh dari pertanyaan
nomor 1, 11a, 11b, 11c, 11d. Jika skor yang didapatkan rendah maka
menggambarkan bahwa pandangan responden terhadap kesehatannya secara umum
rendah dan terkesan akan menjadi lebih buruk. Sedangkan jika skor yang diperoleh
tinggi maka menunjukkan bahwa responden menilai kesehatannya secara umum
baik.

2.1.2.3 Skala Kesehatan Jiwa

Skala kesehatan jiwa menilai keadaan kesehatan jiwa responden.


Berdasarkan dari gambar 1.1 dapat disimpulkan ada 4 aspek yang paling
berpengaruh terhadap skor kesehtan jiwa, yaitu: 1) vitalitas hidup (VT), 2) efek
kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF), 3) Pembatasan oleh status kesehatan jiwa
(RE), 4) Kesehatan jiwa secara umum (MH). Dan keempat aspek yang p aling
berpengaruh pada skala kesehatan fisik juga berpengaruh pada skala kesehatan jiwa
namun derajat pengaruhnya rendah7.

Berikut adalah penjelasan mengenai keempat aspek yang paling


berpengaruh pada skala kesehatan jiwa:7

1. Vitalitas hidup (VT)

Yang dimaksud vitalitas hidup pada skala aspek SF-36v2 adalah penilaian
kesejahteraan diri secara subyektif. Skor VT diperoleh dengan jawaban responden
pada nomor 9a, 9e, 9g, dan 9i. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa responden
merasa memiliki energi yang penuh dan semangat yang tinggi sepanjang waktu.
Dan sebaliknya, jika skor yang diperoleh rendah maka menunjukkan bawa
responden merasa dirinya tidak memiliki energi dan tidak bersemangat sepanjang
waktu.
11

2. Efek kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF)

Terdapat dua pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai skor SF, yaitu nomor 6
dan 10. Pertanyaan nomor 6 menilai pengaruh kesehatan terhadap aktivitas sosial,
sedangkan pertanyaan nomor 10 menilai frekuensi masalah kesehatan
memengaruhi aktivitas sosial. Semakin rendah skor SF menunjukkan semakin
tinggi pengaruh masalah kesehatan fisik atau mental terhadap aktivitas sosial.

3. Pembatasan oleh status kesehatan jiwa (RE)

Terdapat tiga pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai skor RE. Pada nomor 5a
menilai pengaruh masalah emosional terhadap penurunan jumlah waktu kerja. Pada
nomor 5b menilai pengaruh masalah emosional terhadap hasil kerja lebih rendah
dari harapan. Dan pada nomor 5c menilai pengaruh masalah emosional terhadap
kehati-hatian dalam bekerja. Adanya pengaruh masalah emosional terhadap
pekerjaan akan menghasilkan skor RE yang rendah, dan jika jika tidak ada
pengaruh, maka skor RE tinggi.

4. Kesehatan jiwa secara umum (MH)

Terdapat lima pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai kesehatan jiwa secara
umum, yaitu nomor 9b, 9c, 9d, 9f, dan 9h. Kesehatan jiwa yang diukur adalah ada
tidaknya empat masalah utama kejiwaan, yaitu: ansietas, depresi, kehilangan
kontrol emosi, dan kesejahteraan psikologis (ketenangan). Jika skor yang diperoleh
rendah maka menunjukkan responden sering merasa gelisah dan depresi, dan jika
skor yang diperoleh tinggi maka menunjukkan responden merasa bahagia, tenang,
dan damai sepanjang atau hampir sepanjang waktu.

2.1.3 Konsep Dasar Merokok


2.1.3.1 Definisi merokok

Rokok merupakan silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 12


mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm. Rokok biasa
berisi daun tembakau yang sudah dicacah, cengkeh, dan aroma tambahan. Cara
merokok pada umumnya adalah dengan membakar bagian ujung kemudian perokok
menghisap asap dari sisi ujung yang lain sehingga bahan yang terkandung di dalam
rokok dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan dibawa ke seluruh tubuh oleh
12

pembuluh darah. Sebenarnya untuk mendapat efek nikotin selain dengan merokok
terdapat juga cara tradisional lain yaitu dengan mengunyah tembakau namun efek
yang akan muncul pada tubuh akan berbeda dengan cara rokok yang dibakar. Secara
definisi, seseorang dikatakan sebagai perokok apabila dia telah merokok minimal
100 batang sepanjang hidupnya.9,33

2.1.3.2 Klasifikasi Merokok

CDC (Center for Disease Control and Prevention) mengklasifikasikan perokok


sebagai berikut10:

1. Current smoker
Individu yang merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya dan pada
saat ini (survey) merokok setiap hari atau pada beberapa hari.
2. Former smoker
Individu yang merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya dan pada
saat ini (survey) tidak merokok.
3. Never smoker
Individu yang belum pernah merokok sebanyak 100 batang dalam
sepanjang hidupnya.

Selain itu ada isitilah lain terkait merokok yaitu merokok ringan (light
smoking) dan merokok intermiten (intermitten smoking). Perokok ringan
merupakan perokok yang merokok kurang dari 1 pak per hari, kurang dari 15 batang
per hari, kurang dari 10 batang per hari, dan merokok 1 – 39 batang/ minggu.
Perokok ringan dibagi menjadi subgrup lagi, yaitu11:

1. Low rate daily smoking: individu yang merokok kurang dari 5 batang
perhari.
2. Very light smoking: individu yang merokok kurang dari 5 batang
perhari.
3. Chipper smoker: individu yang secara konsisten merokok tidak lebih
dari 5 batang perhari pada hari ketika dia merokok.

Sedangkan perokok intermiten secara umum didefinisikan sebagai orang


yang merokok tidak setiap hari. Salh satu contohnya adalah perokok sosial (social
13

smoker). Perokok sosial hanya merokok ketika dalam kepentingan sosial. Yang
pasti social smoker tidak pernah merokok sendirian, contohnya ketika dalam sebuah
acara pesta11.

2.1.3.3 Kandungan Rokok

Rokok yang dikonsumsi dengan cara dibakar kemudian dihisap akan


menhasilkan dua komponen utama yaitu komponen gas dan komponen partikel.
Diantara komponen gas adalah karbon monoksida, ammonia, asam hidrosianat,
nitrit oksida, formaldehid, dan lain sebagainya. Sedangkan komponen partikel
diantaranya adalah tar, nikotin, indol, kresol, dan lain sebagainya. Berikut adalah
efek yang diakibatkan oleh beberapa bahan kimia yang terkandung dalam rokok
hisap:27

a. Nikotin

Nikotin merupakan senyawa porilidin. Nikotin berasal dari taun tembakau pada
rokok. Kandungan nikotin pada setiap jenis rokok berbeda-beda. Jumlah yang
terhisap ke dalam tubuh juga ber-beda tergantung dari cara dan proses
menghisapnya. Nikotin tidak menimbulkan penyakit di tubuh. Namun nikotin
mampu masuk ke dalam sistem saraf pusat dimana perannya adalah menimbulkan
efek adiktif. Secara akut nikotin menimbulkan efek rasa senang sejenak bagi
perokok. Selain itu nikotin menyebabkan peningkatan tekanan darah.27,28

b. Tar

Tar merupakan senyawa hidrokarbon yang bersifat karsinogenik. Menurut beberapa


referensi, tar terdiri dari ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok.
Referensi yang lain menyatakan bahwa tar terdiri dari 60 bahan kimia yang bersifat
karsinogenik. Pada saat asap rokok dihisap, tar masuk dengan wujud uap padat
kemudian pada saat suhu sudah mulai dingin tar akan memadat dan membentuk
endapan berwarna coklat pada saluran napas, permukaan gigi, dan kuku.27,28

c. Karbon Monoksida

Kandungan karbon monoksida dalam asap rokok cukup rendah namun


akumulasinya secara bertahap akan dapat menimbulkan efek negatif. Karbon
14

monoksida akan berikatan kuat dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Ikatan
ini dapat menurunkan kapasitas sel darah merah untuk mengikat oksigen.27

2.1.3.4 Bahaya Merokok


2.1.3.4.1 Bahaya Merokok Terhadap Tubuh

Efek negatif merokok terhadap tubuh sangatlah besar. Hampir seluruh organ
tubuh akan terkena efek dari kebiasaan merokok, bahkan sampai pada kematian.
Setiap enam detik, akan ada satu orang yang meninggal karena rokok. Diperkirakan
pada tahun 2030, jika tidak upaya perubahan kebiasaan merokok, maka dalam
setahun kematian akibat rokok akan mencapai kira-kira delapan juta orang.
Kematian pada perokok, baik pasif maupun aktif, baik yang berasap maupun tidak
berasap, diakibatkan oleh banyaknya efek rokok terhadap fisiologi tubuh. Rokok
berasap telah menyebabkan sembilan puluh persen kanker paru dan berisiko
mengalami masalah kardiovaskular. Selain itu, rokok berasap juga menyebabkan
sembilan puluh persen kasus PPOK. sedangkan rokok tanpa asap telah
menyebabkan kanker di kepala leher, esofagus, dan pankreas. Efek buruk dari
merokok ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, namun individu dengan
kebiasaan merokok terus meningkat, bahkan pada kalangan anak-anak.1,12,13,17,18

2.1.3.4.2 Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Hidup

Karena merokok dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan efek
pada kesehatan individu baik yang bersifat morbiditi atau mortaliti seperti PPOK,
asma, penyakit jantung kongestif, stroke, kanker paru, dan lainnya, maka sudah
pasti akan memberikan pengaruh pada kehidupan sehari-hari. Efeknya mulai dari
penambahan pengeluaran untuk biaya perawatan sampai dengan hilangnya peran
individu baik di lingkungan sosial maupun tempat kerja. Sehingga hubungan sosial
menurun, penghasilan juga menurun dan akhirnya menyebabkan kualitas hidup
menjadi lebih rendah.13,14,16

Hasil penelitian Samardzic dan Marvinac yang dilakukan di Kroasia pada


tahun 2009 menunjukkan hasil skor kualitas hidup yang berbeda pada kelompok
umur tertentu, antara perokok dan non perokok. Partisipan dibagi menjadi tiga
15

kelompok usia: 18-34 tahun, 35-64 tahun, dan lebih dari 64 tahun. Namun dalam
penelitian dengan jumlah sampel 9070 partisipan ini menyatakan definisi
operasional perokok atau non perokok adalah ‘apakah anda (responden) merokok
pada saat ini?’. Dari hasilnya, secara umum skor kualitas hidup cenderung
mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia, baik perokok maupun non
perokok. Pada kelompok usia 18 – 34 tahun, skor kualitas hidup perokok dan non
perokok memiliki angka yang sama tinggi, sedangkan pada kelompok usia 35 – 64
tahun, perokok dan non perokok menghasilkan skor yang berbeda. Pada dimensi
kesehatan secara umum (GH) dan fungsi fisik (PF), kelompok perempuan perokok
memiliki skor yang lebih baik dibanding non perokok. Namun, sekalipun begitu,
pada fungsi fisik (PF) dan sosial (SF), keduanya pada skor yang tinggi. Hal ini dapat
dispekulasikan bahwa perbedaan ini tidak muncul sampai pada klinis. Pada dimensi
yang lain, yaitu vitalitas (VT) dan kesehatan jiwa (MH), perokok perempuan
memilki skor yang lebih rendah. Sedangkan pada kelompok laki-laki, tidak ada
perbedaan skor kualitas hidup perokok dan non perokok pada dimensi fungsi sosial
(SF) dan pembatasan karena masalah jiwa (RE). Pada dimensi vitalitas (VT) dan
kesehatan jiwa (MH), perokok sedikit lebih rendah dibandingkan non perokok. Dan
pada dimensi kesehatan secara umum (GH) dan nyeri seluruh badan (BP), perokok
memiliki skor yang lebih baik. Untuk bagian dimensi fungsi fisik (PF) dan batasan
akibat masalah fisik (RP), kedua kelompok memiliki skor yang sama tinggi.
Kemudian pada kelompok selanjutnya, usia lebih dari 64 tahun, perbedaan
signifikan antara perokok dan non perokok terjadi pada seluruh dimensi. Pada
kelompok laki-laki, perokok memiliki skor yang lebih rendah dibanding non
perokok. Sedangkan pada perempuan, kelompok perokok lebih baik dibanding non
perokok. Menurut peneliti, ada beberapa kekurangan dalam penelitiannya,
diantaranya ada faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas hidup yang tidak
diperhatikan, diantaranya pendidikan, penghasilan, status pernikahan, dan
lingkungan.1

Pada penelitian lain yang dilakukan di kota Hirosaki Jepang tahun 2006,
Funahashi dkk membandingkan skor kualitas hidup perokok dan non perokok yang
sebelumnya di tempat lain di Jepang juga pernah dilakukan dengan hasil tidak ada
perbedaan yang signifikan. Pada penelitiannya melibatkan 823 responden (245 laki-
16

laki dan 578 perempuan). Dari hasil yang didapatkan, perbandingan skor kualitas
hidup perokok dan non perokok tidak memberikan gambaran perbedaan yang
signifikan. Ketika dicoba dibandingkan antara skor kualitas hidup responden yang
memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang normal dengan responden yang
memilliki hasil pemeriksaan laboratorium abnormal, hasilnya juga tidak ada
perbedaan yang signifikan. Dengan hasil ini, Funahashi dkk menduga bahwa SF36
tidak begitu sensitif untuk mendeteksi perubahan sub-klinis minor akibat kebiasan
merokok. Hipotesis ini diperkuat dengan hasil pada responden dengan sedang
menderita penyakit dan tidak sedang menderita penyakit. Hasilnya adalah ada
perbedaan yang signifikan, non perokok memiliki skor yang lebih baik dan bernilai
signifikan pada dimensi fungsi fisik (PF), nyeri di seluruh tubuh (BP), kesehatan
secara umum (GH), dan skor komponen fisik (PCS).2

2.1.4 Ketergantungan Terhadap Nikotin

80% perokok yang berusaha berhenti merokok akan kembali merokok


dalam satu bulan pertama dan hanya sekitar3% saja yang bertahan sampai enam
bulan. Jika kebiasaan merokok ini diteruskan maka dapat membahayakan hampir
seluruh organ tubuh. Sulitnya berhenti merokok erat kaitannya dengan pengaruh
adiksi nikotin. Namun sekalipun begitu, nikotin bukan sebagai faktor utama
penyebab utama toksisitas rokok.18

Proses adiksi nikotin diawali dengan inhalasi nikotin bersama dengan asap
rokok ke dalam alveolus paru. Kemudian nikotin secara cepat masuk ke dalam
pembuluh vena pulmonaris. Setelah masuk ke sistem vaskular, secara cepat nikotin
akan dibawa ke otak. Di dalam otak, nikotin akan ditangkap oleh reseptor
kolinergik nikotinik. Dari 12 reseptor kolinergik nikotinik yang ada di mammalia,
ada 3 yang jumlahnya paling banyak, yaitu:18,19

1. α4β2
Merupakan mediator utama terjadinya ketergantungan nikotin. Subunit
α4 berperan penting sebagai penentu sensitivitas terhadap nikotin, dan β2
berperan dalam menghasilkan efek perilaku akibat nikotin. kombinasi
α4β2 dengan subunit α5 dapat meningkatkan penyaluran kalsium 7 kali
lebih besar.
17

2. α3β4
Dipostulasikan bahwa subtipe α3β4 sebagai perantara terjadinya efek
nikotin terhadap kardiovaskular.
3. α7
Merupakan reseptor homomerik yang terlibat dalam transmisi sinaps dan
potensiasi jangka panjang terhadap neuron dopaminergik saat input
excitatory.

Stimulasi terhadap reseptor kolinergik nikotinik memicu pelepasan


berbagai macam neurotransmitter. Terdapat peningkatan aktivitas secara akut pada
korteks prefrontal, thalamus, sistem penglihatan, serta aktivasi jalur kortikobasal-
thalamus akibat rangsangan dari nikotin. Pelepasan dopamin memberikan sinyal
rasa senang dan mampu meningkatkan efek nikotin dan obat-obatan terlarang.
Sehingga pada intinya, pemberian nikotin memicu pelepasan dopamin sehingga
terjadi peningkatan brain reward function, dan ketika pemberian nikotin dihentikan
maka ambang self stimulation reward meningkat. Peningkatan ambang ini
berkaitan dengan mekanisme akibat paparan berulang nikotin. Hal ini
menyebabkan penutupan dan hilangnya responsivitas reseptor, atau desensitisasi
reseptor. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah tempat pengikatan reseptor
kolinergik nikotinik. Mekanisme ini menjadi penyebab terjadinya toleransi dan
dependensi terhadap nikotin. Gejala mulai muncul dan dirasakan perokok selama
periode tidak adanya nikotin dalam jangka waktu tertentu, misal ketika sedang tidur
malam hari.18,19

Contoh dari gejala akibat penghentian pemberian nikotin diantaranya adalah


muncul masalah emosi/jiwa seperti cemas dan persepsi stress yang meningkat. Hal
ini menjadi stimulus yang sangat kuat agar seseorang kembali merokok. Ketika
kembali merokok perokok berupaya meningkatkan level nikotin dalam tubuh
sehingga cukup untuk mencegah gejala muncul sekaligus mendapat keuntungan
seperti rasa merokok itu sendiri. Penangan medis terkait ketergantungan nikotin
adalah dengan terapi pengganti nikotin prinsip dari terapi pengganti nikotin adalah
menurunkan gejala ketika seseorang berhenti merokok (mengkonsumsi
tembakau).18,19
18

2.2 Kerangka Teori

: Kerangka konsep
19

2.3 Kerangka Konsep


20

2.4 Definisi Operasional

Penguk Skala
No Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran
ur pengukuran
1. Skor Skor yang Peneliti Kuesioner Menghitung skor Numerik
kualitas didapatkan SF – 36v2 hasil pengisisan 1. Skor
hidup setelah kuesioner kesehatan fisik
pengisian 2. SKor
kuesioner SF- kesehatan jiwa
36v2 3. Skor transisi
kesehatan
2. Status Status yang Peneliti Rekam Subjek penelitian Kategorik
Perokok menyatakan medis mengisi rekam Perokok :
seseorang riwayat medis Laki – laki usia
sebagai perilaku > 24 thn yang
perokok atau merokok mengkonsumsi
bukan perokok minimal 1
batang
perharinya
minimal
selama 1 tahun
terakhir.

3 Klasifikas Klasifikasi Peneliti Skor Skor Indeks Kategorik


i perokok perokok indeks Brinkman Skor indeks
berdasark menjadi Brinkman dikategorikan Brinkman
an Indeks perokok dalam diklasifikasika
Brinkman ringan, sedang, klasifikasiderajat n menjadi:
dan berat berat merokok < 201 =
berdasarkan berdasarkan indeks perokok ringan
skor indeks Brinkman > 200 – 600 =
Brinkman perokok
sedang
> 600 =
perokok berat
4 Bukan Laki – laki Peneliti Rekam Subjek penelitian Kategorik
perokok usia > 24 thn medis mengisi rekam
yang tidak riwayat medis
pernah perilaku
merokok sama merokok
sekali atau
telah berhenti
merokok
minimal
selama 5 tahun
5 Kuesioner Merupakan Peneliti - Subjek membaca Numerik
SF–36v2 kuesioner self dan mengisi sendiri
assessment kuesioner SF-36v2
generik yang
digunakan
untuk
mengukur skor
kualitas hidup
dalam 8
domain dengan
alih bahasa
21

Indonesia yang
tervalidasi

6 Skor Skor penilaian Peneliti Kuesioner Rerata skor dari 4 Numerik


kesehatan keadaan SF36v2 domain dalam
fisik kesehatan fisik kuesioner SF-36v2:
berdasarkan Physicial
kuesioner SF- Functioning, Role-
36v2. Physical, Bodily
Pain, dan General
Health.
7 Skor Skor penilaian Peneliti Kuesioner Rerata skor dari 4 Numerik
kesehatan keadaan SF-36v2 domain dalam
jiwa kesehatan jiwa kuesioner SF-36v2:
berdasarkan Vitality, Social
kuesioner SF- Functioning, Role-
36v2. Emotional, Mental
Health.
8 Adiksi Penggunaan Peneliti Kuesioner Subjek mengisi Kategorik
nikotin nikotin yang ketergantu kuesioner Klasifikasi
terus menerus ngan ketergantungan ketergantungan
tanpa tujuan nikotin ( nikotin (FTND) nikotin :
medis dan Fagerstro 1-2:
berdampak m Test for Ketergantunga
negatif adiktif Nicotine n rendah
pada pengguna Dependen 3-4:
ce ( Ketergantunga
FTND ) ). n rendah
sampai sedang
5-7:
Ketergantu
ngan sedang
>7 :
Ketergantunga
n tinggi

9 Tingkat Penentuan Peneliti Jenis Penggolongan Kategorik:


aktivitas kelompok pekerjaan pekerjaan sehari- Rendah:
fisik aktivitas fisik sehari-hari hari menjadi 3 penjahit, PNS,
sehari-hari tingkat aktivitas pegawai, guru,
responden fisik supir, ojek.
Sedang:
wiraswasta,
karyawan,
anggota pers,
satpam, ta’mir
masjid.
Cukup: petani,
tukang kayu,
buruh, OB.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik tidak berpasangan dengan


desain penelitian cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Juli 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada daerah sekitar Kec. Ciputat Timur – Tangerang


Selatan dan daerah sekitar Kec. Kandangan Kab. Kediri Jawa Timur.

3.3 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. formulir data pribadi termasuk riwayat penyakit sistemik yang diderita


subjek penelitian.
2. Kuesioner frekuensi merokok
3. Kuesioner tingkat ketergantungan terhadap nikotin yang diadopsi dari
Fagerstrom Nicotine Dependence yang sudah dialihbahasakan ke dalam
bahasa Indonesia.
4. Kuesioner SF-36v2 yang telah tervalidasi ke dalam bahasa Indonesia.

3.4 Populasi dan Sampel

Subjek penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perokok


dan kelompok non-perokok. Kriteria inklusi untuk penelitian ini adalah:

- Laki-laki dengan usia antara 25 sampai dengan 55 tahun.


- Sedang atau tidak merokok. Status perokok adalah perokok aktif, sedangkan
tidak merokok adalah subjek penelitian yang sama sekali tidak pernah

22
23

menkonsumsi rokok atau pernah merokok namun sudah berhenti minimal 5


tahun yang lalu. 2,32
- Bersedia menyetujui inform consent yang diajukan.
- Bersedia mengisi kuesioner SF-36v2 , data pribadi, frekuensi merokok,
serta tingkat ketergantungan terhadap nikotin dengan sebenarnya.
Kriteria ekslusinya adalah:
- Mengisi kuesioner Fagerstrom Nicotine Dependence, SF36v2 atau rekam
medis beserta riwayat merokok (untuk perokok) secara tidak lengkap
- Tidak mengisi salah satu dari 3 formulir (rekam medis dengan riwayat
merokok dan kuesioner SF36v2)
- Tidak bisa membaca lembar kuesioner SF36v2.
- Mengkonsumsi alkohol dan NAPZA

3.5 Jumlah Sampel

Besar sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus besar


sampel untuk penelitian analitik numerik tidak berpasangan dengan desain
penelitian potong lintang, yakni sebagai berikut:

2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
𝑁1 = 𝑁2 = 2 ( )
𝑋1 − 𝑋2

Keterangan:

N : jumlah sampel

Zα :deviat baku alpha

Zβ : deviat baku beta

S : standar deviasi gabungan

X1 – X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan kesalahan tipe I adalah 5%


sehingga nilai Zα yang dipakai adalah 1,645. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar
10%, maka Zβ yang dipakai adalah 1,282. Selisih minimum yang dianggap
bermakna (X1 – X2 ) adalah 10.
24

Untuk menentukan standar deviasi gabungan peneliti menggunakan rumus


sebagai berikut:

(𝑆12 × (𝑛1 − 1) + 𝑆22 × (𝑛2 − 1))


(𝑆𝑔)2 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Sg : standar deviasi gabungan

S1 : standar deviasi kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

n1 : besar sampel kelompok pertama pada penelitian sebelumnya

S2 : standar deviasi kelompok 2

pada penelitian sebelumnya

n2 : besar sempel kelompok kedua pada penelitian sebelumnya

Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan olwh Aurelio Cayuela dan


kolega di Spanyol pada tahun 2005, didapatkan standar deviasi kelompok pertama
(kelompok laki-laki perokok) 24,6 dengan jumlah sampel 120 orang, sementara
standar deviasi kelompok kedua (kelompok laki-laki bukan perokok) 23,2 dengan
jumlah sampel 120 orang. Sehingga hasil perhitungannya:

(24,62 ×(120−1)+23,22 ×(120−1))


(𝑆𝑔)2 = = 24
120+120−2

Sehingga jumlah sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini :

(1,645+1,282)24 2
𝑁1 = 𝑁2 = 2 ( ) = 99 orang ( masing – masing kelompok ).
10

Pada penelitian kali terdapat 2 faktor perancu yang tidak dapat dieksklusi
yaitu masalah sosial masing – masing subjek penelitian dan kebiasaan buruk lain
selain merokok. Sehingga untuk jumlah sempel ditambah 30 subjek untuk setiap
kelompoknya, dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah faktor perancu x 10 = 20 + 10 subjek
= 30
Sehingga jumlah subjek penelitian yang dibutuhkan untuk penelitian ini
adalah 129 responden perokok dan 129 responden non perokok.
25

3.6 Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini memiliki tahapan kerja sebagai berikut:

1. Tahap persiapan
2. Memberikan lembar informed concern kepada subjek penelitian.
3. Subjek penelitian mengisi lembar informed concern sebagai tanda
persetujuan untuk mengikuti penelitian ini.
4. Pengambilan data pribadi, frekuensi merokok, serta tingkat ketergantungan
terhadap nikotin.
5. Penilaian kualitas hidup subjek penelitian secara perseptif subjek penelitian
dengan pengisian kuesioner SF-36v2
6. Pengolahan data

3.7 Pengolahan Data

Data yang sudah didapatkan dari kuesioner data pribadi, fekuensi merokok,
dan tingkat ketergantungan terhadap nikotin dimasukkan ke dalam microsoft excel
untuk pendataan. Sementara data yang didapatkan dari kuesioner SF-36v2 dihitung
secara manual dengan panduan skoring yang direkomendasikan oleh Research and
Development Corporation (RAND).

Data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS v20 dan dianalisa
secara deskriptif untuk mengetahui rata-rata dan standar deviasi jika distribusi
normal atau nilai median dan nilai rentang minimal maksimal jika distribusi tidak
nomal. Untuk mengetahui normalitas disitribusi data digunakan uji Kolmogorov-
Smirnov.31

Uji hipotesis perbandingan skor kualitas hidup SF-36v2 pada perokok dan
non perokok menggunakan uji t-test tidak berpasangan jika distribusi data normal
dan uji Mann-Whitney jika distribusi data tidak normal. Sedangkan untuk menguji
kebermaknaan skala kategorik pada data menggunakan uji Chi-square jika jenis
tabelnya adalah 2x2 dan uji Kolmogorov-Smirnov jika jenis tabelnya adalah 2xK
dengan tidak memenuhi syarat uji Chi-Square. Kemudian untuk uji komparatif
numeric dengan kategori kelompok berjenjang tidak sama besar maka digunakan
26

uji Jonckheere-Trpstra. Hasil uji dikatakan bermakna jika nilai P sebesar kurang
dari 0,05.31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan di dua lokasi yang berbeda, yaitu


di daerah kecamatan Ciputat Tangerang Selatan dan kecamatan Kandangan Kediri.
Subjek penelitian yang berhasil dikumpulkan sebanyak 146 laki-laki yang terdiri
dari 83 perokok dan 63 non perokok.

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian

Perokok Non Perokok


P value
n % N %
Usia (tahun) 0,506*
25 s.d 34 10 12 15 23,8
35 s.d 44 35 42,2 20 31,7
45 s.d 55 38 45,8 28 44,4
Median (min – maks) 44 (28,59 – 54,95) 42,8 (25,07 – 53,56)
Pendidikan terakhir 0,049***
Tidak sekolah 3 3,6 2 3,2
SD – SMP 33 39,8 11 17,5
SMA – S2 47 56,6 50 79,4
Tingkat aktivitas fisik 0,401**
Rendah 16 19,3 15 23,8
Sedang 48 57,8 39 61,9
Cukup 19 22,9 9 14,3
Penghasilan per bulan (Rp.) 0,008**
< 1.500.000 34 41 20 31,7
1.500.000 – 2.500.000 36 43,4 19 30,2
> 2.500.000 13 15,7 24 38.1
Total 83 100 63 100
*
Uji Mann-Whitney **Uji Chi-Square ***Uji Kolmogorov-Smirnov

Pada penelitian ini didapatkan median usia perokok adalah 44 tahun


sedangkan pada kelompok non perokok adalah 42,8 tahun. Kelompok usia
terbanyak pada perokok dan non perokok adalah usia 45 sampai dengan 55 tahun
dengan jumlah masing-masing 38 orang (45,8%) dan 28 orang (44,4%). Kemudian
pada variabel pendidikan terakhir, kelompok pendidikan terakhir terbanyak pada
kedua kelompok sama yaitu antara SMA sampai dengan S2. Jumlah perokok

27
28

berpendidikan terakhir SMA sampai dengan S2 sebanyak 47 orang (56,6%),


sedangkan jumlah non perokok berpendidikan terakhir SMA sampai dengan S2
sebanyak 50 orang (79,4%).

Aktivitas fisik terbanyak pada kedua kelompok adalah aktivitas pada tingkat
sedang (perokok 48 (57,8%) orang dan non perokok 39 (61,9%) orang).
Penghasilan perbulan perokok antara Rp 1.500.000 – Rp. 2.500.000 sebanyak 36
orang (43,4%). Sedangkan pada kelompok non perokok, 24 (38,1%) responden
berpenghasilan lebih dari Rp. 2.500.000.

Tabel 4.2 Karakteristik responden perokok

n %
Brinkman Index
Perokok ringan (<201) 33 39,8
Perokok Sedang (200 -
37 44,6
600)
Perokok berat (>600) 13 15,7
Median (min-maks) 240 (6 – 1476)
Jenis Rokok
Filter 56 67,5
Kretek 27 32,5
Respon Keluarga
Keluarga menegur 49 59
Keluarga membiarkan 32 39,8
Missing 1 1,2
Kemauan Berhenti Merokok
Mau berhenti 60 72,3
Tidak mau berhenti 23 27,7
Pengetahuan dampak merokok terhadap diri
Ada 57 68,7
Tidak ada 26 31,3
Pengetahuan dampak merokok terhadap lingkungan
Ada 56 67,5
Tidak ada 27 32,5
Nicotine Dependence
Skor 0 7 8,4
Ketergantungan rendah 31 37,3
Ketergantungan rendah
23 27,7
sampai sedang
Ketergantungan sedang 18 21,7
Ketergantungan tinggi 4 4,8
Total 83 100
29

4.1.2. Karakteristik Responden Perokok

Jumlah subjek penelitian pada responden perokok sebanyak 83 (56,85%)


orang. Median jumlah batang rokok yang dihisap per harinya adalah 12 batang.
Median lama merokok responden adalah 20 tahun. Berdasarkan kelompok indeks
brinkman, subjek penelitian terbanyak berada pada kelompok perokok sedang
dengan jumlah 37 (44,6%) orang (tabel 4.2).

4.1.3. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok

Tabel 4.3 Skor kualitas hidup perokok dan non perokok

Perokok Non Perokok


p value*
Median (min-maks) Median (min-maks)
Health transition (HT) 50 (0 – 100) 50 (0 – 100) 0,049
Physical Component 69,37 (30,63 – 97,5) 74,37 (36,88 – 97,5) 0,077
Summary (PCS)
Mental Component 72,08 (34,27 – 95,94) 76,87 (47,92 – 97,19) 0,023
Summary (MCS)
*Uji Mann-Whitney

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing bagian antara


kelompok perokok dan non perokok memiliki perbedaan skor kecuali pada skor
health transtition. Namun dari beberapa bagian tersebut hanya skor kesehatan jiwa
dan transisi kesehatan yang bermakna secara statistik. Median dari skor kesehatan
jiwa perokok 72,08 sedang skor kesehatan jiwa non perokok sebesar 76,87. Skor
transisi kesehatan kedua kelompok memiliki median yang sama namun dengan
gambaran frekuensi yang berbeda dan akan dibahas di bagian selanjutnya.

4.1.4. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada indeks Brinkman,


Ketergantungan Nikotin, dan aktivitas fisik

Hasil analisis perbedaan kualitas hidup antar kelompok indeks Brinkman


(tabel 4.4) menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada skor
kesehatan fisik dan jiwa. Uji post hoc memberikan informasi bahwa pada skor
kesehatan fisik dan jiwa didapatkan perbedaan yang bermakna antara non perokok
dengan perokok berat (Jonckheere-Trpstra, post hoc p = PCS 0,017 dan p = MCS
0,007).
30

Perbedaan skor fisik dan jiwa yang bermakna juga terdapat pada tingkat
ketergantungan nikotin. Perbedaan bermakna terletak pada responden tidak
ketergantungan dengan responden ketergantungan rendah sampai sedang (post hoc
p PCS = 0,004 MCS = 0,012). Hasil sedikit berbeda pada tingkat aktivitas fisik
dimana kebermaknaan hanya didapatkan pada skor kesehatan fisik antara kelompok
dengan aktivitas fisik rendah dan cukup (post hoc = 0,04 ).

Tabel 4.4 Analisis perbedaan skor kualitas hidup

Uji Jonckheere-Trpstra Skor Kesehatan Skor Kesehatan


Fisik (PCS) Jiwa (MCS)
Kelompok Indeks Brinkman
p value 0,037 0,008
Aktivitas Fisik
p value 0,046 0,233
Ketergantungan Nikotin
P value 0,025 0,006

4.1.5. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada Daerah Asal

Asal responden penelitian ini terdiri dari dua tempat utama yaitu daerah
sekitar Ciputat Tangerang Selatan dan daerah sekitar Kandangan – Kediri. Tabel
4.5 menampilkan hasil perbandingan skor kualitas hidup dua daerah tersebut. Skor
kesehatan fisik dan jiwa responden dari Kediri lebih tinggi dibanding responden
dari Ciputat.

Tabel 4.5 Perbandingan skor kualitas hidup antara daerah asal

Kediri Ciputat p
Median (min-maks) Median (min-maks) value
Health transition (HT) 50 (0 – 75) 25 (0 – 100) 0,084
Physical Component 78,12 (36,88 – 97,5) 65,16 (30,63 – 94,69) 0,0001
Summary (PCS)
Mental Component 80,31 (36,25 – 97,19) 68,64 (34,27 – 96,35) 0,0001
Summary (MCS)
*Uji Mann-Whitney

4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok

Perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok
terdapat pada skor kesehatan jiwa (MCS) dan transisi kesehatan (HT) (HT 50 : 50
31

p<0,05 dan MCS 72,08 : 76,87 p < 0,05). Perbedaan pada dua bagian ini tidak
terlalu besar dan keduanya berada pada skor yang tinggi sehingga tidak bermakna
secara klinis. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Samardzic dan Marvinac
(2009) yang menyatakan bahwa skor SF-36v2 perokok sedikit lebih rendah
dibanding dengan non perokok. Perbedaan bermakna ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Funahashi, et al (2010) yang menyatakan hal yang berbeda bahwa tidak
ada perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok 1,7,15,35

Perbedaan skor kualitas hidup jiwa dan transisi kesehatan antara perokok
dan non perokok dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi,
yaitu:

1. Perilaku merokok
Perilaku merokok muncul karena banyak faktor diantaranya paparan stres, ajakan
teman, mengikuti orang tua, karena iklan, dan lain sebagainya. Paparan stres
menjadi salah satu faktor penyebab karena perokok mengharapkan efek rasa tenang
ketika menghisap rokok. Efek ini muncul akibat kerja nikotin yang memicu
pelepasan hormon ‘bahagia’ dopamin. Namun efek ini akan menyebabkan
ketergantungan terhadap nikotin sehingga jumlah batang rokok yang akan
dikonsumsi juga akan meningkat. Peningkatan dosis rokok dapat dilihat
berdasarkan indeks Brinkman. Dalam penelitian ini didapatkan skor kualitas hidup
fisik (PCS) dan jiwa (MCS) perokok berat lebih rendah dibanding non perokok
(PCS 74,37 : 64,53 p < 0,05 dan MCS 76,56 : 63,43 p < 0,01). Perbedaan ini
menunjukkan bahwa efek merokok terhadap kualitas hidup akan benar-benar
muncul ketika perokok sudah mengkonsumsi rokok dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang lebih lama (kelompok perokok berat dalam indeks Brinkman).
Efek kronis rokok dapat mengenai ke berbagai organ tubuh sehingga perokok
merasa kesehatannya lebih buruk dibanding sebelumnya. Efek kronis ini dapat
dilihat dari skor transisi kesehatan (HT) non perokok yang lebih baik dibanding
perokok (Mann-Whitney, HT 50 : 50 p<0,05).1,2,7,13,17,18
2. Aktivitas fisik

Hasil uji analisa kualitas hidup antara tingkat aktivitas fisik (tabel 4.4)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara responden dengan
32

aktivitas fisik rendah dan cukup. Perbedaan skor ini sesuai dengan penelitian
Anokye, et al (2012) dan Ferucci, et al (1999) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat aktivtias fisik dengan kualitas hidup. Pengaruh aktivitas
fisik terhadap skor kualitas hidup dalam penelitian ini dapat dikontrol (hubungan
aktivitas fisik perokok dan non perokok p > 0,05). Perbaikan skor kualitas dengan
aktivitas fisik berkaitan dengan manfaat aktivitas fisik pada dua hal, yaitu
kebugaran tubuh dan manfaat psikologis.24,37

3. Usia

Usia dapat memengaruhi kualitas hidup perokok dan non perokok. Perbandingan
usia antara perokok dan non perokok dalam penelitian ini tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna sehingga faktor perancu usia dapat dikontrol (Mann-
Whitney, p > 0,05).12

4. Pendidikan Terakhir

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan


perilaku merokok. Salah satu unsur untuk dapat memahami dengan baik mengenai
bahaya merokok adalah pendidikan yang baik. Sehingga ketika seseorang memiliki
derajat pendidikan lebih tinggi maka kemungkinan untuk memiliki perilaku
merokok akan semakin lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Pendidikan juga dapat
memengaruhi pergaulan, orang dengan tingkat pendidikan rendah berpotensi
dalam kehidupan sehari-hari untuk bergaul dengan orang berpendidikan rendah
juga. Ketika bergaul dengan orang berpendidikan rendah maka perilaku teman
pergaulan tersebut dapat memengaruhi secara langsung maupun tidak langsung.
Kejadian tersebut berkaitan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan maka
akan semakin bertambah pengetahuan tentang bahaya merokok sehingga
kemampuan berpikir rasional dan kritis untuk mempertimbangkan bahaya
merokok serta menghindari perilaku merokok semakin meningkat. 20-22,26

5. Penghasilan

Analisa hubungan antara tingkat penghasilan perokok dan non perokok pada
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku merokok
dengan tingkat penghasilan (p = 0,008). Rokok mengandung nikotin yang dapat
33

menyebabkan ketergantungan. Peningkatan jumlah rokok yang dikonsumsi


berkaitan dengan mekanisme dependensi akibat nikotin. Hal ini menyebabkan
peningkatan konsumsi rokok setiap harinya. Akibat peningkatan pengeluaran uang
untuk membeli rokok maka pemenuhan kebutuhan hidup lainnya tidak dapat
tercapai. Faktor ini tentunya dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang terutama
pada segi kejiwaan.19

6. Persepsi terhadap kualitas hidup dan paparan sosial.

Responden dalam penelitian ini berasal dari dua daerah yang berbeda. Perbedaan
daerah akan menyebabkan perbedaan gaya hidup, paparan stres sosial, dan persepsi
terhadap kualitas hidup. Perbandingan kualitas hidup antara kedua daerah
didapatkan perbedaan kualitas hidup fisik (PCS) dan jiwa (MCS) yang bermakna
antara responden dari daerah Kediri dan Ciputat (Mann-Whitney PCS 78,12 vs
65,16 p<0,001 dan MCS 80,31 vs 68,64 p<0,001). 24,37,38

4.3.Aspek Keislaman

Kualitas hidup didefinisikan oleh setiap orang dan setiap disiplin ilmu
pengetahuan secara beragam. Definisinya akan berbeda-beda dengan bergantung
pada persepsi dan standar masing-masing. Dalam pandangan Allah manusia yang
paling berkualitas itu tidak beragam penilainnya. Penilaian Allah terhadap orang
yang berkualitas cukup berdasarkan ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman
dalam QS. al-Hujurat ayat 13: ‘Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa’. Maha benar Allah dengan
segala firman-Nya. Taqwa secara istilah berarti sikap untuk selalu melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perintah Allah merupakan
perintah untuk melakukan perbuatan, sikap, dan perilaku baik dan menjauhi segala
perbuatan, sikap, dan perilaku yang tercela. Konsep ketaqwaan ini dijadikan Allah
sebagai standar ukur kualitas seseorang karena dengan taqwa akan membawa
semua kebaikan, baik kebaikan di dunia dan di akhirat serta menjauhkan seseorang
dari segala keburukan. Sehingga semua manfaat taqwa tersebut akan membawa
seseorang menjadi manusia yang memiliki gaya hidup sehat, bahagia dan
sejahtera.39
34

4.4. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu:

1. Subjek penelitian masih belum memenuhi perhitungan jumlah minimal sampel


akibat sulitnya mencari responden yang bersedia serta memenuhi kriteria untuk
dijadikan partisipan dalam penelitian ini. Jumlah subjek juga berkurang akibat
penggunaan kuesioner SF-36v2 yang bersifat self assessment (harus dibaca
sendiri) membuat beberapa responden kesulitan untuk mengisi sehingga tidak
bersedia untuk mengisi.
2. Pengambilan sampel dilaksanakan pada kelompok responden yang berbeda
daerah sehingga kemungkinan dapat menyebabkan beberapa perbedaan
diantaranya adalah gaya hidup, paparan variabel perancu, serta persepsi
mengenai kualitas hidup.
3. Faktor perancu mengenai masalah sosial tidak dapat dikontrol oleh peneliti.
4. Pengelompokan responden berdasarkan aktivitas fisik hanya berdasarkan
persepsi peneliti terhadap pekerjaan sehari-hari sehingga tingkat akurasinya
kurang.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Rokok dapat menjadi faktor yang memengaruhi penurunan skor kualitas


hidup perokok.
2. Terdapat perbedaan bermakna skor kesehatan jiwa (MCS) antara perokok
(median = 72,08) dengan non perokok (median = 76,87) laki-laki (U =
3.189,5; p < 0,05; Z=2,272; r = 0,188).
3. Terdapat perbedaan bermakna skor transisi kesehatan antara perokok
(median = 50) dengan non perokok (median = 50) laki-laki (U = 2.152,5; p
<0,05; Z = -1,972; r = -0,16).

5.2. Saran

1. Penelitian dengan tema yang sama perlu penambahan jumlah sampel sampai
memenuhi perhitungan jumlah sampel (129 setiap kelompok).
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan instrumen yang lebih
spesifik untuk menilai kualitas hidup perokok.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut mengenai
penurunan kualitas hidup perokok dari segi kesehatan jiwa (dapat
menggunakan instrumen spesifik untuk menilai kualitas hidup dari segi
kesehatan jiwa).
4. Penelitian yang fokus pada perbandingan skor kualitas hidup antara indeks
Brinkman sebaiknya setiap kelompok indeks Brinkman jumlah
respondennya sebanyak 40 per kelompok agar dapat memberikan hasil
yang tepat.
5. Pertanyaan penghasilan pada data responden sebaiknya berdasarkan di atas
dan di bawah UMR agar lebih mudah menyesuaikan dengan standar
lingkungan setempat.
6. Informasi mengenai tingkat aktivitas fisik sebaiknya harus didata dengan
pertanyaan yang lebih spesifik.

35
36

7. Hasil kuantitatif akan semakin bagus jika dilengkapi dengan data kualitatif
(misal dengan metode focus group discussion) untuk memeroleh informasi
mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman responden.
37

DAFTAR PUSTAKA

1. Senka S, Gorka VM. Health related quality of life of smokers in


Croatia. Coll. Antropol. 2009; 33(1): 107-8.
2. Koichi F, Ippei T, Kazuma D, Masashi M, Takashi U, Shigeyuki N.
Smoking habits and health-related quality of life in a rural Japanese
population. Qual Life Res. 2010 Sept; 20: 1-3.
3. Talhout R, Schulz T, Florek E, Benthem JV, Wester P, Opperhutzen A.
Hazardous compounds in tobacco smoke. Int. J. Environ. Res. Public
Health. 2011 Febr; 8: 613-6.
4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) [Internet]. Atlanta:
Centers for Disease Control and Prevention (CDC); 2011 [disitasi pada 13
April 2015]. Tersedia di: www.cdc.gov/hrqol/concept.htm
5. Fayers PM, Machin D. Quality of life: assessment, analysis, and
interpretation. Chichester: John Wiley & Sons, ltd; 2000.
6. Forbush SW, Nof L, Echternach J, Hill C. Influence of activity on quality
of life scores after RYGBP. OBES SURG. 2011; 21: 1296-8.
7. Ware JE, Kosinki M, Bjorner JB, Turner-Bowker DM, Gandek B, Maruish
ME. SF-36v2 Health survey: a primer for healthcare providers. Lincoln:
QualityMetric Inc; 2008.
8. Ware JE. SF-36.org [Internet]. [Tempat tidak diketahui]: Quality Metric;
[Tanggal tidak diketahui; disitasi pada 20 April 2015]. Tersedia di:
www.sf-36.org/tools/SF36.shtml#VERS2
9. Gu D, Wu X, Reynolds K, Duan X, Xin X, Reynolds RF, et al. Cigarette
smoking and exposure to environmental tobacco smoke in China: the
international collaborative study of cardiovascular disease in Asia. Am J
Public Health 2004 November; 94(11): 1-3.
10. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) [Internet]. Atlanta:
Centers for Disease Control and Prevention (CDC); 2009 [disitasi pada 30
April 2015]. Tersedia
di:http://www.cdc.gov/nchs/nhis/tobacco/tobacco_recodes.htm
38

11. Schane RE, Ling PM, Glantz SA. Health effects of light and intermittent
smoking: a review. Circ. 2010 Apr; 121(31): 1-3.
12. Indonesia. BALITBANG Kesehatan Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar:
RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
13. Hammer GD, McPhee SJ. Pathophysiology of disease: an introduction to
clinical medicine. 7th Edition. New York: McGraw-Hill Education; 2014.
14. Cayuela A, Rodriguez-Dominguez S, Otero R. Deteriorated helath-related
quality of life in healthy male smokers. Arch Bronconeumol. 2007; 43(2):
59-63.
15. Scotland. Scottish Executive Social Research. Quality of life and well-
being: measuring the benefits of culture and sport. Scotland: Scottish
Executive Social Research; 2005.
16. Orme ME, Hogue SL, Kennedy LM, Paine AC, Godfrey C. Development
of the health and economic consequences of smoking interactive model.
Tob Control. 2001; 10: 55-61.
17. Hata K, Nakagawa T, Mizuno M, Yanagi N, Kitamura H, Hayashi T, et al.
Relationship between smoking and a new index of arterial stiffness, the
cardio-ankle vascular index, in male workers: a cross-sectional study. Tob
Induc Dis. 2012; 10(11): 1-5.
18. Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-induced
disease, and therapeutics. Annu Rev Pharmacol Toxicol. 2009; 49: 1-5.
19. Benowitz NL. Nicotine Addiction. N Engl J Med. 2010 Juni; 362(24): 1-
3.
20. Sirait AM, Pradono Y, Toruan IL. Perilaku merokok di Indonesia. Bul.
Panel Kesehatan. 2002; 30: 3-6.
21. Kuntara W. Hubungan antara tingkat pengetahuan penyakit akibat
merokok dengan perilaku merokok pada usia dewasa awal di desa
Kacangan kecamatan Andong kabupaten Boyolali. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2012: 10.
22. Amarudin MD. Perbedaan perilaku merokok ditinjau dari tingkat
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2014: 1-3.
39

23. Hasnida, Kemala I. Hubungan antara stress dan perilaku merokok pada
remaja laki-laki. Universitas Sumatera Utara. 2005 Desember: 1-3.
24. Anokye NK, Trueman P, Green C, Pavey TG, Taylor RS. Physical activity
and health related quality of life. BMC Public Health. 2012; 12: 1-6.
25. Azagba S, Sharaf MF. The effect of job stress on smoking and alcohol
consumption. Health Economics Review. 2011; 1(15): 9.
26. Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran perokok dan angka
kejadian lesi mukosa mulut di desa Monsongan kecamatan Banggai
Tengah. Universitas Sam Ratulangi Manado. 2012: 39-41.
27. Jode J. Gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang
datang berobat ke bagian penyakit dalam RSUP H. Adam Malik Medan.
2010.
28. Kualendran T. Tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok di kalangan
mahasiswa laki-laki fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan Stambuk 2010. Universitas Sumatera Utara. 2013.
29. Muragundi PM, Tumkur AM, Shetty RK, Naik AN. Health-related quality
of life measurement. J Young Pharm.2012; 4(1): 54.
30. Testa MA, Simonson DC. Assessment of quality-of-life outcomes. N Engl
J Med. 1996 Maret; 334(13): 835-8.
31. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
32. Indonesia. BALITBANG Kesehatan Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar:
RISKESDAS 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.
33. Suryawati R. Rokok sebagai faktor predisposisi terjadinya leukoplakia.
Universitas Sumatera. 2009.
34. Anda RF, Williamson DF, Escobedo LG, Mast EE, Giovino GA,
Remington PL. Depression and the dynamics of smoking: a national
perspective. JAMA. 1990 September; 264(12): 1543.
35. Cooper TV, Resor MR, Stoever CJ, Dubbert PM. Physical activity and
physical activity adherence in the eldery based on smoking status. Addict.
Behav. 2007; 32: 2270-3.
40

36. Laaksonen M, Rahkonen O, Martikainen P, Karvonen S, Lahelma E.


Smoking and SF-36 health functioning. Prev. Med. 2006 Januari; 42:206-
9.
37. Ferrucci L, Izmirlian G, Leveille S, Phillips CL, Corti MC, Brock DB, et
al. Smoking, physical activity, and active life expectancy. Am J Epidemiol.
1999; 149:643-53.
38. Pradono J, Hapsari D, Sari P. Kualitas hidup penduduk Indonesia menurut
International Classification of Functioning, Disability and Health (IFC)
dan factor-faktor yang mempengaruhinya: analisa lanjut data
RISKESDAS 2007. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi;
2007:17-9.
39. Nur FS. Nashaihul ‘ibad kumpulan nasihat pilihan syeikh Nawawi al-
Bantani. Jakarta. Turos; 2014.
41

LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Persetujuan Etik
42

Lampiran 2
Formulir Inform Consent dan Data Responden

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


Judul Penelitian:

Peran rokok terhadap skor kualitas hidup.

Peneliti Utama:

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Kertamukti
Pisangan Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-7401925

Kontak pada keadaan darurat:

Peneliti Utama : drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD (0817-0710263)

Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda bersifat sukarela,
dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau menolaknya. Anda juga bebas berbicara
karena kerahasiaan Anda terjamin.

Sebelum membuat keputusan, Anda akan diberitahu detail penelitian ini berikut
kemungkinan manfaat dan risikonya, serta apa yang harus Anda kerjakan. Tim peneliti
akan menerangkan tujuan penelitian ini dan memberikan formulir persetujuan untuk
dibaca. Anda tidak harus memberikan keputusan saat ini juga, formulir persetujuan dapat
Anda bawa ke rumah untuk didiskusikan dengan keluarga, sahabat atau dokter Anda.

Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir
persetujuan ini. Mohon menanyakan kepada dokter atau staf peneliti mengenai apapun
yang tidak Anda pahami, termasuk istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini
dibacakan oleh peneliti. Bila Anda bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta
menandatangani formulir ini dan salinannya akan diberikan kepada Anda.

Apa tujuan penelitian ini?

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan rongga mulut para pria perokok dan non-
perokok dan mengukur salivary flow rate, derajat keasaman, kadar ion kalsium, kadar
43

protein total pada salivanya.

Mengapa saya diminta untuk berpartisipasi?

Anda diminta berpartisipasi karena Anda telah merokok rutin selama minimal 5 tahun dan
telah memenuhi kriteria penelitian ini atau sebagai kelompok kontrol yang tidak pernah
merokok sama sekali.

Berapa banyak orang yang mengikuti penelitian ini?


Lima puluh perokok dan lima puluh non-perokok akan mengikuti penelitian ini.

Di mana penelitian akan berlangsung?

Penelitian akan dilakukan di Medical Research Laboratory, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

Apa yang harus saya lakukan?

Jika memenuhi kriteria, Anda akan diikutkan dalam penelitian. Jika Anda setuju untuk
mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh prosedur penelitian termasuk
mengisi rekam medis, pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, dan pengumpulan saliva.

Pengisian Rekam Medis untuk mengumpulkan informasi

Anda akan mengisi rekam medis dengan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui data
pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah rokok yang dikonsumsi,
kebiasaan mengenai pola makan dan menjaga kebersihan rongga mulut serta, mengenai
keluhan di rongga mulut.

Pemeriksaan fisik dan gigi mulut

Anda akan menjalani pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Untuk pemeriksaan gigi mulut untuk mengetahui adanya kelainan rongga mulut berupa
radang gusi, kerusakan jaringan penyangga gigi, gigi berlubang, infeksi jamur rongga
mulut, sudut bibir pecah-pecah & meradang, sindroma mulut terbakar, serta pengukuran
banyaknya ludah yang dihasilkan dan derajat keasaman saliva (ludah).

Pengumpulan saliva

Anda akan diminta untuk mengumpulkan ludah selama kurang lebih 5 menit didalam
mulut, lalu meludahkannya kedalam tabung steril. Ludah Anda akan dikumpulkan kurang
lebih sebanyak 1 ml.
44

Pengisian Kuisioner SF-36

Anda akan diminta untuk mengisi kuisioner pengukuran skor kualitas hidup. Di dalam
kuisioner tersebut terdapat 36 poin pertanyaan. Silahkan diisi sesuai dengan keadaan
yang sebenar-benarnya, sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh Anda.

Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini? Dapatkah saya berhenti dari
penelitian sebelum waktunya?


Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 1.5 jam dengan rincian, 30 menit untuk
mengisi rekam medis, 30 menit pemeriksaan fisik dan gigi mulut, dan 15 menit untuk
pengumpulan ludah, dan 15 menit untuk Pengisian kuisioner

Akankah saya mendapat kompensasi?

Anda akan menerima souvenir dari Tim Peneliti untuk serangkaian penelitian ini. Souvenir
ini diberikan sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Anda dalam penelitian ini. Anda
juga dapat berkonsultasi masalah gigi, mulut dan kesehatan secara umum kepada dokter
dan dokter gigi.

Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya
tentang hak-hak saya sebagai subyek penelitian?

Jika Anda memiliki pertanyaan maupun keluhan berkaitan dengan partisipasi Anda atau
hak- hak sebagai subyek penelitian, Anda dapat menghubungi Peneliti Utama pada nomor
telepon yang tercantum di halaman pertama formulir ini, jika anggota tim peneliti tidak
dapat dihubungi.

Ketika Anda menandatangani formulir ini, Anda setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Ini berarti Anda sudah membaca informed consent, pertanyaan Anda telah
dijawab, dan Anda memutuskan untuk berpartisipasi.

Nama Partisipan Tanda tangan Tanggal

Nama Pengumpul data Tanda tangan Tanggal


45

Jam Pemeriksaan: …………………

DATA PRIBADI

Nama : ……………………………………... Jenis Kelamin : L/P


TTL : ........................................

Alamat : ......................................................................................................................................

Telepon : ........................ HP : …………….


Berat Badan : ................. kg
Tinggi Badan : ................. cm
IMT : ........................

Pekerjaan : ........................ Status Marital : …………….


Agama : …………….
Penghasilan :
/
bulan
2. 1.500.000- 3. 2.500.000- 4. >3.500.000 5. …………….
1. <1.500.000 2.500.000 3.500.000
:
Pendidikan SMA/S1/S2/S3/…
: …
Status

PENYAKIT SISTEMIK : (jawab dengan ADA atau TIDAK ADA dan obat-obatan)

Hepatitis B/C :
HIV :
TBC :

Diabetes Mellitus :

Hipertensi :
46

FREKUENSI MEROKOK

1. Apakah anda hampir setiap hari merokok:


1) Ya
2) Tidak, berapa hari dalam seminggu anda merokok …………..
2. Berapa rata-rata jumlah batang rokok yang anda habiskan dalam sehari: …………..
batang/hari
3. Jenis rokok yang biasa anda konsumsi:
1) Kretek
2) Filter
3) Membuat sendiri
4) Lainnya: …………..
4. Sudah berapa lama anda mulai merokok: ………….. tahun
5. Apakah alasan anda pertama kali merokok?
1) iseng
2) penasaran/coba-coba
3) diajak/dipaksa teman
4) mencontoh orang tua
5) terlihat dewasa/keren
6) terlihat seperti tokoh idola
7) lainnya....
6. Siapa yang pertama kali memperngaruhi kamu untuk merokok
1) tidak ada
2) orang tua
3) saudara
4) teman
5) iklan
6) lainnya....
7. Dimana biasanya anda merokok
1) di rumah
2) di tempat kerja
3) di tempat teman
4) di tempat umum
5) lainnya....
47

8. Biasanya anda mendapatkan rokok darimana


1) orang tua
2) teman
3) beli sendiri
4) lainnya
9. Keadaan apa yang membuat anda merokok
1) saat bosan
2) saat stress/kesal/marah
3) merasa gugup/hilangkan ketegangan
4) saat mulut merasa tidak enak
5) saat santai/iseng
6) saat melihat orang merokok
7) lainnya
48

KEINGINAN BERHENTI MEROKOK


Diadopsi dari WHO
1. Apakah anda pernah mencoba berhenti merokok
1) Ya
2) Tidak (langsung ke pertanyaan No.16)
2. Kapan anda mencoba berhenti merokok: ………….. tahun
3. Berapa kali anda berusaha berhenti merokok?.......... kali
4. Apakah anda sukses dalam berhenti merokok pada saat itu?
1) Ya
2) Tidak
5. Berapa lama anda berhenti merokok pada saat itu?....... hari
6. Apa cara yang anda gunakan untuk berhenti merokok pada saat itu?
1) ke dokter
2) Permen
3) Obat
4) lainnya ....

7. Apakah anda mau berhenti merokok?


1) Ya, karena....
2) Tidak
8. Bagaimana tindakan keluarga saat anda merokok
1) ditegur
2) dibiarkan
3) lainnya....
9. Seberapa besar pengaruh iklan dalam mempengaruhi anda merokok
1) besar sekali
2) besar
3) biasa saja
4) tidak ada pengaruh
5) sangat tidak ada pengaruh
10. Keadaan apa yang anda peroleh dari setelah merokok
1) memberi kenikmatan
2) memberi rasa percaya diri
49

3) membantu melepaskan rasa tertekan oleh masalah


4) dapat memusatkan konsentrasi
11. Menurut Anda, apakah ada dampak merokok terhadap Anda?
1) Ya, ada. ..........
2) Tidak
12. Menurut Anda, adakah dampak rokok terhadap lingkungan?
1) Ya, ada. ..........
2) Tidak
50

KETERGANTUNGAN TERHADAP NIKOTIN

Diadopsi dari Fagerstrom Nicotine Dependence


1. Seberapa cepat anda merokok yang pertama kali setelah anda bangun tidur?
 Setelah 60 menit (0)
 31-60 menit (1)
 6-30 menit (2)
 dalam 5 menit (3)
2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidak merokok didaerah yang
terlarang/dilarang merokok
 Tidak (0)
 Ya (1)
3. Kapan paling sulit bagi anda untuk tidak merokok?
 Merokok pertama kali pada pagi hari (1)
 Waktu lainnya (0)
4. Berapa batang rokok anda habiskan dalam sehari?
 10 atau kurang dari itu (0)
 11-20 (1)
 21-30 (2)
 31 atau lebih (3)
5. Apakah anda lebih sering merokok pada jam-jam pertama bagun tidur
dibandingkan dengan waktu lainnya?
 Tidak (0)
 Ya (0)
6. Apakah anda merokok walaupun sedang sakit sampai hanya tiduran ditempat
tidur hampir sepanjang hari ?
 Tidak (0)
 Ya (1)

Kesimpulan:

Jumlah Skor:………………… Intepretasi:…………………….

1-2: Ketergantungan rendah


51

3-4: Ketergantungan rendah sampai sedang


5-7: Ketergantungan sedang
8 + : Ketergantungan tinggi

RIWAYAT GIGI DAN MULUT

Kunjungan terakhir ke drg. :

Jenis perawatan :

Frekuensi & waktu sikat gigi : Kali/hari; pagi / siang / sore / malam

Penggunaan obat kumur : Ya / Tidak; ........ kali/hari; Merek.............

Keluhan mulut kering : Ya / Tidak; Sejak ............. hari/minggu/bulan/tahun

Asupan air putih/hari : Gelas


52

SALIVA

Laju aliran saliva tanpa stimulasi : ml/menit

pH :

Ion Ca :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

Debris index Debris index

Calculus index Calculus index

CPITN CPITN

CPITN CPITN

Calculus index Calculus index

Debris index Debris Index

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

GI  tidak dapat digantikan

6 1 4

GI=
53

4 1 6

DEBRIS INDEX (DI)

0 : Tidak ada debris/stain

1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa
adanya debris pada permukaan gigi tersebut

2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan
gigi

3 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

CALCULUS INDEX (CI)  pengganti : 21/41

0 : Tidak ada kalkulus

1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di servikal gigi

3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus subgingiva yang menutupi atau
melingkari permukaan servikal gigi

GINGIVAL INDEX (GI)  tidak dapat digantikan

0 : Gingiva normal

1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat probing

2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing

3 : Inflamasi berat, kemerahan & edema yang jelas, ulserasi. Kecenderungan untuk perdarahan spontan
54

Lampiran 3
Kuesioner SF-36v2
55
56
57
58
59
60

Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian

Pengisian Informed Consent, Rekam Medis dan Kuesioner SF-36v2


61

Lampiran 5
Riwayat Penulis

Identitas :

Nama : Faruq Yufarriqu Mufaza


Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Kediri, 28 Maret 1994
Agama : Islam
Alamat : Gg. Masjid 01/02 dsn./ds. Banaran Kec.
Kandangan Kab. Kediri 64294
Email : faruqriko@gmail.com

Riwayat Pendidikan:

2000-2006 : MI Miftahul Ulum Kandangan


2006-2009 : SMP Negeri 1 Kandangan
2009-2012 : MAN Tambakberas Bahrul Ulum Jombang
2012-sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai