OLEH:
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Segala puji bagi Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan, baik nikmat
iman, islam, dan kesehatan, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan
penelitian dengan judul “Peran Rokok Terhadap Kualitas Hidup (Evaluasi
menggunakan kuesioner SF-36v2 antara perokok dan non perokok laki-laki)”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang selalu menjadi tauladan bagi umat-Nya. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penelitian ini tidak akan pernah
selesai. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M. Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp. OT selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter FKIK UIN Jakarta beserta jajarannya.
3. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku pembimbing I, terima kasih atas
waktu, tenaga, pikiran, dan semangatnya untuk membimbing penulis dari
nol hingga akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan.
4. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp. THT-KL selaku pembimbing 2, terima kasih
atas waktu, tenaga, pikiran, dan semangatnya untuk membimbing penulis
menyusun laporan penelitian ini.
5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku penanggung jawab
modul riset PSPD angkatan 2012, terima kasih atas bimbingannya pada
kami dalam menjalani penelitian ini.
6. Dengan penuh rasa hormat, terima kasih yang tak terhingga kepada kedua
orang tua penulis dan keluarga, ayahanda tercinta Fatchur Rochman sebagai
the greatest motivator ever untuk penulis serta ibunda tercinta Mustati’ul
Walidah atas bimbingan, pengorbanan, doa yang selalu dipanjatkan untuk
anak-anaknya, dan semuanya sehingga dapat menjadikan suatu washilah
bagi penulis untuk bisa menjadi seperti ini.
v
7. Adik-adik tercinta, Sahhillana Naila Salsabila dan Indana Fauzah Adzimah,
terima kasih atas rindu yang selalu diucapkan.
8. Jajaran Direktorat Pendidikan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI,
terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk kuliah
di PSPD, tanpa kesempatan itu sangat sulit bagi penulis untuk bisa masuk
kuliah di PSPD ini.
9. Teman-teman sejawat seperjuangan kelompok riset, yaitu Reza, Sari, Qori,
dan Nabila. Terima kasih atas kerja sama, dan dukungan yang sudah
diberikan.
10. Saudara satu cita-cita untuk merubah takdir bangsa 2025, seluruh keluarga
besar CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus keluarga
angkatan 2012 yang selalu mendukung penulis.
11. Responden yang bersedia meluangkan waktu untuk mengisi berkas
penelitian. Semoga kebaikan yang sudah diberikan dibalas oleh Allah SWT
dengan balasan yang berlipat ganda.
12. Teman-teman sejawat PSPD 2012 yang saya cintai.
13. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini.
Penulis menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari bentuk sempurna.
Segala kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan. Demikian laporan ini penulis susun, semoga bermanfaat untuk ilmu
pengetahuan, agama, dunia, dan setelahnya nanti. Aamiin.
vi
ABSTRAK
Faruq Yufarriqu Mufaza. Program Studi Pendidikan Dokter. Peran rokok
terhadap kualitas hidup: Evaluasi menggunakan kuisioner SF-36v2 antara
perokok dan non perokok laki-laki.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan skor kualitas hidup laki-
laki perokok dengan non perokok. Metode: Pengumpulan data dilakukan dengan
metode potong-lintang selama bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2015. Data
yang terkumpul terdiri dari formulir data pribadi, kuisioner Fagerstrom Nicotine
Dependence dan SF36v2 yang diisi lengkap oleh 146 responden laki-laki (83
perokok dan 63 non perokok) usia 25 – 55 tahun. Hasil: Median skor kesehatan
jiwa, dan transisi kesehatan perokok lebih rendah dibanding non perokok (p<0,05).
Sedangkan median skor kesehatan fisik tidak didapatkan perbedaan bermakna
antara keduanya. Berdasarkan indeks Brinkman terdapat perbedaan skor kualitas
hidup antara non perokok dengan perokok berat (p<0,05). Simpulan: Merokok
dapat memengaruhi skor kualitas hidup dengan perbedaan bermakna pada non
perokok dan perokok berat. Simpulan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
nasihat kepada perokok agar berhenti merokok sebelum terjadi efek akibat sudah
menjadi perokok berat.
Kata kunci: Merokok, kuisioner SF-36v2, kualitas hidup.
ABSTRACT
Faruq Yufarriqu Mufaza. Medical Education Study Program. The role of
smoking to the quality of life: evaluation between smoker and non smoker using
SF-36v2.
Objective: To compare the score of quality of life between male smoker and male
non smoker. Methods: This research is cross-sectional surveys that conducted from
February till July 2015. Personal form, Fagerstrom Nicotine Dependence
questionnaire, and SF-36v2 questionnaire that were completed by 146 respondents
aged 25 – 55 years (83 smoker and 63 non smoker). Results: The median of
smokers’s mental, and health transition scores were lower than non-smokers’s
(p<0,05). Whereas, there is no difference between median of the mental score from
both of them. Based on Brinkman index, there is difference score of quality of life
between non-smoker and heavy smoker (p<0,05). Conclusion: smoking cigarette
affects the score of quality of life with the statistical different between non smoker
and heavy smoker. This findings can be a valuable advice for smokers that they
should stop smoking because it lowering the quality of life.
Keywords: smoking, SF-36v2 questionnaire, quality of life.
vii
DAFTAR ISI
viii
2.3 Kerangka Konsep ............................................................................19
2.4 Definisi Operasional ........................................................................20
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................22
3.1 Desain Penelitian .............................................................................22
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................22
3.3 Alat Penelitian .................................................................................22
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................22
3.5 Jumlah Sampel .................................................................................23
3.6 Cara Kerja Penelitian .......................................................................25
3.7 Pengolahan Data ...............................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................27
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................27
4.1.1 Karakteristik Subjek Penelitian .......................................29
4.1.2 Karakteristik Responden Perokok ...................................29
4.1.3 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup .................................29
4.1.4 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada indeks Brinkman,
Ketergantungan Nikotin, dan Aktivitas Fisik ..................29
4.1.5 Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup pada Daerah Asal ...30
4.2 Pembahasan ......................................................................................30
4.2.1 Karakteristik Responden ..................................................30
4.3 Aspek Keislaman..............................................................................33
4.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................34
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia, menurut data Riskekdas 2013 secara umum ada sekitar 29,3%
penduduk Indonesia merokok dengan rincian 24,3% perokok setiap hari dan 5,0%
perokok kadang-kadang. Angka ini mengalami peningkatan dibanding dengan
tahun 2007. Ironisnya usia paling muda yang terdata adalah 10 tahun, usia yang
terlalu dini untuk mengenal rokok. Ditinjau dari segi jumlah batang yang dihisap
per hari bervariasi di setiap provinsi mulai dari yang terendah adalah DIY 10 batang
dan tertinggi Bangka Belitung 18,3 batang per hari.12
1
2
- Untuk mengetahui perbedaan skor kualitas hidup antara perokok dan non
perokok.
TINJAUAN PUSTAKA
Sekalipun istilah kualitas hidup sudah sangat sering digunakan dalam berbagai
publikasi namun konsep kualitas hidup masih sebagai konsep yang sulit untuk
didefinisikan baik pengertian maupun aspek yang memengaruhi. Karena aspek
yang memengaruhi kualitas hidup begitu luas maka banyak peneliti yang tidak bisa
memaparkan kualitas hidup secara pasti. Banyak peneliti pada akhirnya membatasi
penelitian mengenai kualitas hidup pada domain / dimensi tertentu saja.15
4
5
Jika ditinjau dari aspek yang memengaruhi kualitas hidup berkaitan dengan
kesehatan berdasarkan dimensi kuesioner SF-36v2 maka terdapat 3 bagian besar
aspek kualitas hidup, yaitu7:
1. Kesehatan fisik
2. Kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa berkaitan dengan kondisi kejiwaan secara umum, semangat dalam
menjalani aktivitas, adanya gangguan emosional seperti ansietas, depresi,
kehilangan kontrol emosi, dan kesejahteraan psikologis (ketenangan), serta peran
dari masalah kejiwaan terhadap peran sosial sehari-hari.
3. Transisi Kesehatan
Selain konsep kualitas hidup yang samar dan sulit untuk didefiniksan karena
tergantung dari pendekatan masing-masing disiplin ilmu / bagian, secara umum
faktor yang memengaruhi kualitas hidup adalah semua yang berhubungan dengan
individu sehingga setiap aspek akan saling memengaruhi kepada aspek yang lain.15
Jika meninjau pada kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan maka
faktor yang memengaruhi kualitas hidup meliputi:38
kesehatan terhadap aktivitas sosial (SF), 3) Pembatasan oleh status kesehatan jiwa
(RE), 4) Kesehatan jiwa secara umum (MH) 7.
Penilain fungsi fisik pada kuesioner SF-36v2 didapatkan dengan mengukur rerata
dari jawaban responden pada pertanyaan no.urut 3a sampai dengan 3j. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut akan menggambarkan tingkat limitasi fungsi fisik terhadap
aktivitas fisik, mulai dari aktivitas fisik berat sampai aktivitas ringan. Jika skor yang
didapatkan rendah maka mengindikasikan adanya pembatasan fungsi fisik yang
signifikan terhadap aktivitas fisik, dan jika skor yang didapatkan tinggi makan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada atau hanya ada sedikit pembatasan fungsi fisik.
Pembatasan oleh status kesehatan fisik ini meliputi: a) pembatasan pada jenis
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari lainnya, b) pengurangan jumlah waktu yang
dipakai untuk bekerja, c) kesulitan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, d) hasil
pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan. Skor RP didapatkan dengan
mengambil rerata dari jawaban responden pada pertanyaan no.urut 4a sampai
dengan 4d. Skor yang rendah mengindikasikan bahwa terdapat pembatasan
kesehatan fisik terhadap pekerjaan sehari-hari, dan jika skor yang didapatkan tinggi
maka menggambarkan sedikit atau tidak ada pembatasan oleh kesehatan fisik
terhadap pekerjaan sehari-hari.
Skor BP menggambarkan dua hal, yaitu intensitas dari nyeri seluruh badan serta
pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari. Skor BP didapatkan dari pertanyaan
nomor 7 untuk gambaran intensitas nyeri seluruh badan, dan nomor 8 untuk
gambaran pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari. Jika skor yang didapatkan
tinggi maka menunjukkan bahwa responden menilai tidak ada nyeri seluruh tubuh
dan tidak ada efek pada aktivitas sehari-hari, dan sebaliknya, jika skor yang
10
didapatkan rendah maka menunjukan bahwa adanya nyeri seluruh badan, dan
memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Yang dimaksud vitalitas hidup pada skala aspek SF-36v2 adalah penilaian
kesejahteraan diri secara subyektif. Skor VT diperoleh dengan jawaban responden
pada nomor 9a, 9e, 9g, dan 9i. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa responden
merasa memiliki energi yang penuh dan semangat yang tinggi sepanjang waktu.
Dan sebaliknya, jika skor yang diperoleh rendah maka menunjukkan bawa
responden merasa dirinya tidak memiliki energi dan tidak bersemangat sepanjang
waktu.
11
Terdapat dua pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai skor SF, yaitu nomor 6
dan 10. Pertanyaan nomor 6 menilai pengaruh kesehatan terhadap aktivitas sosial,
sedangkan pertanyaan nomor 10 menilai frekuensi masalah kesehatan
memengaruhi aktivitas sosial. Semakin rendah skor SF menunjukkan semakin
tinggi pengaruh masalah kesehatan fisik atau mental terhadap aktivitas sosial.
Terdapat tiga pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai skor RE. Pada nomor 5a
menilai pengaruh masalah emosional terhadap penurunan jumlah waktu kerja. Pada
nomor 5b menilai pengaruh masalah emosional terhadap hasil kerja lebih rendah
dari harapan. Dan pada nomor 5c menilai pengaruh masalah emosional terhadap
kehati-hatian dalam bekerja. Adanya pengaruh masalah emosional terhadap
pekerjaan akan menghasilkan skor RE yang rendah, dan jika jika tidak ada
pengaruh, maka skor RE tinggi.
Terdapat lima pertanyaan kuesioner SF-36v2 yang menilai kesehatan jiwa secara
umum, yaitu nomor 9b, 9c, 9d, 9f, dan 9h. Kesehatan jiwa yang diukur adalah ada
tidaknya empat masalah utama kejiwaan, yaitu: ansietas, depresi, kehilangan
kontrol emosi, dan kesejahteraan psikologis (ketenangan). Jika skor yang diperoleh
rendah maka menunjukkan responden sering merasa gelisah dan depresi, dan jika
skor yang diperoleh tinggi maka menunjukkan responden merasa bahagia, tenang,
dan damai sepanjang atau hampir sepanjang waktu.
pembuluh darah. Sebenarnya untuk mendapat efek nikotin selain dengan merokok
terdapat juga cara tradisional lain yaitu dengan mengunyah tembakau namun efek
yang akan muncul pada tubuh akan berbeda dengan cara rokok yang dibakar. Secara
definisi, seseorang dikatakan sebagai perokok apabila dia telah merokok minimal
100 batang sepanjang hidupnya.9,33
1. Current smoker
Individu yang merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya dan pada
saat ini (survey) merokok setiap hari atau pada beberapa hari.
2. Former smoker
Individu yang merokok minimal 100 batang sepanjang hidupnya dan pada
saat ini (survey) tidak merokok.
3. Never smoker
Individu yang belum pernah merokok sebanyak 100 batang dalam
sepanjang hidupnya.
Selain itu ada isitilah lain terkait merokok yaitu merokok ringan (light
smoking) dan merokok intermiten (intermitten smoking). Perokok ringan
merupakan perokok yang merokok kurang dari 1 pak per hari, kurang dari 15 batang
per hari, kurang dari 10 batang per hari, dan merokok 1 – 39 batang/ minggu.
Perokok ringan dibagi menjadi subgrup lagi, yaitu11:
1. Low rate daily smoking: individu yang merokok kurang dari 5 batang
perhari.
2. Very light smoking: individu yang merokok kurang dari 5 batang
perhari.
3. Chipper smoker: individu yang secara konsisten merokok tidak lebih
dari 5 batang perhari pada hari ketika dia merokok.
smoker). Perokok sosial hanya merokok ketika dalam kepentingan sosial. Yang
pasti social smoker tidak pernah merokok sendirian, contohnya ketika dalam sebuah
acara pesta11.
a. Nikotin
Nikotin merupakan senyawa porilidin. Nikotin berasal dari taun tembakau pada
rokok. Kandungan nikotin pada setiap jenis rokok berbeda-beda. Jumlah yang
terhisap ke dalam tubuh juga ber-beda tergantung dari cara dan proses
menghisapnya. Nikotin tidak menimbulkan penyakit di tubuh. Namun nikotin
mampu masuk ke dalam sistem saraf pusat dimana perannya adalah menimbulkan
efek adiktif. Secara akut nikotin menimbulkan efek rasa senang sejenak bagi
perokok. Selain itu nikotin menyebabkan peningkatan tekanan darah.27,28
b. Tar
c. Karbon Monoksida
monoksida akan berikatan kuat dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Ikatan
ini dapat menurunkan kapasitas sel darah merah untuk mengikat oksigen.27
Efek negatif merokok terhadap tubuh sangatlah besar. Hampir seluruh organ
tubuh akan terkena efek dari kebiasaan merokok, bahkan sampai pada kematian.
Setiap enam detik, akan ada satu orang yang meninggal karena rokok. Diperkirakan
pada tahun 2030, jika tidak upaya perubahan kebiasaan merokok, maka dalam
setahun kematian akibat rokok akan mencapai kira-kira delapan juta orang.
Kematian pada perokok, baik pasif maupun aktif, baik yang berasap maupun tidak
berasap, diakibatkan oleh banyaknya efek rokok terhadap fisiologi tubuh. Rokok
berasap telah menyebabkan sembilan puluh persen kanker paru dan berisiko
mengalami masalah kardiovaskular. Selain itu, rokok berasap juga menyebabkan
sembilan puluh persen kasus PPOK. sedangkan rokok tanpa asap telah
menyebabkan kanker di kepala leher, esofagus, dan pankreas. Efek buruk dari
merokok ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, namun individu dengan
kebiasaan merokok terus meningkat, bahkan pada kalangan anak-anak.1,12,13,17,18
Karena merokok dalam jangka waktu yang panjang akan memberikan efek
pada kesehatan individu baik yang bersifat morbiditi atau mortaliti seperti PPOK,
asma, penyakit jantung kongestif, stroke, kanker paru, dan lainnya, maka sudah
pasti akan memberikan pengaruh pada kehidupan sehari-hari. Efeknya mulai dari
penambahan pengeluaran untuk biaya perawatan sampai dengan hilangnya peran
individu baik di lingkungan sosial maupun tempat kerja. Sehingga hubungan sosial
menurun, penghasilan juga menurun dan akhirnya menyebabkan kualitas hidup
menjadi lebih rendah.13,14,16
kelompok usia: 18-34 tahun, 35-64 tahun, dan lebih dari 64 tahun. Namun dalam
penelitian dengan jumlah sampel 9070 partisipan ini menyatakan definisi
operasional perokok atau non perokok adalah ‘apakah anda (responden) merokok
pada saat ini?’. Dari hasilnya, secara umum skor kualitas hidup cenderung
mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia, baik perokok maupun non
perokok. Pada kelompok usia 18 – 34 tahun, skor kualitas hidup perokok dan non
perokok memiliki angka yang sama tinggi, sedangkan pada kelompok usia 35 – 64
tahun, perokok dan non perokok menghasilkan skor yang berbeda. Pada dimensi
kesehatan secara umum (GH) dan fungsi fisik (PF), kelompok perempuan perokok
memiliki skor yang lebih baik dibanding non perokok. Namun, sekalipun begitu,
pada fungsi fisik (PF) dan sosial (SF), keduanya pada skor yang tinggi. Hal ini dapat
dispekulasikan bahwa perbedaan ini tidak muncul sampai pada klinis. Pada dimensi
yang lain, yaitu vitalitas (VT) dan kesehatan jiwa (MH), perokok perempuan
memilki skor yang lebih rendah. Sedangkan pada kelompok laki-laki, tidak ada
perbedaan skor kualitas hidup perokok dan non perokok pada dimensi fungsi sosial
(SF) dan pembatasan karena masalah jiwa (RE). Pada dimensi vitalitas (VT) dan
kesehatan jiwa (MH), perokok sedikit lebih rendah dibandingkan non perokok. Dan
pada dimensi kesehatan secara umum (GH) dan nyeri seluruh badan (BP), perokok
memiliki skor yang lebih baik. Untuk bagian dimensi fungsi fisik (PF) dan batasan
akibat masalah fisik (RP), kedua kelompok memiliki skor yang sama tinggi.
Kemudian pada kelompok selanjutnya, usia lebih dari 64 tahun, perbedaan
signifikan antara perokok dan non perokok terjadi pada seluruh dimensi. Pada
kelompok laki-laki, perokok memiliki skor yang lebih rendah dibanding non
perokok. Sedangkan pada perempuan, kelompok perokok lebih baik dibanding non
perokok. Menurut peneliti, ada beberapa kekurangan dalam penelitiannya,
diantaranya ada faktor lain yang dapat memengaruhi kualitas hidup yang tidak
diperhatikan, diantaranya pendidikan, penghasilan, status pernikahan, dan
lingkungan.1
Pada penelitian lain yang dilakukan di kota Hirosaki Jepang tahun 2006,
Funahashi dkk membandingkan skor kualitas hidup perokok dan non perokok yang
sebelumnya di tempat lain di Jepang juga pernah dilakukan dengan hasil tidak ada
perbedaan yang signifikan. Pada penelitiannya melibatkan 823 responden (245 laki-
16
laki dan 578 perempuan). Dari hasil yang didapatkan, perbandingan skor kualitas
hidup perokok dan non perokok tidak memberikan gambaran perbedaan yang
signifikan. Ketika dicoba dibandingkan antara skor kualitas hidup responden yang
memiliki hasil pemeriksaan laboratorium yang normal dengan responden yang
memilliki hasil pemeriksaan laboratorium abnormal, hasilnya juga tidak ada
perbedaan yang signifikan. Dengan hasil ini, Funahashi dkk menduga bahwa SF36
tidak begitu sensitif untuk mendeteksi perubahan sub-klinis minor akibat kebiasan
merokok. Hipotesis ini diperkuat dengan hasil pada responden dengan sedang
menderita penyakit dan tidak sedang menderita penyakit. Hasilnya adalah ada
perbedaan yang signifikan, non perokok memiliki skor yang lebih baik dan bernilai
signifikan pada dimensi fungsi fisik (PF), nyeri di seluruh tubuh (BP), kesehatan
secara umum (GH), dan skor komponen fisik (PCS).2
Proses adiksi nikotin diawali dengan inhalasi nikotin bersama dengan asap
rokok ke dalam alveolus paru. Kemudian nikotin secara cepat masuk ke dalam
pembuluh vena pulmonaris. Setelah masuk ke sistem vaskular, secara cepat nikotin
akan dibawa ke otak. Di dalam otak, nikotin akan ditangkap oleh reseptor
kolinergik nikotinik. Dari 12 reseptor kolinergik nikotinik yang ada di mammalia,
ada 3 yang jumlahnya paling banyak, yaitu:18,19
1. α4β2
Merupakan mediator utama terjadinya ketergantungan nikotin. Subunit
α4 berperan penting sebagai penentu sensitivitas terhadap nikotin, dan β2
berperan dalam menghasilkan efek perilaku akibat nikotin. kombinasi
α4β2 dengan subunit α5 dapat meningkatkan penyaluran kalsium 7 kali
lebih besar.
17
2. α3β4
Dipostulasikan bahwa subtipe α3β4 sebagai perantara terjadinya efek
nikotin terhadap kardiovaskular.
3. α7
Merupakan reseptor homomerik yang terlibat dalam transmisi sinaps dan
potensiasi jangka panjang terhadap neuron dopaminergik saat input
excitatory.
: Kerangka konsep
19
Penguk Skala
No Variabel Definisi Alat ukur Cara pengukuran
ur pengukuran
1. Skor Skor yang Peneliti Kuesioner Menghitung skor Numerik
kualitas didapatkan SF – 36v2 hasil pengisisan 1. Skor
hidup setelah kuesioner kesehatan fisik
pengisian 2. SKor
kuesioner SF- kesehatan jiwa
36v2 3. Skor transisi
kesehatan
2. Status Status yang Peneliti Rekam Subjek penelitian Kategorik
Perokok menyatakan medis mengisi rekam Perokok :
seseorang riwayat medis Laki – laki usia
sebagai perilaku > 24 thn yang
perokok atau merokok mengkonsumsi
bukan perokok minimal 1
batang
perharinya
minimal
selama 1 tahun
terakhir.
Indonesia yang
tervalidasi
METODE PENELITIAN
22
23
2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
𝑁1 = 𝑁2 = 2 ( )
𝑋1 − 𝑋2
Keterangan:
N : jumlah sampel
(1,645+1,282)24 2
𝑁1 = 𝑁2 = 2 ( ) = 99 orang ( masing – masing kelompok ).
10
Pada penelitian kali terdapat 2 faktor perancu yang tidak dapat dieksklusi
yaitu masalah sosial masing – masing subjek penelitian dan kebiasaan buruk lain
selain merokok. Sehingga untuk jumlah sempel ditambah 30 subjek untuk setiap
kelompoknya, dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah faktor perancu x 10 = 20 + 10 subjek
= 30
Sehingga jumlah subjek penelitian yang dibutuhkan untuk penelitian ini
adalah 129 responden perokok dan 129 responden non perokok.
25
1. Tahap persiapan
2. Memberikan lembar informed concern kepada subjek penelitian.
3. Subjek penelitian mengisi lembar informed concern sebagai tanda
persetujuan untuk mengikuti penelitian ini.
4. Pengambilan data pribadi, frekuensi merokok, serta tingkat ketergantungan
terhadap nikotin.
5. Penilaian kualitas hidup subjek penelitian secara perseptif subjek penelitian
dengan pengisian kuesioner SF-36v2
6. Pengolahan data
Data yang sudah didapatkan dari kuesioner data pribadi, fekuensi merokok,
dan tingkat ketergantungan terhadap nikotin dimasukkan ke dalam microsoft excel
untuk pendataan. Sementara data yang didapatkan dari kuesioner SF-36v2 dihitung
secara manual dengan panduan skoring yang direkomendasikan oleh Research and
Development Corporation (RAND).
Data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS v20 dan dianalisa
secara deskriptif untuk mengetahui rata-rata dan standar deviasi jika distribusi
normal atau nilai median dan nilai rentang minimal maksimal jika distribusi tidak
nomal. Untuk mengetahui normalitas disitribusi data digunakan uji Kolmogorov-
Smirnov.31
Uji hipotesis perbandingan skor kualitas hidup SF-36v2 pada perokok dan
non perokok menggunakan uji t-test tidak berpasangan jika distribusi data normal
dan uji Mann-Whitney jika distribusi data tidak normal. Sedangkan untuk menguji
kebermaknaan skala kategorik pada data menggunakan uji Chi-square jika jenis
tabelnya adalah 2x2 dan uji Kolmogorov-Smirnov jika jenis tabelnya adalah 2xK
dengan tidak memenuhi syarat uji Chi-Square. Kemudian untuk uji komparatif
numeric dengan kategori kelompok berjenjang tidak sama besar maka digunakan
26
uji Jonckheere-Trpstra. Hasil uji dikatakan bermakna jika nilai P sebesar kurang
dari 0,05.31
BAB IV
27
28
Aktivitas fisik terbanyak pada kedua kelompok adalah aktivitas pada tingkat
sedang (perokok 48 (57,8%) orang dan non perokok 39 (61,9%) orang).
Penghasilan perbulan perokok antara Rp 1.500.000 – Rp. 2.500.000 sebanyak 36
orang (43,4%). Sedangkan pada kelompok non perokok, 24 (38,1%) responden
berpenghasilan lebih dari Rp. 2.500.000.
n %
Brinkman Index
Perokok ringan (<201) 33 39,8
Perokok Sedang (200 -
37 44,6
600)
Perokok berat (>600) 13 15,7
Median (min-maks) 240 (6 – 1476)
Jenis Rokok
Filter 56 67,5
Kretek 27 32,5
Respon Keluarga
Keluarga menegur 49 59
Keluarga membiarkan 32 39,8
Missing 1 1,2
Kemauan Berhenti Merokok
Mau berhenti 60 72,3
Tidak mau berhenti 23 27,7
Pengetahuan dampak merokok terhadap diri
Ada 57 68,7
Tidak ada 26 31,3
Pengetahuan dampak merokok terhadap lingkungan
Ada 56 67,5
Tidak ada 27 32,5
Nicotine Dependence
Skor 0 7 8,4
Ketergantungan rendah 31 37,3
Ketergantungan rendah
23 27,7
sampai sedang
Ketergantungan sedang 18 21,7
Ketergantungan tinggi 4 4,8
Total 83 100
29
4.1.3. Hasil Analisis Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok
Perbedaan skor fisik dan jiwa yang bermakna juga terdapat pada tingkat
ketergantungan nikotin. Perbedaan bermakna terletak pada responden tidak
ketergantungan dengan responden ketergantungan rendah sampai sedang (post hoc
p PCS = 0,004 MCS = 0,012). Hasil sedikit berbeda pada tingkat aktivitas fisik
dimana kebermaknaan hanya didapatkan pada skor kesehatan fisik antara kelompok
dengan aktivitas fisik rendah dan cukup (post hoc = 0,04 ).
Asal responden penelitian ini terdiri dari dua tempat utama yaitu daerah
sekitar Ciputat Tangerang Selatan dan daerah sekitar Kandangan – Kediri. Tabel
4.5 menampilkan hasil perbandingan skor kualitas hidup dua daerah tersebut. Skor
kesehatan fisik dan jiwa responden dari Kediri lebih tinggi dibanding responden
dari Ciputat.
Kediri Ciputat p
Median (min-maks) Median (min-maks) value
Health transition (HT) 50 (0 – 75) 25 (0 – 100) 0,084
Physical Component 78,12 (36,88 – 97,5) 65,16 (30,63 – 94,69) 0,0001
Summary (PCS)
Mental Component 80,31 (36,25 – 97,19) 68,64 (34,27 – 96,35) 0,0001
Summary (MCS)
*Uji Mann-Whitney
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Skor Kualitas Hidup Perokok dan Non Perokok
Perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok
terdapat pada skor kesehatan jiwa (MCS) dan transisi kesehatan (HT) (HT 50 : 50
31
p<0,05 dan MCS 72,08 : 76,87 p < 0,05). Perbedaan pada dua bagian ini tidak
terlalu besar dan keduanya berada pada skor yang tinggi sehingga tidak bermakna
secara klinis. Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Samardzic dan Marvinac
(2009) yang menyatakan bahwa skor SF-36v2 perokok sedikit lebih rendah
dibanding dengan non perokok. Perbedaan bermakna ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Funahashi, et al (2010) yang menyatakan hal yang berbeda bahwa tidak
ada perbedaan bermakna antara skor kualitas hidup perokok dan non perokok 1,7,15,35
Perbedaan skor kualitas hidup jiwa dan transisi kesehatan antara perokok
dan non perokok dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang memengaruhi,
yaitu:
1. Perilaku merokok
Perilaku merokok muncul karena banyak faktor diantaranya paparan stres, ajakan
teman, mengikuti orang tua, karena iklan, dan lain sebagainya. Paparan stres
menjadi salah satu faktor penyebab karena perokok mengharapkan efek rasa tenang
ketika menghisap rokok. Efek ini muncul akibat kerja nikotin yang memicu
pelepasan hormon ‘bahagia’ dopamin. Namun efek ini akan menyebabkan
ketergantungan terhadap nikotin sehingga jumlah batang rokok yang akan
dikonsumsi juga akan meningkat. Peningkatan dosis rokok dapat dilihat
berdasarkan indeks Brinkman. Dalam penelitian ini didapatkan skor kualitas hidup
fisik (PCS) dan jiwa (MCS) perokok berat lebih rendah dibanding non perokok
(PCS 74,37 : 64,53 p < 0,05 dan MCS 76,56 : 63,43 p < 0,01). Perbedaan ini
menunjukkan bahwa efek merokok terhadap kualitas hidup akan benar-benar
muncul ketika perokok sudah mengkonsumsi rokok dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang lebih lama (kelompok perokok berat dalam indeks Brinkman).
Efek kronis rokok dapat mengenai ke berbagai organ tubuh sehingga perokok
merasa kesehatannya lebih buruk dibanding sebelumnya. Efek kronis ini dapat
dilihat dari skor transisi kesehatan (HT) non perokok yang lebih baik dibanding
perokok (Mann-Whitney, HT 50 : 50 p<0,05).1,2,7,13,17,18
2. Aktivitas fisik
Hasil uji analisa kualitas hidup antara tingkat aktivitas fisik (tabel 4.4)
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara responden dengan
32
aktivitas fisik rendah dan cukup. Perbedaan skor ini sesuai dengan penelitian
Anokye, et al (2012) dan Ferucci, et al (1999) yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat aktivtias fisik dengan kualitas hidup. Pengaruh aktivitas
fisik terhadap skor kualitas hidup dalam penelitian ini dapat dikontrol (hubungan
aktivitas fisik perokok dan non perokok p > 0,05). Perbaikan skor kualitas dengan
aktivitas fisik berkaitan dengan manfaat aktivitas fisik pada dua hal, yaitu
kebugaran tubuh dan manfaat psikologis.24,37
3. Usia
Usia dapat memengaruhi kualitas hidup perokok dan non perokok. Perbandingan
usia antara perokok dan non perokok dalam penelitian ini tidak ditemukan
perbedaan yang bermakna sehingga faktor perancu usia dapat dikontrol (Mann-
Whitney, p > 0,05).12
4. Pendidikan Terakhir
5. Penghasilan
Analisa hubungan antara tingkat penghasilan perokok dan non perokok pada
penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara perilaku merokok
dengan tingkat penghasilan (p = 0,008). Rokok mengandung nikotin yang dapat
33
Responden dalam penelitian ini berasal dari dua daerah yang berbeda. Perbedaan
daerah akan menyebabkan perbedaan gaya hidup, paparan stres sosial, dan persepsi
terhadap kualitas hidup. Perbandingan kualitas hidup antara kedua daerah
didapatkan perbedaan kualitas hidup fisik (PCS) dan jiwa (MCS) yang bermakna
antara responden dari daerah Kediri dan Ciputat (Mann-Whitney PCS 78,12 vs
65,16 p<0,001 dan MCS 80,31 vs 68,64 p<0,001). 24,37,38
4.3.Aspek Keislaman
Kualitas hidup didefinisikan oleh setiap orang dan setiap disiplin ilmu
pengetahuan secara beragam. Definisinya akan berbeda-beda dengan bergantung
pada persepsi dan standar masing-masing. Dalam pandangan Allah manusia yang
paling berkualitas itu tidak beragam penilainnya. Penilaian Allah terhadap orang
yang berkualitas cukup berdasarkan ketaqwaannya. Sebagaimana Allah berfirman
dalam QS. al-Hujurat ayat 13: ‘Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa’. Maha benar Allah dengan
segala firman-Nya. Taqwa secara istilah berarti sikap untuk selalu melaksanakan
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perintah Allah merupakan
perintah untuk melakukan perbuatan, sikap, dan perilaku baik dan menjauhi segala
perbuatan, sikap, dan perilaku yang tercela. Konsep ketaqwaan ini dijadikan Allah
sebagai standar ukur kualitas seseorang karena dengan taqwa akan membawa
semua kebaikan, baik kebaikan di dunia dan di akhirat serta menjauhkan seseorang
dari segala keburukan. Sehingga semua manfaat taqwa tersebut akan membawa
seseorang menjadi manusia yang memiliki gaya hidup sehat, bahagia dan
sejahtera.39
34
5.1. Simpulan
5.2. Saran
1. Penelitian dengan tema yang sama perlu penambahan jumlah sampel sampai
memenuhi perhitungan jumlah sampel (129 setiap kelompok).
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan instrumen yang lebih
spesifik untuk menilai kualitas hidup perokok.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diteliti lebih lanjut mengenai
penurunan kualitas hidup perokok dari segi kesehatan jiwa (dapat
menggunakan instrumen spesifik untuk menilai kualitas hidup dari segi
kesehatan jiwa).
4. Penelitian yang fokus pada perbandingan skor kualitas hidup antara indeks
Brinkman sebaiknya setiap kelompok indeks Brinkman jumlah
respondennya sebanyak 40 per kelompok agar dapat memberikan hasil
yang tepat.
5. Pertanyaan penghasilan pada data responden sebaiknya berdasarkan di atas
dan di bawah UMR agar lebih mudah menyesuaikan dengan standar
lingkungan setempat.
6. Informasi mengenai tingkat aktivitas fisik sebaiknya harus didata dengan
pertanyaan yang lebih spesifik.
35
36
7. Hasil kuantitatif akan semakin bagus jika dilengkapi dengan data kualitatif
(misal dengan metode focus group discussion) untuk memeroleh informasi
mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap, dan pengalaman responden.
37
DAFTAR PUSTAKA
11. Schane RE, Ling PM, Glantz SA. Health effects of light and intermittent
smoking: a review. Circ. 2010 Apr; 121(31): 1-3.
12. Indonesia. BALITBANG Kesehatan Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar:
RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2013.
13. Hammer GD, McPhee SJ. Pathophysiology of disease: an introduction to
clinical medicine. 7th Edition. New York: McGraw-Hill Education; 2014.
14. Cayuela A, Rodriguez-Dominguez S, Otero R. Deteriorated helath-related
quality of life in healthy male smokers. Arch Bronconeumol. 2007; 43(2):
59-63.
15. Scotland. Scottish Executive Social Research. Quality of life and well-
being: measuring the benefits of culture and sport. Scotland: Scottish
Executive Social Research; 2005.
16. Orme ME, Hogue SL, Kennedy LM, Paine AC, Godfrey C. Development
of the health and economic consequences of smoking interactive model.
Tob Control. 2001; 10: 55-61.
17. Hata K, Nakagawa T, Mizuno M, Yanagi N, Kitamura H, Hayashi T, et al.
Relationship between smoking and a new index of arterial stiffness, the
cardio-ankle vascular index, in male workers: a cross-sectional study. Tob
Induc Dis. 2012; 10(11): 1-5.
18. Benowitz NL. Pharmacology of nicotine: addiction, smoking-induced
disease, and therapeutics. Annu Rev Pharmacol Toxicol. 2009; 49: 1-5.
19. Benowitz NL. Nicotine Addiction. N Engl J Med. 2010 Juni; 362(24): 1-
3.
20. Sirait AM, Pradono Y, Toruan IL. Perilaku merokok di Indonesia. Bul.
Panel Kesehatan. 2002; 30: 3-6.
21. Kuntara W. Hubungan antara tingkat pengetahuan penyakit akibat
merokok dengan perilaku merokok pada usia dewasa awal di desa
Kacangan kecamatan Andong kabupaten Boyolali. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2012: 10.
22. Amarudin MD. Perbedaan perilaku merokok ditinjau dari tingkat
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2014: 1-3.
39
23. Hasnida, Kemala I. Hubungan antara stress dan perilaku merokok pada
remaja laki-laki. Universitas Sumatera Utara. 2005 Desember: 1-3.
24. Anokye NK, Trueman P, Green C, Pavey TG, Taylor RS. Physical activity
and health related quality of life. BMC Public Health. 2012; 12: 1-6.
25. Azagba S, Sharaf MF. The effect of job stress on smoking and alcohol
consumption. Health Economics Review. 2011; 1(15): 9.
26. Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran perokok dan angka
kejadian lesi mukosa mulut di desa Monsongan kecamatan Banggai
Tengah. Universitas Sam Ratulangi Manado. 2012: 39-41.
27. Jode J. Gambaran kebiasaan merokok pada pasien-pasien hipertensi yang
datang berobat ke bagian penyakit dalam RSUP H. Adam Malik Medan.
2010.
28. Kualendran T. Tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok di kalangan
mahasiswa laki-laki fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan Stambuk 2010. Universitas Sumatera Utara. 2013.
29. Muragundi PM, Tumkur AM, Shetty RK, Naik AN. Health-related quality
of life measurement. J Young Pharm.2012; 4(1): 54.
30. Testa MA, Simonson DC. Assessment of quality-of-life outcomes. N Engl
J Med. 1996 Maret; 334(13): 835-8.
31. Dahlan MS. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi Keempat.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009.
32. Indonesia. BALITBANG Kesehatan Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar:
RISKESDAS 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2010.
33. Suryawati R. Rokok sebagai faktor predisposisi terjadinya leukoplakia.
Universitas Sumatera. 2009.
34. Anda RF, Williamson DF, Escobedo LG, Mast EE, Giovino GA,
Remington PL. Depression and the dynamics of smoking: a national
perspective. JAMA. 1990 September; 264(12): 1543.
35. Cooper TV, Resor MR, Stoever CJ, Dubbert PM. Physical activity and
physical activity adherence in the eldery based on smoking status. Addict.
Behav. 2007; 32: 2270-3.
40
LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Persetujuan Etik
42
Lampiran 2
Formulir Inform Consent dan Data Responden
Peneliti Utama:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jl. Kertamukti
Pisangan Ciputat, Jakarta 15419, Telepon: 021-74716718, 021-7401925
Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Anda bersifat sukarela,
dalam arti Anda bebas untuk turut serta atau menolaknya. Anda juga bebas berbicara
karena kerahasiaan Anda terjamin.
Sebelum membuat keputusan, Anda akan diberitahu detail penelitian ini berikut
kemungkinan manfaat dan risikonya, serta apa yang harus Anda kerjakan. Tim peneliti
akan menerangkan tujuan penelitian ini dan memberikan formulir persetujuan untuk
dibaca. Anda tidak harus memberikan keputusan saat ini juga, formulir persetujuan dapat
Anda bawa ke rumah untuk didiskusikan dengan keluarga, sahabat atau dokter Anda.
Jika Anda tidak memahami apa yang Anda baca, jangan menandatangani formulir
persetujuan ini. Mohon menanyakan kepada dokter atau staf peneliti mengenai apapun
yang tidak Anda pahami, termasuk istilah-istilah medis. Anda dapat meminta formulir ini
dibacakan oleh peneliti. Bila Anda bersedia untuk berpartisipasi, Anda diminta
menandatangani formulir ini dan salinannya akan diberikan kepada Anda.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan rongga mulut para pria perokok dan non-
perokok dan mengukur salivary flow rate, derajat keasaman, kadar ion kalsium, kadar
43
Anda diminta berpartisipasi karena Anda telah merokok rutin selama minimal 5 tahun dan
telah memenuhi kriteria penelitian ini atau sebagai kelompok kontrol yang tidak pernah
merokok sama sekali.
Lima puluh perokok dan lima puluh non-perokok akan mengikuti penelitian ini.
Penelitian akan dilakukan di Medical Research Laboratory, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Jika memenuhi kriteria, Anda akan diikutkan dalam penelitian. Jika Anda setuju untuk
mengikuti penelitian, maka Anda harus mengikuti seluruh prosedur penelitian termasuk
mengisi rekam medis, pemeriksaan fisik, gigi dan mulut, dan pengumpulan saliva.
Anda akan mengisi rekam medis dengan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui data
pribadi, mengenai kesehatan dan kesejahteraan, jumlah rokok yang dikonsumsi,
kebiasaan mengenai pola makan dan menjaga kebersihan rongga mulut serta, mengenai
keluhan di rongga mulut.
Anda akan menjalani pemeriksaan fisik berupa pengukuran berat badan dan tinggi badan.
Untuk pemeriksaan gigi mulut untuk mengetahui adanya kelainan rongga mulut berupa
radang gusi, kerusakan jaringan penyangga gigi, gigi berlubang, infeksi jamur rongga
mulut, sudut bibir pecah-pecah & meradang, sindroma mulut terbakar, serta pengukuran
banyaknya ludah yang dihasilkan dan derajat keasaman saliva (ludah).
Pengumpulan saliva
Anda akan diminta untuk mengumpulkan ludah selama kurang lebih 5 menit didalam
mulut, lalu meludahkannya kedalam tabung steril. Ludah Anda akan dikumpulkan kurang
lebih sebanyak 1 ml.
44
Anda akan diminta untuk mengisi kuisioner pengukuran skor kualitas hidup. Di dalam
kuisioner tersebut terdapat 36 poin pertanyaan. Silahkan diisi sesuai dengan keadaan
yang sebenar-benarnya, sesuai dengan keadaan yang dirasakan oleh Anda.
Berapa lama saya harus menjalani penelitian ini? Dapatkah saya berhenti dari
penelitian sebelum waktunya?
Penelitian ini akan memakan waktu maksimal 1.5 jam dengan rincian, 30 menit untuk
mengisi rekam medis, 30 menit pemeriksaan fisik dan gigi mulut, dan 15 menit untuk
pengumpulan ludah, dan 15 menit untuk Pengisian kuisioner
Anda akan menerima souvenir dari Tim Peneliti untuk serangkaian penelitian ini. Souvenir
ini diberikan sebagai tanda terima kasih atas partisipasi Anda dalam penelitian ini. Anda
juga dapat berkonsultasi masalah gigi, mulut dan kesehatan secara umum kepada dokter
dan dokter gigi.
Siapa yang dapat saya hubungi bila mempunyai pertanyaan, keluhan, atau bertanya
tentang hak-hak saya sebagai subyek penelitian?
Jika Anda memiliki pertanyaan maupun keluhan berkaitan dengan partisipasi Anda atau
hak- hak sebagai subyek penelitian, Anda dapat menghubungi Peneliti Utama pada nomor
telepon yang tercantum di halaman pertama formulir ini, jika anggota tim peneliti tidak
dapat dihubungi.
Ketika Anda menandatangani formulir ini, Anda setuju untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Ini berarti Anda sudah membaca informed consent, pertanyaan Anda telah
dijawab, dan Anda memutuskan untuk berpartisipasi.
DATA PRIBADI
Alamat : ......................................................................................................................................
PENYAKIT SISTEMIK : (jawab dengan ADA atau TIDAK ADA dan obat-obatan)
Hepatitis B/C :
HIV :
TBC :
Diabetes Mellitus :
Hipertensi :
46
FREKUENSI MEROKOK
Kesimpulan:
Jenis perawatan :
Frekuensi & waktu sikat gigi : Kali/hari; pagi / siang / sore / malam
SALIVA
pH :
Ion Ca :
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
CPITN CPITN
CPITN CPITN
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
6 1 4
GI=
53
4 1 6
1 : Debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stain ekstrinsik tanpa
adanya debris pada permukaan gigi tersebut
2 : Debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan
gigi
2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
dan/atau terdapat sedikit/bercak kalkulus subgingiva di servikal gigi
3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan/atau kalkulus subgingiva yang menutupi atau
melingkari permukaan servikal gigi
0 : Gingiva normal
1 : Inflamasi ringan, sedikit perubahan warna, sedikit edema, tidak ada perdarahan saat probing
2 : Inflamasi sedang, kemerahan, edema & licin mengkilat, perdarahan saat probing
3 : Inflamasi berat, kemerahan & edema yang jelas, ulserasi. Kecenderungan untuk perdarahan spontan
54
Lampiran 3
Kuesioner SF-36v2
55
56
57
58
59
60
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Identitas :
Riwayat Pendidikan: