Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PLENO 1

Oleh:

Kelompok 1

1. Ailsha Joya Shafira 1911201001


2. Cucu Mutia 1911201015
3. Fahma Zainal 1911201018
4. Frengki Molek Wirajaya 1911201022
5. M. Yoga Rizki Danil 1911201027
6. Mega Rahayu Putri 1911201028
7. Nur Ikhwal Azizi 1911201040
8. Said Nur Kholis 1911201059
9. Sarah Putri Aryanda Dewi 1911201047
10. Zehan Syahrida Hasibuan 1911201058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penelitian Epidemiologi”. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan.

Terima kasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan telah
mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
masukan dari tutor ataupun dari rekan mahasiswa/i untuk kesempurnaan pembuatan makalah
hasil diskusi ini.

Pekanbaru, 17 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Skenario .................................................................................................................... 1


1.2 Terminologi............................................................................................................... 1
1.3 Keywords .................................................................................................................. 1
1.4 Problem Definition .................................................................................................... 1
1.5 Spiderweb ................................................................................................................. 2
1.6 Learning Objactive .................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 4

2.1 Hubungan faktor risiko penyakit/ masalah Kesehatan....................................................4

2.2 Cara memilih jenis penelitian berdasarkan hubungan factor risiko penyakit/masalah
kesehatan .......................................................................................................................5
2.3 Studi cross sectional ..................................................................................................................6
2.4 kohort (kohort prospektif dan retrospektif)................................................................................7
2.5 case control ................................................................................................................................9
2.6 Contoh-contoh penelitian observasional ...................................................................................11
2.7 Cara pengukuran serta interpretasi dari RR, OR, CI dan PR.....................................................11

BAB 3 PENUTUP .....................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................19

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

jantung Koroner

Siska membaca sebuah penelitian cohort tentang pengaruh rokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner. Pada penelitian tersebut diperoleh nilai RR 4,1 (CI: 3,8 – 4,4). Sedangkan
penelitian lain dengan desain penelitian berbeda memperoleh hasil OR 3,8 (CI: 3,3 – 4,3).
Pembimbing meminta Siska membuat kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

1.2 Terminologi
1. Cohort : Penelitian yang mengidentifikasi kausa atau factor risiko terlebih dahulu dalam
periode waktu tertentu dan utk melihat efeknya.
Studi kohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar dan tidak terpapar
berdasarkan status penyakit.
2. RR : (Risk Relative) perbandingan insidensi pada kelompok terpapar dan insidensi pada
kelompok yang tidak terpapar
3. OR : (Odds Ratio) Peluang terjadinya factor risiko pada suatu penyakit
4. CI*: (Confidence Interval) jenis perkiraan yang dihitung dari statistic data yang diamati
5. Desain penelitian : Suatu rancangan penelitian yg disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian.
1.3 Keywords
1. Penelitian cohort
2. Desain penelitian
3. Risk Relative
4. Odds Ratio
5. Confidence Interval
1.4 Problem Definition
1. Apa saja jenis-jenis desain penelitian (observasional dan eksperimen)?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan penelitian cohort?
3. Bagaimana cara melakukan penelitian cohort?
4. Bagaimana cara interpretasi nilai RR dan OR?

1
5. Apa arti Confidence Interval (CI) pada kasus?
6. Bagaimana cara menentukan desain penelitian observasional?
7. Bagaimana cara membuat kesimpulan dari penelitian observasional?
8. Apa yang dimaksud dengan penelitian case control?

1.5 Brainstorming
1.6 Spiderweb

2
1.7 Learning Objactive
1. Hubungan faktor risiko penyakit/ masalah kesehatan
2. Cara memilih jenis penelitian berdasarkan hubungan factor risiko penyakit/masalah
Kesehatan.
3. Jenis penelitian observasional beserta kelebihan dan kekurangannya
a. cross sectional
b. kohort (kohort prospektif dan retrospektif)
c. case control
4. Contoh-contoh penelitian observasional
5. Cara pengukuran serta interpretasi dari RR, OR, CI dan PR

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Hubungan faktor risiko/masalah kesehatan


Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
Faktor risiko merupakan hal-hal yang dapat memperbesar kemungkinan seseorang untuk
menderita suatu penyakit tertentu. Faktor risiko terdiri atas faktor risiko yang dapat
diubah, seperti aktivitas sehari-hari dan gaya hidup. Sedangkan faktor risiko yang tidak
dapat diubah adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Menurut Heart UK – The
cholestrol charity tahun 2014, Salah satu faktor risiko yang meningkatkan risiko
terjadinya penyakit jantung koroner, adalah:
Merokok
Penggunaan tembakau, walaupun beberapa batang per hari, meningkatkan risiko
penyakit jantung. Menurut Dhungana et al tahun 2018, merokok diestimasikan menjadi
faktor risiko tertinggi yang menyebabkan PJK yaitu sebanyak 10%, dibandingkan dengan
faktor risiko lainnya. Merokok juga bertanggung jawab atas 90% penyakit kanker paru-
paru. Untuk itu, ada banyak sekali manfaat kesehatan bagi seseorang yang tidak
merokok. Bahkan setelah menjadi perokok aktif selama bertahun-tahun, menghentikan
kebiasaan merokok sesegera mungkin akan mengurangi risiko penyakit jantung koroner.
Setelah lima tahun penghentian konsumsi rokok, risiko terkena serangan jantung turun
menjadi sekitar setengah dari perokok aktif.
Metode Penelitian yang digunakan
Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelasi dengan cara mengumpulkan data mengenai kebiasaan merokok sebagai variabel
independen (bebas) dan kejadian penyakit jantung koroner (PJK) sebagai variabel
dependen (terikat) yang dikumpulkan secara sesaat dalam satu kali waktu atau dalam
waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai alat
pengumpulan data, yang berisi pertanyaan tentang data atau karakteristik responden dan
perilaku responden seperti kebiasaan merokok. Untuk variabel kejadian penyakit jantung
koroner diukur menggunakan lembar observasi dimana data diambil dari rekam medis.

4
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah secara manual dengan
mengelompokkan hasil dari lembar kuesioner yang dibagikan dan selanjutnya dilakukan
analisis menggunakan program pengolah uji statistik. Setelah itu diolah menggunakan
sistem komputerisasi, tahapan-tahapan tersebut yaitu Editing, Coding, Entry, Data dan
Cleaning.
Analisa univariat dalam penelitian ini yaitu analisa yang dilakukan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, baik variabel independen
yaitu kebiasaan merokok yang meliputi lama merokok serta jumlah rokok dan variabel
dependen yaitu penyakit jantung koroner. Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis bivariat dalam
penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu kebiasaan
merokok dengan variabel dependen yaitu penyakit jantung koroner. Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square dan person chi square dengan tingkat
kemaknaan α ≤ 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% (Notoatmodjo, 2010). Dalam
melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah-masalah etika penelitian yang
meliputi respect for human dignity ,respect for justice an inclusiveness, balancing harms
and benefit.
2.2. Pentingnya Desain penelitian dan pemilihan Desain Penelitian
A. Pentingnya Desain Penelitian
Dalam melakukan penelitian, terlebih lagi untuk penelitian kuantitatif, salah satu
langkah yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain penelitian pada
hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah
ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses
penelitian. Hal senada juga dinyatakan oleh Sarwono. Menurut Sarwono (2006) desain
penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah
berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan
penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang
jelas. Sukardi menggolongkan desain penelitian berdasarkan definisi secara luas dan
sempit. Secara luas, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam konteks ini komponen desain dapat
mencakup semua struktur penelitian yang diawali sejak ditemukannya ide sampai
diperoleh hasil penelitian. Sedang dalam arti sempit, desain penelitian merupakan
penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel, pengumpulan data, dan

5
analisis data, sehingga dengan desain yang baik peneliti maupun orang lain yang
berkepentingan mempunyai gambaran tentang bagaimana keterkaitan antar variabel,
bagaimana mengukurnya, dst.

B. Pemilihan Desain Penelitian


Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh desian
penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam penelitian
harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan berkualitas atau
memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat ., yaitu : 1. dapat dipakai untuk menguji
hipotesis (khusus untuk penelitian kuantitatif analitik) 2. dapat mengendalikan atau
mengontrol varians.

Gambar 1. Gambar Pemilihan Desain Penelitian


2.3. Studi Cross Sectional
2.3.1. Pengertian Studi Cross Sectional
Studi cross-sectional merupakan salah satu studi observasional untuk menentukan
hubungan antara faktor resiko dengan penyakit dilakukan sekaligus atau dalam waktu
yang sama. Studi cross-sectional untuk mempelajari etiologi suatu penyakit digunakan
terutama untuk mempelajari faktor resiko penyakit yang mempunyai onset yang lama
(slow onset) dan lama sakit (duration of illness) yang panjang, sehingga biasanya pasien

6
tidak mencari pertolongan sampai penyakitnya relatif telah lanjut. (Sastroasmoro dan
Ismael, 2011).

Gambar 2. Struktur Studi Cross Sectional


2.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Studi Cross Sectional
A. Kelebihan
1. Murah, mudah dan hasil cepat diperoleh
2. Jarang terancam loss to follow up (drop out)
3. Dapat dimasukkan sebagai tahap pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen
B. Kekurangan
1. Sulit menentukan sebab dan akibat karena pengambilan data risiko dan efek secara
bersamaan.
2. Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, prognosis, dan insidensi.
3. Mungkin terjadi bias karena faktor risiko selama periode tertentu dapat
disalahtafsirkan sebagai efek penyakit. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
2.4. Case Control
2.4.1. Pengertian Case Control
Sebuah studi kasus-kontrol dirancang untuk membantu menentukan apakah
paparan dikaitkan dengan hasil (yaitu, penyakit atau kondisi yang diinginkan).
Secara teori, studi kasus-kontrol dapat digambarkan secara sederhana. Pertama,
identifikasi kasus (kelompok yang diketahui memiliki hasil) dan kontrol
(kelompok yang diketahui bebas dari hasil). Kemudian, lihat kembali ke masa lalu
untuk mempelajari subjek mana dalam setiap kelompok yang memiliki paparan,
membandingkan frekuensi paparan pada kelompok kasus dengan kelompok
kontrol.

7
Menurut definisi, studi kasus-kontrol selalu retrospektif karena dimulai dengan
hasil kemudian menelusuri kembali untuk menyelidiki eksposur. Ketika subjek
terdaftar dalam kelompoknya masing-masing, hasil dari setiap subjek sudah
diketahui oleh peneliti. Ini, dan bukan fakta bahwa penyelidik biasanya
menggunakan data yang dikumpulkan sebelumnya, yang membuat studi kasus-
kontrol 'retrospektif'.
2.4.2. Kelebihan dan Kekurangan Case Control
A. Kelebihan
Studi kasus-kontrol memiliki keunggulan spesifik dibandingkan dengan
desain studi lainnya. Mereka relatif cepat, murah, dan mudah. Mereka sangat
cocok untuk (1) menyelidiki wabah, dan (2) mempelajari penyakit atau hasil
langka. Contoh dari (1) akan menjadi studi tentang endophthalmitis setelah
operasi mata. Ketika wabah sedang berlangsung, jawaban harus diperoleh
dengan cepat. Contoh (2) adalah studi tentang faktor risiko melanoma uveal,
atau ulkus kornea. Karena studi kasus-kontrol dimulai dengan orang-orang
yang diketahui memiliki hasil (daripada memulai dengan populasi yang bebas
dari penyakit dan menunggu untuk melihat siapa yang mengembangkannya),
adalah mungkin untuk mendaftarkan pasien dalam jumlah yang cukup dengan
penyakit langka. Nilai praktis dari menghasilkan hasil yang cepat atau
menyelidiki hasil yang jarang mungkin lebih besar daripada keterbatasan studi
kasus-kontrol. Karena efisiensinya, mereka mungkin juga ideal untuk
penyelidikan awal dari faktor risiko yang dicurigai untuk kondisi umum;
kesimpulan dapat digunakan untuk membenarkan studi longitudinal yang lebih
mahal dan memakan waktu nanti.
B. Kelemahan
Studi kasus-kontrol bersifat observasional dan dengan demikian tidak
memberikan tingkat bukti yang sama seperti uji coba terkontrol secara acak.
Hasilnya mungkin dibingungkan oleh faktor-faktor lain, sejauh memberikan
jawaban yang berlawanan untuk studi yang lebih baik. Kelemahan terpenting
dalam studi kasus-kontrol berkaitan dengan kesulitan memperoleh informasi
yang dapat dipercaya tentang status keterpaparan individu dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, studi kasus-kontrol ditempatkan rendah dalam hierarki bukti.

8
2.5. Kohort
2.5.1. Pengertian Studi Kohort
Studi kohort merupakan jenis penelitian epidemiologi non eksperimental yang
sering digunakan untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek
atau penyakit. Istilah kohort berasal dari kata Romawi kuno yaitu “cohort” yang
berarti kelompok tentara yang berbaris maju ke medan perang. Studi kohort disebut
juga penelitian insiden atau penelitian prospektif. Kelebihan utama penelitian ini
adalah metodenya yang memungkinkan mengamati bagaimana suatu faktor risiko
berlangsung hingga memungkinkan terjadinya efek (Sastroasmoro dan Ismael,
2011; Bustan, 2012).
Pada penelitian kohort prospektif pengambilan subjek penelitian dimulai dari
identifikasi subjek tanpa efek dan tanpa faktor risiko. Kemudian kelompok tersebut
diikuti selama kurun waktu tertentu untuk melihat terjadinya efek atau tidak. Pada
kohort prospektif, data dikumpulkan ketika subjek bergabung dalam penelitian dan
mereka diikuti sepanjang waktu yang sudah ditetapkan (Sastroasmoro dan Ismael,
2011).

Gambar 3. Skema dasar studi kohort prospektif


(Sastroasmoro dan Ismael, 2016).

Di samping studi kohort prospektif dengan pembanding internal,


dikenal pula modifikasi rancangan penelitian kohort yaitu kohort
retrospektif (kohort historik). Studi kohort retrospektif pada dasarnya sama
dengan studi khort prospektif. Subjek diamati dalam kurun waktu tertentu

9
terhadap faktor risiko kemudian dinilai efek yangterjadi. Bedanya pada studi
kohort retrospektif faktor risiko dan efek telah terjadi padamasa lalu. Kohort
retrospektif dilakukan untuk data awal yang mengacu pada pengamatan
masa lalu dan diikuti untuk melihat apa yang terjadi pada pasien saat ini.
Kohort retrospektif dilakukan bila data tentang risiko dan efek telah tercatat
dalam rekam medis. Biasanya data dicatat dan dikumpulkan untuk tujuan
lain, jadi merupakan data sekunder (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

13

Gambar 4. Skema dasar studi kohort retrospektif


(Sastroasmoro dan Ismael, 2011)

2.5.2. Kekurangan dan Kelebihan


Kelebihan :
1. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menentukan insidensi dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
2. Studi kohort merupakan desain terbaik dalam menerangkan dinamika hubungan
antara faktor risiko dengan efek.
3. Studi kohort dapat dipakai untuk meneliti beberapa efek sekaligus dari suatu
faktor risiko tertentu (Syahdrajat, 2018).
Kekurangan :
1. Studi kohort biasanya memerlukan waktu yang lama.
2. Saran dan biaya biasanya mahal.
3. Studi kohort seringkali rumit.

10
4. Kurang efisien dari segi waktu/ biaya untuk meneliti kasus jarang.
5. Terancam drop out atau terjadinya perubahan intensitas pajanan atau faktor
risiko dapat mengganggu analisis hasil.
6. Pada keadaan tertentu dapat menimbulkan masalah etika karena peneliti
membiarkan subjek terkena pajanan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan
subjek (Syahdrajat, 2018)
2.6. Contoh penelitian Cross Sectional
Studi cross sectional ditandai dengan ciri-ciri bahwa pengukuran variabel bebas (faktor
risiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan secara simultan atau pada saat yang
bersamaan. Variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan efek diobservasi
sekaligus pada saat yang sama. Pengertian saat yang sama disini bukan berarti pada
satu saat observasi dilakukan pada semua subjek untuk semua variabel, tetapi tiap
subjek hanya diobservasi satu kali saja, dan faktor risiko dan efek diukur menurut
keadaan atau status waktu diobservasi.
Pengaruh Rokok Dengan Kejadian Jantung Koroner
Siska ingin melakukan penelitian tentang hubungan kebiasaan merokok dengan
kejadian jantung koroner di rumah sakit jantung harapan kita. Ia mengambil data
dengan kuesioner semua pasien rawat jalan yang menjadi sampel penelitiannya. Ia
mendata apakah mereka merokok atau tidak. Kemudian ia memberikan pertanyaan-
pertanyaan mengarah ke penentuan apakah rokok benar mempengaruhi kejadian
jantung coroner. (Masturoh, I. dan T, Nauri A., 2018)
2.7. Contoh Penelitian Case Control

11
2.8. Contoh Penelitian Kohort

12
2.9. RR (Risk Relative)
Pada penelitian kohort, besaran efek yang diperoleh menggambarkan insidensi kejadian
pada masing-masing kelompok. Perbandingan insidensi penyakit antara kelompok dengan
faktor risiko dengan kelompok tanpa faktor risiko disebut risiko relatif (RR). Interval
kepercayaan risiko relatif perlu disertakan, agar hasil penelitian dapat diinterprestasikan
dengan memadai. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

Interpretasi :

 RR = 1, maka factor yang diteliti bukam sebagai factor resiko


 RR <1, maka factor yang diteliti (factor resiko) merupakan factor protektif (pencegah
kejadian efek)
 RR > 1, maka factor yang diteliti (factor resiko) merupakan penyebab.

2.10. Odds Ratio (OR)


1. Definisi
Pada analisis kasus kontrol kita mulai dengan mengambil kelompok kasus (a+b)
dan kelompok kontrol(b+d). Oleh karena kasus adalah subyek yang sudah sakit dan
kontrol adalah mereka yang tidak sakit, maka tidak dapat dihitung insidens penyakit
baik pada kasus maupun kontrol. Yang dapat dihitung adalah berapasering terdapat
pajanan pada kasus dibandingkan pada kontrol hal inilah yang menjadi alat analisis.
pada stadi kasus kontrol yang disebut ratio odds (RO). dalam tabel 2 x 2 sebagai berikut
13
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

2. Rumus

Kasus Kontrol Jumlah


Faktor A b a+b
resiko +
Faktor C d c+d
resiko -
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Resiko relatif yang dinyatakan dalam rasio oods (RO) (Sastroasmara s, 2011):

a : kasus yang mengalami pajanan

b : kontrol yang mangalami pajanan

c : kasusu yang tidak mengalami pajanan

d : kontrol yang tidak mengalami pajanan

• Dengan Matching

Pada studi kasus-kontrol dengan matcing individual, harus dilakukan analisisdengan


menjadikan kasus dan kontrol sebagai pasang-pasangan. Hasil pengamatan studi kasus-
kontrol biasanya disusun dalam tabel 2x2 dengan keterangan sebagai berikut:
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

a: kasus dan kontrol mengalami pajanan

b : kasus mengalami pajanan, kontrol tidak

c : kasus tidak mengalami pajanan, kontrol mrngalami

d : kasus dan kontrol tidak mengalami pajanan kasus kontrol

Resiko + Resiko -
Resiko + a B
Resiko - d C

Rasio oods pada stuadi kasus-kontrol dengan matching dihitung dengan formula :
14
RO : B/C

3. Interpretasi
Dengan nilai interval kepercayaan nya sama dengan interprestasi pada
penelitian cross –sectional, yakni RO yang > 1 menunjukan bahwa faktor yang diteliti
memang benar merupakan faktor resiko, bila RO = 1 atau mencakup angka 1 berarti
merupakan faktor yang melindungi atau protektif (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

2.11. PR (Prevalence Ratio)

Hasil pengamatan cross-sectional untuk mengidentifikasi faktor risiko ini


kemudian disusun dalam table 2x 2. Untuk desain seperti ini biasanya yang dihitung
adalah rasio prevalens. PR (Prevalence Ratio) yakni perbandingan antara prevalens
suatu penyakit atau efek pada subyek kelompok yang mempunyai faktor risiko, dengan
prevalens penyakit atau efek pada subyek yang tidak mempunyai faktor risiko. Rasio
prevalens menunjukkan peran faktor risiko dalam terjadinya efek pada studi cross-
sectional. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

Pada studi cross-sectional ini, risiko relatif yang diperoleh bukan risiko'relatif
yang murni. Risiko relatif yang murni hanya dapat diperoleh dengan penelitian kohort
dengan membandingkan insidens penyakit pada kelompok dengan risiko dengan
insidens penyakit pada kelompok tanpa risiko. Pada studi cross-sectional, estimasi
risiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalens (RP), yakni perbandingan antara
jumlah subyek dengan penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan seluruh subyek
yang ada. RP dihitung dengan cara sederhana yakni dengan menggunakan table 2 x 2.

Dari skema tersebut rasio prevalens dapat dihitung dengan formula berikut:

15
Interpretasi:

 Bila nilai rasio prevalence = 1 berarti variable yang diduga sebagai faktor resiko tidak
ada pengaruhnya dalam terjadonya efek, atau dengan kata lain ia bersifat netral.
 Bila rasio prevalense >1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti variable tersebut merupakan faktor resiko untuk timbuklnya penyakit .
 Bila rasio prevalence <1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1,
berarti faktor yang diteliti merupakan faktor protektif , bukan faktor resiko.
 Bila interval kepercayaan rasio prevalense mencakup angka 1, maka berarti pada
populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai rasio prevalensenya+
1. Ini berarti bahwa dari data yang ada belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang
dikaji benar-benar merupakan faktor resiko atau faktor protektif. (Sastroasmoro dan
Ismael, 2011).

2.12. Confidence Interval

Definisi
Interval kepercayaan merupakan mengestimasi rentang nilai pada populasi dengan
dasar satu nilai yang diperoleh dari sampel yang mewakili populasi.

Lebar interval kepercayaan bergantung pada 3 faktor:


1. Besar sampel
Interval kepercayaan akan makin lebar dengan berkurang besar sampel yang
sekaligus menunjukkan power yang kecil, begitu uga sebaliknya.
2. Karakteristik data
Karakteristik data berupa simpangan baku (data numeric) dan proporsi (nominal)
akan mempengaruhi lebar interval kepercayaan. Simpangan baku yang lebih besar
menunjukkan dispersi data yang lebar sehingga melebarkan interval kepercayaan.
Proporsi yang makin menjauhi nilai 0,5 menghasilkan interval kepercayaan yang main
asimetris.
3. Derajat interval kepercayaan yang diinginkan

16
Derajat interval kepercayaan mempengaruhi lebar interval kepercayaan. Interval
kepercayaan 99% lebih lebar dibanding interval kepercayaan 95%. Pada interval
kepercayaan dengan derajat interval kepercayaan 99% dapat melampaui titik nol (tidak
ada perbedaan bermakna dalam uji hipotesis), sedangkan bila menggunakan interval
kepercayaan 95% maka titik nol tidak terlampaui (berarti terdapat perbedaan).
(Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
Rumus
Rumus umum CI (Interval Kepercayaan) :
IK = P ± (Zα × SE)
• IK yakni rentang nilai pada populasi yang dihitung dengan dasar satu stastitik
yang diperoleh pada sampel. IK yang sering digunakan adalah IK95% atau
IK99%

• P adalah point estimate, yaitu statistik yang diperoleh dari sampel yang dapat
berupa proporsi, rerata, beda proporsi, beda rerata, resiko relatif, rasio odds, dll

• Z alfa adalah deviat baku normal untuk α, nilai α dipilih sesuai dengan
IK yang diinginkan. Bila diinginkan IK 95%, maka berarti α = 0,05, sehingga
Z alfa = 1,96. bila dipilih IK 99%, maka α = 0,01 sehingga Z alfa = 2,576.

• SE adalah standard error, yang besarnya dihitung dengan rumus yang berbeda untuk
setiap jenis statistik. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

Interpretasi
Bila nilai interval kepercayaan mencakup angka 1, maka berarti pada populasi yang
diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin nilai PR/RR/ OR =1. Ini berarti bahwa dari
data yang ada belum dapat disimpulkan bahwa faktor yang dikaji benar-benar merupakan
faktor risiko atau faktor protektif. (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

17
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penelitian terbagi menjadi eksperimental dan observasional, pada penelitian
observasional itu sendiri terbagi menjadi kohort, case control dan cross sectional.
Penelitian Cross Sectional menentukan prevalensi rasio, penelian case control
menentukan Odds Rasio dan pada studi kohort menentukan Relative Risk. Pada penelian
juga terdapat interval kepercayaan sebagai rentang nilai yang dapat diperkirakan apabila
dilakukan penelitian serupa pada tempat dan waktu berbeda.

18
DAFTAR PUSTAKA

Heart UK the Cholestrol Charity. 2014, Risk factors for coronary heart disease,

Heart UK – the Cholestrol Charity, Berkshire, p.1-2.

Masturoh, I., dan N. Anggita. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehata.Jakarta : Rineka Cipta.

Prof.Dr. Suryana, M.Si, (2010), Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif), UPI

Sarwono Jonathan, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta, Graha
Ilmu.

Sastroasmara s, I. S. (2011). Dasar-Dasar Metedologi Penelitian Klinis edisi 4.


Jakarta: Sagung Seto.

Syahdrajat. (2018). Panduan Penelitian Untuk Skripsi Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Rizky Offset.

19
20

Anda mungkin juga menyukai